Anda di halaman 1dari 16

IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn Y
Umur : 201tahun
Pekerjaan : mahasiswi
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Jenis Kelamin : Perempuan
No. MR : 72766
Diagnosa : Fibroadenoma mammae (FAM)
Tindakan : ekstirpasi

A. ANAMNESA
Keluhan Utama
Terdapat benjolan pada payudara kiri sejak 3 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
- Benjolan pada payudara sebelah kiri sejak 3 bulan yang lalu.
- Ukurannya tetap, tidak nyeri bila ditekan, konsistensi padat, dapat
digerakkan.
- Tidak ada penurunan nafsu makan.
- Riwayat trauma disangkal
- Riwayat asma, alergi obat, hipertensi, diabetes melitus, penggunaan
gigi palsu, disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.
- Riwayat operasi disangkal.
B. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Kesan Sakit : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Status Gizi : BB: 55 kg
TB: 160 cm
b. Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 68x/ menit
Pernafasan : 18x/ menit
Suhu : 37oC

c. Status Generalis
Kepala
Bentuk : Normochepali, tidak ada deformitas
Rambut : beruban warna putih.

Wajah
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak pucat, dan tidak ikterik

Mata
Konjungtiva : tidak anemis
Sclera : tidak ikterik
Pupil : isokhor, reflek cahaya langsung positif/positif, reflek
cahaya tidak langsung positif/positif. Gerakan bola mata
baik

Telinga
Bentuk : normal
Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas
Septum : terletak di tengah dan simetris

Mulut dan Tenggorok


Bibir : normal, tidak pucat, tidak sianosis
Mukosa mulut : normal, tidak hiperemis
Tonsil : tidak hiperemis
Faring : tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah
Mallampati score : I pilar faring (+) uvula (+) palatum mole (+)
Tiromental junction : 7cm
Temporomandibular junction: baik

Leher
Bendungan vena : tidak terdapat bendungan vena
Kelenjar tiroid : tidak membesar, mengikuti gerakan, simetris
Trakea : di tengah
JVP : tidak meninggi
KGB : tidak membesar, tidak ada massa

Kulit
Warna : Sawo matang, tidak pucat, tidak ikterik,

Thoraks
Paru
Inspeksi dan palpasi : Bentuk dan gerak simetris kiri dan kanan
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung
Dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 reguler

Abdomen
Inspeksi : abdomen simetris, datar, tidak terdapat jaringan parut,
striae, dan kelainan kulit
Palpasi : tidak teraba massa, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan
(-)
Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen
Auskultasi : bising usus 4x/ menit positif normal
Genitalia
Tidak tampak kelainan dari luar

Ekstremitas
Tidak tampak deformitas
Akral hangat pada keempat ekstremitas
Tidak terdapat udem pada keempat ekstremitas

d. Status Lokalis
Regio mammae sinistra
Inspeksi : Terlihat benjolan di region mammae sinistra, warna
seperti warna kulit sekitarnya, tidak ada tanda-tanda
radang, tidak terdapat luka bekas operasi.
Palpasi : Teraba massa di regio mammae sinistra, konsistensi padat,
dapat digerakkan , nyeri tekan negatif.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 10,7 g/dl (N: 12-16)
Leukosit : 8100/mm3 (N: 5000-10.000/mm3)
Trombosit : 238.000/mm3 (N: 150.000-400.000/mm3)
Hematokrit : 31% (N:35%-45%)
BT : 1’00” (N: 1-6 menit)
CT : 3’00” (N: 2-6 menit)
D. DIAGNOSA
Fibroadenoma mammae (FAM)
E. KONSUL ANESTESI
Jawaban konsul anestesi:
Prinsif setuju tindakan anestesi, saran :
- Puasa 6 jam pre op
Pasien ini ASA I
F. PERMASALAHAN
G. PROSEDUR ANESTESI
1. General Anestesi dengan teknik intubasi
2. Persiapan anestesi dan operasi
a. Informed concent
b. Pasien puasa 6 jam sebelum operasi
c. Pasien tidak menggunakan perhiasan maupun gigi palsu
d. Akses intravena (18G) sudah terpasang dan infus mengalir dengan
lancar .
3. Persiapan alat dan obat anestesi umum
a. Mempersiapkan mesin anestesi, monitor anestesi, face mask, tensi
meter, saturasi oksigen serta mengecek tabung O2, N2O, dan
Isofluran .
b. Mempersiapkan STATICS
- Stetoskop dan laringoskop (lampu menyala dan terang),
- ETT (endotrakeal tube) ukuran 6,5 – 7,0
- Airway OPA (guedel)
- Tape
- Introducer
- Connector
- Suctions
4. Mempersiapkan obat anestesi yaitu :
- Propofol 110 mg
- Fentanil (Fentanyl Dehidrogenum Citrate) 55 µg
- Roculax (Rocuronium bromide) 3cc
- Novaldo (Metamizole Sodium) 2cc
5. Tindakan sebelum premedikasi
a. Pasien diposisikan pada posisi supine
b. Memasang sensor finger pada ibu jari tangan pasien untuk
monitoring SpO2.
c. Memasang manset pada lengan pasien untuk monitoring tekanan
darah.
d. Memastikan cairan infus berjalan lancar.
6. Obat Premedikasi
a. Fentanyl
b. Deksametason 10 mg bolus
7. Induksi anestesi
Akses IV bolus : masukkan Fentanil 55 µg kemudian propofol 110
mg . Selanjutnya roculax 3cc. Periksa refleks bulu mata, jika refleks
bulu mata ( - ), lakukan pemasangan face mask dan mulai dengan O2
2 L/ menit, N2O 2 L/ menit, isofluran 2 vol % (sambil tetap
memompa sampai airway bagus). Obat rocuronium bekerja ± 3
menit, perhatikan pergerakan dinding dada simetris, kemudian segera
lakukan intubasi.
8. Teknik Intubasi
- lepas face mask, pegang laringoskop dengan tangan kiri.
- masukan laringoskop dari sisi mulut bagian kanan geser ke kiri,
sambil menelusuri lidah pasien sampai pangkal lidah, terlihat
epiglotis, di belakang epiglotis tampak plica vocalis kemudian
masukan segera ETT no. 7 sampai batas garis hitam pada ETT
(22).
- Lepaskan facemask, sambungkan ke ETT, sambil dipompa. ,
pastikan ETT sudah masuk trakea dan periksa suara napas kanan
= kiri dengan stetoskop.
- Pompa balon 10 cc udara. Lakukan pemasangan guedel.
- Selanjutnya fiksasi eksterna ETT dengan plester. Hubungkan
connector dengan mesin anestesi.
9. Waktu anestesi dan operasi
a. Jam anestesi dimulai : 10.00 WIB
b. Jam operasi dimulai : 10.05 WIB
c. Jam anestesi selesai : 11.00 WIB
d. Jam operasi selesai : 10. 50 WIB
10. Ektubasi
a. Memastikan pasien telah bernapas secara spontan
b. Melakukan suction pada airway pasien
c. Menutup isofluran dan N2O, meninggikan O2 sampai 6 – 8 L/
menit
d. Mengempiskan balon, memastikan bahwa pasien sudah bangun
dengan memberikan rangsangan taktil, melepaskan plester, dan ETT.
Segera pasang face mask dan pastikan airway nya lancar dengan
triple manuver. Setelah pasien benar – benar terbangun, lepaskan
guedel lalu pindahkan pasien ke ruang recovery room.
11. Keadaan pasca operasi
- Novaldo 2 cc drip infus RL 500 ml
- Kompos mentis
- TD 100/80 mmHg
- Nadi 80x/mnt
- RR 16x/mnt
- Pasien puasa lebih kurang 4 jam, tirah baring 1x24 jam
12. Cairan Perioperatif
- Maintenance Cairan = 4 : 2 : 1
= (4x10) + (2x10) + (1x35)
= 40+20+35
= 95 cc / jam
- EBV (Estimated blood Volume) = konstanta wanita dewasa x BB
= 65 x 55
= 3.575 cc
- ABL (Allowable blood volume) = 20% x EBV
= 20%x 3.575
= 715 cc
- Pengganti puasa = Lama puasa x BB
= 6 jam x 55
= 330 cc
- IWL = Jenis operasi x BB
= 6 x 55
= 330 cc
- Kebutuhan cairan 1 jam pertama
= (1/2 x pengganti puasa) + M + IWL
= (1/2 x 330) + 95 + 330
= 590 cc

