ABSTRAK
Cahya Suryani, Nuril Hidayah, Mizati Dewi
Laporan ini adalah lanjutan Pilot Project sebelumnya dengan Wasdiana, Priska Safitri.
beberapa perubahan dan perbaikan. Kajian berikut akan
Email: cahyasuryani01@gmail.com,
membantu siapapun yang berkepentingan dengan isu anti hoaks
vayarina@gmail.com,
guna mendapatkan gambaran mengenai peredaran hoaks di
mizatiwadiana@gmail.com,
Indonesia sebagai landasan memutuskan pendekatan terbaik
priscanasafitri07@gmail.com
untuk merencanakan dan memutuskan aksi di lapangan.
Supervisi: Santi Indra Astuti, Anita Wahid
Email: santi.indraastuti@gmail.com,
anit.wahid@.gmail.com
Siapapun berhak mengutip, menyalin, dan
menyebarluaskan sebagian atau keseluruhan karya
ini dengan menyebutkan sumber serta
mencantumkan jenis lisensi yang sama, unuk
kepentingan pendidikan dan kepentingan nirlaba
lain, bukan untuk diperjualbelikan, bukan untuk
kepentingan komersial.
PEMETAAN HOAKS/MISINFORMASI/DISINFORMASI MAFINDO
EDISI OKTOBER 2018
A. PEMETAAN UMUM
Jenis Konten
1
Sama halnya dengan temuan bulan September 2018, tema politik masih mendominasi. Namun
persentase hoaks politik bulan Oktober 2018 menurun (42.34%) jika dibandingkan bulan lalu
(68.44%). Demikian pula jumlahnya. Tema agama masih tetap berada di tempat kedua, namun
intensitasnya meningkat jika dibandingkan bulan sebelumnya. Tema agama bulan Oktober
tercatat 17.1%, meningkat nyaris dua kali lipat dibandingkan bulan September 2018 yang
mencapai 9.28%. Tema bencana alam dan kriminalitas yang diwarnai dengan hoaks penculikan
dan hoaks drama bencana menempati posisi ketiga di bulan Oktober 2018 (7.2%).
Tipe Disinformasi/Misinformasi
2
Sesuai dengan kategori First Draft yang dijadikan acuan tim Fact Checkers MAFINDO, modus
yang kerap digunakan untuk menyalahgunakan informasi adalah ‘Konten Palsu’ (30.6%), disusul
oleh konten yang salah (26.12%) dan konten yang menyesatkan (25.22%).
Konten Tiruan
Ini adalah ketika sebuah sumber asli ditiru/diubahsuai.
Konten Palsu
Jenis ini berupa konten baru yang 100% salah dan (sengaja) didesain untuk menipu serta merugikan.
3
Sarana
Bulan Oktober 2018, alat bantu yang banyak digunakan masih tetap sama dengan bulan
kemarin, walaupun persentasenya mengecil dari 60.32% menjadi 48.64%--yang berarti terjadi
penurunan sebesar 11.68%. Sebaliknya, terdapat peningkatan narasi sebagai alat bantu secara
signifikan, yaitu dari 12.76% di bulan September 2018, menjadi 29.72% di bulan berikutnya.
Peningkatan yang terjadi sebesar 16.96% atau meningkat lebih dari 100%.
4
Saluran
5
penyebar hoaks/disinformasi/misinformasi utama (49.88%), disusul oleh WhatsApp (17.8%)
dan Twitter (13.86%).
6
WRAP UP OKTOBER 2018
Pada bulan Oktober 2018, disinformasi mendominasi hasil tangkapan tim Fact Checkers
(54.9%) dengan modus yang paling banyak ditemui adalah ‘Konten Palsu’ (30.6%), disusul
oleh ‘Konten yang Salah’ (26.12%) dan ‘Konten Menyesatkan’ (25.22%). Terlepas dari
maraknya hoaks penculikan dan bencana belakangan ini, ternyata hoaks bertema politik
tetap yang paling unggul (42.34%). Narasi dan foto menjadi alat utama untuk memproduksi
hoaks (48.64%). Sementara Facebook tetap menjadi andalan dalam penyebaran
hoaks/disinformasi/misinformasi (38.73%), disusul oleh kombinasi seluruh media daring
(17.1%), serta gabungan media sosial dan aplikasi chatting (9%).
7
B. PEMETAAN HOAKS POLITIK
Hoaks politik adalah semua hoaks hasil tangkapan tim Fact Checkers MAFINDO sepanjang bulan
Oktober 2018 yang berdampak pada proses politik dan penyelenggaraan negara. Jadi, tidak
semata-mata terkait dengan kampanye pemilihan presiden, tetapi juga hoaks yang berpotensi
mengganggu penyelenggaraan negara.
Hoaks politik yang dipetakan secara rinci terdiri dari data menyangkut:
Jumlah hoaks politik yang ditangkap tim Fact Checkers menurun dari 52 di bulan September,
menjadi 47 di bulan Oktober 2018. Namun, Target Sasaran Hoaks bertambah. Bulan Oktober
2018, target sasaran hoaks lebih bervariasi, jadi bukan hanya tertuju pada Capres 1 dan Capres
2. Fakta ini memperlihatkan betapa luasnya potensi eskalasi dampak hoaks politik karena tidak
8
hanya mengganggu proses pemilu, tetapi juga mengganggu proses penyelenggaraan negara
secara menyeluruh.
