B U L E T I N
28
Website : www.btkp-diy.or.id BALAI TEKNOLOGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Email : info@btkp-diy.or.id, btkp_jogja@yahoo.co.id DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
www.btkp-diy.or.id
Salam DAFTAR ISI Lensa BTKP
redaksi Pendidikan Bela Bangsa
Upaya Melestarikan Pancasila
Sebagai Dasar Negara Dan Pandangan
SALAM INDONESIA , Hidup Bangsa Indonesia......................... 1
SALAM PENDIDIKAN Pendidikan Seni dan Budaya
Karakter Jawa “Paku Bumi”
Berbesar hati dan selalu semangat Dunia Pariwisata .................................... 8
adalah sebagian jiwa yang
melekat di hati para guru. Berita Utama
Sistem zonasi secara nasional Mewujudkan Sekolah Unggulan Melalui
merupakn sebuah produk yang Proses Pembelajaran Terbaik ................. 13
keluar setelah tahapan kajian Psikologi Pendidikan
dilalui, marilah kita sebagai Urgensi Pendidikan Anti Terorisme
guru menerima dan menjalankan Sejak Dini .............................................. 19
dengan harapan sistem zonasi
Lensa BTKP .......................................... 25
ini akan menjadi cara dalam
pemerataan dan peningkatan Psikologi Pendidikan
mutu pendidikan di masa depan. Yel-Yel Motivasi Sebagai Penyemangat
Belajar Siswa ......................................... 29
SALAM INDONESIA Opini
Panen Rupiah Dari Sampah Bila Tepat
Dalam Mengolah..................................... 33
Penasehat : Opini
Drs. R. Kadarmanta Baskara Aji Klithih .............................................. 38
Penanggung jawab : Pendidikan Karakter
Dra. Isti Triasih Implementasi Gerakan Literasi
di Sekolah .............................................. 42
Pemimpin Dewan Redaksi :
Opini
Gunarsih, SH
Keteladanan, Bukan Hanya
Penyunting/Editor : Mengajarkan .......................................... 45
Drs. Yoko Rimy, M.Pd. Teknologi Pendidikan
Estu Miyarso, M.Pd. Pemanfaatan JB Radio Dalam
Penata/Layout : Mengakomodasi Gaya Belajar
Loko Kuswantoro, S.Pd Siswa SD Belajar Menulis ...................... 49
Ketentuan Penulisan Artikel ................ 52
Sekretariat :
Wahyu Widodo
Dwi Budi Astutiek
Pendidikan
Bela Bangsa
D i jaman yang penuh dengan persaingan ini makna Pancasila seolah-olah terlupakan
oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Pada hal sejarah perumusannya
melalui proses yang yang sangat panjang oleh para pendiri bangsa ini. Pengorbanan
tersebut akan sia-sia apabila kita tidak menjalankan amanat para pendiri negara yaitu
pancasila yang termaktub dalam pembukaan UUD1945 alinea ke-4.
Pancasila merupakan rangkaian kesatuan dan kebulatan yang tidak terpisahkan
karena setiap sila dalam Pancasila mengandung empat sila lainnya dan kedudukan dari
masing-masing sila tersebut tidak dapat ditukar tempatnya atau dipindah-pindahkan.
Hal ini sesuai dengan susunan sila yang bersifat sistematis-hierarkis, yang berarti bahwa
kelima sila pancasila itu menunjukkan satu rangkaian urutan-urutan yang bertingkat-
tingkat, di mana tiap-tiap sila mempunyai tempatnya sendiri di dalam rangkaian susunan
kesatuan itu sehingga tidak dapat dipindahkan.
Bagi bangsa Indonesia hakikat yang sesungguhnya dari pancasila adalah sebagai
pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara. Kedua pengertian tersebut sudah
selayaknya kita pahami akan hakikatnya. Selain dari pengertian tersebut, pancasila
memiliki beberapa sebutan berbeda, seperti: Pancasila sebagai jiwa bangsa, Pancasila
sebagai kepribadian bangsa, Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dan
lain sebagainya.
