Anda di halaman 1dari 54

ISSN 0125 - 0506

EDISI 2 TAHUN 2018

B U L E T I N

MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKAN

Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan


Daerah Istimewa Yogyakarta
Jalan Kenari No.2, Telp. 0274 - 517 327

28
Website : www.btkp-diy.or.id BALAI TEKNOLOGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Email : info@btkp-diy.or.id, btkp_jogja@yahoo.co.id DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
www.btkp-diy.or.id
Salam DAFTAR ISI Lensa BTKP
redaksi Pendidikan Bela Bangsa
Upaya Melestarikan Pancasila
Sebagai Dasar Negara Dan Pandangan
SALAM INDONESIA , Hidup Bangsa Indonesia......................... 1
SALAM PENDIDIKAN Pendidikan Seni dan Budaya
Karakter Jawa “Paku Bumi”
Berbesar hati dan selalu semangat Dunia Pariwisata .................................... 8
adalah sebagian jiwa yang
melekat di hati para guru. Berita Utama
Sistem zonasi secara nasional Mewujudkan Sekolah Unggulan Melalui
merupakn sebuah produk yang Proses Pembelajaran Terbaik ................. 13
keluar setelah tahapan kajian Psikologi Pendidikan
dilalui, marilah kita sebagai Urgensi Pendidikan Anti Terorisme
guru menerima dan menjalankan Sejak Dini .............................................. 19
dengan harapan sistem zonasi
Lensa BTKP .......................................... 25
ini akan menjadi cara dalam
pemerataan dan peningkatan Psikologi Pendidikan
mutu pendidikan di masa depan. Yel-Yel Motivasi Sebagai Penyemangat
Belajar Siswa ......................................... 29
SALAM INDONESIA Opini
Panen Rupiah Dari Sampah Bila Tepat
Dalam Mengolah..................................... 33
Penasehat : Opini
Drs. R. Kadarmanta Baskara Aji Klithih .............................................. 38
Penanggung jawab : Pendidikan Karakter
Dra. Isti Triasih Implementasi Gerakan Literasi
di Sekolah .............................................. 42
Pemimpin Dewan Redaksi :
Opini
Gunarsih, SH
Keteladanan, Bukan Hanya
Penyunting/Editor : Mengajarkan .......................................... 45
Drs. Yoko Rimy, M.Pd. Teknologi Pendidikan
Estu Miyarso, M.Pd. Pemanfaatan JB Radio Dalam
Penata/Layout : Mengakomodasi Gaya Belajar
Loko Kuswantoro, S.Pd Siswa SD Belajar Menulis ...................... 49
Ketentuan Penulisan Artikel ................ 52
Sekretariat :
Wahyu Widodo
Dwi Budi Astutiek
Pendidikan
Bela Bangsa

Upaya Melestarikan Pancasila


Sebagai Dasar Negara dan Pandangan
Hidup Bangsa Indonesia
Oleh : Ustadiyatun, S.Pd.*)

D i jaman yang penuh dengan persaingan ini makna Pancasila seolah-olah terlupakan
oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Pada hal sejarah perumusannya
melalui proses yang yang sangat panjang oleh para pendiri bangsa ini. Pengorbanan
tersebut akan sia-sia apabila kita tidak menjalankan amanat para pendiri negara yaitu
pancasila yang termaktub dalam pembukaan UUD1945 alinea ke-4.
Pancasila merupakan rangkaian kesatuan dan kebulatan yang tidak terpisahkan
karena setiap sila dalam Pancasila mengandung empat sila lainnya dan kedudukan dari
masing-masing sila tersebut tidak dapat ditukar tempatnya atau dipindah-pindahkan.
Hal ini sesuai dengan susunan sila yang bersifat sistematis-hierarkis, yang berarti bahwa
kelima sila pancasila itu menunjukkan satu rangkaian urutan-urutan yang bertingkat-
tingkat, di mana tiap-tiap sila mempunyai tempatnya sendiri di dalam rangkaian susunan
kesatuan itu sehingga tidak dapat dipindahkan.
Bagi bangsa Indonesia hakikat yang sesungguhnya dari pancasila adalah sebagai
pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara. Kedua pengertian tersebut sudah
selayaknya kita pahami akan hakikatnya. Selain dari pengertian tersebut, pancasila
memiliki beberapa sebutan berbeda, seperti: Pancasila sebagai jiwa bangsa, Pancasila
sebagai kepribadian bangsa, Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dan
lain sebagainya.
Walaupun begitu, banyaknya sebutan untuk pancasila bukanlah merupakan suatu
kesalahan atau pelanggaran melainkan dapat dijadikan sebagai suatu kekayaan akan
makna dari Pancasila bagi bangsa Indonesia. Hal yang terpenting adalah perbedaan
penyebutan itu tidak mengaburkan hakikat pancasila yang sesungguhnya yaitu sebagai
dasar negara. Tetapi pengertian pancasila tidak dapat ditafsirkan oleh sembarang orang
karena akan dapat mengaburkan maknanya dan pada akhirnya merongrong dasar
negara.
Untuk itu sebagai generasi penerus, sudah merupakan kewajiban bersama untuk
senantiasa menjaga kelestarian nilai-nilai pancasila sehingga apa yang pernah terjadi di
masa lampau tidak akan terulang dimasa yang akan datang. Untuk itu perlu dipahami:
1) Apa hakikat Pancasila sebagai dasar negara?, 2) Apa hakikat Pancasila sebagai
Pandangan hidup Bangsa Indonesia?, dan 3) Bagaimana upaya menjaga nilai-nilai
luhur Pancasila di era globalisasi?

Upaya Melestarikan Pancasila Sebagai Dasar Negara dan 1


Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Hakikat Pancasila Sebagai Dasar Negara
Setiap negara di dunia ini mempunyai dasar negara yang dijadikan landasan
dalam menyelenggarakan pemerintah negara. Seperti Indonesia, Pancasila dijadikan
sebagai dasar negara atau ideologi negara untuk mengatur penyelenggaraan negara.
Hal tersebut sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945 alenia ke-4 yang berbunyi:
“Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada:Ketuhanan
yang maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan/ perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Dengan demikian kedudukan pancasila sebagai dasar negara termaktub secara
yuridis konstitusional dalam pembukaan UUD 1945, yang merupakan cita-cita hukum
dan norma hukum yang menguasai hukum dasar negara RI dan dituangkan dalam
pasal-pasal UUD 1945 dan diatur dalam peraturan perundangan. Selain bersifat yuridis
konstitusional, pancasila juga bersifat yuridis ketata negaraan yang artinya pancasila
sebagai dasar negara, pada hakikatnya adalah sebagai sumber dari segala sumber
hukum. Artinya segala peraturan perundangan secara material harus berdasar dan
bersumber pada pancasila. Apabila ada peraturan (termasuk di dalamnya UUD 1945)
yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur pancasila, maka sudah sepatutnya peraturan
tersebut dicabut.
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila memiliki sifat obyektif-subyektif.
Sifat subyektif maksudnya pancasila merupakan hasil perenungan dan pemikiran
bangsa Indonesia, sedangkan bersifat obyektif artinya nilai pancasila sesuai dengan
kenyataan dan bersifat universal yang diterima oleh bangsa-bangsa beradab. Oleh
karena memiliki nilai obyektif-universal dan diyakini kebenarannya oleh seluruh bangsa
Indonesia maka pancasila selalu dipertahankan sebagai dasar negara.
Jadi berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pancasila sebagai dasar negara memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur
kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga cita- cita para pendiri bangsa Indonesi
dapat terwujud.

Hakikat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Setiap bangsa di dunia yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke
arah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup. Dengan
pandangan hidup inilah suatu bangsa akan memandang persoalan yang dihadapinya
sehingga dapat memecahkannya secara tepat.Tanpa memiliki pandangan hidup, suatu
bangsa akan merasa terombang-ambing dalam menghadapi persoalan yang timbul,
baik persoalan masyarakatnya sendiri maupun persoalan dunia.
Pancasila sebagai pandangan hidup sering juga disebut way of life, pegangan
hidup, pedoman hidup, pandangan dunia atau petunjuk hidup. Walaupun ada banyak
istilah mengenai pengertian pandangan hidup tetapi pada dasarnya memiliki makna
yang sama. Lebih lanjut Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dipergunakan
sebagai petunjuk dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia baik dari segi
sikap maupun prilaku haruslah selalu dijiwai oleh nilai-nilai luhur pancasila.
Hal ini sangat penting karena dengan menerapkan nilai-nilai luhur pancasila
dalam kehidupan sehari-hari maka tata kehidupan yang harmonis diantara masyarakat
Indonesia dapat terwujud. Untuk dapat mewujudkan semua itu maka masyarakat

B u l e t i n
2 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


Indonesia tidak bisa hidup sendiri, mereka harus tetap mengadakan hubungan dengan
masyarakat lain. Dengan begitu masing-masing pandangan hidup dapat beradaptasi
artinya pandangan hidup perorangan/individu dapat beradaptasi dengan pandangan
hidup kelompok karena pada dasarnya pancasila mengakui adanya kehidupan individu
maupun kehidupan kelompok.
Selain sebagai dasar Negara, Pancasila juga merupakan pandangan hidup
bangsa Indonesia. Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila berarti
konsepsi dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia dalam
menghadapi berbagai tantangan dalam menjalani hidup. Dalam konsepsi dasar itu
terkandung gagasan dan pikiran tentang kehidupan yang dianggap baik dan benar bagi
bangsa Indonesia yang bersifat majemuk.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sebenarnya merupakan perwujudan
dari nilai-nilai budaya milik bangsa Indonesia sendiri yang diyakini kebaikan dan
kebenarannya. Pancasila digali dari budaya bangsa sendiri yang sudah ada, tumbuh,
dan berkembang berabad-abad lamanya. Oleh karna itu, Pancasila adalah khas milik
bangsa Indonesia sejak keberadaannya sebagai sebuah bangsa. Pancasila merangkum
nilai-nilai yang sama yang terkandung dalam adat-istiadat, kebudayaan, dan agama-
agama yang ada di Indonesia. Dengan demikian, Pancasila sebagai pandangan hidup
mencerminkan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.
Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila juga berperan sebagai pedoman
dan penuntun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan
demikian, ia menjadi sebuah ukuran/kriteria umum yang diterima dan berlaku untuk
semua pihak Secara sederhana, ideologi dipahami sebagai gagasan-gagasan dan
nilai-nilai yang tersusun secara sistematis yang diyakini kebenarannya oleh suatu
masyarakat dan diwujudkan di dalam kehidupan nyata. Nilai-nilai yang tercermin
di dalam pandangan hidup ditempatkan secara sistematis kedalam seluruh aspek
kehidupan yang mencakup aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan
keamanan didalam upaya mewujudkan cita-citanya. Jadi, dengan kata lain ideologi berisi
pandangan hidup suatu bangsa yang menyentuh segala segi kehidupan bangsa. Setiap
bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas kearah mana tujuan yang
ingin dicapainya sangat membutuhkan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup
yang jelas, suatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana mereka
memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam
gerak masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman pada pandangan hidup
sebagai ideologi, sebuah bangsa akan membangun diri dan negerinya.

Upaya Menjaga Nilai-Nilai Luhur Pancasila Di Era Globalisasi


Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan suatu cerminan dari
kehidupan masyarakat Indonesia (nenek moyang kita) dan secara tetap telah menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu kita sebagai
generasi penerus bangsa harus mampu menjaga nilai-nilai tersebut. Untuk dapat hal
tersebut maka perlu adanya berbagai upaya yang didukung oleh seluruh masyarakat
Indonesia.
Upaya-upaya tersebut antara lain: Ideologi secara praktis diartikan sebagai
system dasar seseorang tentang nilai-nilai dan tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok
untuk mencapainya. Jika diterapkan oleh Negara maka ideology diartikan sebagai
kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun secara sistematis dan dianggap
menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya, baik sebagai individu, social, maupun

Upaya Melestarikan Pancasila Sebagai Dasar Negara dan 3


Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
dalam kehidupan bernegara. Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani
yaitu idea dan logia. Idea berasal dari idein yang berarti melihat. Idea juga diartikan
sesuatu yang ada di dalam pikiran sebagai hasil perumusan sesuatu pemikiran atau
rencana. Kata logia mengandung makna ilmu pengetahuan atau teori, sedang kata logis
berasal dari kata logos dari kata legein yaitu berbicara. Istilah ideologi sendiri pertama
kali dilontarkan oleh Antoine Destutt de Tracy (1754 - 1836), ketika bergejolaknya
Revolusi Prancis untuk mendefinisikan sains tentang ide. Jadi dapat disimpulkan secara
bahasa, ideologi adalah pengucapan atau pengutaraan terhadap sesuatu yang terumus
didalam pikiran.

1. Ketuhanan yang Maha Esa


Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitan individu dengan
sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuatan sakral, suci, agung dan mulia. Memahami
Ketuhanan sebagai pandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat yang
beketuhanan, yakni membangun masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa maupun
semangat untuk mencapai ridlo Tuhan dalam setiap perbuatan baik yang dilakukannya.
Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. Seharusnya dalam sila pertama ini, warga negara
Indonesia sudah jelas dan mengerti tentang Tuhan Yang Maha Esa. Meyakini bahwa
perbuatan dan sikap kita pasti akan diperhatikan oleh Tuhan kita masing-masing. Tetapi
pada kenyataannya masih banyak orang yang merasa bahwa hidupnya bebas tanpa
pengawasan dari Tuhan Yang Maha Mengetahui.
Kenyataannya masih banyak kebohongan, kecurangan, konspirasi, dan masih
banyak hal lainnya yang diperbuat oleh manusia. Sebagai contoh kecil yaitu masih
banyak pelajar yang berbuat kecurangan dalam pembelajaran seperti mencontek,
membuat cara apapun untuk mendapatkan jawaban saat ujian, dan masih banyak lagi.
Juga seperti koruptor, yang berbuat seenaknya merampas uang yang bukan haknya.
Hal-hal tersebut menandakan bahwa orang tersebut merasa tidak diawasi oleh Tuhan
mereka.
Kemudian mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Akur dalam bermasyarakat sebagai
umat beragama saling menghormati kehendak beribadah satu sama lain sesuai agama
yang sah di Indonesia. Tidak menghalang-halangi umat beragama lain untuk beribadah
dan berdakwah masing-masing asalkan masih dalam norma-norma yang berlaku.
Beranggapan agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Digaris bawahi, bahwa adanya sangkut paut kita terhadap Tuhan. Kita yakin bahwa
tuhan menilai setiap perbuatan kita, maka dari itu kita harus berbuat yang terbaik di
mata Tuhan kita. Mulailah mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Tidak
memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain. Jangan memaksakan agama kepada orang lain, biarkan mereka memilih dan
menilai setiap agama. Masih banyak juga doktrinisasi agama yang memaksa secara
langsung maupun tidak langsung. Doktrinisasi secara langsung salah satunya adalah

B u l e t i n
4 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


penculikan, terorisme, dan pengakuan jaminan masuk surga. Sebenarnya yang lebih
parah adalah doktrinisasi secara tidak langsung salah satunya adalah bantuan finansial,
secara sengaja mereka memberikan bantuan finansial yang banyak kepada seseorang
dan pada akhirnya orang tersebut dipaksakan masuk agama tersebut dengan alasan
bantuan yang telah diberikan.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan suatu kesadaran
tentang keteraturan, sebagai asas kehidupan, sebab setiap manusia mempunyai potensi
untuk menjadi manusia sempurna, yaitu manusia yang beradab. Manusia yang maju
peradabannya tentu lebih mudah menerima kebenaran dengan tulus, lebih mungkin
untuk mengikuti tata cara dan pola kehidupan masyarakat yang teratur, dan mengenal
hukum universal. Kesadaran inilah yang menjadi semangat membangun kehidupan
masyarakat dan alam semesta untuk mencapai kebahagiaan dengan usaha gigih, serta
dapat diimplementasikan dalam bentuk sikap hidup yang harmoni penuh toleransi dan
damai.
Sila kedua, mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Mengakui persamaan derajat,
persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku,
keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya. Tidak merendahkan orang lain dengan mudah tetapi bersikaplah rendah
diri agar tidak menimbulkan perpecahan satu sama lain. Menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, sikap saling
tenggang rasa dan tepa selira, dan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
Mulailah menghargai satu sama lain memberikan perhatian kepada mereka yang
mengalami kesusahan. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan memberikan bantuan
sukarela kepada mereka yang membutuhkan. Berani membela kebenaran dan keadilan,
pada kenyataannya sekarang ini banyak orang yang menganggap yang benar itu salah
dan yang salah itu benar. Sudah susah membedakan benar dan salah menjadikan
pudarnya sudut pandang kebenaran dan keadilan itu sendiri. Bangsa Indonesia merasa
dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, buatlah yang terbaik sebagai warga
negara Indonesia di mata dunia. Sekarang ini banyak sekali saling menghina antar
negara, dan mungkin memalukan nama harum bangsa ini. Mulailah mengembangkan
sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian, kehadiran
Indonesia dan bangsanya di muka bumi ini bukan untuk bersengketa. Bangsa Indonesia
hadir untuk mewujudkan kasih sayang kepada segenap suku bangsa dari Sabang
sampai Marauke.
Sila Persatuan Indonesia, kita sebagai warga negara Indonesia harus mampu
menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
Perlu dijelaskan bahwa sudah tidak sedikit lagi orang-orang yang sudah hilang rasa
persatuan dan nasionalisme, mulai acuh tak acuh apa yang terjadi pada negara kita.
Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa dan mengembangkan rasa
kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

Upaya Melestarikan Pancasila Sebagai Dasar Negara dan 5


Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Mulailah dengan cara mencintai produk Indonesia, saat ini banyak pemuda yang
menggunakan dan membuat trademark Indonesia. Memelihara ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Mengembangkan
persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika dan memajukan pergaulan demi
persatuan dan kesatuan bangsa. Menjalin hubungan baik antara negara lain, tidak
saling menjatuhkan dan menimbulkan perselisihan.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup berdampingan dengan
orang lain, dalam interaksi itu biasanya terjadi kesepakatan, dan saling menghargai
satu sama lain atas dasar tujuan dan kepentingan bersama. Prinsip-prinsip kerakyatan
yang menjadi cita-cita utama untuk membangkitkan bangsa Indonesia, mengerahkan
potensi mereka dalam dunia modern, yakni kerakyatan yang mampu mengendalikan
diri, tabah, menguasaidiri
Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama dan
tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. Mengutamakan musyawarah
dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama, mencapai mufakat diliputi
oleh semangat kekeluargaan, menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan
yang dicapai sebagai hasil musyawarah dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab
menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan
hati nurani yang luhur. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan
demi kepentingan bersama. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkan ketidak
berpihakkan, keseimbangan, serta pemerataan terhadap suatu hal. Mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa.
Sila kelima yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Mengembangkan
perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan, sikap adil terhadap sesama. Tingkatkan rasa kerjasama kepada
siapapun untuk meningkatkan keadilan satu sama lain, tidak saling melempar kesalah
satu sama lain. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak
orang lain, dan suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
Yang perlu digaris bawahi adalah jangan menggunakan hak milik untuk usaha-usaha
yang bersifat pemerasan terhadap orang lain, hal-hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah, maupun bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
Banyaknya penggunaan hak milik yang telah dijelaskan membuat banyak timbulnya
penipuan dan berperilaku konsumtif yang merusak bangsa kita. Mulailah dengan hal
yang positif seperti bekerja keras, menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat

B u l e t i n
6 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama, dan melakukan kegiatan dalam rangka
mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial. Bukan melakukan tindakan
yang merusak dan merugikan oranglain.

