Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Hifzil

Nim : 11820414581
Jurusan : Hukum Tata Negara D
Matkul : Sosiologi Hukum

Sosiologi Hukum
Sosiologi Hukum adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan sosial yang mempelajari hukum
dalam konteks sosial. Sosiologi Hukum membahas tentang hubungan antara masyarakat dan
hukum; mempelajari secara analitis dan empiris pengaruh timbal balik antara hukum dengan
gejala sosial lainnya.
Sosiologi hukum memiliki peranan baik secara teoritis maupun praktis. Kita sebagai makhluk
sosial senantiasa hidup dalam kelompok. Dari unit yang paling kecil seperti keluarga, sampai
unit besar seperti negara. Bahkan kini sedang tren istilah ’menjadi bagian dari warga global’
(global citizen).
Dalam kelompok, perilaku kita sebagai individu dibatasi. Batasan ini dapat berupa norma,
hukum, dan agama. Diantara ketiganya hukum merupakan aturan yang paling eksplisit karena
tertulis dalam lembaran peraturan atau konstitusi. Hampir segala aspek kehidupan sosial
dibatasi oleh hukum. Hal ini untuk mengorganisir kehidupan bermasyarakat agar harmonis,
tertib, dan tidak merugikan orang lain. Dalam tataran ilmu sosial murni, sosiologi
mempelajari masyarakat secara kontekstual. Aspek hukum yang melekat dalam kehidupan
bermasyarakat semestinya menjadi objek kajian penting dalam sosiologi karena kehidupan
bermasyarakat dan hukum berkaitan erat. Sosiologi hukum sebagai subdisiplin dikembangkan
dalam rangka melibatkan aspek hukum lebih dalam ketika mempelajari perilaku sosial
kemasyarakatan.
Dengan mempelajari Sosiologi Hukum, sedikitnya ada tiga kegunaan atau manfaat yang bisa
diperoleh, yaitu :
1. Memberikan kemampuan pemahaman hukum dalam konteks sosial;
2. Memberikan kemampuan untuk menganalisis efektifitas hukum dalam masyarakat
baik sebagai sarana pengendalian sosial, sarana pengubah masyarakatdan sarana
untuk mengatur interaksi sosial tertentu atau yang diharapkan;
3. Memberikan kemampuan mengadakan evaluasi (penilaian) terhadap hukum dalam
masyarakat.
Secara garis besar sosiologi hukum merupakan suatu ilmu yang bertujuan untuk mempelajari
hubungan timbal balik secara langsung antara hukum dengan lingkungan sosial atau gejala-
gejala sosial lainnya terdapat dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh hubungan timbal balik
antara hukum terhadap lingkungan atau gejala-gejala sosial, salah satunya yaitu mengenai
maraknya balap liar yang terdapat di Indonesia. Maksud dari balap liar ini sendiri adalah
ajang memacu kendaraan baik roda 2 maupun roda 4 dengan tidak pada lintasan balap yang
resmi melainkan dilakukan pada jalanan umum yang ada di Kota. Memang peraturan
mengenai balapan resmi masih belum ada peraturannya namun mengenai balapan liar sudah
jelas diatur oleh pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Terdapat beberapa faktor dari lingkungan sosial yang memengaruhi
penyebab adanya balapan liar yaitu pergaulan yang masih terlalu bebas tanpa adanya
pengawasan dari orang tua maupun orang sekitar, belum adanya sanksi yang tegas serta
mengikat untuk para pelaku balap liar, dan masih kurangnya peran penegak hukum untuk
mensosialisasikan bahaya balap liar bagi para pelaku balap liar dan pengguna jalan serta
masih kurangnya peran penegak hukum dalam menghadapi balap liar yang ada di Indonesia.
Ilmu hukum sebagai sebuah disiplin ilmu telah meneliti gejala hukum di masyarakat sejak
lama. Perkembangan ilmu hukum telah menciptakan spesialisasi yang dikenal luas seperti,
hukum pidana, hukum perdata, hukum tatanegara, hukum perdagangan, hukum internasional,
dan sebagainya. Spesialisasi hukum yang sudah begitu banyak memunculkan pertanyaan
apakah diperlukan adanya sebuah disiplin ilmu lain diluar ilmu hukum yang mempelajari
hukum? Sosiologi hukum muncul dan berkembang ditengah perdebatan seberapa penting
mempelajari hukum dengan pendekatan sosiologi. Kini sosiologi hukum diinstitusionalisasi
menjadi mata kuliah dan banyak diajarkan di fakultas-fakultas ilmu sosial-politik dan
humaniora.
Ilmu hukum adalah studi lapangan normatif, sedangkan sosiologi hukum merupakan studi
atau kajian yang bersifat empirik. Sehingga sosiologi hukum yang memberikan sumbangsi
terhadap ilmu hukum dapat dkatakan pendekatan empirik terhadap hukum.
Dalam sosiologi hukum ada beberapa hasil pemikiran ahli filsafat hukum yang terhimpun
dalam berbagai Mahzab, yaitu ada Mahzab formalistis, Mahzab Sejarah dan Kebudayaan,
Mahzab Utilirialism, Sosiological Jurisprudence dan Mahzab Realisme Hukum. Penulis akan
sedikit membahas tentang 5 Mahzab diatas sebagai berikut:

1. Mahzab Formalistis

Beberapa ahli filsafat hukum menekankan, baetapa pentingnya hubungan


antara hukum dengan prinsip-prinsip moral (yaitu etika dalam arti sempit) yang
berlaku umum. Salah satu cabang dari aliran tersebut adalah mazhab formalistis yang
teorinya lebih dikenal dengan nama analytical jurisprudence. Salah seorang tokoh
terkemuka dari mazhab ini adalah ahli filsafat hukum dari Inggris John Austin (1790-
1859) Austin terkenal dengan pahamnya yang menyatakan, bahwa hukum merupakan
perintah dari mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau dari yang memegang
kedaulatan.
Menurut Austin, hukum dibedakan menjadi dua bagian, yaitu hukum yang
dibuat oleh Tuhan dan hukum yang dibuat oleh manusia. Hukum yang dibuat manusia
dapat dibedakan dalam Hukum yang sebenarnya dan hukum yang tidak sebenarnya.
Tapi kelemahan dari ajaran analytical jurisprudence ini antara lain bahwa suatu sistem
hukum tidak mungkin untuk sepenuhnya tertutup.
Akan tetapi teori ini menentukan bagaimana suatu keputusan pengadilan
bekerja dan dengan memperhitungkan, bagaimana para hakim mungkin terikat oleh
analisis-analisis formal mengenai konsep-konsep dan masalah hukum. Menurut
Austin, hukum merupakan perintah dari mereka yang memegangkekuasaan tertinggi,
atau dari yang memegang kedaulatan.
Hukum adalah perintah yang dibebankan untuk mengatur makhluk berfikir,
perintah mana dilakukan oleh makhluk berfikir yang memegang dan mempunyai
kekuasaan. Austin juga beranggapan bahwa hukum sebagai suatu sistem yang logis,
tetap dan bersifat tertutup. Hukum dibagi dalam dua bagian, yaitu hukum yang dibuat
oleh Tuhan dan hukum yang dibuat oleh manusia.

Hukum yang dibuat oleh manusia dapat dibedakan dalam :


a. Hukum yang sebenarnya : Yaitu hukum yang dibuat oleh penguasa bagi pengikut-
pengikutnya, dan hukum yang disusun oleh individu-individu guna melaksanakan
hak-hak yang diberikan kepadanya.
b. Hukum yang tidak sebenarnya. Hukum yang tidak sebenarnya bukanlah
merupakan hukum yang secara langsung berasal dari penguasa, akan tetapi
merupakan peratura-peraturan yang disusun oleh perkumpulan-perkumpulan atau
badan-badan tertentu.

2. Mahzab Sejarah dan Kebudayaan

Dalam aliran ini hukum dapat dimengerti dengan menelaah kerangka sejarah
dan kebudayaan dimana hukum tersebut timbul. Von Savigny beranggapan bahwa
hukum merupakan perwujudan dari kesadaran hukum masyarakat (Volksgeist).
Hukum berasal dari adat-istiadat dan kepercayaan dan bukan berasal dari pembentuk
undang-undang. Ia mengemukakan pentingnya meneliti hubungan antara hukum
dengan struktur masyarakat beserta sistem nilai-nilainya.
Sementara menurut Sir Henry Main, hubungan-hubungan hukum yang
didasarkan pada status warga-warga masyarakat yang masih sederhana, berangsur-
angsur hilang apabila masyarakat itu berkembang menjadimasyarakat yang modern
dan kompleks.