Walaupun begitu, banyaknya sebutan untuk pancasila bukanlah merupakan suatu
kesalahan atau pelanggaran melainkan dapat dijadikan sebagai suatu kekayaan akan
makna dari Pancasila bagi bangsa Indonesia. Hal yang terpenting adalah perbedaan
penyebutan itu tidak mengaburkan hakikat pancasila yang sesungguhnya yaitu sebagai
dasar negara. Tetapi pengertian pancasila tidak dapat ditafsirkan oleh sembarang orang
karena akan dapat mengaburkan maknanya dan pada akhirnya merongrong dasar
negara.
Untuk itu sebagai generasi penerus, sudah merupakan kewajiban bersama untuk
senantiasa menjaga kelestarian nilai-nilai pancasila sehingga apa yang pernah terjadi di
masa lampau tidak akan terulang dimasa yang akan datang. Untuk itu perlu dipahami:
1) Apa hakikat Pancasila sebagai dasar negara?, 2) Apa hakikat Pancasila sebagai
Pandangan hidup Bangsa Indonesia?, dan 3) Bagaimana upaya menjaga nilai-nilai
luhur Pancasila di era globalisasi?
B u l e t i n
2 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
B u l e t i n
4 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
B u l e t i n
6 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
KESIMPULAN
1. Pancasila sebagai dasar negara termaktub secara yuridis konstitusional dalam
pembukaan UUD 1945, yang merupakan cita-cita hukum dan norma hukum yang
menguasai hukum dasar negara RI dan dituangkan dalam pasal-pasal UUD 1945
dan diatur dalam peraturan perundangan. Selain bersifat yuridis konstitusional,
pancasila juga bersifat yuridis ketata negaraan yang artinya pancasila sebagai
dasar negara, pada hakikatnya adalah sebagai sumber dari segala sumber
hukum. Artinya segala peraturan perundangan secara material harus berdasar dan
bersumber pada pancasila.
2. Pancasila sebagai pandangan hidup sering juga disebut way of life, pegangan
hidup, pedoman hidup, pandangan dunia atau petunjuk hidup. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa dipergunakan sebagai petunjuk dalam kehidupan
sehari–hari masyarakat Indonesia baik dari segi sikap maupun prilaku haruslah
selalu dijiwai oleh nilai-nilai luhur pancasila.
3. Upaya-upaya untuk melestarikan nilai- nilai luhur pancasila di era globalisasi
adalah: sebagai generasi penerus bangsa harus memahami, menghayati, dan
mengamalkan butir-butir Pancasila dari Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
dimanapun/kapanpun berada.
Pendidikan pancasila harus ditanamkam pada anak-anak, baik melalui pendidikan
formal maupun non formal, dan mengimplementasikan nilai–nilai pancasila dalam
kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
I lmu pengetahuan dan teknologi pada abad ke-21, semakin berkembang pesat.
Perkembangan teknologi memudahkan masyarakat untuk memperoleh pengetahuan
dan hiburan. Namun demikian, kemudahan tersebut memberikan dampak yang
beragam bagi kehidupan masyarakatnya, salah satunya adalah perkembangan nilai
dan kebiasaan dalam suatu lingkungan masyarakat, baik positif maupun negatif.
Dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat persebaran
informasi menjadi sangat cepat di seluruh dunia, sehingga mendorong terjadinya
proses globalisasi di segala aspek. Salah satu aspek yang paling mudah mendapatkan
pengaruh globalisasi adalah nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat, dengan adanya
globalisasi terjadi proses perpaduan nilai, kekaburan nilai, bahkan terkikisnya nilai-nilai
asli yang ada (kearifan lokal). Masyarakat terutama anak muda, mulai meninggalkan
ajaran-ajaran dan patokan-patokan, yang mengajarkan bagaimana manusia hidup dan
bertindak di dalam kehidupan bermasyarakat.
