“IPS TERPADU”
Nim : 7193341043
Tahun 1921 berdirilah “National Council for the Social Studies “ atau disingkat
( NCSS ), sebuah organisasi professional yang secara khusus membina dan mengembangkan
social studies pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, serta kaitannya dengan disiplin
ilmu – ilmu sosial dan disiplin ilmu pendidikan sebagai program pendidikan syntectic. Pada
pertemuan ilimiah dalam sebuah seminar Nasional Indonesia tentang Civic Education tahun
1972 di Tawangmangu Solo Jawa Tengah, dalam paparan seminar tersebut ditawarkanlah 3
(tiga) istilah untuk dimasukan dalam pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Pertama; Istilah
Pengetahuan sosial; kedua, Studi Sosial (Social Studies) dan ketiga , Ilmu Pengetahuan Sosial.
Pada tahun 1972 – 1973 sudah pernah dilakukan uji coba pertama konsep IPS masuk
dipersekolahan Indonesia diterapkan pada kurikulum proyek Perintis Sekolah Pembangunan
(PPSP) IKIP Bandung. Kemudian secara resmi dalam kurikulum 1975 program pendidikan
tentang masalah sosial dipandang tidak cukup diajarkan melalui pelajaran sejarah dan geografi
saja, sehingga dilakukan reeduksi mata pelajaran mulai tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah
Menengah Atas saat itu dimasukan mata pelajaran ilmu social serumpun atau sejenis digabung
ke dalam mata pelajaran IPS. Oleh karena itu perberlakuan istilah IPS (social studies) dalam
kurikulum 1975 dapat dikatakan sebagai kelahiran IPS secara resmi di Indonesia.
Tahun 1993 National Council for the Social Studies (NCSS) mengeluarkan definisi resmi
yang membawa social studies sebagai kajian yang terintegrasi dan mencakup ilmu yang
semakin luas. NCSS memaparkan kurikulum standar untuk studi sosial menyediakan kerangka
kerja yang dimusyawarahkan secara professional. NCSS pertamakali menerbitkan standar
kurikulum nasional pada tahun 1994. Sejak saat itu standar kurikulum banyak digunakan
diberbagai negara sebagai kerangka kerja bagi guru dan sekolah – sekolah untuk menyelaraskan
kurikulum dan pembangunan dalam bidang pendidikan.
Kurikulum 1994 dilaksanakan secara bertahap mulai tahun ajaran 1994 -1995 merupakan
pembenahan atas pelaksanaaan kurikulum 1984 setelah memperhatikan tuntutan perkembangan
dan keadaan masyarakat saat itu, khususnya yang menyangkut perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dan seni. Pembenahan kurikulum ini didorong oleh amanat GBHN 1988 intinya
antara lain :(a) perlunya diteruskan upaya peningkatan mutu pendidikan di berbagai jenis dan
jenjang pendidikan; (b) perlunya persiapan perluasan wajib belajar pendidikan dasar dari enam
tahun menjadi sembilan tahun dan (c) perlunya segera dilahirkan undang-undang yang mengatur
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pada tahun 2004, pemerintah Indonesia melakukan perubahan kurikulum kembali yang
dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Namun pengembangan kurikulum IPS
diusulkan menjadi Pengetahuan Sosial untuk merespon secara positif berbagai perkembangan
informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pelaksanaan Kurikulum 2006 atau dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) mengacu pada standar nasional pendidikan; standar isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaaan, pembiayaan dan penilaian
pendidikan. Salah satu dari delapan standar nasional pendidikan tersebut adalah Standar Isi (SI)
merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum disamping
Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Kondisi masa pandemi covid-19 saat ini memungkinkan untuk pembelajaran dalam
jaringan (daring) bagi peserta didik. Kurikulum yang mengacu dan ditetapkan oleh pemerintah
yaitu kurikulum nasional dimana kunci keberhasilan implementasinya terletak pada kolaborasi
guru, siswa dan orang tua.
Untuk mendukung pembelajaran dalam kondisi pandemi covid-19 saat ini lembaga
pendidikan menyiapkan bahan ajar melalui aplikasi yang akan digunakan untuk pembelajaran
daring tahun ajaran baru. Sebagaimana yang dijelaskan Zubaidah bahwa hampir setiap satuan
pendidikan di Kota Malang sudah memanfaatkan E-Learning dalam pelaksanaan pembelajaran.