Anda di halaman 1dari 3

MANAJEMEN PUBLIK DI INDONESIA

INSTRUMEN UU NO 25 / 2009
INPUT SUBJEK METODE / KONSEP OBJEK OUTPUT OUTCOME

IKM,
GOOD PENYELENGGARA
NEGARA
• STANDAR PELAYANAN INSTITUSI
PENYELENGGARA
MUTU
TRUST
GOVERNMENT YAN LEBIH
PELAYANAN
• ASAS PELAYANAN NEGARA.
BAIK
BUILDING

PUBLIK
BADAN
PENGAWAS
• JAMINAN KOORPORASI,
EKTERNAL/INTERN PENYELENGGARAAN LEMBAGA
LAHIRNYA AL PELAYANAN PUBLIK INDEPENDENT,
OMBUDSMAN BADAN HUKUM
• HAK, KEWAJIBAN, YAN PUBLIC.
LARANGAN
• STANDAR PELAYANAN
• PENGAWASAN, DUAN,
PENYELESAIAN
• PERNANAN OMBUDSMAN

ALUR PIKIR
TEORI MANAJEMEN PUBLIK Menurut beberapa ahli

Nor Ghofur (2014)


Mengartikan bahwa manajemen publik adalah manajemen pemerintah, yang artinya manajemen
publik juga bermaksud untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan terhadap
pelayanan kepada masyarakat.

Overman (dalam Keban, 1994)


mengemukakan bahwa manajemen publik bukanlah “manajemen ilmiah”, meskipun sangat
dipengaruhi oleh “manajemen ilmiah”.

Ia merupakan gabungan fungsi-fungsi manajemen seperti: perencanaan, pengorganisasian, dan


pengawasan dengan sumber daya manusia, keuangan, fisik, informasi dan politik.

Menurut Ott, Hyde dan Shafritz (1990)


mengartikan bahwa manajemen publik adalah upaya untuk
memfokuskan pada bagaimana organisasi publik mengimplementasikan
kebijakan publik yang telah disepakati bersama.
George R. Kelly,

Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling.

1. Planning
Planning merupakan sebuah proses menyusun suatu kerangka kerja yang objektif guna untuk mengejar tujuan yang ingin dicapai
perusahaan. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam membuat sebuah perencanaan, yaitu SMART:
Specific; perencanaan harus jelas maksud dan tujuannya, juga resource yang diperlukan.
Measurable; rencana harus bisa diukur kesuksesannya.
Achievable; rencana yang dibuat harus masuk diakal, bukan merupakan sebuah angan-angan, dan dapat dicapai.
Realistic; dalam membuat rencana, kita perlu berpikiran realis. Sama dengan poin sebelumnya, rencana yang dibuat harus sesuai
dengan keadaan bisnis.
Time; setiap membuat rencana, pastinya kita harus menentukan batas waktu kapan rencana tersebut harus dimulai dan diselesaikan.
Hal ini penting karena sebuah rencana akan selalu menjadi rencana jika tidak dijalankan, dan berguna untuk mengevaluasi cara kerja
atau hasil dari rencana tersebut.

2. Organizing
Setelah merencanakan semua hal yang dibutuhkan, selanjutnya adalah proses mengatur tim atau divisi, mengatur jadwal kerja, juga
mengelompokkan tiap individu sesuai kemampuannya. Organizing akan menuntut suatu bisnis untuk memanfaatkan segala sumber daya
yang dimiliki, khususnya sumber daya manusia, dalam upaya mengubah rencana ke dalam bentuk aksi yang nyata. Proses ini
menghasilkan pembagian tugas atau tim dengan tugas spesifik.

3. Actuating
Mengimplementasi rencana ke dalam bentuk aksi menjadi langkah penting untuk mencapai sukses dalam bisnis. Dalam hal ini, tiap divisi
diharapkan untuk mulai bisa mengerjakan tugasnya sesuai deskripsi pekerjaan masing-masing dengan mengaktualisasi ide dasar /
rencana bisnis yang sudah diberikan. Dengan rencana matang dan proses aktualisasi yang sesuai dengan prosedur yang sudah
ditetapkan, sistem manajemen bisa berjalan dengan halus. Tapi untuk mewujudkan hal ini, diperlukan kerja keras, kerja cerdas, dan kerja
sama. Semua divisi harus seirama dalam mengeksekusi rencana.

4. Controlling
Controlling merupakan aksi yang dilakukan untuk memastikan alur kerja bisnis berjalan sesuai rencana. Bahkan tiga poin di atas (planning,
organizing, dan actuating) tidak akan berjalan sempurna tanpa ada kontrol yang layak. Dalam hal ini, mengontrol bisa dimaknai sebagai
aktivitas menjaga bisnis supaya tetap eksis. Mengontrol semua proses aktualisasi termasuk aspek penting dalam manajemen yang ideal.
Tujuan utama controlling adalah untuk menjaga semua proses berjalan sesuai apa yang direncanakan.

Anda mungkin juga menyukai