Melalui perkembangan teknologi tersebut anak dapat leluasa mencari dan
menonton tayangan yang diinginkanya, padahal tidak semua tayangan dapat
memberikan efek positif bagi anak. Dan menurut penelitian yang dilakukan bahwa
ketika melihat tayangan yang berbau kekerasan maka anak dapat menggap tindakan
kekerasan adalah hal yang biasa, dan memicunya untuk melakukan tindakan yang
agresif. Maka tidak heran di era sekarang ini banyak terjadi kasus kekerasan seperti
tawuran antar pelajar, yang bahkan sampai merenggut nyawa. Berbagai kasus tersebut
mengindikasikan bahwa karakter bangsa kita telah merosot, pendidikan khususnya
pendidikan karakter memiliki porsi yang besar gunamengatasi kemrosotan karakter
warga Indonesia. Berbagai teori karakter dari ahli terkenal di dunia di ambil dan di terapkan
keberbagai ranah pendidikan di Indonesia. Hal tersebut justru membuat kita seakan
lupa bahwa kita memiliki sumber-sumber pendidikan karakter yang asli dari budaya kita.
Dalam mendidik karakter bangsa kita tentunya dapat memanfaatkan kekayaan budaya
bangsa Indonesia, keanekaragaman kultur dan tradisi itu merupakan aset. bangsa yang
sangat berharga dan perlu dilestarikan. Termasuk budaya Jawa yang mengandung
nilai-nilai luhur adalah bagian dari aset bangsa yang harus jaga agar menjadi simbul
kebanggaan/identitas nasional bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pendidikan karakter
yang berbasis kearifan lokal sangat penting dilaksanakan mengingat praktik pendidikan
kita selama ini terlalu berorientasi ke barat dan melupakan nilai-nilai keunggulan yang
ada di bumi Nusantara ini.
B u l e t i n
8 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
B u l e t i n
10 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
Penutup
Dapat disimpulkan dengan memahami berbagai nilai yang terdapat pada
ungkapan jawa tersebut, maka kita dapat memperoleh nilai-nilai luhur yang dapat
digunakan sebagai sumber pendidikan karakter yang bersifat universal. Sedangkan
untuk menanamkanya pada peserta didik, sekolah dapat menggunakan empat metode
yakni penanaman nilai, keteladanan nilai, fasilitasi nilai, dan keterampilan.
Namun juga perlu digaris bawahi bahwa budaya jawa bukanlah sebagai inti
dari pendidikan karakter yang ada, tetapi hanya sebagian kecil yang digunakan untuk
melengkapi dan memperbaiki kelemahan-kelemahan pendidikan karakter yang ada.
Kekuatan dari budaya jawa adalah pada arti yang universal sehingga memungkinkan untuk
memperjelas sebuah pendidikan karakter pada sekolah. Budaya Jawa dapat mendukung
kegiatan budaya karakter bangsa Indonesia sehingga mendukung keinginan pemerintah
dalam memajukan pendidikan karakter di SMK. Oleh karena itu, diharapkan adanya
pendidikan budaya jawa dapat memberikan pendidikan karakter bagi para peserta
didiknya, khususnya SMK Negeri 4 Yogyakarta.
B u l e t i n
12 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
Oleh : Jumadi *)
P endidikan adalah jembatan emas menuju kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Hal
tersebut sejak awal sudah disadari oleh para pendiri bangsa (founding fathers) dengan
mencantumkan frasa “mencerdaskan kehidupan bangsa” dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Upaya untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa hanya dapat dilakukanmelalui praksis pendidikan berkualitas yang
dapat diakses semua warga negara.
Menyelenggarakan pendidikan berkualitas merupakan tugas dan kewajiban
pemerintah. Sementara, memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas merupakan
hak setiap warga negara. Untuk memenuhi kepentingan tersebut, pemerintah harus
menjamin tidak boleh ada disparitas kualitas antara sekolah yang satu dengan sekolah
yang lain. Dengan kata lain, semua warga negara, baik di kota maupun di perdesaan,
di pulau Jawa maupun di luar Jawa berhak mendapatkan layanan pendidikan yang
berkualitas.
Dengan demikian, menyelenggarakan pendidikan yang memiliki kualitas
dan aksesbilitas bagi seluruh warga negara adalah tugas konstitusional yang harus
ditunaikan oleh pemerintah.