KESIMPULAN
1. Pancasila sebagai dasar negara termaktub secara yuridis konstitusional dalam
pembukaan UUD 1945, yang merupakan cita-cita hukum dan norma hukum yang
menguasai hukum dasar negara RI dan dituangkan dalam pasal-pasal UUD 1945
dan diatur dalam peraturan perundangan. Selain bersifat yuridis konstitusional,
pancasila juga bersifat yuridis ketata negaraan yang artinya pancasila sebagai
dasar negara, pada hakikatnya adalah sebagai sumber dari segala sumber
hukum. Artinya segala peraturan perundangan secara material harus berdasar dan
bersumber pada pancasila.
2. Pancasila sebagai pandangan hidup sering juga disebut way of life, pegangan
hidup, pedoman hidup, pandangan dunia atau petunjuk hidup. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa dipergunakan sebagai petunjuk dalam kehidupan
sehari–hari masyarakat Indonesia baik dari segi sikap maupun prilaku haruslah
selalu dijiwai oleh nilai-nilai luhur pancasila.
3. Upaya-upaya untuk melestarikan nilai- nilai luhur pancasila di era globalisasi
adalah: sebagai generasi penerus bangsa harus memahami, menghayati, dan
mengamalkan butir-butir Pancasila dari Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
dimanapun/kapanpun berada.
Pendidikan pancasila harus ditanamkam pada anak-anak, baik melalui pendidikan
formal maupun non formal, dan mengimplementasikan nilai–nilai pancasila dalam
kehidupan sehari-hari.

*) Guru SD Negeri Sidorejo Kalasan Sleman Yogyakarta

Upaya Melestarikan Pancasila Sebagai Dasar Negara dan 7


Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Pendidikan
Seni dan Budaya

Karakter Jawa “Paku Bumi”


Dunia Pariwisata
Oleh : Widiatmoko Herbimo*

Pendahuluan

I lmu pengetahuan dan teknologi pada abad ke-21, semakin berkembang pesat.
Perkembangan teknologi memudahkan masyarakat untuk memperoleh pengetahuan
dan hiburan. Namun demikian, kemudahan tersebut memberikan dampak yang
beragam bagi kehidupan masyarakatnya, salah satunya adalah perkembangan nilai
dan kebiasaan dalam suatu lingkungan masyarakat, baik positif maupun negatif.
Dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat persebaran
informasi menjadi sangat cepat di seluruh dunia, sehingga mendorong terjadinya
proses globalisasi di segala aspek. Salah satu aspek yang paling mudah mendapatkan
pengaruh globalisasi adalah nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat, dengan adanya
globalisasi terjadi proses perpaduan nilai, kekaburan nilai, bahkan terkikisnya nilai-nilai
asli yang ada (kearifan lokal). Masyarakat terutama anak muda, mulai meninggalkan
ajaran-ajaran dan patokan-patokan, yang mengajarkan bagaimana manusia hidup dan
bertindak di dalam kehidupan bermasyarakat.
Melalui perkembangan teknologi tersebut anak dapat leluasa mencari dan
menonton tayangan yang diinginkanya, padahal tidak semua tayangan dapat
memberikan efek positif bagi anak. Dan menurut penelitian yang dilakukan bahwa
ketika melihat tayangan yang berbau kekerasan maka anak dapat menggap tindakan
kekerasan adalah hal yang biasa, dan memicunya untuk melakukan tindakan yang
agresif. Maka tidak heran di era sekarang ini banyak terjadi kasus kekerasan seperti
tawuran antar pelajar, yang bahkan sampai merenggut nyawa. Berbagai kasus tersebut
mengindikasikan bahwa karakter bangsa kita telah merosot, pendidikan khususnya
pendidikan karakter memiliki porsi yang besar gunamengatasi kemrosotan karakter
warga Indonesia. Berbagai teori karakter dari ahli terkenal di dunia di ambil dan di terapkan
keberbagai ranah pendidikan di Indonesia. Hal tersebut justru membuat kita seakan
lupa bahwa kita memiliki sumber-sumber pendidikan karakter yang asli dari budaya kita.
Dalam mendidik karakter bangsa kita tentunya dapat memanfaatkan kekayaan budaya
bangsa Indonesia, keanekaragaman kultur dan tradisi itu merupakan aset. bangsa yang
sangat berharga dan perlu dilestarikan. Termasuk budaya Jawa yang mengandung
nilai-nilai luhur adalah bagian dari aset bangsa yang harus jaga agar menjadi simbul
kebanggaan/identitas nasional bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pendidikan karakter
yang berbasis kearifan lokal sangat penting dilaksanakan mengingat praktik pendidikan
kita selama ini terlalu berorientasi ke barat dan melupakan nilai-nilai keunggulan yang
ada di bumi Nusantara ini.

B u l e t i n
8 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


Karakter Jawa Pada Pariwisata
Sesuai dengan nawacitanya Bapak Jokowi yaitu dengan istilah “10 Bali Baru”,
maka tak heran pariwisata di Indonesia di mata pemerintah termasuk program utama
yang diprioritaskan. Penting bagi industri pariwisata Indonesia di pemerintahan era
Jokowi adalah untuk meningkatkan kontribusinya pada produk domestik bruto (PDB)
karena hal ini akan memicu lebih banyak pendapatan devisa (karena setiap wisatawan
asing menghabiskan rata-rata antara 1.100 dollar AS sampai 1.200 dollar AS per
kunjungan) dan juga menyediakan kesempatan kerja untuk masyarakat Indonesia
(berdasarkan data terakhir dari Badan Pusat Statistik, tingkat pengangguran di negara ini
mencapai 5,81% di Februari 2015). Diperkirakan bahwa hampir 9% dari total angkatan
kerja nasional dipekerjakan di sektor pariwisata.
Saat ini, sektor pariwisata Indonesia berkontribusi untuk kira-kira 4% dari total
perekonomian. Pada tahun 2019, Pemerintah Indonesia ingin meningkatkan angka ini dua
kali lipat menjadi 8% dari PDB, sebuah target yang ambisius (mungkin terlalu ambisius)
yang mengimplikasikan bahwa dalam waktu 4 tahun mendatang, jumlah pengunjung
perlu ditingkatkan dua kali lipat menjadi kira-kira 20 juta. Dalam rangka mencapai target
ini, Pemerintah akan berfokus pada memperbaiki infrastruktur Indonesia (termasuk
infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi), akses, kesehatan & kebersihan dan
juga meningkatkan kampanye promosi online (marketing) di luar negeri. Pemerintah
juga merevisi kebijakan akses visa gratis di 2015 yang fungsinya untuk menarik lebih
banyak turis asing.
Dalam Travel & Tourism Competitiveness Report dari World Economic Forum,
yang “mengukur sejumlah faktor dan kebijakan yang memungkinkan perkembangan
berkelanjutan dari sektor travel & wisata, yang pada gilirannya, berkontribusi pada
pembangunan dan daya kompetitif negara ini,” Indonesia melompat dari peringkat 50 di
tahun 2015 menjadi peringkat 30 di tahun 2017, sebuah kemajuan yang mengagumkan.
Lompatan ini disebabkan oleh pertumbuhan cepat dari kedatangan turis asing ke
Indonesia, prioritas nasional untuk industri pariwisata dan investasi infrastruktur
(contohnya jaringan telepon seluler kini mencapai sebagain besar wilayah di negara
ini, dan transportasi udara telah meluas). Laporan ini menyatakan bahwa keuntungan
daya saing Indonesia adalah harga yang kompetitif, kekayaan sumberdaya alam
(biodiversitas), dan adanya sejumlah lokasi warisan budaya.
Bicara warisan budaya, karakter timur kita sebagai bangsa Indonesia sangat
dibutuhkan dalam mendukung program tersebut. Dengan adanya karakter timur yang
muncul di permukaan dunia pariwisata Indonesia, diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan negara di bidang pariwisata. Yogyakarta sebagai barometer kebudayaan
jawa dituntut sebagai pelopor pertama dalam memajukan karakter jawa pada dunia
pariwisata yang diantara adalah :
1. Ojo Dumeh
Ojo dumeh ungkapan sederhana tetapi mengandung arti mendalam. Bila
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia yaitu jangan sok. Pengertian aja dumeh
adalah suatu sikap seseorang untuk tidak sombong, yang apabila dilanjutkan
mengakibatkan lupa diri. Ungkapan ini dalam dunia pariwisata mengingatkan
kepada kita jangan sekali-kali berperilaku dumeh tersebut, sehingga ketika ada
wisatawan lokal maupun internasional kita melayani mereka dengan setulus hati
tanpa memperhatikan strata sosialnya.

Karakter Jawa “Paku Bumi” Dunia Pariwisata 9


2. Tepo Seliro
Tepa selira secara sederhana diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia
tenggang rasa. Tepa selira merupakan perilaku seseorang yang mampu memahami
perasaan orang lain. Dengan demikian orang yang mempunyai tepa selira tidak
akan bertindak sewenang-wenang jika melayani tamu atau wisatawan. Tepa selira
artinya mampu memahami perasaan pengunjung (empati) dalam dunia barat di
kenal dengan isitilah trial by the press. Pada dasarnya seseorang yang mempunyai
tepa selira adalah tidak cepat-cepat mengambil kesimpulan untuk menyalahkan
orang lain. Tepa selira dapat diartikan pula setiap orang menghormati hak-hak
azasi manusia dan menghormati pendapat orang lain.
3. Mawas Diri
Mawas diri adalah memeriksa didalam hati nurani / intronspeksi diri,
apakah tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan norma-norma dan tata
nilai ataukah belum. Bagi masyarakat Jawa senang menjalankan mawas diri dan
berusaha untuk selalu menjadi pedoman cara bertindak guna mendapat jawaban
atas persoalan yang dihadapinya. Masyarakat Jawa diharapkan selalu bertindak
sesuai moral yang dapat dibenarkan dan dapat dipertanggungjawabkan. Langkah
yang dilakukan adalah dengan penuh pertimbangan dengan cara menganalisis
lebih mendalam berdasarkan hati nurani. Istilah mawas diri dalam dunia pariwisata
adalah, kita boleh menerima semua tingkah laku wisatawan, namun tingkah laku
yang merugikan kepentingan umum haruslah kita tinggalkan.
4. Budi Luhur
Pendidikan budi luhur melatar belakangi pendidikan budi pekerti yang
diajarkan di alam lingkungan keluarga sebagai pendidikan inti, maupun di dalam
sekolah oleh para guru. Budi luhur adalah perilaku seseorang untuk selalu berbuat
yang terbaik dan berbagai kebaikan. Pada prinsipnya kita harus berusaha jangan
sampai berbuat jahat dan untuk itu kita harus menjauhkan diri dan perbuatan srei
dan drengki. Perbuatan srei adalah perbuatan serakah yaitu ingin mengusai segala-
galanya sedangkan drengki adalah iri terhadap keberhasilan atau kekayaan orang
lain. Sehingga dengan adanya sikap Budi Luhur pada dunia pariwisata, diharapkan
para wisatawan yang datang ke Indonesia merasa nyaman dengan penghuni lokal
di daerah wisata.
5. Gemi, Nastiti, dan Ngati-ati
Gemi artinya pandai menghemat, nastiti artinya cermat yaitu segala tindakan
yang akan dilakukan perlu dipertimbangkan masak-masak, dan ngati-ati arti
dalam bahasa Indonesia adalah selalu berhati-hati. Ketiga kata tersebut di dunia
pariwisata mengandung makna yang mendalam dimana, kita diharapkan menjaga
kelestarian alam, tidak bertindak ceroboh dengan merusak atau membunuh
kehidupan yang ada, dan ngati-ngati bermakna kita harus selalu waspada dengan
kerusakan lingkungan yang ke depan sangat berdampak sistemik bagi kehidupan
sekitarnya.

B u l e t i n
10 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


6. Ajining Dhiri Saka Obahing Lathi
Ungkapan ini dapat diartikan harga dirinya sesorang adalah berawal
dari tindak tanduknya ucapan seseorang tersebut. Oleh karena itu, kita dalam
menerima wisatawan harus hati-hati dalam berkata sehingga harga diri negara
Indonesia sebagai negara yang sopan, negara yang menghargai perbedaan suku,
bangsa, dan agama dapat terjaga di mata negara lain.
Dari karakter diatas, maka pendidik dapat menerapkannya pada pendidikan
untuk membentuk karakter. Menurut Prof. Dr. Cece Rakhmat, M.Pd untuk menanamkan
karakter pada anak terdapat pada tiga tahap, Pertama kognitif, mengisi otak,
mengajarinya dari tidak tahu menjadi tahu, dan pada tahap-tahap berikutnya dapat
membudayakan akal pikiran, sehingga dia dapat memfungsi akalnya menjadi
kecerdasan intelegensia. Kedua, afektif, yang berkenaan dengan perasaan, emosional,
pembentukan sikap di dalam diri pribadi seseorang dengan terbentuknya sikap, simpati,
antipati, mencintai, membenci,dan lain sebagainya. Sikap ini semua dapat digolongkan
sebagai kecerdasan emosional. Ketiga, psikomotorik, adalah berkenaan dengan
aktion, perbuatan,prilaku, dan seterusnya. Hal itu juga sependapat dengan apa yang
dikatakan Ki Hajar Dewantoro “ngertingerasa-ngelakoni” (menyadari, menginsyafi dan
melakukan). Untuk menanamkan ketiga ranah karakter (pengetahuan, perasaan dan
tindakan) pada anak, maka sekolah dapat melakukanya dengan empat metode seperti :
1. Penanaman nilai
Untuk menanamkan nilai-nilai budaya jawa yang memiliki kandungan
karakter luas tersebut, maka dapat dilakukan dengan terintegrasi pada mata
pelajaran misalnya pendidikan kewarganegaraan dengan kepariwisataan atau
melalui penggunaan model pembelajaran value clarification technique, sehingga
peserta didik memiliki pengalaman untuk dapat mempertimbangkan baik buruk
perilaku yang akan dilakukanya.
2. Keteladanan nilai
Keteladanan nilai memiliki kontribusi yang sangat besar dalam mendidik
dan membina karakter. Keteladanan lebih mengedepankan aspek perilaku dalam
bentuk tindakan nyata daripada sekedar berbicara. Keteladanan menjadi sangat
penting untuk mengatasi masalah karakter dan memiliki kontribusi yang sangat
besar dalam mendidik dan membina karakter. Untuk itu pendidik dapat menjadi role
mode atau contoh nyata bagi peserta didik untuk menerapkan dan mengaplikasikan
nilai-nilai budaya jawa yang universal pada berbagai kesempatan di Sekolah.
3. Fasilitasi nilai
Fasilitasi nilai merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada
subjek didik untuk mempraktikan nilai-nilai yang telah di ajarkan kedalam kehidupan/
kegiatan nyata. Misalnya saja sekolah bisa mengajak peserta didik untuk melihat
kehidupan masyarakat jawa dalam menyambut wisatawan maupun melayani
wisatawan secara langsung, dengan demikian peserta didik juga dapat mencontoh
dan mempraktikan nilai adat jawa yang selama ini diperolehnya, kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh subjek didik dalam pelaksanaan metode fasilitasi nilai dinilai
dapat membawa dampak positif pada perkembangan kepribadian.

Karakter Jawa “Paku Bumi” Dunia Pariwisata 11


4. Keterampilan
Untuk melatih keterampilan moral, pendidik dapat menyajikan pembelajaran
yang berisi kasus-kasus yang mengharuskan peserta didik untuk dapat menilai
dan menimbang dengan menggunakan nilai-nilai jawa dalam dunia pariwisata.
Oleh karena itu, dengan melatih keterampilan moral diharapkan peserta didik
dapat memiliki kompetensi yang penting guna menghadapi persoalan dalam hidup
mereka, khususnya pendidikan kepariwisataan.

Penutup
Dapat disimpulkan dengan memahami berbagai nilai yang terdapat pada
ungkapan jawa tersebut, maka kita dapat memperoleh nilai-nilai luhur yang dapat
digunakan sebagai sumber pendidikan karakter yang bersifat universal. Sedangkan
untuk menanamkanya pada peserta didik, sekolah dapat menggunakan empat metode
yakni penanaman nilai, keteladanan nilai, fasilitasi nilai, dan keterampilan.
Namun juga perlu digaris bawahi bahwa budaya jawa bukanlah sebagai inti
dari pendidikan karakter yang ada, tetapi hanya sebagian kecil yang digunakan untuk
melengkapi dan memperbaiki kelemahan-kelemahan pendidikan karakter yang ada.
Kekuatan dari budaya jawa adalah pada arti yang universal sehingga memungkinkan untuk
memperjelas sebuah pendidikan karakter pada sekolah. Budaya Jawa dapat mendukung
kegiatan budaya karakter bangsa Indonesia sehingga mendukung keinginan pemerintah
dalam memajukan pendidikan karakter di SMK. Oleh karena itu, diharapkan adanya
pendidikan budaya jawa dapat memberikan pendidikan karakter bagi para peserta
didiknya, khususnya SMK Negeri 4 Yogyakarta.