Target hoaks bertema politik paling banyak pada bulan Oktober 2018 bukan lagi para capres,
tetapi justru pemerintah (pusat)/kementerian/lembaga. Sebanyak 23 hoaks atau nyaris
setengah jumlah hoaks politik bulan Oktober 2018 ditujukan untuk mendiskreditkan
pemerintah. Mulai dari hoaks tentang kebijakan pemerintah seperti registrasi Pemilu, hingga
hoaks tentang intimidasi pemerintah terhadap tokoh-tokoh tertentu. Rinciannya ada pada data
mengenai konten hoaks yang menimpa setiap target sasaran. Menarik juga untuk mencermati
bahwa dalam peta kampanye Pilpres di bulan Oktober 2018, Capres 2 lebih banyak menjadi
sasaran hoaks politik. Agaknya, ini diakibatkan imbas kasus operasi plastik Ratna Sarumpaet
yang menuai kontroversi sehingga mudah dijadikan sasaran hoaks untuk memicu kegaduhan
lebih lanjut.
Menyangkut tone hoaks politik, apakah menimbulkan sentimen positif atau sentimen negatif
bagi target sasaran, untuk bulan ini seluruhnya memiliki tone negatif. Artinya, seluruh hoaks
politik temuan bulan Oktober 2018 menimbulkan sentimen negatif bagi target sasarannya,
sehingga merusak atau mengganggu citra/reputasi sang target.
9
Frekuensi Target Sasaran Hoaks Politik (Oktober 2018)
10
Tema Hoaks Politik
Seiring dengan kian banyaknya pihak yang dijadikan target hoaks politik, maka semakin
berkembang pula tema-tema atau isu yang dijadikan muatan konten hoaks politik.
Tentu saja, hoaks politik lebih banyak diisi dengan konten-konten politik (42.55%), seperti
hoaks tentang intimidasi aparat terhadap mahasiswa pendemo kenaikan BBM yang mencederai
demokrasi Indonesia (di-debunk pada tanggal 20 Oktober 2018). Dalam hal ini, target hoaks
adalah mendiskreditkan pemerintah. Hoaks politik bertema agama juga masih banyak
ditemukan (21.27%), terlebih dengan insiden pembakaran bendera bertuliskan kalimat Tauhid
di Garut.
Peristiwa ditolaknya anak Muhammad Rizieq Shihab memasuki Yaman juga tak lepas dari
sasaran hoaks. Insiden ini menjadi muatan hoaks politik dengan sasaran pemerintah, dalam hal
ini Kementerian Luar Negeri. Adapun hoaks bertema administrasi seluruhnya bersumber dari
seleksi CPNS. Jumlahnya tergolong cukup banyak untuk satu topik saja, yaitu 4 buah hoaks
(8.53%). Korbannya adalah pemerintah sebagai penyelenggara tes CPNS, walaupun yang
mengonsumsi hoaks ini adalah masyarakat terutama peserta seleksi CPNS dan keluarganya.
11
Frekuensi Tema Hoaks Politik (Oktober 2018)
Selanjutnya, kita cermati satu per satu ragam muatan hoaks yang menimpa setiap target
sasaran.
Jika dilihat kuantitasnya, maka hoaks yang membidik Capres 2 lebih banyak beredar di bulan
Oktober 2018, dibandingkan dengan hoaks yang menyasar Capres 1. Hasil ini berbeda dengan
bulan sebelumnya, di mana hoaks terhadap Capres 1 jumlahnya lebih banyak dibandingkan
dengan hoaks politik terhadap Capres 2. Kendati demikian, dari segi tema, hoaks politik
terhadap Capres 1 jauh lebih beragam. Hoaks politik Capres 2 hanya terfokus pada tema politik
dan agama. Menariknya, beberapa hoaks politik yang menimpa Capres 1 merupakan daur ulang
hoaks-hoaks sebelumnya. Di antaranya hoaks tentang Jokowi yang melakukan toast dan minum
wine, sehingga layak dipertanyakan keIslamannya. Contoh hoaks politik yang menimpa Capres
2 adalah tuduhan bahwa saudara kandung Prabowo adalah industrialis pro AS. Hoaks ini
membingkai informasi tersebut dengan tudingan bahwa Capres 2 telah mengkhianati
Muhammad Rizieq Shihab dan FPI (di-debunk pada tanggal 13 Oktober 2018).
12
Muatan Hoaks Politik terhadap Para Capres (Oktober 2018)
Hoaks politik ini ditujukan untuk mengganggu penyelenggaraan negara, di antaranya dengan
mendelegitimasi upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah. Dampaknya beragam mulai dari
turunnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah, hingga meluasnya kebingungan publik—
setidaknya, inilah yang tergambarkan dari ragam komen dalam postingan hoaks tersebut.