B u l e t i n
14 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
B u l e t i n
16 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
B u l e t i n
18 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
T ragedi bom gereja di Surabaya sebagai bentuk aksi terorisme, yang mengguncang
tiga gereja di Surabaya yang terjadi pada hari Minggu, 13 Mei 2018 yang lalu,
masih meninggalkan duka yang mendalam. Luapan emosi, marah, sedih, dan trauma,
tentu masih dirasakan oleh keluarga korban yang ditinggalkan. Wali Kota Surabaya
Tri Rismaharini sendiri turut menangis, merasa terpukul dan sedih karena banyak
warganya menjadi korban pengeboman di 3 gereja. Risma mengecam keras tindakan
teror yang memakan 13 korban jiwa tersebut. Banyak pihak mempertanyakan apa motif
yang dilakukan satu keluarga dengan sejumlah anak yang ikut dilibatkan pula dalam
aksi pengeboman tersebut.
Aksi terorisme sendiri adalah manifestasi dari penistaan ajaran agama. Perilaku
terorisme hanya akan membawa kehancuran bagi umat manusia. Terorisme tidak hanya
sebagai ancaman terhadap keamanan dan keselamatan warga negara, tetapi juga
keamanan nasional. Pendidikan anti terorisme sejak dini terutama di Indonesia selama
ini belum pernah ada. Sehingga dalam hal ini diperlukan terobosan baru dari pemerintah
untuk mencegah aksi terorisme di negara ini sejak dini. Tujuan dari pendidikan anti
terorisme yang dilakukan sejak dini ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan
pemahaman sedini mungkin bagi masyarakat melalui kurikulum pelajaran yang
disisipkan pada mata pelajaran agama yang ada di sekolah dasar hingga perkuliahan.
Dengan demikian sedini mungkin masyarakat sudah dibekali benteng pertahanan yang
mendalam untuk mencegah aksi terorisme dalam bentuk apapun dan di manapun
maupun kegiatan-kegiatan yang mengarah pada aksi terorisme.
Aksi terorisme di Indonesia mulai mencuat pada tahun 2000 yang diawali dengan
bom Bursa Efek Jakarta yang diikuti dengan serangkaian pengeboman yang lainnya
dan yang paling mematikan adalah Bom Bali I pada tahun 2002 di Bali yang memakan
korban 202 korban jiwa dan 300 orang lainnya terluka. Dari tahun 2000-2010 telah
terjadi 25 kasus pengeboman yang dilakukan oleh teroris. (Kusumo, 2011)
Seseorang yang melakukan tindak terorisme disebut teroris. Seorang yang telah
menjadi teroris berarti mau tidak mau dia telah melakukan perbuatan yang menyimpang
agama. Terorisme dalam perspektif agama apapun tidak bisa dibenarkan. Karena
hakikat agama pada dasarnya adalah membimbing umatnya menuju kedamaian.
Kekerasan dan terorisme adalah musuh agama yang harus diperangi. Terorisme
adalah manifestasi dari penistaan ajaran agama. Perilaku terorisme oleh sekelompok
orang adalah bukti kepongahan dan keegoisan sepihak. Mereka tidak lain adalah
orang-orang yang hanya akan membawa kehancuran bagi umat manusia. Dan sampai
derajat tertentu, mereka inilah sebenarnya yang merupakan musuh Islam, bukan
B u l e t i n
20 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
B u l e t i n
22 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
B u l e t i n
24 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
Gebyar Anugerah
KIHAJAR 2018
Daerah Istimewa Yogyakarta 29-31
AGT
2018
JENIS LOMBA
KUIS KIHAJAR JENJANG SD/mi
KUIS KIHAJAR JENJANG Smp/mtS
KUIS KIHAJAR JENJANG Sma/ma
LOMBA MENGGAMBAR JENJANG SLB*
LOMBA BAND IPAD**
LOMBA PENYIAR RADIO **
LOMBA VIDEO EDUKASI SISWA**** ***
B u l e t i n
26 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
B u l e t i n
28 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
Pendahuluan
B u l e t i n
30 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
Moderator/Guru Peserta/Siswa
Siapa yang luar biasa Saya luar biasa, Anda luar biasa, kita semua luar biasa
(sambil menengadahkan kedua tangan)
Penutup
Kegiatan belajar mengajar merupakan kunci utama keberhasilan dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Keberhasilan pendidikan juga
didukung oleh peran guru, kelengkapan sarana prasarana, keterlibatan orang tua serta
masyarakat. Namun guru bukanlah satu-satunya sumber ilmu, tetapi lebih sebagai
fasilitator, motivator, dan dinamisator dalam kegiatan pembelajaran.