*) Guru Akomodasi Perhotelan SMK Negeri 4 Yogyakarta

B u l e t i n
12 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


Berita Utama

Mewujudkan Sekolah Unggulan Melalui


Proses Pembelajaran Terbaik

Oleh : Jumadi *)

P endidikan adalah jembatan emas menuju kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Hal
tersebut sejak awal sudah disadari oleh para pendiri bangsa (founding fathers) dengan
mencantumkan frasa “mencerdaskan kehidupan bangsa” dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Upaya untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa hanya dapat dilakukanmelalui praksis pendidikan berkualitas yang
dapat diakses semua warga negara.
Menyelenggarakan pendidikan berkualitas merupakan tugas dan kewajiban
pemerintah. Sementara, memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas merupakan
hak setiap warga negara. Untuk memenuhi kepentingan tersebut, pemerintah harus
menjamin tidak boleh ada disparitas kualitas antara sekolah yang satu dengan sekolah
yang lain. Dengan kata lain, semua warga negara, baik di kota maupun di perdesaan,
di pulau Jawa maupun di luar Jawa berhak mendapatkan layanan pendidikan yang
berkualitas.
Dengan demikian, menyelenggarakan pendidikan yang memiliki kualitas
dan aksesbilitas bagi seluruh warga negara adalah tugas konstitusional yang harus
ditunaikan oleh pemerintah.

Mewujudkan Pendidikan Berkualitas


Mewujudkan pendidikan berkualitas yang merata memang bukan pekerjaan
mudah. Namun, hal tersebut sudah menjadi tugas dan kewajiban pemerintah untuk terus
berupaya mewujudkannya. Tanpa pemerataaan kualitas pendidikan, pembangunan
sumber daya manusia Indonesia hanya akan menjadi ilusi semata.
Salah satu langkah yang saat ini tengah diambil oleh pemerintah untuk
memeratakan kualitas pendidikan adalah dengan menerapkan sistem baru dalam
Penerimaan Peserta Didik (PPDB). Sistem baru tersebut adalah sistem zonasi dalam
PPDB yang diyakini sebagai langkah awal mewujudkan pendidikan berkualitas yang
merata.
Poin tentang sistem zonasi itulah yang kemudian menimbulkan polemik di tengah
masyarakat. Menanggapi hal tersebut Menteri Pendidikandan Kebudayaan (Mendikbud)
Muhadjir Effendy mengatakan bahwa sistemzonasi merupakan tindaklanjut dari arahan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai pentingnya pemerataan kualitas pendidikan.

Mewujudkan Sekolah Unggulan Melalui Proses Pembelajaran Terbaik 13


A. Sistem Zonasi
Sistem zonasi termaktub dalam Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 tentang
PPDB pada Bagian Keempat tentang Sistem Zonasi, Pasal 15 Ayat (1) yangberbunyi:
Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib menerima calon peserta
didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari sekolah paling sedikit sebesar
90% (Sembilan puluh persen) dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima).
Jika dibandingkan dengan PPDB sebelumnya, ketentuan tentang sistem zonasi
tersebut lebih bersesuaian dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 20013
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: Pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
Sistem zonasi dipercaya merupakan langkah awal pemerataan kualitas
pendidikan sebabselamainimasih terdapatkastanisasi dalam dunia pendidikan kita.
Satu sisi ada sekolah yang menyandang predikat sekolah unggulan. Namun di sisilain,
ada juga sekolah yang menyandang predikat sekolah pinggiran atau buangan yang
identik dengan sekolah berkualitas rendah. Jika praksis pendidikan tersebut terus
dipertahankan, hal tersebut dapat menghambat terwujudnya pemerataan kualitas
pendidikan sebagaimana amanat konstitusi kita.
Tentu banyak pihak menyambut baik kebijakan tersebut. Erna Fermanti dalam
artikel opininya yang berjudul “Mencari Solusi untuk Zonasi” menyatakan bahwa
sistem zonasi merupakan solusi untuk mewujudkan pemerataan kualitas pendidikan
(Kedaulatan Rakyat, 05/03/2018).
Di lain pihak, orang tuasiswa yang merasa memiliki anak dengan nilai akademik
tinggi juga merasa dirugikan dengan system zonasi tersebut karena mereka tidak bisa
lagi memilih sekolah yang mereka anggap berkualitas untuk anak mereka.
Dalam artikel opini berjudul “Zonasi dan Motivasi Belajar Siswa”, Sri Rahayu
Budiani mengatakan bahwa siswa-siswa yang mempunyai potensi besar dan
berkemauan tinggi untuk belajar akan terhalang maju hanya karena orang tuanya
bertempat tinggal di luar kota atau di daerah perdesaan/pinggiran.Sementara ada anak
di kota, meskipun tidak pernah belajar dan nilai-nilainya sangat jelek mereka tetap ada
jaminan untuk diterima di sekolah kualitas tinggi hanya karena dekat dengan sekolah
tersebut (Kedaulatan Rakyat, 10/03/2018)
Demikianlah, pro kontra tentang penerapan system zonasi dalam PPDB pada
dasarnya bermuara pada pandangan distingtif antara sekolah unggulan dan sekolah
non unggulan.
B. Definisi Sekolah Unggulan
Sekolah unggulan selama ini identik dengan sekolah yang melakukan seleksi
ketat dalam PPDB. Seleksi tersebut berdasarkan pada capaian nilai hasil ujian calon
siswa. Calon siswa yang tidak memenuhi nilai minimal secara otomatis akan tersingkir.
Stigma sebagai anak yang gagal masuk sekolah unggulan pun akan terus melekat pada
benak anak tersebut seumur hidup.
Definisi sekolah uggulan seperti di atas pada dasarnya lebih tepat jika disebut
sekolah dengan input siswa unggul (best input). Sementara, sekolah unggulan yang
ingin diwujudkan melalui system zonasi adalah sekolah yang menyelenggarakan proses
pembelajaran terbaik (best process) untuk melahirkan keunggulan-keunggulan pada
diri siswa, baik dari sisi akademik maupun nonakademik.

B u l e t i n
14 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


Dalam hal
ini, Munif Chatib
mengatakan bahwa
sekolah unggulan
adalah sekolah
yang foku pada
kualitas proses
pembelajaran,
bukan pada kualitas
input siswanya
(Sekolahnya
Manusia, 2014:93)
D e n g a n
demikian sekolah
unggulan adalah
sekolah yang proses
pembelajarannya Gambar1.
mampu menjamin Teknik pembelajaran menggunakan teknologi terkini.
semua siswa
terbimbing kearah
perubahan yang lebih baik, bagaimanapun kualitas akademik dan non akademik yang
mereka miliki. Sekolah unggulan dengan definisi tersebut diharapkan mampu melayani
semua siswa, baik yang memiliki nilai akademik tinggi maupun nilai akademik rendah.
Oleh sebab itu, system zonasi pada dasarnya adalah peta jalan mewujudkan
pendidikan yang berkualitas tanpa memunculkan kastanisasi pendidikan melalui
penyelenggaraan proses pembelajaran terbaik.
C. Proses Pembelajaran Terbaik
Sistem zonasi dalam PPDB merupakan terobosan untuk mewujudkan
pemerataan kualitas pendidikan bagi semua warga negara. Dengan sistem tersebut,
tidak ada lagi sekolah berpredikat unggulan hanya karena memiliki input siswa dengan
nilai akademik tinggi. Sebaliknya, tidak akan ada lagi sebutan sekolah buangan hanya
karena menerima siswa yang gagal masuk sekolah unggulan.
Profil sekolah yang ingin diwujudkan melalui sistem zonasi dalam PPDB
adalah sekolah dengan proses pembelajaran terbaik.Adapun langkah-langkah untuk
mewujudkan sekolahunggulan melalui proses pembelajaran terbaik adalah sebagai
berikut.
a. Fokus pada proses pembelajaran
Kegiatan inti (core business) sekolah adalah menyelenggarakan proses
pembelajaran. Untuk dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang
berkualitas, seluruh sumber daya yang ada di sekolah harus diarahkan untuk
fokus pada proses pembelajaran.Dengan kata lain, guru merupakan figur sentral
dalam sukses tidaknya proses pembelajaran.

Mewujudkan Sekolah Unggulan Melalui Proses Pembelajaran Terbaik 15


Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
sudah ditegaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Berdasarkan hal tersebut, guru tidak boleh memiliki beban di luar tugas pokok
dan fungsinya sebagai pendidik. Tugas-tugas teknis administratif yang berkaitan
dengan guru sudah seharusnya dibuat sesederhana mungkin agar tugas pokok
dan fungsi guru sebagai pendidik tidak terbengkelai. Hanya melalui guru yang
fokus pada tugas sebagai pendidiklah proses pembelajaran terbaik akan terwujud.

b. Mengimplementasikan pendidikan karakter


Secara empiris pendidikan karakter merupakan pondasi penting untuk
membangun negara yang beradab, maju, dan sejahtera.
Sebagai lokus pembangunan sumber daya manusia, sekolah harus
menjadikan pendidikan karakter sebagai bagian integral dalam proses
pembelajaran. Hal tersebut sudah ditegaskan dalam Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter bahwa
penguatan pendidikan karakter merupakan tanggung jawab bersama keluarga,
satuan pendidikan, dan masyarakat.
Di samping itu, Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Oleh sebab itu, proses pembelajaran terbaik adalah proses pembelajaran
yang mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kegiatan belajar mengajar agar
selain cerdas, siswa juga akan menjadi pribadi yang berbudi pekerti.

c. Mengadopsi teori kecerdasan majemuk


Proses pembelajaran terbaik salah satunya adalah dilakukan dengan
pendekatan belajar berpusat pada siswa (student-centered learning). Hal tersebut
mengharuskan guru untuk mampu mengenali potensi kecerdasan masing-masing
siswa.
Seperti kita ketahui bahwa teori kecerdasan saat ini telah berkembang
sedemikian pesat. Salah satunya adalah teori kecerdasan majemuk (multiple
intelligences) yang dikemukakan oleh Howard Gardner. Menurut Gardner ada 8
kecerdasan manusia, yaitu kecerdasan logis-matematis, visual-spasial, naturalis,
spasial, kinestetis, musikal, intrapersonal dan interpersonal.

B u l e t i n
16 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


Konsep kecerdasan majemuk meyakini bahwa masing-masing anak memiliki
keunikan. Lebih jauh, konsep ini percaya bahwa tidak ada anak yang bodoh sebab
setiap anak pasti memiliki minimal satu kelebihan. Apabila kelebihan tersebut dapat
dideteksi sedari awal, otomatis kelebihan itu adalah potensi kepandaian sang anak
yang dapat mengantarkannya pada kesuksesan.

d. Melaksanakan sistem penjaminan mutu


Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009
tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP), sistem penjaminan mutu
merupakan kegiatan sistemik dan terpadu pada penyelenggaraan pendidikan untuk
meningkatkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa oleh satuan pendidikan.
Penjaminan mutu memiliki dua bentuk, yaitu: pertama, dalam bentuk desain
kegiatan proses perbaikan dan pengembangan mutu secara berkelanjutan
(continous quality improvement). Kedua, dalam bentuk budaya mutu (quality
culture) yang mengandung tata nilai yang menjadi prinsip atau asas yang dianut
oleh pemangku kepentingan pendidikan (Nanang Fatah, 2013:2).
Adapun tujuan SPMP adalah untuk memenuhi atau melampaui Standar
Nasional Pendidikan yang terdiri dari standar kompetensi lulusan, isi, proses,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pembiayaan, dan penilaian.
Dengan demikian,melaksanakan SPMP merupakan suatu keniscayaan
dalamrangka mendukung terwujudnya proses pembelajaran terbaik.

e. Mengembangkan kompetensi guru secara berkelanjutan


Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Konsekuensi dari jabatan guru sebagai profesi, diperlukan suatu sistem pembinaan
dan pengembangan terhadap profesi guru secara terprogram dan berkelanjutan
melalui kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).
PKB adalah bagian penting dari proses pengembangan keprofesian guru
yang merupakan tanggungjawab guru secara individu sebagai masyarakat
pembelajar. Meskipun demikian, sekolah harus mampu menciptakan ekosistem
yang mendorong guru agar terus mengembangkan kompetensinya secara
berkesinambungan.
Kegiatan PKB, yang mencakup antara lain pengembangan diri, publikasi
ilmiah, dan/atau karya inovatif, bertujuan untukmencapai kompetensi dasar yang
disyaratkan bagi profesi guru, pendalaman dan pemutakhiran pengetahuan,
peningkatan keterampilan dan kemampuan guru untuk menghasilkan
publikasiilmiah dan/atau karya inovatif yang menunjang pengembangan karirnya
sebagai guru.
Guru yang secara berkelanjutan mengembangkan diri akan memiliki pengaruh
positif bagi terwujudnya proses pembelajaran terbaik.

Mewujudkan Sekolah Unggulan Melalui Proses Pembelajaran Terbaik 17


Kesimpulan
Kualitas pendidikan yang merata dan dapat diakses semua warga negara tanpa
kecuali adalah amanat konstitusional yang harus ditunaikan oleh pemerintah. Salah
satu langkah awal yang diambil oleh pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut adalah
dengan menerapkan sistem zonasi dalam PPDB.
Dengan sistem zonasi diharapkan semua sekolah memiliki kesempatan yang
sama untuk mewujudkan sekolah unggulan sehinggatidak ada lagi disparitas kualitas
pendidikan antar sekolah atau antar daerah.Sekolah unggulan bukan merupakan
sekolah dengan input siswa terbaik (best input), tetapi sekolah unggulan adalah sekolah
yang melaksanakan proses pembelajaran terbaik (best process).
Pada era penerapan sistem zonasi dalam PPDB, sekolah harus melaksanakaan
proses pembelajaran terbaik untuk mewujudkan sekolah yang berkualitas. Hanya
dengan cara demikianlah, kualitas pendidikan akan merata di seluruh daerah.

*) Guru SMKN 1 Dlingo, Bantul

B u l e t i n
18 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


Psikologi
Pendidikan

Urgensi Pendidikan Anti Terorisme


Sejak Dini

Oleh : Yose Rizal Triarto *)

T ragedi bom gereja di Surabaya sebagai bentuk aksi terorisme, yang mengguncang
tiga gereja di Surabaya yang terjadi pada hari Minggu, 13 Mei 2018 yang lalu,
masih meninggalkan duka yang mendalam. Luapan emosi, marah, sedih, dan trauma,
tentu masih dirasakan oleh keluarga korban yang ditinggalkan. Wali Kota Surabaya
Tri Rismaharini sendiri turut menangis, merasa terpukul dan sedih karena banyak
warganya menjadi korban pengeboman di 3 gereja. Risma mengecam keras tindakan
teror yang memakan 13 korban jiwa tersebut. Banyak pihak mempertanyakan apa motif
yang dilakukan satu keluarga dengan sejumlah anak yang ikut dilibatkan pula dalam
aksi pengeboman tersebut.
Aksi terorisme sendiri adalah manifestasi dari penistaan ajaran agama. Perilaku
terorisme hanya akan membawa kehancuran bagi umat manusia. Terorisme tidak hanya
sebagai ancaman terhadap keamanan dan keselamatan warga negara, tetapi juga
keamanan nasional. Pendidikan anti terorisme sejak dini terutama di Indonesia selama
ini belum pernah ada. Sehingga dalam hal ini diperlukan terobosan baru dari pemerintah
untuk mencegah aksi terorisme di negara ini sejak dini. Tujuan dari pendidikan anti
terorisme yang dilakukan sejak dini ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan
pemahaman sedini mungkin bagi masyarakat melalui kurikulum pelajaran yang
disisipkan pada mata pelajaran agama yang ada di sekolah dasar hingga perkuliahan.
Dengan demikian sedini mungkin masyarakat sudah dibekali benteng pertahanan yang
mendalam untuk mencegah aksi terorisme dalam bentuk apapun dan di manapun
maupun kegiatan-kegiatan yang mengarah pada aksi terorisme.
Aksi terorisme di Indonesia mulai mencuat pada tahun 2000 yang diawali dengan
bom Bursa Efek Jakarta yang diikuti dengan serangkaian pengeboman yang lainnya
dan yang paling mematikan adalah Bom Bali I pada tahun 2002 di Bali yang memakan
korban 202 korban jiwa dan 300 orang lainnya terluka. Dari tahun 2000-2010 telah
terjadi 25 kasus pengeboman yang dilakukan oleh teroris. (Kusumo, 2011)
Seseorang yang melakukan tindak terorisme disebut teroris. Seorang yang telah
menjadi teroris berarti mau tidak mau dia telah melakukan perbuatan yang menyimpang
agama. Terorisme dalam perspektif agama apapun tidak bisa dibenarkan. Karena
hakikat agama pada dasarnya adalah membimbing umatnya menuju kedamaian.
Kekerasan dan terorisme adalah musuh agama yang harus diperangi. Terorisme
adalah manifestasi dari penistaan ajaran agama. Perilaku terorisme oleh sekelompok
orang adalah bukti kepongahan dan keegoisan sepihak. Mereka tidak lain adalah
orang-orang yang hanya akan membawa kehancuran bagi umat manusia. Dan sampai
derajat tertentu, mereka inilah sebenarnya yang merupakan musuh Islam, bukan

Urgensi Pendidikan Anti Terorisme Sejak Dini 19


pembela Islam. Selain itu semakin berjalannya waktu muncul berbagai macam agama
yang mengatas namakan Islam namun ternyata aliran agama tersebut menyesatkan.
Berbagai ajaran yang bertentangan dengan ajaran Islam dihalalkan di dalamnya seperti
aksi terorisme dianggap sebagai jihad. Iman yang kurang mantab disertai ketidaktahuan
dan kurangnya kehati-hatian dapat menjadikan seseorang terjerumus kedalam aliran
yang menyesatkan tersebut. Tentu saja terorisme mengakibatkan kerugian di banyak
pihak, baik pemerintah setempat ataupun masyarakat sekitar kejadian terorisme itu
berlangsung.
Teroris bukan hanya orang dewasa, namun para pelajar ataupun orang yang
belum cukup umur juga dapat terlibat dalam hal yang merusak masyarakat. Hal itu
diakibatkan karena kurang dan minimnya pendidikan akhlak yang baik dan pendidikan
terkait bahaya terorisme sejak dini. Pendidikan merupakan tonggak awal hidup seseorang
untuk menentukan baik buruknya perilaku mereka. Jika pendidikan anti terorisme dapat
diterapkan sejak dini maka kemungkinan untuk terkait masalah terorisme semakin
jauh dari dirinya. Corak sikap dan perilaku para manusia masa depan, dibangun saat
ini melalui pendidikan. Dengan memasukkan pendidikan anti terorisme ke dalam
pendidikan, mereka mampu membekali mereka dengan sikap toleransi, yang menolak
keras segala bentuk terorisme. Hingga pada akhirnya, kita akan menjadi bangsa yang
cinta damai, mampu hidup bersama dalam keragaman dengan kedamaian dan anti
kekerasan.