Pemetaan berikut membedakan level pemerintah daerah dengan pemerintah
pusat/kementerian/kelembagaan, karena perbedaan ruang lingkupnya.
Muatan Hoaks Politik terhadap Pemerintah Pusat dan Daerah (Oktober 2018)
13
Frekuensi Muatan Hoaks Politik terhadap Pemerintah Pusat dan Daerah
(Oktober 2018)
Hoaks terhadap pemerintah pusat jauh lebih banyak dan beragam daripada hoaks politik
terhadap pemerintah daerah. Kementerian Luar Negeri dan Kominfo menjadi sasaran hoaks kali
ini. Hoaks terhadap Kominfo berkaitan dengan pernyataan Menteri bahwa foto relawan FPI
dalam evakuasi gempa Palu adalah mis/disinformasi karena foto tersebut bukan menunjukkan
aktivitas FPI di Palu, melainkan kerja relawan FPI dalam proses evakuasi korban di lokasi lain
beberapa tahun sebelumnya. Pernyataan Menkominfo dipelintir sedemikian rupa sehingga
seolah-olah Menkominfo menyatakan keberadaan FPI di lokasi bencana Palu adalah
sepenuhnya hoaks. Kementerian Luar Negeri juga menjadi sasaran hoaks terkait dengan
pelarangan anggota keluarga Muhammad Rizieq Shihab untuk memasuki Yaman. Hoaks
tersebut diklarifikasi pada postingan bertanggal 9 Oktober 2018.
Pada level pemerintah daerah, Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan juga menjadi sasaran
hoaks politik. Temanya adalah seputar pidato ybs dalam pesta rakyat pelantikan Gubernur.
Hoaks ini di-debunk pada tanggal 18 Oktober 2018. Selain Gubernur DKI Jakarta, Sultan
Hamengkubuwono X juga menjadi sasaran hoaks politik. Pernyataannya hanya dikutip
setengah-setengah, seolah-olah ybs menyatakan bahwa Yoyakarta tak butuh jalan tol dan
menolak fasilitas infrastruktur. Situasi bencana juga memunculkan hoaks yang menimpa Bupati
Bantaeng, seolah-olah pihaknya telah mengeluarkan peringatan gempa dan tsunami susulan.
14
Partai Politik juga tidak terlepas dari sasaran hoaks. Apakah itu organisasinya, tokoh/pejabat
parpol, atau simpatisannya. Beberapa nama yang tidak tersangkut-paut secara langsung
dengan parpol juga menjadi target hoaks dan dipolitisir isunya sedemikian rupa.
Muatan Hoaks Politik terhadap Parpol dan Tokoh Lainnya (Oktober 2018)
Frekuensi hoaks politik yang berpotensi merusak reputasi Parpol tercatat 4 buah, sementara
hoaks terhadap tokoh lainnya (significant person) berjumlah setengahnya (2 hoaks). Ketua
Umum Partai Demokrat, yaitu mantan Presiden SBY menjadi sasaran serangan hoaks yang
dimunculkan oleh akun Twitter palsu (di-debunk pada tanggal 4 Oktober 2018). Demikian pula
politisi PKS Anis Matta yang dikabarkan seolah ‘berpindah kubu’ mendukung Capres 1.
Dua hoaks politik menggunakan isu dinamika politik dan agama. Salah satunya mengabarkan
Presiden Turki Erdogan yang disebut-sebut mengusung jenazah seorang muazin sehingga
mengundang puja-puji sang pembuat status tentang ‘kemuliaan’ sang presiden. Tokoh lain
yang menjadi sasaran hoaks politik adalah Dorce Gamalama. Hoaks politik terhadap Dorce
15
terkait dengan insiden operasi plastik Ratna Sarumpaet, sehingga ia terseret-seret dalam
dinamika politik pasca pengakuan Ratna Sarumpaet. Hoaks ini tertangkap dan di-debunk pada
tanggal 7 Oktober 2018.
Demikianlah gambaran mengenai peta hoaks secara general dan hoaks politik bulan Oktober
2018. Secara general dapat disimpulkan bahwa temuan hoaks kian meningkat di bulan Oktober
2018, baik hoaks secara umum maupun hoaks politik. Sasaran hoaks politik juga semakin
beragam, tidak terbatas pada para kandidat presiden yang bertarung dalam Pemilu 2019
mendatang, tetapi juga melebar pada lembaga negara, partai politik dan tokoh-tokoh lainnya
sehingga berpotensi mengganggu penyelenggaraan negara (000).
Metodologi:
Analisis Isi Kuantitatif
Objek Kajian:
Hoaks dalam tangkapan tim Fact Checkers MAFINDO (https://turnbackhoax.id)
Tim Peneliti:
Litbang MAFINDO
1. Cahya Suryani (cahyasuryani01@gmail.com)
2. Mizati Wasdiana (mizatiwadiana@gmail.com)
3. Nuril Hidayah (vayarina@gmail.com)
4. Priska Nur Safitri (priscanasafitri07@gmail.com)
Supervisi:
1. Santi Indra Astuti (santi.indraastuti@gmail.com)
2. Anita Ashvini Wahid (anit.wahid@gmail.com)
16