Sebagai fasilitator, guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan sehingga guru harus mempunyai kemampuan untuk memotivasi siswa.
Pemberian motivasi dapat berupa penguatan dan yel-yel motivasi. Yel-yel motivasi
dapat diciptakan sendiri atau dapat mengadopsi yel-yel yang sudah ada. Penggunaan
yel-yel motivasi dapat diterapkan pada saat guru sudah merasa perlu menggunakannya,
yaitu pada saat membuka pelajaran atau pada saat siswa mulai menurun semangat
belajarnya. Penggunanaan yel-yel ini diharapkan mampu menggugah semangat belajar.
*) SMKN 1 NANGGULAN
B u l e t i n
32 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
KERTAS
I II
Logam
PLASTIK KERTAS
Kaca
KOMPOS KOMPOS
PENAMPUNGAN SEMENTARA
Macam-macam sampah
Jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beranekaragam, ada yang berasal
dari rumah tangga, sampah industri, sampah dari pasar, sampah rumah sakit, sampah
pertanian, perkebunan dan peternakan serta sampah dari institusi/ kantor/ sekolah dll.
Berdasarkan asalnya sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang
dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah
diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan
organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan,
pembungkus (selain ketas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan
ranting.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik yakni sampah yang dihasilkan daribahan-bahan non hayati,
baik sebagai produk sintetik maupun hasil pengolahan teknologi bahan tambang, hasil
olahan bahan hayati dan sebagainya. Sampah anorganik dibedakan menjadi :
1. sampah logam dan produk-produk olahanya
2. sampah plastik
3. sampah kertas
B u l e t i n
34 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
b. Komposting
Pengomposan merupakan upaya pengolahan sampah sekaligus usaha
mendapatkan bahan kompos yang dapat menyuburkan tanah. Proses ini
menguraikan bahan-bahan organik secara terkontrol menjadi bahan-bahan
anorganik dengan memanfaatkan aktifitas organisme. Agar pertumbuhan
mikroorganisme optimum maka diperlukan beberapa kondisi, diantaranya
campuran yang seimbang dari berbagai komponen, suhu, kelembaban udara dan
cukup kandungan oksigen.
Proses pengomposan ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain :
• Merupakan pupuk yang ramah lingkungan
• Bahan yang dipakai tersedia, tidak perlu
• (hemat uang)
• Masyarakat dapat membuatnya sendiri, tidak memerlukan peralatan dan
instalasi yang mahal
• Unsur hara dari pupuk kompos ini akan bertahan lama jika dibanding dengan
pupuk buatan
• Sampah plastik, khususnya plastik dari rafia bekas dan sejenisnya dapat
didaur ulang kembali menjadi tali rapia, sedotan minum, mainan anak-anak,
peralatan rumah tangga seperti ember, gayung, botol plastik dll.
B u l e t i n
36 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
• Sampah lain yang sekiranya tidak dapat didaur ulang baru diangkut ke landfill
atau ketempat pembakaran.Sampah yang tidak bisa hancur oleh penguraian
dan tidak dapat di daur ulangProses pembakaran dengan incenerator, panas
yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bakar pada proses industri.
Penutup
Perlu langkah-langkah penyadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan
dan pengolahan sampah, sosialisai dan pelaksanaan dapat diintegrasikan dalam setiap
kegiatan masyarakat. Selain itu kompetensi pengelolaan dan pengolahan sampah perlu
diberikan kepada siswa mulai TK, SD, SMP,SMA maupun Perguruan Tinggi. Dengan
demikian sampah yang sampai saat ini masih menjadi masalah sedikit demi sedikit
tapi pasti dapat segera teratasi sehingga Program pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan segera tercapai agar kelestarian alam tetap terjaga dan juga
bisa mendapatkan rupiah dari memanen sampah.