Menanamkan Pendidikan Anti Terorisme Pada Anak-Anak


Melihat banyaknya aksi terorisme dan pengeboman yang terjadi di berbagai
wilayah di Indonesia seharusnya membuat kita prihatin akan keadaan Indonesia saat
ini. Ditambah lagi dengan berita pasca bom Surabaya, Polri tangkap 74 teroris yang
tersebar di 6 wilayah Indonesia dalam 7 hari (Tribunnews.com, 22 Mei 2018).
Hal tersebut merupakan salah satu pembuktian bahwasanya para teroris sudah
tidak takut lagi terhadap aparat negara. Bahkan mereka seakan menentang Polri secara
terang terangan. Keagresifan dan kenekatan serta keberanian mereka yang sudah tidak
takut lagi terhadap jajaran kepolisian patut kita waspadai.
Waspada terhadap aksi teror juga bukan semata mata hanya tugas para anggota
kepolisian ataupun para abdi Negara yang lain. Namun kita sebagai warga negara juga
patut untuk melindungi bangsa kita dari orang orang yang berniat tidak baik terhadap
tanah air kita. Banyak dari kalangan anak remaja sampai dewasa yang gampang
terkelabuhi oleh aliran aliran radikal seperti ISIS. Hal tersebut karena minimnya
pendidikan paham anti terorisme di Indonesia yang tidak di terapkan sejak kecil.
Menurut George Herbert Mead ada empat tahapan dalam proses sosialisasi.
Pada tahap kedua yang di beri nama tahap meniru (play stage) yaitu adalah tahap-
tahap yang dilalui oleh anak-anak di atas balita. Pada tahap ini anak mulai mampu
meniru secara sempurna. Tahap meniru ini juga disebut tahap bermain. Pada tahap ini
kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan orang-orang yang jumlahnya relatif
banyak sudah mulai terbentuk.
Pada tahap ini anak mengenal “significant other” yaitu orang-orang di sekitarnya
yang dianggap penting bagi pertumbuhan dan pembentukan diri, misalnya, ayah, ibu,
kakak, pengasuh, kakek, nenek, yang sering berinteraksi dengannya.
Oleh karena itu mengapa pendidikan anti terorisme harus diterapkan pada

B u l e t i n
20 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


anak di fase tersebut. Karena jika orang orang di sekelilingnya mengajarkan hal yang
tidak baik maka akan cepat ditiru olehnya dan akan berdampak tidak baik di masa
desawanya nanti. Pakar psikologi Swiss yaitu Jean Piaget (1896-1980) dalam buku
Life Span Development: perkembangan masa hidup, oleh Jhon W. Santrok pada tahun
2002, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka
sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menguasai gagasan-gagasan baru, karena
informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia .

Strategi Dan Implementasi Pendidikan Anti Terorisme


Pendidikan anti terorisme sejak dini terutama di Indonesia sayangnya selama
ini secara formal memang belum pernah ada. Sehingga dalam hal ini diperlukan
terobosan baru dari pemerintah untuk mencegah aksi terorisme di negara ini sejak
dini. Tujuan dari pendidikan anti terorisme yang dilakukan sejak dini ini adalah untuk
memberikan pengetahuan dan pemahaman sedini mungkin bagi masyarakat melalui
kurikulum pelajaran yang disisipkan pada mata pelajaran agama yang ada di sekokah
dasar hingga perkuliahan. Dengan demikian sedini mungkin masyarakat sudah dibekali
benteng pertahanan yang mendalam untuk mencegah aksi terorisme dalam bentuk
apapun dan di manapun maupun kegiatan-kegiatan apa saja yang mengarah pada aksi
terorisme.
a. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran pendidikan anti terorisme sejak dini meliputi materi tentang:
1. Pengertian terorisme secara global maupun secara khusus.
2. Kondisi kekinian kejadian terorisme di Indonesia maupun di dunia.
3. Ciri-ciri tindakan terorime.
4. Tujuan terorisme.
5. Tindakan yang dikategorikan sebagai aksi terorisme.
6. Dampak negatif aksi terorisme.
7. Ketidaksesuaian aksi terorisme terhadap ajaran maupun norma agama dan sosial.
8. Tindakan pencegahan terjadinya aksi terorisme.
b. Waktu Pembelajaran
Materi pembelajaran pendidikan anti terorisme sejak dini dapat diberikan dengan
cara disisipkan pada kurikulum mata pelajaran yang bersifat fleksibel. Maksud dari
fleksibel di sini adalah waktu untuk memberikan materi pendidikan anti terorisme ini
dengan cara disisipkan pada mata pelajaran agama sesuai jam mata pelajaran agama
yang ada di sekolah atau universitas, hanya saja ketika jam pelajaran tersebut, pengajar
memberikan waktu sekitar 30 menit untuk menyampaikan materi tentang pendidikan anti
terorisme kepada peserta didik dengan pembawaan yang santai tetapi serius sehingga
materi dapat tersampaikan dengan baik. Sehingga disini bukan target waktu berapa
lama penyampaian yang menjadi utama akan tetapi dengan waktu yang tidak terlalu
lama dalam memberikan materi akan membuat peserta didik tidak bosan sehingga
akan lebih memahami dan menyerap pembelajaran dengan baik.

Urgensi Pendidikan Anti Terorisme Sejak Dini 21


c. Proses Pemberian Materi
Memasukkan materi pendidikan anti terorisme sejak dini dapat dimulai dengan
menyisipkan kurikulum materi tersebut pada kurikulum pelajaran agama maupun
kewarganegaraan mulai dari sekolah dasar, agar memantapkan keyakinan pada
masyarakat sejak dini bahwa masyarakat terutama muslim agar menolak, melawan,
dan mencegah aksi terorisme. Penyisipan kurikulum pendidikan anti terorisme ini
dapat diterapkan hingga jenjang perkuliahan. Hal ini karena pada jenjang perkuliahan
masih terdapat mata kuliah pendidikan agama maupun kewarganegaraan. Selain
itu berdasarkan informasi dari berbagai sumber bahwa mahasiswa juga menjadi
penyumbang cukup besar sebagai anggota teroris. Dan berdasarkan sumber yang ada,
pada jenjang perkuliahan, proses rekruitmen anggota teroris dengan cara mempengaruhi
baik akal maupun hati mahasiwa banyak dilakukan. Kegiatan ini dibumbui melalui suatu
ajaran agama yang menyesatkan terhadap aksi terorisme yang secara besar-besaran
ditanam oleh teroris pada mahasiswa.
d. Cara Penyampaian
Penyampaian materi tentang pendidikan anti terorisme ini disampaikan dengan
cara santai seperti halnya bercerita disertai dengan memberikan gambaran kondisi
kekinian atau kasus hangat yang sedang terjadi berkaitan dengan aksi terorisme.
Dengan demikian akan timbul keingintahuan peserta didik untuk mendalami dan
memahami terorisme yang seharusnya harus diberantas di atas muka bumi ini.
1. Strategi Implementasi
Selanjutnya langkah strategis yang diusulkan untuk dilakukan dengan melibatkan
pihak-pihak terkait yang didasarkan kepada hasil identifikasi masalah dan rancangan
metode serta konsep pendidikan anti terorisme adalah sebagai berikut :
a. Dari segi “materi”, hal yang bisa dilakukan adalah menyajikan materi tentang
pendidikan anti terorisme sesuai tingkat satuan belajar. Materi harus tersampaikan
dengan baik berdasarkan sumber terpercaya dan berdasarkan fakta yang terjadi di
masyarakat. Penyampaian materi harus mudah dipahami oleh peserta didik.
b. Dari segi “konsep”, kesalahan pemerintah hingga saat ini adalah tidak memikirkan
penyelesaian masalah terorisme dari akarnya dan kurang melakukan tindakan
pencegahan sebagai solusi dalam memberantas aksi terorisme yang mencemarkan
nama bangsa. Oleh sebab itu, penulis memberikan gagasan dengan berinovasi
mengadakan pendidikan anti terorisme sejak dini yang belum pernah ada selama
ini, sebagai solusi menyelamatkan generasi bangsa dari aksi terorisme.
c. Dari segi “money”, hendaknya pemerintah menganggarkan budget untuk
pengembangan pendidikan anti terorisme sejak dini dalam anggaran pendidikan.
Hal ini merupakan salah satu langkah bijak yang dapat menyukseskan gagasan
tersebut.

Apa Yang Bisa Kita Lakukan Saat Ini


Jadi dengan demikian alangkah baiknya jika dari mulai sejak kecil kita tanamkan
pada anak-anak mengenai pendidikan anti terorisme yang penyampaiannya tentu harus
sesuai dengan usia mereka. Adapun beberapa hal yang sebetulnya bisa kita lakukan,

B u l e t i n
22 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


dalam lingkup artian sebagai keluarga dan masyarakat, dalam pendidikan yang harus
diterapkan kepada anak-anak melalui teori juga aksi, yakni:
Pertama, yaitu pendidikan Pancasila yang dimaksud pendidikan Pancasila yaitu
bukan hanya menghafalkan sila satu sampai lima. Namun juga memahami makna
dari masing masing sila tersebut. Dan juga diajarkan tentang pengaplikasian dalam
kehidupan sehari-hari. Seperti yang ditulis dalam buku pendidikan Pancasila oleh Dr.
H. Syahrial Syarbani, M.A yaitu etika Pancasila di sila pertama yang mengajarkan
menghormati setiap orang atau warga negara atas berbagai kebebasannya dalam
menganut agama dan kepercayaannya masing-masing serta menjadikan ajaran-
ajarannya sebagai panutan untuk menuntun maupun mengarahkan jalan hidupnya. Dari
kutipan buku di atas kita dapat mengajarkan kepada anak-anak bahwasanya pentingnya
menghormati umat beragama lainnya, lalu kita beri contoh aksi yang sederhana dengan
tidak mengejek atau tetap berteman baik dengan teman walaupun berbeda suku, ras,
dan agama dengan kita.
Kedua, pendidikan beragama, pendidikan beragama yang ditekankan lebih di
mendorong untuk lebih beriman pada agamanya. Lebih religius dengan beramal baik,
sikap penuh belas kasih, rasa rindu dan ingin selalu dekat dengan Tuhan, penuh cinta
dan kasih sayang, saling memaafkan juga memiliki solidaritas kemanusiaan universal.
Sebenarnya itulah persoalan yang sangat intim dalam beragama. Kelihatannya
memang sepele dan gampang diterapkan namun jika tidak di pahami secara mendalam
akan membuat kita mudah di pengaruhi aliran-aliran terorisme. Jika pendidikan agama
diberikan hanya sekedar teori semata hal tersebut kurang efisien. Sebaiknya kita
tanamkan nilai-nilai beragama yang baik dengan diedukasi mulai dari kecil diberikan
contoh hal-hal yang baik oleh keluarga terutama orang tua sebagai guru pertama dan
panutan bagi seorang anak.
Ketiga, pendidikan kebhinekaan, yang dimaksud di sini adalah pendidikan
tentang Bhineka Tunggal Ika yang menjadi moto atau semboyan bangsa Indonesia
yang artinya berbeda beda tetapi tetap satu jua. Walaupun kita berbeda pandangan
politik, budaya, wilayah, suku, ras, agama, namun kita harus selalu ingat bahwasannya
kita warga negara Indonesia mempunyai cita-cita dan tujuan yang sama. Maka dari
itu pendidikan kebhinekaan dan rasa nasionalisme sangat penting ditanamkan kepada
anak-anak. Pendidikan yang ditanamkan pada anak anak mengenai kebhinekaan
yaitu tentang rasa saling toleransi antar perbedaan, rasa mempunyai dan rasa ingin
memperjuangkan tanah air. Dengan ditanamkannya pendidikan seperti itu mulai kecil
membuat dampak baik kemajuan Indonesia ke depannya.
Ketiga pendidikan yang telah disebutkan di atas merupakan hal yang paling
penting ditanamkan kepada anak-anak Indonesia agar nantinya jika mereka sudah
beranjak dewasa maupun sudah dewasa tidak gampang terpengaruh aliran-aliran
radikal seperti ISIS. Jika hal tersebut direalisasikan oleh para orang tua kepada anaknya
dan para guru-guru di lembaga pendidikan. Hal tersebut akan memudahkan Indonesia
untuk memutus tali mata rantai terorisme di Indonesia. Tidak hanya mengembangkan
strategi untuk menangkap para teroris namun juga mencegah terjadinya perekrutan
teroris-teroris baru di Indonesia.

Urgensi Pendidikan Anti Terorisme Sejak Dini 23


Kesimpulan
Kejadian terorisme banyak terjadi di Indonesia. Banyaknya pelaku terorisme
yang beragama Islam terutama di Indonesia ini membuat nama baik Indonesia di mata
dunia menjadi tercemar karena sering disebut sebagai “Negara Teroris”. Indonesia
menjadi pusat perhatian dunia dalam hal terorisme terutama pasca kejadian bom Bali
I tahun 2002 dan tragedi bom gereja di Surabaya 13 Mei 2018 yang lalu. Terjadinya
kasus terorisme tersebut mengakibatkan masyarakat resah dan selalu was-was bahkan
di lingkungannya sendiri. Dalam menghadapi aksi terorisme selama ini pemerintah
sudah melakukan berbagai pencegahan dan solusi akan tetapi belum efektif dan belum
maksimal. Oleh karenanya diperlukan solusi pencegahan sejak dini yakni salah satu
caranya adalah pemberian pendidikan anti terorisme yang dilakukan pada anak-anak
sejak dini. Tujuannya adalah untuk memberikan wawasan kebangsaan, pengetahuan
dan pemahaman sedini mungkin terkait terorisme bagi masyarakat melalui kurikulum
pelajaran yang disisipkan pada mata pelajaran agama ataupun kewarganegaraan yang
ada di sekokah dasar hingga perkuliahan. Strategi implementasi meliputi pemberian
materi yang sesuai kebutuhan disetiap tingkatan pendidikan, kemudian konsep yang
matang dan penganggaran uang pemerintah dalam menunjang terwujudnya gagasan
sangat diperlukan.
Dengan demikian sedini mungkin anak-anak dan masyarakat sudah dibekali
benteng pertahanan yang mendalam dalam segi wawasan untuk mencegah aksi
terorisme dalam bentuk apapun dan di manapun serta mengenali kegiatan-kegiatan
yang mengarah pada aksi terorisme. Untuk mewujudkan keberhasilan dari gagasan ini
diperlukan kerjasama yang baik dari semua pihak seperti pemerintah sebagai pembuat
kebijakan dalam menyisipkan kurikulum pendidikan anti terorisme sejak dini serta
pengajar yakni guru maupun dosen yang bertugas menyampaikan materi dengan baik
tentang pendidikan anti terorisme sejak dini kepada peserta didik.

*) Pemerhati Masalah Pendidikan di Indonesia.

B u l e t i n
24 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


Ayo an
& m e r i a h k
ikuti
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Gebyar Anugerah

KIHAJAR 2018
Daerah Istimewa Yogyakarta 29-31
AGT
2018
JENIS LOMBA
KUIS KIHAJAR JENJANG SD/mi
KUIS KIHAJAR JENJANG Smp/mtS
KUIS KIHAJAR JENJANG Sma/ma
LOMBA MENGGAMBAR JENJANG SLB*
LOMBA BAND IPAD**
LOMBA PENYIAR RADIO **
LOMBA VIDEO EDUKASI SISWA**** ***

LOMBA VIDEO EDUKASI GURU


LOMBA FOTOGRAFI PENDIDIKAN**
*
LOMBA APLIKASI***
MOBILE *** *
UNTUK SISWA SDLB & SMPLB UNTUK SISWA SMA/MA/SMK
** UNTUK SISWA SMP/MTS & SMA/MA/SMK **** UNTUK PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

TOTAL HADIAH 81 JUTA RUPIAH


Informasi Lengkap HTTP://BTKP-DIY.OR.ID/KIHAJAR
Call Center : BALAI TEKKOMDIK DIY (0274) 517-327 BTKP DIY
btkpdiy
Contact Person : WIHARDIANTO S.N 0852-2898-4400 @btkpdiy
Lensa BTKP

SKYPE-A-THON Indonesia Borderless Classroom


2018 Dalam Rangka Hardiknas Bersama PGRI
Pada Kamis 4 Mei 2018 bertempat di Balai Tekkomdik DIY, PGRI
Yogyakarta mengadakan pelatihan Borderless Classroom dengan aplikasi
Skype dari Microsoft. Dalam rangka memperingati hari Pendidikan Nasional
2018, PGRI bekerja sama dengan Microsoft Indonesia memperkenalkan
pembelajaran tanpa batas dengan menggunakan aplikasi Skype dari Microsoft.
Pada acara ini, PGRI Yogyakarta langsung terhubung dengan PGRI lain seluruh
Indonesia dan juga terhubung langsung dengan PGRI Pusat Jakarta dan juga
pemberi materi dalam pelatihan Borderless Classroom ini.
Acara di mulai dengan menyapa semua PGRI dari daerah lain. Dilanjutkan
dengan sambutan dari perwakilan PBPGRI. Yang juga langsung dilanjutkan
dengan sambutan oleh perwakilan dari Microsoft Indonesia. Setelah acara
pembukaan, Dilanjutkan dengan materi yang disampaikan oleh Prof. Eko
Indrajit mengenai “Implementasi Borderless Classroom”. Acara dilanjutkan
dengan sesi tanya jawab antara peserta dengan pembicara yang dibimbing
oleh moderator.
Selanjutnya, untuk menindaklanjuti pertemuan pada hari ini, PGRI
Yogyakarta akan melaksanakan pertemuan kembali di tempat dan waktu
yang sudah ditentukan.