3. Mahzab Utilitarialism

Rudolf Von Jhering (tahun 1818 sampai tahun 1889), yang juga penganut
positivisme, dia beranggapan bahwa paksaan dari negara merupakan unsur yang
esensial dari hukum. Rudolf mendefinisikan hukum sebagai berikut : “Pengertian
Hukum adalah keseluruhan dari keadaan kehidupan masyarakat dalam arti yang
seluas-luasnya, yang dipertahankan oleh kekuasaan negara dengan menggunakan alat
pemaksa yang bersifat ekstern” Menurut Rudolph Von Ihering Disebut social
utilitarianism hukum sebagai alat bagi masyarakat untuk mencapai tujuan hukum
sebagai alat perubahan sosial. Aliran ini diberi nama aliran utilitarianisme karena
hukum itu harus memberikan manfaat (utility) kepada manusia lain, sedangkan yang
dimaksud memberikan manfaat adalah menghindarkan keburukan dan mendapatkan
kebaikan.

4. Sosiological Jurisprudence

Pada intinya aliran ini hendak mengatakan bahwa hukum yang baik adalah
hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Kata “sesuai”
diartikan sebagai hukum yang mencerminkan nilai-nilai yang hidup di dalam
masyarakat.
Aliran Sociological Jurispurdence sebagai salah satu aliran pemikiran filsafat
hukum menitik beratkan pada hukum dalam kaitannya dengan masyarakat Menurut
Sociological Yurisprudence hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan
hukum yang hidup dalam msyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas antara
hukum positif dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (living law). Aliran ini
timbul sebagai akibat dari proses dialektika antara (tesis) positivisme hukum dan
(antitesis) mazhab sejarah. Roscoe Pound, hukum harus dipandang sebagai suatu
lembaga kemasyarakatan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sosial, dan adalah tugas ilmu hukum untuk mengembangkan suatu kerangka dengan
mana kebutuhan-kebutuhan sosial dapat terpenuhi secara maksimal.

5. Mahzab Realisme Hukum

Hubungan antara aliran realisme hukurn dan aliran sosiologi hukum ini sangat
unik. Di satu pihak, beberapa fondasi dari aliran sosiologi hukum mempunyai
kemiripan atau overlapping, tetapi di lain pihak dalam beberapa hal, kedua aliran
tersebut justru saling berseberangan. Roscoe Pound, yang merupakan penganut aliran
sociological jurisprudence, merupakan, salah satu pengritik terhadap aiiran realisme
hukum. Akan tetapi, yang jelas, sesuai dengan namanya, aliran realisme hukum lebih
aktual dan memiliki program-program yang lebih nyata dibandingkan dengan aliran
sociological jurisprudence. Paham realisme hukum memandang hukum sebagaimana
seorang advokat memandang hukum. Bagi seorang advokat, yang terpenting dalam
memandang hukum adalah bagaimana. memprediksikan hasil dari suatu proses
hukum dan bagaimana masa depan dari kaidah hukum tersebut. Karena itu, agar dapat
memprediksikan secara akurat atas hasil dari suatu putusan hukum, seorang advokat
haruslah juga mempertimbangkan putusan-putusan hukum pada masa lalu untuk
kemudian memprediksi putusan pada masa yang akan datang.
Seperti telah dijelaskan bahwa aliran realisme hukum ini oleh para pelopornya
sendiri lebih suka dianggap sebagai hanya. sebuah gerakan sehingga mereka.
menyebutnya sebagai “gerakan” realisme hukum (legal realism movement). Nama
populer untuk aliran tersebut memang “realisme hukum” (legal realism) meskipun
terhadap aliran ini pernah juga diajukan nama lain seperti: Functional Jurisprudence.
Experimental Jurisprudence. Legal Pragmatism. Legal Observationism. Legal
Actualism. Legal Modesty Legal Discriptionism. Scientific Jurisprudence.
Constructive Scepticism.

Anda mungkin juga menyukai