Klithih
Oleh : Jaswadi *)
S ering kali kita mendapati perilaku anak-anak muda yang penyimpangan dari etika,
sering membuat resah para orang tuanya sendiri, membuat masalah dilingkungan
disekitar mereka berkumpul dan bahkan sering membawa korban luka maupun korban
jiwa yang rata-rata dengan remaja yang sepadan, dia dianggap tidak seide maupun
menggangu keberadaannya; Kelompok ini biasanya berulahpada saat anak-anak lain
yang normal sudah istirahat, kelompok ini suka berkumpul pada malam hari, jauh dari
pengawasan orang tua, bertindak sesuka hatinya dan dapat dukungan dari teman
segrupnya atau ketua gangnya.
Anak-anak kita yang berperilaku menyimpang tersebut bisanya tidak serta merta
berperilaku menyimpang, ada proses sampai anak-anak tersebut suka pergi malam,
begadang dengan teman-teman sepadan dan sering disebut klithihpenulis mencoba
mencari arti dari kata klithih di kamus bahasa Indonesia tidak pernah menemukan,
karena kata tersebut saat ini baru menjadi trending topic di media cetak khususnya
Daerah Istimewa Yogyakarta; Di era 70 an ada istilah klithah-klithihyang berarti berjalan
jalan tanpa tujuan, sedang klithih bermakna baik, karena arti kata klithih ( bhs Jawa
) berkunjung ketetangga untuk sekedar bersilaturohmi ( nglithih) atau memang ada
hal yang penting untuk dibicarakan, itupun biasanya dilakukan oleh orang tua atau
yang telah dewasa, sedang para remaja berkumpul di masjid atau surau,sedang anak-
anak seumur sekolah dasar biasanya tinggal dirumah bersama bapak atau ibunya
mendengarkan ceritera sebagai pengantar tidur; Para orang tua dulu juga tidak mengerti
bahwa ceritera yang disampaikan pada anaknya adalah bermakna mendidik satu ajaran
yang membuat anak-anak memiliki kepribadian yang santun, menumbuhkan tingkah
laku yang sopan, menghormati orang tua, menyayangi pada teman/ saudara yang
lebih muda, apalagi dengan guru yang selalu mengajarkan kebaikan, menanamkan
disiplin, kejujuran, tanggungjawab, kerja sama, taat beribadah, berbakti pada orang tua;
Demikan juga dengan sikap orang tua yang selalu percaya pada guru, setiap tindakan
guru pada anaknya semata-mata untuk proses pendewasaan anak, guru tidak pernah
menaruh benci dalam mendidik,mendidik selalu dilandasi dengan hati yang tulus,
berharap anak didiknya menjadi anak yang pandai, cerdas, terampil berbudi pekerti
luhur;Apabila ada anak memiliki perilaku menyimpang dapat dipastikan ada yang keliru
dalam penanaman sikap anak dari kecil sampai berbuat menyimpang, entah itu dari
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat atau dari sekolah.
B u l e t i n
38 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
Khasus Klithih
Sebenarnya anak yang melakukan begadang sampai larut malam,berbuat
menyimpang dari tatanan dan anarki, melakukan tindak pidana itu adalah korban dari
kebijakan orang tua; Mengapa demikian, karena anak melakukan klithih tidak serta
merta keberaniannya muncul, untuk jalan-jalan sampai larut malam juga perlu latihan,
dan ibaratnya api sudah besar, siapa yang menghalangi akan dilalap, jangankan orang
lain, orang tua sendiri sudah tidak didengar suaranya; Anak melakukan klithih adalah
kebiasaan yang terpupuk sejak lama dilakukan oleh anak tanpa control orang tua,
kebiasaan ini akhirnya menjadi karakter negative yang sulit untuk diubah menjadi positif,
setelah jatuh korban baru orang tua sadar bahwa anaknya berperilaku menyimpang
dari aturan; Sekarang yang menjadi pemikiran kita adalah pendidikan yang seperti apa
yang harus diberikan pada anakyang sudah terlajur biasa melakukan kegiatan tersebut.