B u l e t i n
26 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


Lensa BTKP

Peningkatan Kapasitas Kemampuan Guru di


Daerah Istimewa Yogyakarta Melalui
Bimbingan Teknis
Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru dalam proses pengajaran
dengan membuat media pembelajaran yang menarik. Balai tekkomdik
mengadakan berbagai bimbingan teknis yang dapat membantu guru dalam
membuat materi-materi pembelajaran yang ”kekinian” dan lebih menarik dari
pada materi yang biasa dibawakan.
Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan secara rutin mengadakan
Bimbingan teknis (BimTek) dalam pembuatan media pembelajaran. Banyak
metode yang diajarkan oleh para instruktur dari Balai Teknologi Komunikasi
Pendidikan Dinas DIKPORA DIY. Salah satu media pembelajaran yang diajarkan
adalah pembuatan materi berbasisi Videoscribe yang baru saja dilaksanakan
pada tanggal 23 – 27 juli 2017 lalu. Dengan menggunakan Videoscribe materi
yang diajarkan akan menjadi lebih menarik.
Sebelumnya Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan Dinas DIKPORA
DIY juga mengadakan bimtek pemanfaatan powtoon untuk pembelajaran dan
banyak bimtek-bimtek pembuatan media pembelajaran lain yang dilakukan
oleh Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan Dinas DIKPORA DIY. Kami dari
Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan Dinas DIKPORA DIY menunggu bapak
ibu guru sekalian untuk belajar bersama kami dibalai.

Yel-Yel Motivasi Sebagai Penyemangat Belajar Siswa 27


Lensa BTKP

Kunjungan Berbagai Instansi


Ke Balai Tekkomdik Dinas
Dikpora Diy
Sebagai salah satu pelopor dalam pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi dalam dunia pendidikan, tak jarang Balai Teknologi Komunikasi
Pendidikan (TEKKOMDIK) Dinas DIKPORA DIY menjadi salah satu rujukan
berbagai instansi yang ingin belajar bersama. Tidak hanya dari dalam Provinsi
DIY saja tetapi instansi yang mengunjungi Balai Teknologi Komunikasi
Pendidikan Dinas DIKPORA DIY juga berasal dari provinsi lain di seluruh
Indonesia.
Salah satu instansi rutin berkunjung ke Balai TEKKOMDIK Dinas DIKPORA
DIY adalah SMP N 1 Berbah, setiap awal tahun pembelajaran SMP N 1 Berbah
selalu menjadwalkan kunjungan ke Balai. Tidak hanya instansi pendidikan yang
ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, Instansi pendidikan dari provinsi lain pun
juga mengadakan study ke Balai TEKKOMDIK, sebut saja SMK N 11 Semarang,
SMK PUI Majalengka, bahkan Universitas Negeri Jakarta pun melakukan study
ke Balai TEKKOMDIK Dinas DIKPORA DIY.
Tidak hanya instansi pendidikan Balai TEKKOMDIK Dinas DIKPORA
juga dikunjungi oleh Komisi IV DPRD Provinsi Bali yang ingin belajar tentang
pengelolaan TIK dalam dunia pendidikan dan juga untuk pengelolaan seleksi
Penerimaan Peserta Didik Baru.

B u l e t i n
28 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


Psikologi
Pendidikan

Yel-Yel Motivasi Sebagai Penyemangat


Belajar Siswa

Oleh : Hari Sumanti *)

Pendahuluan

S ekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan membentuk manusia yang


berkepribadian, mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan peserta didik
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kegiatan belajar mengajar merupakan kunci utama keberhasilan dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Keberhasilan pendidikan juga
didukung oleh peran guru dengan kualifikasi kompetensi yang mampu memenuhi
tuntutan tugasnya, kelengkapan sarana prasarana, dan keterlibatan orang tua serta
masyarakat. Guru bukanlah sebagai satu-satunya sumber ilmu, tetapi lebih sebagai
fasilitator, motivator, dinamisator dalam kegiatan pembelajaran.
Suasana kelas adalah penentu psikologis yang mempengaruhi kegiatan belajar
siswa. Kelas merupakan arena belajar yang dipengaruhi oleh emosi. Oleh sebab itu
guru harus berupaya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Suasana
kelas akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memusatkan perhatian dan
menyerap informasi. Dengan demikian guru berkewajiban menciptakan suasana dan
lingkungan belajar yang kondusif untuk mencapai kompetensi yang ingin dicapainya.
Masalah yang sering timbul dalam kegiatan belajar mengajar adalah guru terpaku
pada suasana yang kaku, monoton, dan membosankan. Apalagi jika kegiatan belajar
mengajar dilaksanakan pada jam-jam akhir pelajaran, ditunjang dengan kondisi badan
yang lelah dan semangat belajar siswa yang menurun. Sebagai motivator, guru dituntut
memiliki kekuatan yang maksimal dan harus senantiasa berusaha mempertahankan
dan meningkatkan semangat siswa dalam suasana yang rileks dan menyenangkan.
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan semangat
belajar siswa adalah dengan yel-yel. Yel-yel dapat dilakukan setiap saat, baik di jam-jam
awal, tengah maupun jam-jam akhir. Yel-yel dapat dibuat oleh siswa sendiri ataupun
mengadopsi dari yel-yel yang sudah ada.

Motivasi Belajar dan Yel-yel Motivasi


Motivasi belajar pada dasarnya merupakan bagian dari motivasi secara umum.
Dalam kegiatan belajar mengajar dikenal adanya motivasi belajar yaitu motivasi yang
ada dalam dunia pendidikan atau motivasi yang dimiliki siswa.
Menurut Winkel (2005) “Motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak
psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu

Yel-Yel Motivasi Sebagai Penyemangat Belajar Siswa 29


tujuan.” Motivasi belajar sangat berperan dalam memberikan semangat dalam belajar,
sehingga siswa yang memiliki motivasi kuat mempunyai kekuatan yang lebih untuk
melakukan kegiatan belajar.
Secara umum, motivasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu : motivasi instrinsik
dan motivasi ekstrinsik.
1)  Motivasi Instrinsik
     Hamalik (2004) berpendapat bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang
tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa
sendiri. Sedangkan menurut Sardiman (2006) motivasi instrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif dan berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, individu
terdorong untuk bertingkah laku ke arah tujuan tertentu tanpa adanya faktor pendorong
dari luar. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa
motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber
dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri atau dengan kata lain motivasi instrinsik
tidak memerlukan rangsangan dari luar tetapi berasal dari diri siswa.
Siswa yang termotivasi secara instrinsik dapat terlihat dari kegiatannya yang tekun
dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena butuh dan ingin mencapai tujuan belajar
yang sebenarnya. Dengan kata lain, motivasi instrinsik dilihat dari segi tujuan kegiatan
yang dilakukan adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan
itu sendiri (Sardiman, 2006). Siswa yang memiliki motivasi instrinsik menunjukkan
keterlibatan dan aktivitas yang tinggi dalam belajar.
Pada dasarnya siswa belajar didorong oleh keinginan sendiri maka siswa secara
mandiri dapat menentukan tujuan yang dapat dicapainya dan aktivitas-aktivitasnya
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan belajar. Seseorang mempunyai motivasi
instrinsik karena didorong rasa ingin tahu, mencapai tujuan untuk menambah
pengetahuan. Dengan kata lain, motivasi instrinsik bersumber pada kebutuhan yang
berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Motivasi
instrinsik muncul dari kesadaran diri sendiri, bukan karena ingin mendapat pujian atau
ganjaran.
Guru dapat menggunakan beberapa strategi dalam pembelajaran agar siswa
termotivasi secara instrinsik, yaitu:
1. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa sehingga tujuan belajar menjadi
tujuan siswa atau sama dengan tujuan siswa.
2. Memberi kebebasan kepada siswa untuk memperluas kegiatan dan materi belajar
selama masih dalam batas-batas daerah belajar yang pokok.
3. Memberikan waktu ekstra yang cukup banyak bagi siswa untuk mengembangkan
tugas-tugas mereka dan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada di
sekolah.
4. Kadang kala memberikan penghargaan atas pekerjaan siswa.
5. Meminta siswa-siswanya untuk menjelaskan dan membacakan tugas-tugas yang
mereka buat, kalau mereka ingin melakukannya. Hal ini perlu dilakukan terutama
sekali terhadap tugas yang bukan merupakan tugas pokok yang harus dikerjakan
oleh siswa, kalau tugas dikerjakan dengan baik.

B u l e t i n
30 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


2)  Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik berbeda dari motivasi instrinsik karena dalam motivasi
ini keinginan siswa untuk belajar sangat dipengaruhi oleh adanya dorongan atau
rangsangan dari luar. Dorongan dari luar tersebut dapat berupa pujian, celaan, hadiah,
hukuman, teguran dari guru dan yel-yel penyemangat. Menurut Sardiman (2006)
motivasi ekstrinsik adalah “motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
rangsangan atau dorongan dari luar”. Bagian yang terpenting dari motivasi ini bukanlah
tujuan belajar untuk mengetahui sesuatu tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik,
sehingga mendapatkan hadiah.
Guru sangat berperan dalam rangka menumbuhkan motivasi ekstrinsik.
Pemberian motivasi ekstrinsik harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa, karena jika
siswa diberikan motivasi ekstrinsik secara berlebihan maka motivasi instrinsik yang
sudah ada dalam diri siswa akan hilang. Motivasi ekstrinsik dapat membangkitkan
motivasi instrinsik, sehingga motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dalam pembelajaran.           
Upaya-upaya peningkatan motivasi belajar siswa dilakukan oleh guru dengan
menggunakan berbagai cara. Pemilihan cara membangkitkan motivasi belajar siswa
harus disesuaikan dengan karakteristik siswa dan juga mata pelajaran yang sedang
diajarkan oleh guru. Siswa yang mempunyai motivasi belajar dan berprestasi instrinsik
yang kuat berbeda penanganannya dengan siswa yang bermotivasi belajar dan
berprestasi ekstrinsiknya yang kuat. Di sisi lain faktor-faktor terjadinya penurunan
motivasi belajar dan berprestasi juga turut  menentukan pemilihan upaya yang akan
dilakukan.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh guru membangkitkan motivasi
belajar siswa, baik motivasi instrinsik maupun ekstrinsik antara lain dengan cara:
1. Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi.
2. Memberikan kesempatan adanya persaingan atau kompetisi di dalam kelas.
3. Pemberian hadiah atau pujian terhadap siswa-siswa yang memiliki prestasi baik
dan memberikan hukuman kepada siswa yang prestasinya mengalami penurunan.
4. Adanya pemberitahuan tentang kemajuan belajar siswa kepada orang tua.
5. Melakukan yel-yel pada waktu memulai jam-jam pelajaran
Salah satu cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswa adalah dengan
yel-yel motivasi. Menurut Suparlan (2008), penguatan dan yel-yel motivasi tidak
mengenal umur. Artinya, teknik ini dapat digunakan untuk semua umur, tua dan anak-
anak. Lebih lanjut Suparlan menerangkan bahwa teknik penggunaan penguatan dan
yel-yel motivasi diharapkan dapat digunakan untuk membuat proses pembelajaran
yang menyenangkan, sebagaimana dituntut dalam konsep PAIKEM (pembelajaran
aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan), dengan tujuan untuk meningkatkan
semangat siswa agar lebih giat belajar dan mencapai prestasi yang lebih tinggi.
Pada prinsipnya penggunaan yel-yel motivasi dapat diterapkan pada saat guru
sudah merasa perlu menggunakannya, misalnya untuk membuka pelajaran supaya
suasana tidak tegang dan lebih cair atau pada saat siswa sudah mulai menurun
semangat belajarnya karena faktor waktu, cuaca yang tidak mendukung (udara panas)
dan keadaan tubuh yang sudah lelah, atau pada akhir pelajaran sebagai penutup
pelajaran. Suparlan (2008) menerangkan bahwa yel-yel motivasi dapat memotivasi
peserta didik untuk meningkatkan semangat belajar sehingga akan dapat meningkatkan
hasil belajarnya. Para guru diharapkan juga akan mampu mengekspresikan yel-yel
dalam gerakan-gerakan yang ritmis dan estetis supaya lebih bersemangat.

Yel-Yel Motivasi Sebagai Penyemangat Belajar Siswa 31


Berikut ini yel-yel SMKN 1 Nanggulan yang selalu digunakan untuk meningkatkan
semangat warga SMKN 1 Nanggulan :

Moderator/Guru Peserta/Siswa

SMK Bisa (sambil mengepalkan tangan)

NASA (Nanggulan Satu) Jaya (sambil mengepalkan tangan)

Apa kabar hari ini Luar Biasa (sambil mengacungkan jempol)

Siapa yang luar biasa Saya luar biasa, Anda luar biasa, kita semua luar biasa
(sambil menengadahkan kedua tangan)

Penutup
Kegiatan belajar mengajar merupakan kunci utama keberhasilan dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Keberhasilan pendidikan juga
didukung oleh peran guru, kelengkapan sarana prasarana, keterlibatan orang tua serta
masyarakat. Namun guru bukanlah satu-satunya sumber ilmu, tetapi lebih sebagai
fasilitator, motivator, dan dinamisator dalam kegiatan pembelajaran.
Sebagai fasilitator, guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan sehingga guru harus mempunyai kemampuan untuk memotivasi siswa.
Pemberian motivasi dapat berupa penguatan dan yel-yel motivasi. Yel-yel motivasi
dapat diciptakan sendiri atau dapat mengadopsi yel-yel yang sudah ada. Penggunaan
yel-yel motivasi dapat diterapkan pada saat guru sudah merasa perlu menggunakannya,
yaitu pada saat membuka pelajaran atau pada saat siswa mulai menurun semangat
belajarnya. Penggunanaan yel-yel ini diharapkan mampu menggugah semangat belajar.

*) SMKN 1 NANGGULAN

B u l e t i n
32 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


Opini

Panen Rupiah Dari Sampah Bila Tepat


Dalam Mengolah

Oleh : Heni Ekawati *)

S ampah sampai saat


ini masih cenderung
dianggap sebagai
barang/ limbah yang tidak
bermanfaat dan cenderung
merugikan, terlebih bau
yang tidak sedap yang
ditimbulkannya. Keadaan
inilah yang sering kali
membuat seseorang
cenderung menghindar
sejauh mungkin dengan
yang namanya sampah,
sehingga sampah seakan
menjadi masalah pelik dan sangat riskan bagi kehidupan manusia dan lingkungannya.
  Limbah  adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses atau suatu
aktivitas yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan. Hasil buangan tersebutbiasanyaberasaldarikegiatanmanusia.
Limbahpadatjugadiistilahkandengansampah. “Sampah  adalahsuatubahan yang
terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang
belum memiliki nilai ekonomis” (Istilah lingkungan untuk manajemen, Ecolink, 1996.
Atau “Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau
pemakai semula)”. (Tandjung, Dr.M.Sc., 1982).
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi atau pemakaian; barang rusak
atau cacat selama manufaktur; atau materi berkelebihan atau buangan ( Kamus
Lingkungan, 1994). Sampah adalah sumberdaya yang tidak siap pakai (Radyastuti,
W. Prof.Ir. 1996). Sampah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan
dibuang oleh pemilik/ pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola
dengan prosedur yang benar.
Berbicara mengenai sampah tentunya kita berbicara tentang perilaku manusia,
karena permasalahan sampah sebanding dengan jumlah penduduk, semakin banyak
penduduk di suatu wilayah semakin rumit juga permasalahan sampah. Meningkatnya
jumlah bila tidak diimbangi dengan pengolahan dan pengelolaan sampah yang benar
dan tepat maka dapat mengakibatkan berbagai macam dampak bagi kehidupan
manusia maupun lingkungan.

Panen Rupiah Dari Sampah Bila Tepat Dalam Mengolah 33


Melihat hal-hal tersebut di atas, maka perlu adanya manajemen pengelolaan
dan pengolahan sampah yang baik, benardan tepat sehingga sampah/limbah yang
tadinya tidak mempunyai nilai guna dan manfaat menjadi sesuatu yang berguna dan
bermanfaat yang punya nilai ekonomis yang dapat mendatangkan rupiah.

Bagan Pengelolaan Sampah


Logam
SAMPAH ORGANIK PLASTIK Kaca

KERTAS

I II
Logam
PLASTIK KERTAS
Kaca

KOMPOS KOMPOS
PENAMPUNGAN SEMENTARA

DIPAKAI UNTUK PUPUK


DIJUAL
DIJUAL
DAUR ULANG
DIBUANG

Gambar 1: Pemilahan sampah sesuai jenisnya

Macam-macam sampah
Jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beranekaragam, ada yang berasal
dari rumah tangga, sampah industri, sampah dari pasar, sampah rumah sakit, sampah
pertanian, perkebunan dan peternakan serta sampah dari institusi/ kantor/ sekolah dll.
Berdasarkan asalnya sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang
dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah
diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan
organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan,
pembungkus (selain ketas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan
ranting.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik yakni sampah yang dihasilkan daribahan-bahan non hayati,
baik sebagai produk sintetik maupun hasil pengolahan teknologi bahan tambang, hasil
olahan bahan hayati dan sebagainya. Sampah anorganik dibedakan menjadi :
1. sampah logam dan produk-produk olahanya
2. sampah plastik
3. sampah kertas

B u l e t i n
34 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


4. sampah kaca dan keramik,
5. sampah deterjen
Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diurai oleh alam/
mikroorganisme (unbiodegradable). Sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan
dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol
plastik, botol gelas, tas plastic dan kaleng.

Optimalisasi potensi sampah


Di satu sisi sampah merupakan sumber utama polutan, namun disisi lain apabila
sampah dikelola dan diolah secara benar dan tepat akan memberikan peluang baru
sebagai komoditas ekonomi. Dalam hal pengelolaan sampah, ada beberapa altenatif
yang bisa diterapkan untuk pengolahan sampah sesuai dengan jenis sampah dan
kondisi atau situasi setempat, antara lain sebagai berikut :
1. Sampah organik
Sampah jenis ini bisa dimanfaatkan untuk:
a. Makanan Ternak
Di beberapa negara termasuk Indonesia, sampah organik yang berasal
dari restoran, rumah tangga biasanya dikumpulkan oleh peternak dan digunakan
sebagai makanan ternak, misalnya babi, sapi ataupun unggas.
Di Indonesia sampah organik dari pasar yang berupa sayuran (kobis, slada
air, sawi dll) daun pisang dan sisa makanan biasanya diambil untuk makan ayam,
kelinci, kambing ataupun itik. Hal ini sangat bermanfaat sebab selain mengurangi
jumlah sampah juga mengurangi biaya pakan peternak.

b. Komposting
Pengomposan merupakan upaya pengolahan sampah sekaligus usaha
mendapatkan bahan kompos yang dapat menyuburkan tanah. Proses ini
menguraikan bahan-bahan organik secara terkontrol menjadi bahan-bahan
anorganik dengan memanfaatkan aktifitas organisme. Agar pertumbuhan
mikroorganisme optimum maka diperlukan beberapa kondisi, diantaranya
campuran yang seimbang dari berbagai komponen, suhu, kelembaban udara dan
cukup kandungan oksigen.
Proses pengomposan ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain :
• Merupakan pupuk yang ramah lingkungan
• Bahan yang dipakai tersedia, tidak perlu
• (hemat uang)
• Masyarakat dapat membuatnya sendiri, tidak memerlukan peralatan dan
instalasi yang mahal
• Unsur hara dari pupuk kompos ini akan bertahan lama jika dibanding dengan
pupuk buatan

Panen Rupiah Dari Sampah Bila Tepat Dalam Mengolah 35


c. Biogas
Biogas adalah gas-gas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar yang
dihasilkan dari proses pembusukan sampah organik. Bahan bakunya dapat
diambil dari kotoran hewan maupun bahan-bahan sisa tanaman atau campuran
dari keduanya. Sampah yang dibuat biogas ini mempunyai kelebihan, antara lain :
• Mengurangi jumlah sampah
• Menghemat energi
d. Briket Sampah (Briket Bioenergi)
Sampah padat terutama dari bahan dedaunan dan batang tanaman dapat diolah
menjadi briket arang sampah. Briket ini lebih mudah dan efisien dalam pemakaiannya,
bisa untuk memasak, sehingga bisa menambah energi baru dalam rumah tangga dan
bisa mengurangi pemakaian bahan bakar minyak/gas.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik seperti botol, plastik dan kaleng sebelum dibuang ke TPA
dipilah dan dipilih lebih dulu, karena dari jenis sampah ini masih ada kemungkinan
untuk dimanfaatkan ulang maupun untuk didaur ulang.
a. Di pakai ulang (reuse)
Dipilah dan dipilih sekiranya masih ada yang layak pakai bisa dipakai
kembali.
b. Dijual ke pasar loak/dirombeng untuk bahan baku
Sisi lain dari pemanfaatan sampah adalah dijual kepasar loak, misalnya
barang-barang bekas berupa kertas, koran, botol ban, radio, TV usang dan
sepeda usang.
c. Daur ulang
Berbicara mengenai proses daur ulang sampah, ada baiknya apabila
diketahui apa saja yang dapat didaur ulang. Jenis sampah yang dapat didaur
ulang, antara lain :

• Sampah plastik, khususnya plastik dari rafia bekas dan sejenisnya dapat
didaur ulang kembali menjadi tali rapia, sedotan minum, mainan anak-anak,
peralatan rumah tangga seperti ember, gayung, botol plastik dll.

Gambar 2: Produk pemanfaatan limbah plastik

B u l e t i n
36 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


• Sampah logam, dapat diolah kembali oleh industri pengecoran logam
• Sampah kaca, bisa direuse sebagai bahan bangunan dengan cara
dihancurkan dan dipasang sebagai hiasan di dinding atau pengaman di
beteng rumah
• Sampah kertas,hasil daur ulang kertas yang berupa lembaran dapat dibuat
aneka macam benda, model,bentuk yang mempunyai nila seni dan antik
seperti misalnya kartu undangan dengan berbagai model, kartu ucapan,
kartu lebaran, soofenir, amplop surat, tempat pencil, tempat telepon yang
antik, pigura foto, album foto, tempat telur dan lain-lain.

Gambar 3: Produk pemanfaatan limbah kertas

• Sampah lain yang sekiranya tidak dapat didaur ulang baru diangkut ke landfill
atau ketempat pembakaran.Sampah yang tidak bisa hancur oleh penguraian
dan tidak dapat di daur ulangProses pembakaran dengan incenerator, panas
yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bakar pada proses industri.

Penutup
Perlu langkah-langkah penyadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan
dan pengolahan sampah, sosialisai dan pelaksanaan dapat diintegrasikan dalam setiap
kegiatan masyarakat. Selain itu kompetensi pengelolaan dan pengolahan sampah perlu
diberikan kepada siswa mulai TK, SD, SMP,SMA maupun Perguruan Tinggi. Dengan
demikian sampah yang sampai saat ini masih menjadi masalah sedikit demi sedikit
tapi pasti dapat segera teratasi sehingga Program pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan segera tercapai agar kelestarian alam tetap terjaga dan juga
bisa mendapatkan rupiah dari memanen sampah.

*) Guru Mapel Kimia Analisis, SMK Negeri 2 Depok

Panen Rupiah Dari Sampah Bila Tepat Dalam Mengolah 37


Opini

Klithih
Oleh : Jaswadi *)

S ering kali kita mendapati perilaku anak-anak muda yang penyimpangan dari etika,
sering membuat resah para orang tuanya sendiri, membuat masalah dilingkungan
disekitar mereka berkumpul dan bahkan sering membawa korban luka maupun korban
jiwa yang rata-rata dengan remaja yang sepadan, dia dianggap tidak seide maupun
menggangu keberadaannya; Kelompok ini biasanya berulahpada saat anak-anak lain
yang normal sudah istirahat, kelompok ini suka berkumpul pada malam hari, jauh dari
pengawasan orang tua, bertindak sesuka hatinya dan dapat dukungan dari teman
segrupnya atau ketua gangnya.
Anak-anak kita yang berperilaku menyimpang tersebut bisanya tidak serta merta
berperilaku menyimpang, ada proses sampai anak-anak tersebut suka pergi malam,
begadang dengan teman-teman sepadan dan sering disebut klithihpenulis mencoba
mencari arti dari kata klithih di kamus bahasa Indonesia tidak pernah menemukan,
karena kata tersebut saat ini baru menjadi trending topic di media cetak khususnya
Daerah Istimewa Yogyakarta; Di era 70 an ada istilah klithah-klithihyang berarti berjalan
jalan tanpa tujuan, sedang klithih bermakna baik, karena arti kata klithih ( bhs Jawa
) berkunjung ketetangga untuk sekedar bersilaturohmi ( nglithih) atau memang ada
hal yang penting untuk dibicarakan, itupun biasanya dilakukan oleh orang tua atau
yang telah dewasa, sedang para remaja berkumpul di masjid atau surau,sedang anak-
anak seumur sekolah dasar biasanya tinggal dirumah bersama bapak atau ibunya
mendengarkan ceritera sebagai pengantar tidur; Para orang tua dulu juga tidak mengerti
bahwa ceritera yang disampaikan pada anaknya adalah bermakna mendidik satu ajaran
yang membuat anak-anak memiliki kepribadian yang santun, menumbuhkan tingkah
laku yang sopan, menghormati orang tua, menyayangi pada teman/ saudara yang
lebih muda, apalagi dengan guru yang selalu mengajarkan kebaikan, menanamkan
disiplin, kejujuran, tanggungjawab, kerja sama, taat beribadah, berbakti pada orang tua;
Demikan juga dengan sikap orang tua yang selalu percaya pada guru, setiap tindakan
guru pada anaknya semata-mata untuk proses pendewasaan anak, guru tidak pernah
menaruh benci dalam mendidik,mendidik selalu dilandasi dengan hati yang tulus,
berharap anak didiknya menjadi anak yang pandai, cerdas, terampil berbudi pekerti
luhur;Apabila ada anak memiliki perilaku menyimpang dapat dipastikan ada yang keliru
dalam penanaman sikap anak dari kecil sampai berbuat menyimpang, entah itu dari
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat atau dari sekolah.

Proteksi orang tua.


Diawal tahun duaribu orang tua terlalu mencemaskan atau kurang percaya
terhadap kemampuan serta kemandirian anaknya, orang tua hanya berpikir bahwa
anaknya akan bertindak tidak sesuai dengan keinginannya dan mengangap anak adalah
manusia kecil yang tindakannya tidak sehebat orang tuanya. Dengan berbagai pemikiran
tersebut maka orang tua kadang : (1) melarang anaknya untuk sekedar bermain, padahal

B u l e t i n
38 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


nilai toleran, sosial, kerjasama, menghormati teman, menghargai kelebihan teman dan
menerima kekurangan teman ada pada domain ini, (2) suka membantu pekerjaan anak
yang dapat menghambat kemandirian seperti melepas sepatu, meletakan sepatu pada
tempatnya, membawakan piring dan gelas ketempat cucian, mengambilkan handuk,
pakaian ganti sebelum mandi, (3) melarang kegiatan anak yang menurut orang tua pasti
gagal seperti menyapu, mengepel lantai, mencuci, menyeterika, memasak, membuat
minum (4) sering meluluskan permintaan yang kadang belum perlu seperti membelikan
HP, tidak control pada siapa anaknya bermain, meluluskan menggunakan sepeda motor
dan membiarkan anak pergi tanpa pamit serta tidak menegur bila anak berbuat salah
(5) sering tidak mau menerima kenyataan kekurangan anaknyabaik itu sikap maupun
kemampuan,(6)sering menutupi perilaku anaknya bila menyimpang dari norma atau
etika teman sepadan, sebab hal tersebut tidak sering mucul dilingkungan keluarga.

Khasus Klithih
Sebenarnya anak yang melakukan begadang sampai larut malam,berbuat
menyimpang dari tatanan dan anarki, melakukan tindak pidana itu adalah korban dari
kebijakan orang tua; Mengapa demikian, karena anak melakukan klithih tidak serta
merta keberaniannya muncul, untuk jalan-jalan sampai larut malam juga perlu latihan,
dan ibaratnya api sudah besar, siapa yang menghalangi akan dilalap, jangankan orang
lain, orang tua sendiri sudah tidak didengar suaranya; Anak melakukan klithih adalah
kebiasaan yang terpupuk sejak lama dilakukan oleh anak tanpa control orang tua,
kebiasaan ini akhirnya menjadi karakter negative yang sulit untuk diubah menjadi positif,
setelah jatuh korban baru orang tua sadar bahwa anaknya berperilaku menyimpang
dari aturan; Sekarang yang menjadi pemikiran kita adalah pendidikan yang seperti apa
yang harus diberikan pada anakyang sudah terlajur biasa melakukan kegiatan tersebut.
Apakah materi yang terkait langsung dengan pendidikan karakter seperti akhlak
(budi pekerti) dan atau pendidikan agama dapat untuk mengubah karakter negative
tersebut atau langsung penegak hukum yang sepenuhnya bertanggungjawab untuk
merehabilitasi tingkah laku tersebut; Dan sekarang perangkat seperti apa yang bisa
menangkap sinyal-sinyal menyimpang atau indicator apa bahwa anak telah tercemar
dengan perilaku negative, karena karakter berhubungan langsung dengan tingkah laku
dan budi pekerti yang luhur, serta metode apa yang tepat, supaya anak didik dapat
mampu dan meniru serta mentranfer tingkah laku yang positif tersebut dan perlu diingat
bahwa karakter ada hubungannya dengan pembiasaan yang dilakukan secara terus
menerus.

Masalah
Yogyakarta tidak bisa lepas dari kota budaya yang kadang dikotori oleh peristiwa
– peristiwa yang mengurangi kewibawaan kota budaya, seperti kumpul kobo di era 80
an, miras oplosan yang menelan puluhan korban dan akhir-akhir 2016, serta kasus
tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelajar dengan istilah klithih; Semua peristiwaini
menjadi pekerjaan rumah atau pemikiran kita semua supaya kejadian-kejadian tersebut
berkurang atau bahkan dapat dihilangkan, dengan jalan : (1) Peran keluarga, sejak awal
anak harus ada program pendampingan dari keluarga, baik saat anak belajar dirumah
atau belajar kelompok, pengawasan saat memilih teman bermain, memberikan tauladan
yang baik (tutur kata dan tingkah laku), saatnya waktu beribadah harus diberi contoh
atau diingatkan, tumbuhkan sikap jujur, disiplin, mandiri dan tanggungjawab serta peka

Klithih. 39
terhadap keadaan; Orang tua tidak usah terlalu proteksi terhadap anak, karena hanya
akan menghambat kemandirian anak, kurangi rasa was-was atau kawatir tehadap anak,
karena anak sudah memiliki daya tangkal sesuai dengan kemampuannya, anak adalah
manusia kecil yang tingkat kecerdasan dan keterampilannya masih terbatas, karena
pengalaman yang diterima belum sebanyak orang tua dan mungkin setelah dewasa ia
akan lebih pandai, cerdas dan terampil dari orang tuanya; (2) Pendidikan di sekolah,
adalah tempat kedua bagi anak untuk sosialisasi, mencari teman, adaptasi, menambah
pengetahuan, keterampilan dan mematuhi terhadap aturan yang diterapkan disekolah;
Biasanya anak akan menampilkan sifat, perangai, tingkah laku sesuai aturan, anak
tidak berani bertingkah laku yang menyimpang dari kebiasaannya saat disekolah, anak
akan menyimpan perangai negative yang sering dilakukan diluar sekolah;Sekolah
sebagai ladang penyemaian karakter positif anak didik, karena sekolah membiasakan
anak untuk bersalaman dengan gurudan karyawan bahkan dengan teman, berdoa
sebelum pelajaran, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi teman yang lebih
muda, melasanakan piket, menjadi petugas kegiatan sekolah, diberi nilai sesuai dengan
kemampuannya, diberi pekerjaan rumah (PR) untuk menanamkan kebiasaan belajar
dirumah; Tugas utama sekolah adalah menghantarkan anak didik untuk membuka
cakrawala pengetahuan dan keterampilan baik teknologi dan agama, melalui membaca,
menulis, menghitung, ibadah, etika dalam pergaulan, sopan dalam bicara dan santun
dalam perilaku; Tidak ada guru yang senang melihat muridnya gagal dalam pelajaran
dan tidak ada guru yang senang mendengar kejadian korban kebruntalan anak remaja
di waktu larut malam, guru merasa trenyuh atas jatuhnya korban jiwa karena begadang,
guru selalu mencari model pendekatanpas untuk anak, guru mencari metode seperti
apa supaya dapat mendeteksi karakter asli anak yang diperoleh dari lingkungan
bermain;Sebab sekuat apapun sekolah tidak akan mampu mengubah citra masyarakat
( budaya ), tetapi sebaliknya model/ budaya masyarakat dapat mewarnai kehidupan
sekolah (3) Pendidikan di masyarakat,Campton & HM Clusky ahli pendidikan dari
San Francisco mengatakan “Community education for development” artinya pendidikan
masyarakat untuk pengembangan;Dan difinisi secara bebas adalah sebagai proses
anggota masyarakat agar mampu mengidentifikasi problem dan kebutuhan serta
mencari solusi sendiriuntuk memobilisasi sumber-sumber yang ada dan menjadikan
masyarakat sebagai agen sekaligus tujuan, serta pendidikan sebagai proses untuk
berubah menjadi lebih baik; Dengan demikian pendidikan di masyarakat dapat dibagi
menjadi 2 yaitu (a) kegiatan di masyarakat yang dikelalo oleh pemerintah dan (b)
kegiatan yang timbul atas dasar inisiatif dari masyarakat itu sendiri yang muncul akibat
ada problem yang harus dicarikan solusinya.
Kegiatan klithah-klithih yang dilakukan anak,ituakibat dari adanya kebuntuan
saluran-saluran untuk menyalurkan bakat dan minatanak tidak terkondisi, sebenarnya
pemerintah telah menyediakan fasilitas tersebut, seperti dojo dan sasana untuk bela
diri, sanngar seni tari atau music, fasilitas tempat terbuka untuk hobi gambar mural,
fasilitas olahraga rekreasi dan masih banyak yang dapat difasilitasi pemerintah untuk
penyaluran bakat kearah positif, tetapi kepekaan yang berwajib untuk menangkap sinyal
negative tersebut yang terlambat, dan setelah ada kejadian baru sadar;Klithah-klithih
terjadi karena adanya kesempatan yang diberikan orang tua atau terpaksa diijinkan dan
lama-lama menjadi kebiasaan negative yangakhirnya sulit dihentikan danatau kadang
orang tua sudah kuwalahan dengan perangai anaknya.

B u l e t i n
40 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


Solusi.
Orang tua harus secara tegas melarang anaknya untuk bepergian sampai larut
malam, jangan memberi kesempatan pada anaknya pada tindakan negative dan selalu
control pada kegiatan anaknya dan lebih baik memberi tauladan, seperti melaksanakan
ibadah, berperilaku santun, berkata sopan;Kadang anak bangga meniru tingkah
ayahnya dan berkata jorok, melanggar aturan saat berkendaraan sendiri maupun
membocengkan anaknya,beri contoh yang beretika berlalu lintas,jauhkan budaya
kawatir ( proteksi berlebihan ) karena kadang membuat anak terlalu manja, terlambat
mandiri, kurang militant, mudah merengek.
1. Sekolah berperan untuk menghantarkan anak dalam meraih kedewasaan dan
kemandirian, tanggungjawab, jujur dan disiplin yang cerdas, terampil dibidang
imtaq;Sekolah juga memiliki tugas dan tanggungjawab menselaraskan serta
mengimplementasikan antara program sekolah, program masyarakat dan program
pemerintah yang dituangkan dalam kurikulum sekolah
2. Masyarakat (pemerintah)harus menciptakan suasana yang kondusif, menyediakan
tempat-tempat yang dapat menanpung kegiatan anak, supaya anak tidak terjerumus
dalam tindakan anarkis dan biadab, lebih baik mencegah tindakan negative dengan
cara mendeteksi secara dinikegiatan yang merugikan orang lain, seperti khasus
klithih, corat-coret fasilitas umum,jadilah orang tua yang dapat menjadi teladan
dalam pendewasaan anak-anak kita,karena anak anak kita selalu mencontoh tingkah
laku idolanya, dan kadang anak belum mengertiitu baik atau buruk untuk dirinya,
seperti kegiatan semacam klithih yang menghantui kita semua, isu penculikan anak,
perdagangan anak, geng motor, klub-klub moge, sporter olahraga, simpatisan partai
yang kadang menggangu fasilitas umum.