Apakah materi yang terkait langsung dengan pendidikan karakter seperti akhlak
(budi pekerti) dan atau pendidikan agama dapat untuk mengubah karakter negative
tersebut atau langsung penegak hukum yang sepenuhnya bertanggungjawab untuk
merehabilitasi tingkah laku tersebut; Dan sekarang perangkat seperti apa yang bisa
menangkap sinyal-sinyal menyimpang atau indicator apa bahwa anak telah tercemar
dengan perilaku negative, karena karakter berhubungan langsung dengan tingkah laku
dan budi pekerti yang luhur, serta metode apa yang tepat, supaya anak didik dapat
mampu dan meniru serta mentranfer tingkah laku yang positif tersebut dan perlu diingat
bahwa karakter ada hubungannya dengan pembiasaan yang dilakukan secara terus
menerus.
Masalah
Yogyakarta tidak bisa lepas dari kota budaya yang kadang dikotori oleh peristiwa
– peristiwa yang mengurangi kewibawaan kota budaya, seperti kumpul kobo di era 80
an, miras oplosan yang menelan puluhan korban dan akhir-akhir 2016, serta kasus
tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelajar dengan istilah klithih; Semua peristiwaini
menjadi pekerjaan rumah atau pemikiran kita semua supaya kejadian-kejadian tersebut
berkurang atau bahkan dapat dihilangkan, dengan jalan : (1) Peran keluarga, sejak awal
anak harus ada program pendampingan dari keluarga, baik saat anak belajar dirumah
atau belajar kelompok, pengawasan saat memilih teman bermain, memberikan tauladan
yang baik (tutur kata dan tingkah laku), saatnya waktu beribadah harus diberi contoh
atau diingatkan, tumbuhkan sikap jujur, disiplin, mandiri dan tanggungjawab serta peka
Klithih. 39
terhadap keadaan; Orang tua tidak usah terlalu proteksi terhadap anak, karena hanya
akan menghambat kemandirian anak, kurangi rasa was-was atau kawatir tehadap anak,
karena anak sudah memiliki daya tangkal sesuai dengan kemampuannya, anak adalah
manusia kecil yang tingkat kecerdasan dan keterampilannya masih terbatas, karena
pengalaman yang diterima belum sebanyak orang tua dan mungkin setelah dewasa ia
akan lebih pandai, cerdas dan terampil dari orang tuanya; (2) Pendidikan di sekolah,
adalah tempat kedua bagi anak untuk sosialisasi, mencari teman, adaptasi, menambah
pengetahuan, keterampilan dan mematuhi terhadap aturan yang diterapkan disekolah;
Biasanya anak akan menampilkan sifat, perangai, tingkah laku sesuai aturan, anak
tidak berani bertingkah laku yang menyimpang dari kebiasaannya saat disekolah, anak
akan menyimpan perangai negative yang sering dilakukan diluar sekolah;Sekolah
sebagai ladang penyemaian karakter positif anak didik, karena sekolah membiasakan
anak untuk bersalaman dengan gurudan karyawan bahkan dengan teman, berdoa
sebelum pelajaran, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi teman yang lebih
muda, melasanakan piket, menjadi petugas kegiatan sekolah, diberi nilai sesuai dengan
kemampuannya, diberi pekerjaan rumah (PR) untuk menanamkan kebiasaan belajar
dirumah; Tugas utama sekolah adalah menghantarkan anak didik untuk membuka
cakrawala pengetahuan dan keterampilan baik teknologi dan agama, melalui membaca,
menulis, menghitung, ibadah, etika dalam pergaulan, sopan dalam bicara dan santun
dalam perilaku; Tidak ada guru yang senang melihat muridnya gagal dalam pelajaran
dan tidak ada guru yang senang mendengar kejadian korban kebruntalan anak remaja
di waktu larut malam, guru merasa trenyuh atas jatuhnya korban jiwa karena begadang,
guru selalu mencari model pendekatanpas untuk anak, guru mencari metode seperti
apa supaya dapat mendeteksi karakter asli anak yang diperoleh dari lingkungan
bermain;Sebab sekuat apapun sekolah tidak akan mampu mengubah citra masyarakat