*) Guru SDN Widoro - Yogyakarta

Klithih. 41
Pendidikan
Karakter

Implementasi Gerakan Literasi


di Sekolah

Oleh Sulisratmi *)

G erakan literasi sudah selayaknya segera diimplementasikan di sekolah. Hal ini


karena kegiatan literasi mampu meningkatkan keterampilan berpikir peserta didik
melalui berbagai sumber pengetahuan. Sumber pengetahuan yang dimaksud dapat
berbentuk cetak, visual, audio, maupun digital. Tujuan dari gerakan literasi di sekolah
adalah untuk menumbuh kembangkan peserta didik serta ekosistem pendidikan agar
menjadi pembelajar sepanjang hayat. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu
dilakukan sosialisasi implementasi gerakan literasi di sekolah.
Gerakan literasi di sekolah merupakan perbuatan dari warga sekolah yang
bertekad untuk membudayakan literasi di sekolah. Tujuan khusus gerakan literasi yaitu
menumbuhkembangkan budi pekerti warga sekolah, membangun ekosistem literasi
sekolah, menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar, mempraktikan kegiatan
pengelolaan pengetahuan, dan menjaga keberlanjutan budaya literasi.
Maksud menumbuh kembangkan budi pekerti warga sekolah yaitu dengan
kegiatan literasi akan tumbuh dan berkembang nilai-nilai luhur seperti kreatif, berpikir
kritis, memiliki rasa empati, dan komunikatif.Ekosistem literasi sekolah perlu dibangun
agar tercipta hubungan timbal balik atau interaksi antara warga sekolah dengan
lingkungan literasi sekolah.Organisasi pembelajar juga dibangun supaya semua warga
sekolah memiliki kesatuan visi dalam mewujudkan literasi sekolah yang berdampak
padapeningkatan budaya mutu sekolah. Jika literasi sekolah sudah terorganisir dengan
baik, pengetahuan warga sekolah akan bertambah. Dengan demikian, diperlukan
pengelolaan pengetahuan untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan kompetitif
sehingga akan berdampak pada output sekolah yang lebih berkualitas. Pada tahap
selanjutnya, sekolah tetap menjaga keberlanjutan literasi agar tetap berkembang seiring
tuntutan zaman.
Budaya literasi mencakup lima komponen yaitu literasi dasar, perpustakaan,
media, teknologi, dan visual. Budaya literasi dasar adalah melakukan pembiasaan
berpikir dengan menyimak/mendengar, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung.
Literasi perpustakaan merupakan literasi lanjutan yang berfungsi untuk mencari informasi
sehingga mampu menyelesaikan tulisan, penelitian, dan memecahkan masalah. Literasi
media meliputi media cetak, elektronik, dan digital yang mampu memberi informasi yang
sangat lengkap. Literasi teknologi bisa berupa perangkat lunak, perangkat keras,etika,
dan etiket dalam penggunaan teknologi. Sedangkan literasi visual adalah pemahaman
tingkat lanjut dari literasi media dan teknologi.
Kecakapan literasi di sekolah dasar (SD) difokuskan pada literasi dasar, literasi
informasi, literasi visual, literasi sains dan matematika. Kegiatan literasi dasar di SD
adalah menyimak informasi yang dibacakan, membaca nyaring untuk memahami

B u l e t i n
42 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


konten bacaan,
menjawab pertanyaan,
dan memahami makna
kata baru, menceritakan
pemahaman isi bacaan,
dan mengomunikasikan
tanggapannya terhadap
bacaan. Literasi
informasi difokuskan
untuk dapat memahami
bahwa bacaan adalah
hasil karya yang perlu
dihargai, memahami
isi bacaan secara
efektif, menganalisis,
mengevaluasi dan
menilai isi bacaan.
Literasi visual
difokuskanpada
k e m a m p u a n
memahami, mengapresiasi, mengomunikasikan, dan menganalisis makna gambar.
Pada literasi sains dan matematika, diharapkan peserta didik mampu berpikir ilmiah,
memahami persoalan matematika, mengaplikasikan formula matematika, dan
mengaplikasikan cara berpikir saintifik dan logis dalam kehiduan sehari-hari.
Strategi yang diperlukan untuk mengimplementasikan literasi di sekolah adalah
dengan memberi dukungan yang maksimal agar budaya literasi terwujud. Pemberian
dukungan dapat berbentuk pembiasaan dan pendampingan kepada peserta didik.
Dalam pembiasaan literasi, yang perlu ditekankan bukan frekuensi dan durasi kegiatan
namun pola pikir peserta didik untuk menyadari bahwa literasiadalah suatu kebutuhan
bagi dirinya sendiri.Jika peserta didik telah memiliki kesadaran tersebut, maka frekuensi
dan durasi kegiatan literasi itu otomatis menyertainya. Artinya peserta didik yang telah
memiliki kesadaran akanpentingnya literasi, ia akan lebih banyak melakukan kegiatan
literasi dengan waktu yang lebih lama dibanding dengan peserta didik yang belum
memiliki kesadaran kegiatan literasi.
Pendampingan dalam literasi sangat penting, mengingat informasi-informasi
yang ada pada literasi baik berbentuk cetak, audio, dan visual tidak semua bersifat
positif.Informasi-informasi yang membanjiri sekarang ini banyak yang bersifat hiburan
saja. Untuk itu, peserta didik diarahkan untuk menyaring berbagai informasi yang ada
berdasar pada etika dan kepatutan yang berlaku di Indonesia.
Hal-hal yang dipersiapkan untuk mewujudkan budaya literasi di sekolah adalah
mempersiapkan lingkungan fisik, lingkungan sosial sekolah, dan lingkungan akademik.
Lingkungan fisik meliputi bangunan perpustakaan, pojok baca di setiap kelas, pajok baca
di ruang kantor, pojok baca di ruang guru, dan area literasi (lorong-lorong antarkelas,
taman sekolah, ruang tamu, dan kantin sekolah). Selain bangunan juga dilengkapi
bahan literasi (buku, koran, majalah, bulletin, dan CD pembelajaran) serta perlengkapan
lain yang mendukung kegiatan literasi (meja, kursi, almari/rak buku, laptop, LCD, dan
lain-lainya).
Lingkungan sosial adalah pengakuan atas pencapaian peserta didik dalam
kegiatan literasi. Peserta didik perlu mendapat pengakuan dari warga sekolah. Peserta

Implementasi Gerakan Literasi Di Sekolah 43


didik yang paling sering berkunjung ke perpustakaan diberi penghargaan. Peserta didik
yang paling banyak meminjam buku di perpustakaan juga diberi penghargaan. Sekolah
juga menyelenggarakan berbagai lomba terkait dengan kegiatan literasi seperti lomba
mendongeng, membuat poster, lomba majalah dinding (mading), membaca puisi, dan
lomba lainnya yang terkait dengan literasi. Penghargaan ini penting diberikan kepada
peserta didik sebagai motivasi dalam pembiasaan budaya literasi.
Lingkungan akademik adalah pembiasaan literasi dalam pembelajaran. Kegiatan
literasi yang dilakukan bisa berbentuk pembiasaan membaca sebelum pelajaran
dimulai, pemberian tugas pada materi pembelajaran yang mewajibkan peserta didik
untuk memanfaatkan buku di perpustakaan maupun di pojok kelas. Peserta didik tidak
hanya sekedar membaca buku namun juga mampu memahami, menalar, menerapkan,
memprediksi, dan memecahkan masalah pada isi bacaan tersebut. Peran kepala
sekolah dan guru sangat besar dalam mewujudkan kondisi lingkungan akademik yang
efektif dan kondusif. Keteladanan mereka dalam kegiatan literasi akan memacu peserta
didiknya untuk giat belajar. Dengan kondisi yang demikian, maka warga sekolah telah
memiliki antusias yang tinggi untuk mewujudkan budaya literasi.
Kondisi sekolah yang telah melaksanakan budaya literasi secara fisik akan
tampak pada hasil karya peserta didiknya yang terpajang di mana-mana. Ada yang di
ruang kelas, ruang kantor, ruang guru, ruang perpustakaan,dan ruangan lainnya yang
ada di sekolah. Selain itu, hasil karya juga di pajang di area literasi sekolah seperti
lorong-lorong antarkelas, di majalah dinding, di ruang parkir, dan di dinding-dinding
gedung sekolah. Buku-buku bacaan juga tersedia di mana-mana, tidak hanya di ruang
perpustakaan. Di kantor, buku bacaan terdapat di ruang kepala sekolah dan di ruang
tamu. Di ruang guru dapat dibuat pojok baca yang dapat dengan mudah diakses oleh
semua guru.Di ruang kelas ada pojok baca yang ditata dengan rapi dan menarik.
Kondisi lingkungan sosial sekolah yang telah menerapkan budaya literasi,
sekolah telah menjadwalkan berbagai kegiatan lomba dan peringatan hari-hari besar
dengan memberi berbagai penghargaan untuk warga sekolah yang telah membudaya
dalam literasi. Tersedianya peraturan atau tata tertip dalam kegiatan literasi. Peserta
didik taat dan patuh dengan peraturan dan tata tertip literasi. Kepala sekolah dan guru
terlibat secara aktif dalam pengembangan literasi. Warga sekolah secara berkolaborasi
mampu menjaga kenyamanan, keindahan, dan keamanan literasi.
Kondisi lingkungan akademik bagi sekolah yang telah melaksanakan budaya
literasi yaitu memiliki tim literasi yang tangguh. Tersedianya waktu khusus untuk
kegiatan literasi dengan membaca bersama, membaca dalam hati, membaca nyaring,
mendengarkan cerita, menulis kembali cerita yang didengar maupun yang dibaca. Guru
memiliki catatan khusus peserta didik dalam pelaksanaan literasi. Adanya kerja sama
antarguru dalam menyediakan bahan literasi dan pengelolaan budaya literasi.
Kondusifnya lingkungan fisik, sosial, dan akademik akan mendukung dan
memberi peluang berhasilnya gerakan literasi di sekolah. Apabila kondisi sekolah belum
memungkinkan untuk pelaksanaan ketiga lingkungan tersebut secara bersamaan,
pelaksanaannya bisa secara bertahapsehingga gerakan literasi itu benar-benar
terwujud dan membudaya. Untuk itu, kesadaran, kemauan, dan kerja sama semua
warga sekolah sangat dibutuhkan untuk membangun budaya literasi di sekolah.

*) Kepala SD Negeri Banyurejo 2, Tempel, Sleman

B u l e t i n
44 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


Opini

Keteladanan, Bukan Hanya


Mengajarkan

Oleh : Paimun*)

L ingkungan sekolah idealnya bersih dari sampah yang mengganggu kegiatan


pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas. Pengetahuan dan pelajaran
kebersihan, terutama  pentingnya menjaga kebersihan sudah diajarkan oleh guru
setiap hari di kelas. Suasana nyaman tercipta, saat berada di ruang yang tidak ada
sampahnya. Berada di sekolah menjadi betah.
Pada kenyataannya saat akan diadakan upacara pada hari Senin sampah yang
berasal dari jatuhnya daun kering dari pohon perindang di halaman sekolah masih
berserakan di mana-mana. Waktu upacara dimulai tepat pukul 7.00 WIB. Tidak Selaras
dengan konsep disiplin, sikap peduli, dan bertanggung jawab yang merupakan fungsi
upacara bendera. Guru dan pegawai lainnya tidak segera bersama-sama membersihkan
halaman dengan cara menyapu.
Permasalahan kebersihan sekolah sangatlah Komplek, namun terkadang luput
dari perhatian semua pihak yang ada di sekolah, seperti kepala sekolah, guru, dan
karyawan lainnya. Masing-masing disibukkan oleh tugas pokok dan fungsi masing-
masing. Kepala sekolah sudah sibuk dengan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
manajemen sekolah.
Guru-guru fokus pada pendampingan dan pembelajaran bersama peserta didik.
Pelayanan prima pada urusan pembelajaran lebih diutamakan daripada ketugasan
tambahan lainnya. Karyawan diberi tugas administrasi yang menyita perhatian dan
tenaga. Hanya satu orang yang diberi tugas khusus, sebagai penjaga sekolah yang
rutin bertanggung jawab dengan urusan kebersihan. Penjaga sekolah mendapat tugas
tambahan membuatkan minuman untuk semua guru dan karyawan.
Salah satu pendekatan untuk mengatasi permasalahan kebersihan, terutama
terbebasnya sekolah dari sampah, adalah mengembangkan sikap keteladanan,
peduli, dan bertanggung jawab kepada semua warga sekolah. Semuanya secara
bersama-sama bertanggung jawab membebaskan sekolah dari masalah sampah yang
mengganggu kenyamanan  dalam beraktivitas. Jika diperlukan membuat kesepakatan
untuk melawan sampah, sehingga menjadi musuh bersama.
Pada umumnya guru hanya menjelaskan dan tidak memberikan contoh perbuatan
yang harus dilaksanakan. Jadi hanya membelajarkan teori, tanpa melaksanakan atau
mengamalkan. Kebersihan tidak hanya diajarkan tapi harus diamalkan, sehingga 
ruangan, halaman, dan lingkungan menjadi terbebas dari sampah dan kotoran. Dua guru
kelas 1B dan 1C SDN Wonosari 1, yaitu Sugirahayu dan Ismiatun Marfuah memberikan
keteladanan dan bukan hanya mengajarkan ilmu kebersihan.

Keteladanan, Bukan Hanya Mengajarkan 45


Pepatah “Satu keteladanan lebih baik daripada seribu nasihat.” Kenyataannya
tidak semua guru dan karyawan mampu melaksanakan petuah tersebut. Terbukti hanya
sebagian saja yang peduli dengan pentingnya memberikan keteladanan terhadap peserta
didik, terutama urusan kebersihan. Sebagian besar berpendapat, bahwa petugas yang
bertanggung jawab menyapu halaman dan lingkungan sekolah adalah penjaga sekolah
atau tukang kebun. Hanya pada saat kerja bakti bersama saja mereka berpartisipasi.
Urusan kebersihan sebaiknya menjadi gerakan bersama sekolah dan tidak hanya
diserahkan terhadap seorang penjaga. Peserta didik yang jumlahnya 488, guru dan
karyawan 32 orang harus  aktif terlibat sejak dari penyusunan kegiatan, pelaksanaan,
evaluasi, dan diadakan tindak lanjut terhadap urusan kebersihan sekolah. Piket guru dan
peserta didik harus ditingkatkan dan dipantau pelaksanaan kewajibannya. Jika ada yang
tidak melaksanakan kewajiban perlu diingatkan, ditegur, dan diberikan hukuman.
Semua warga sekolah adalah pasukan kebersihan, sehingga tidak ada sampah 
berserakan dan bertebaran di mana mana. Setiap orang mengetahui ada sampah wajib
memungut dan membuang ke tempat sampah. Setiap individu tidak perlu malu berurusan
dengan sampah karena semua orang pasti menghasilkan sampah dalam hidupnya. Ajaran
agama mengajarkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman.
Selama ini sumber sampah di sekolah adalah dari daun kering, sobekan buku,  dan
bungkus makanan. Peserta didik membuang sampah tidak pada tempatnya. Loker dan pot
bunga menjadi tempat pembuangan sampah. Oleh karena itu guru harus selalu mengecek
kebersihan keduanya. Jika ditemukan dan ketahuan menyimpan sampah harus menegur
dan mewajibkan peserta didik membuang ke tempat  yang telah disediakan.
Semakin rutin diadakan pengecekan, pengawasan, dan teguran/ hukuman
kegiatan kebersihan berjalan dengan tertib. Aturan itu berlaku untuk semua dan tidak ada
pengecualiannya. Peserta didik memerlukan keteladanan dari orang yang lebih dewasa,
seperti guru dan tenaga kependidikan lainnya. Nilai yang diyakini mendapat pengakuan
dan dukungan dari orang yang disegani dan dihormati. Pendidik ditiru segala aktivitasnya,
baik di kelas maupun di luar, bahkan di rumah dan juga di masyarakat.
Guru layaknya sebagai publik figur. Sebagai model atau tontonan di depan kelas.
Selalu dilihat dan menjadi model bagi  pengembangan potensi yang dimiliki oleh para
peserta didiknya. Guru bahkan tidak boleh melakukan kesalahan, meski hal ini menyalahi
kodrat. Pada dasarnya manusia  adalah tempat lupa dan salah. Hanya wajib berusaha agar
tidak berulang kali melakukan kesalahan, supaya tidak ditiru oleh yang mengidolakannya.
Kebersamaan dalam kegiatan kebersihan merekatkan hubungan antara peserta
didik dengan guru dan tenaga kependidikan. Anak yang tidak ikut dan berpartisipasi mudah
terdeteksi dan merasa malu jika tidak bersama mereka. Cara demikian menjadi efektif
jika berlangsung secara rutin dan terus-menerus. Tidak hanya berlaku hangat-hangat tahi
ayam, yaitu ketika  baru semua terlibat, namun setelah beberapa waktu terhenti tanpa ada
kepastian dan tindak lanjut.
Pembiasaan akan meningkat menjadi karakter ketika nilai karakter telah melekat
dan diyakini kebenarannya. Pribadi atau personal yang bersangkutan dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan melakukan tindakan sesuai dengan hasil dan proses
pendidikan dan pengembangan karakter itu sendiri. Tanpa diperintah oleh orang lain
seperti guru, otomatis menyapu tempat yang dianggap motor dan perlu dibersihkan.
Guru dan pendidik tidak boleh putus asa mengembangkan karakter, sebab tugas
mulia ini tidak bisa dilakukan dengan cara instan. Namun harus berproses dan disertai
usaha yang ikhlas, sehingga pendekatannya dengan hati dan jauh dari  kekerasan, tetapi
diperlukan sikap tegas. KHA Dahlan dalam usaha memberikan dan menanamkan karakter
terhadap santrinya,  berulang-ulang menjelaskan dan mengkaji surat Al-Ma’un dan cara
mengamalkannya. Puncaknya santrinya sadar dan mengamalkan materi pelajaran yang
diberikan.

B u l e t i n
46 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


Mengamalkan ilmu memang tidak mudah, terkadang banyak tantangan dan
ujian, tapi harus dilakukan, sebagai bentuk syukur atas karunia berupa ilmu yang telah
Allah berikan. Selain itu, mengamalkan ilmu dapat mendatangkan keberkahan dalam
hidup, ketenangan, dan kebahagiaan. Berilmu amaliah dan beramal ilmiah. Perlu
menyeimbangkan dan menjaga keharmonisan pikir, tangan, dan hati.Keteladanan, Bukan
Hanya Mengajarkan
Lingkungan sekolah idealnya bersih dari sampah yang mengganggu kegiatan
pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas. Pengetahuan dan pelajaran kebersihan,
terutama  pentingnya menjaga kebersihan sudah diajarkan oleh guru setiap hari di kelas.
Suasana nyaman tercipta, saat berada di ruang yang tidak ada sampahnya. Berada di
sekolah menjadi betah.
Pada kenyataannya saat akan diadakan upacara pada hari Senin sampah yang
berasal dari jatuhnya daun kering dari pohon perindang di halaman sekolah masih
berserakan di mana-mana. Waktu upacara dimulai tepat pukul 7.00 WIB. Tidak Selaras
dengan konsep disiplin, sikap peduli, dan bertanggung jawab yang merupakan fungsi
upacara bendera. Guru dan pegawai lainnya tidak segera bersama-sama membersihkan
halaman dengan cara menyapu.
Permasalahan kebersihan sekolah sangatlah Komplek, namun terkadang luput dari
perhatian semua pihak yang ada di sekolah, seperti kepala sekolah, guru, dan karyawan
lainnya. Masing-masing disibukkan oleh tugas pokok dan fungsi masing-masing. Kepala
sekolah sudah sibuk dengan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan manajemen
sekolah.
Guru-guru fokus pada pendampingan dan pembelajaran bersama peserta didik.
Pelayanan prima pada urusan pembelajaran lebih diutamakan daripada ketugasan
tambahan lainnya. Karyawan diberi tugas administrasi yang menyita perhatian dan
tenaga. Hanya satu orang yang diberi tugas khusus, sebagai penjaga sekolah yang
rutin bertanggung jawab dengan urusan kebersihan. Penjaga sekolah mendapat tugas
tambahan membuatkan minuman untuk semua guru dan karyawan.
Salah satu pendekatan untuk mengatasi permasalahan kebersihan, terutama
terbebasnya sekolah dari sampah, adalah mengembangkan sikap keteladanan, peduli,
dan bertanggung jawab kepada semua warga sekolah. Semuanya secara bersama-sama
bertanggung jawab membebaskan sekolah dari masalah sampah yang mengganggu
kenyamanan  dalam beraktivitas. Jika diperlukan membuat kesepakatan untuk melawan
sampah, sehingga menjadi musuh bersama.
Pada umumnya guru hanya menjelaskan dan tidak memberikan contoh perbuatan
yang harus dilaksanakan. Jadi hanya membelajarkan teori, tanpa melaksanakan atau
mengamalkan. Kebersihan tidak hanya diajarkan tapi harus diamalkan, sehingga  ruangan,
halaman, dan lingkungan menjadi terbebas dari sampah dan kotoran. Dua guru kelas 1B
dan 1C SDN Wonosari 1, yaitu Sugirahayu dan Ismiatun Marfuah memberikan keteladanan
dan bukan hanya mengajarkan ilmu kebersihan.
Pepatah “Satu keteladanan lebih baik daripada seribu nasihat.” Kenyataannya
tidak semua guru dan karyawan mampu melaksanakan petuah tersebut. Terbukti hanya
sebagian saja yang peduli dengan pentingnya memberikan keteladanan terhadap peserta
didik, terutama urusan kebersihan. Sebagian besar berpendapat, bahwa petugas yang
bertanggung jawab menyapu halaman dan lingkungan sekolah adalah penjaga sekolah
atau tukang kebun. Hanya pada saat kerja bakti bersama saja mereka berpartisipasi.
Urusan kebersihan sebaiknya menjadi gerakan bersama sekolah dan tidak hanya
diserahkan terhadap seorang penjaga. Peserta didik yang jumlahnya 488, guru dan
karyawan 32 orang harus  aktif terlibat sejak dari penyusunan kegiatan, pelaksanaan,
evaluasi, dan diadakan tindak lanjut terhadap urusan kebersihan sekolah. Piket guru dan

Keteladanan, Bukan Hanya Mengajarkan 47


peserta didik harus ditingkatkan dan dipantau pelaksanaan kewajibannya. Jika ada yang
tidak melaksanakan kewajiban perlu diingatkan, ditegur, dan diberikan hukuman.
Semua warga sekolah adalah pasukan kebersihan, sehingga tidak ada sampah 
berserakan dan bertebaran di mana mana. Setiap orang mengetahui ada sampah wajib
memungut dan membuang ke tempat sampah. Setiap individu tidak perlu malu berurusan
dengan sampah karena semua orang pasti menghasilkan sampah dalam hidupnya. Ajaran
agama mengajarkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman.
Selama ini sumber sampah di sekolah adalah dari daun kering, sobekan buku,  dan
bungkus makanan. Peserta didik membuang sampah tidak pada tempatnya. Loker dan pot
bunga menjadi tempat pembuangan sampah. Oleh karena itu guru harus selalu mengecek
kebersihan keduanya. Jika ditemukan dan ketahuan menyimpan sampah harus menegur
dan mewajibkan peserta didik membuang ke tempat  yang telah disediakan.
Semakin rutin diadakan pengecekan, pengawasan, dan teguran/ hukuman
kegiatan kebersihan berjalan dengan tertib. Aturan itu berlaku untuk semua dan tidak ada
pengecualiannya. Peserta didik memerlukan keteladanan dari orang yang lebih dewasa,
seperti guru dan tenaga kependidikan lainnya. Nilai yang diyakini mendapat pengakuan
dan dukungan dari orang yang disegani dan dihormati. Pendidik ditiru segala aktivitasnya,
baik di kelas maupun di luar, bahkan di rumah dan juga di masyarakat.
Guru layaknya sebagai publik figur. Sebagai model atau tontonan di depan kelas.
Selalu dilihat dan menjadi model bagi  pengembangan potensi yang dimiliki oleh para
peserta didiknya. Guru bahkan tidak boleh melakukan kesalahan, meski hal ini menyalahi
kodrat. Pada dasarnya manusia  adalah tempat lupa dan salah. Hanya wajib berusaha agar
tidak berulang kali melakukan kesalahan, supaya tidak ditiru oleh yang mengidolakannya.
Kebersamaan dalam kegiatan kebersihan merekatkan hubungan antara peserta
didik dengan guru dan tenaga kependidikan. Anak yang tidak ikut dan berpartisipasi mudah
terdeteksi dan merasa malu jika tidak bersama mereka. Cara demikian menjadi efektif
jika berlangsung secara rutin dan terus-menerus. Tidak hanya berlaku hangat-hangat tahi
ayam, yaitu ketika  baru semua terlibat, namun setelah beberapa waktu terhenti tanpa ada
kepastian dan tindak lanjut.
Pembiasaan akan meningkat menjadi karakter ketika nilai karakter telah melekat
dan diyakini kebenarannya. Pribadi atau personal yang bersangkutan dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan melakukan tindakan sesuai dengan hasil dan proses
pendidikan dan pengembangan karakter itu sendiri. Tanpa diperintah oleh orang lain
seperti guru, otomatis menyapu tempat yang dianggap motor dan perlu dibersihkan.
Guru dan pendidik tidak boleh putus asa mengembangkan karakter, sebab tugas
mulia ini tidak bisa dilakukan dengan cara instan. Namun harus berproses dan disertai
usaha yang ikhlas, sehingga pendekatannya dengan hati dan jauh dari  kekerasan, tetapi
diperlukan sikap tegas. KHA Dahlan dalam usaha memberikan dan menanamkan karakter
terhadap santrinya,  berulang-ulang menjelaskan dan mengkaji surat Al-Ma’un dan cara
mengamalkannya. Puncaknya santrinya sadar dan mengamalkan materi pelajaran yang
diberikan.
Mengamalkan ilmu memang tidak mudah, terkadang banyak tantangan dan
ujian, tapi harus dilakukan, sebagai bentuk syukur atas karunia berupa ilmu yang telah
Allah berikan. Selain itu, mengamalkan ilmu dapat mendatangkan keberkahan dalam
hidup, ketenangan, dan kebahagiaan. Berilmu amaliah dan beramal ilmiah. Perlu
menyeimbangkan dan menjaga keharmonisan pikir, tangan, dan hati.

B u l e t i n
48 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


Teknologi
Pendidikan

Pemanfaatan JB Radio Dalam


Mengakomodasi Gaya Belajar
Siswa SD Belajar Menulis

Oleh: Fani Akdiana*)

Istilah pembelajaran digunakan untuk menyebut kegiatan yang dilakukan guru


dengan murid ketika sedang belajar di sekolah. Berdasarkan UU Sisdiknas 2003,
pembelajaran merupakan cara atau proses yang membuat orang atau makhluk hidup
bersedia untuk belajar. Dengan demikian, tujuan seorang guru di dalam kelas adalah
membuat siswa untuk belajar.
Pembelajaran berdasarkan pengertian Sisdiknas di atas merupakan sebuah
proses. Hal tersebut dikarenakan siswa mendapatkan berbagai pengalaman ketika
pembelajaran sedang berlangsung. Pengalaman yang didapatkan oleh siswa selanjutnya
digunakan oleh siswa tersebut sebagai referensi untuk mengubah perilakunya. Hal
tersebut menurut Gagne (Dahar, 2011) dinamakan sebagai proses belajar yang tidak
terlepas dari pembelajaran.
Memberikan pengalaman belajar kepada siswa tentulah harus sesuai dengan
karakteristik siswa. Tidak hanya karakteristik psikologis seorang siswa, tetapi juga gaya
belajar siswa yang berbeda-beda.
Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid
dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan
soal (S. Nasution, 2000: 94). Gaya belajar dibagi menjadi tiga yaitu visual, audiotori
dan kinestetis. Gaya belajar visual membutuhkan mata sebagai peran utama untuk
mendapatkan informasi, audiotori membutuhkan telinga, dan kinestetis membutuhkan
gerakan dalam pembelajaran yang dilakukan. Hal ini harus diperhatikan oleh seorang
guru dikarenakan kemampuan siswa memahami suatu materi maupun keterampilan
dipengaruhi oleh gaya belajar.
Hal ini terutama sangat dibutuhakan di pembelajaran Sekolah Dasar dimana daya
fokus siswa Sekolah Dasar hanya sebentar. Siswa yang memiliki gaya belajar visual
tentu akan lebih lama daya fokusnya, tetapi untuk siswa yang memiliki gaya belajar
audiotori dan kinestetis akan cenderung mudah bosan sehingga membuat kegaduhan
di kelas. Oleh karena itu dibutuhkan suatu pembelajaran yang dapat mengakomodasi
seluruh gaya belajar siswa baik dari segi model pembelajaran, media pembelajaran
atau sumber belajar.
JB Radio merupakan sarana belajar yang disediakan oleh Jogja Belajar. Konten
ini dikembangkan oleh Balai Tekkomdik DIY yang berisi media pembelajaran berbasis
audio dan siaran radio streaming. JB Radio dapat diakses melalui alamat jogjabelajar.
org dari komputer maupun smartphone.

Pemanfaatan JB Radio Dalam Mengakomodasi Gaya Belajar Siswa SD Belajar Menulis 49


Gambar 1
Setelah mengakses jogjabelajar.org terdapat pilihan menu JB Media, JB Tube,
JB Radio, JB Budaya, atau JB Class. Untuk mendengarkan konten audio, pengunjung
dapat memilih menu JB Radio. Pada konten JB Radio terdapat berbagai menu yang
dapat dipilih selain radio streaming untuk digunakan saat pembelajaran misalnya materi
pembelajaran, dialog interaktif, permainan tradisional dan dongeng anak.

Gambar 2
JB Radio dapat digunakan untuk pembelajaran yang mengakomodasi seluruh
gaya belajar siswa. Salah satu menu yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran
adalah Dongeng Anak. Melalui menu ini, guru dapat mengadakan variasi pembelajaran
di dalam kelas.
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan guru adalah melatih keterampilan
menulis siswa. Keterampilan ini merupakan salah satu keterampilan Bahasa Indonesia
yang harus dikuasai pada setiap jenjang pendidikan. Akan tetapi keterampilan ini sulit
untuk dikuasai oleh siswa terbukti dengan budaya menulis yang masih kurang. Oleh
karena itu, melatih keterampilan menulis harus dilaksanakan sejak dini terutama dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.

B u l e t i n
50 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N


Siswa yang memiliki gaya belajar visual akan mudah untuk menuliskan kembali
isi cerita yang dibaca. Akan tetapi, tidak seluruh siswa dapat melakukan hal yang sama.
Contoh kegiatan pemanfaatan JB Radio untuk melatih keterampilan menulis siswa yang
pernah dilakukan penulis adalah sebagai berikut.
Pertama, guru memilih terlebih dahulu dongeng anak di JB Radio yang akan
disajikan ketika pembelajaran berlangsung. Konten dongeng anak di JB Radio mudah
untuk diunduh sehingga guru dapat bebas memilih materi dongeng. Pemilihan dongeng
harus disesuaikan dengan jenjang kelas, hal ini dipermudah dengan banyaknya
dongeng yang dapat dipilih oleh guru.
Kedua, setelah dongeng berhasil diunduh, guru mencetak gambar yang sesuai
tokoh-tokoh yang terdapat dalam dongeng tersebut. Hal ini untuk memfasilitasi siswa
yang memiliki gaya belajar visual agar lebih mudah memahami informasi dalam
dongeng yang diperdengarkan guru. Gambar yang disajikan dapat berupa runtutan
kejadian dalam dongeng maupun hanya potongan peristiwa dalam dongeng yang
diperdengarkan.
Ketiga, pada pelaksanaan pembelajaran, siswa diperdengarkan materi dongeng
anak yang sudah diunduh sambil memperhatikan gambar yang sudah disiapkan oleh
guru. Karena dilaksanakan pada jenjang usia SD maka guru memberikan rambu-rambu
berupa poin kunci yang harus diperhatikan oleh siswa, misalnya judul, tokoh, watak, dan
amanat. Hal ini
Keempat, setelah siswa selesai mendengarkan dongeng, siswa diminta untuk
menuliskan kembali isi cerita yang sudah didengarkan. Guru dapat membebaskan
panjang cerita yang akan ditulis oleh siswa dan meminta siswa untuk memperhatikan
poin kunci isi dongeng yang telah dicatat. Kegiatan ini dapat memfasilitasi gaya belajar
kinestetis untuk dapat memahami bentuk kalimat dan paragraf serta mengembangkan
ide cerita melalui pengalaman belajar langsung yaitu melakukan kegiatan tertentu.
Pemanfaatan JB Radio dengan metode di atas untuk melatih keterampilan menulis
siswa Sekolah Dasar dapat mengakomodasi seluruh gaya belajar siswa. Tidak hanya
pembelajaran yang hanya berpihak kepada siswa dengan gaya belajar visual, tetapi
juga untuk siswa dengan gaya belajar audiotori dan kinestetis. JB Radio memberikan
konten dongeng anak yang tidak hanya berbicara monoton tetapi juga dengan nada dan
gaya mendongeng yang menarik sehingga siswa lebih tertarik untuk memperhatikan.
Indikator keberhasilan seorang anak terampil menulis tidak harus selalu dengan
menulis cerita hasil pemikirannya sendiri. Akan tetapi, melalui pemanfaatan menu
dongeng pada JB Radio siswa dapat mulai berlatih menulis dengan menyesuaikan
gaya belajar masing-masing. Dengan demikian, siswa dapat terbiasa untuk menulis
sejak dini sebelum membuat tulisan hasil pemikiran sendiri.
Kegiatan pemanfaatan JB Radio dapat digunakan sebagai pembelajaran yang
menyesuaikan jaman. Hal ini dikarenakan, di jaman digital saat ini guru tidak perlu
melakukan ceramah terus menerus tetapi tidak dihiraukan oleh siswa. Akan tetapi, guru
dituntut untuk mengadakan pembelajaran digital yang saat ini lebih dekat dengan dunia
siswa sehari-hari. Oleh karena itu, siswa dapat mendapatkan pengalaman baru dalam
pembelajaran sehingga lebih menarik dan membekas pada ingatan siswa.

*) Guru SD N NGAWEN I

Pemanfaatan JB Radio Dalam Mengakomodasi Gaya Belajar Siswa SD Belajar Menulis 51


KETENTUAN PENULISAN ARTIKEL
BULETIN WARTA GURU MEDIA TEKNOLOGI
KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKAN
Naskah yang dikirim ke redaksi Buletin Warta Guru akan dipertimbangkan pemuatannya
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Bersifat ilmiah yaitu kajian atas masalah - masalah yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, maupun evaluasi dari penerapan teknologi dan komunikasi dalam dunia
pendidikan yang berupa artikel gagasan orisinil, artikel kajian teori/konsep sesuai
dengan kompetensi penulis.

2. Naskah diketik dengan huruf Arial ukuran huruf 11, jarak baris 1,5 spasi, ukuran
kertas kwarto. Panjang tulisan antara 3 s.d. 5 halaman.

3. Naskah yang dikirim merupakan naskah yang belum pernah dipublikasikan dalam
penerbitan apapun dan atau sedang diminta penerbitannya oleh media lain.

4. Naskah ditulis secara berurutan terdiri dari:


a. Judul (ringkas dan lugas / tidak lebih dari 15 kata)
b. Nama penulis tanpa gelar (dicetak miring)
c. Pendahuluan (setidaknya memuat latar belakang dan rumusan masalah penulisan)
d. Inti / Pembahasan (terdiri dari uraian atas sub - sub bab)
e. Penutup (setidaknya berisi kesimpulan dan saran)
5. Naskah dikirim ke redaksi dalam bentuk soft copy baik melalui disket, flesh disk, cd
atau via email dengan menggunakan fasilitas attachment file.
6. Penulis tidak keberatan jika naskah yang dikirim mengalami penyuntingan atau
perbaikan tanpa merubah isinya.
7. Isi artikel yang dimuat merupakan tanggungjawab penulis sepenuhnya.
8. Penulis menyertakan biodata singkat, foto dan alamat lengkap termasuk email dan
nomor HP yang bisa dihubungi.
9. Naskah yang masuk redaksi dikategorikan: diterima tanpa revisi, diterima dengan
revisi, dan ditolak.
10. Naskah yang tidak dimuat akan diberitahukan kepada penulis via SMS maupun email.
11. Penulis yang naskahnya dimuat akan diberi copy buletin sebanyak 1 eksemplar

B u l e t i n
52 WARTA GURU
EDISI 2 TAHUN 2018

MEDIA T E K NO LO G I K O M U NIK A S I D A N INF O R M A S I P E ND ID IK A N

Anda mungkin juga menyukai