( budaya ), tetapi sebaliknya model/ budaya masyarakat dapat mewarnai kehidupan
sekolah (3) Pendidikan di masyarakat,Campton & HM Clusky ahli pendidikan dari
San Francisco mengatakan “Community education for development” artinya pendidikan
masyarakat untuk pengembangan;Dan difinisi secara bebas adalah sebagai proses
anggota masyarakat agar mampu mengidentifikasi problem dan kebutuhan serta
mencari solusi sendiriuntuk memobilisasi sumber-sumber yang ada dan menjadikan
masyarakat sebagai agen sekaligus tujuan, serta pendidikan sebagai proses untuk
berubah menjadi lebih baik; Dengan demikian pendidikan di masyarakat dapat dibagi
menjadi 2 yaitu (a) kegiatan di masyarakat yang dikelalo oleh pemerintah dan (b)
kegiatan yang timbul atas dasar inisiatif dari masyarakat itu sendiri yang muncul akibat
ada problem yang harus dicarikan solusinya.
Kegiatan klithah-klithih yang dilakukan anak,ituakibat dari adanya kebuntuan
saluran-saluran untuk menyalurkan bakat dan minatanak tidak terkondisi, sebenarnya
pemerintah telah menyediakan fasilitas tersebut, seperti dojo dan sasana untuk bela
diri, sanngar seni tari atau music, fasilitas tempat terbuka untuk hobi gambar mural,
fasilitas olahraga rekreasi dan masih banyak yang dapat difasilitasi pemerintah untuk
penyaluran bakat kearah positif, tetapi kepekaan yang berwajib untuk menangkap sinyal
negative tersebut yang terlambat, dan setelah ada kejadian baru sadar;Klithah-klithih
terjadi karena adanya kesempatan yang diberikan orang tua atau terpaksa diijinkan dan
lama-lama menjadi kebiasaan negative yangakhirnya sulit dihentikan danatau kadang
orang tua sudah kuwalahan dengan perangai anaknya.
B u l e t i n
40 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
Klithih. 41
Pendidikan
Karakter
Oleh Sulisratmi *)
B u l e t i n
42 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
B u l e t i n
44 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
Oleh : Paimun*)
B u l e t i n
46 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
B u l e t i n
48 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
Gambar 2
JB Radio dapat digunakan untuk pembelajaran yang mengakomodasi seluruh
gaya belajar siswa. Salah satu menu yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran
adalah Dongeng Anak. Melalui menu ini, guru dapat mengadakan variasi pembelajaran
di dalam kelas.
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan guru adalah melatih keterampilan
menulis siswa. Keterampilan ini merupakan salah satu keterampilan Bahasa Indonesia
yang harus dikuasai pada setiap jenjang pendidikan. Akan tetapi keterampilan ini sulit
untuk dikuasai oleh siswa terbukti dengan budaya menulis yang masih kurang. Oleh
karena itu, melatih keterampilan menulis harus dilaksanakan sejak dini terutama dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
B u l e t i n
50 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018
*) Guru SD N NGAWEN I
1. Bersifat ilmiah yaitu kajian atas masalah - masalah yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, maupun evaluasi dari penerapan teknologi dan komunikasi dalam dunia
pendidikan yang berupa artikel gagasan orisinil, artikel kajian teori/konsep sesuai
dengan kompetensi penulis.
2. Naskah diketik dengan huruf Arial ukuran huruf 11, jarak baris 1,5 spasi, ukuran
kertas kwarto. Panjang tulisan antara 3 s.d. 5 halaman.
3. Naskah yang dikirim merupakan naskah yang belum pernah dipublikasikan dalam
penerbitan apapun dan atau sedang diminta penerbitannya oleh media lain.
B u l e t i n
52 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018