- Kebutuhan cairan 1 jam kedua


= (1/4xpengganti puasa) + M+IWL
= (1/4x 330) + 95+330
=507,5 cc

- Tetesan = Faktor kebutuhan + Faktor tetesan


60 + lama operasi
= 590 cc + 20
60x1jam
= 10 tetes / menit

13. Monitoring Vital Sign setiap 15 menit

Waktu Tekanan Darah Frekuensi Nadi


20.00 110/70 mmHg 70x/menit
20.15 90/60 mmHg 68x/menit
20.30 100/70 mmHg 70 x/menit
20.45 100/70 mmHg 72x/menit
21.00 110/80 mmHg 75x/menit
I. TINJAUAN PUSTAKA
Preoperatif
Sebelum dilakukan tindakan operasi sangat penting untuk dilakukan
persiapan preoperasi terlebih dahulu untuk mengurangi terjadinya kecelakaan
anastesi.
Kunjungan terhadap pasien sebelum pasien dioperasi harus dilakukan,
sehingga dapat mengetahui adanya kelainan diluar kelainan yang akan di operasi,
dapat menentukan jenis operasi yang akan digunakan, dapat mengetahui kelainan
yang berhubungan dengan anestesi seperti adanya riwayat hipertensi, asma, alergi
obat, penggunaan gigi palsu. Selain itu, dengan mengetahui keadaan pasien secara
keseluruhan, dokter anestesi bisa menentukan cara anestesi dan pilihan obat yang
tepat pada pasien. Kunjungan preoperasi pada pasien juga bisa menghindari
kejadian salah identitas dan salah operasi.
Evaluasi pre operasi meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium yang berhubungan. Evaluasi tersebut juga harus
dilengkapi dengan klasifikasi status fisik pasien berdasarkan skala ASA.
Selanjutnya dokter anestesi harus menjelaskan dan mendiskusikan kepada pasien
tentang manajemen anestesi yang akan dilakukan, hal ini tercermin dalam
informed consent. Anamnesis bisa dimulai dengan menanyakan adakah riwayat
alergi terhadap makanan dan obat-obatan, riwayat DM, riwayat asma, riwayat
hipertensi, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, juga riwayat
operasi dan anestesi sebelumnya yang bisa menunjukkan bila ada komplikasi
anestesi. Pertanyaan tentang review sistem organ juga penting untuk
mengidentifikasi penyakit atau masalah medis lain yang belum terdiagnosa.
Pemeriksaan fisik dan anamnesis melengkapi satu sama lain. Pemeriksaan
fisik yang dilakukan pada pasien yang sehat dan asimtomatik setidaknya meliputi
tanda-tanda vital (tekanan darah, heart rate, respirasi, suhu) dan pemeriksaan
airway, jantung, paru-paru, neurologis, dan sistem muskuloskeletal. Pentingnya
pemeriksaan airway tidak boleh diremehkan. Pemeriksaan gigi geligi, tindakan
buka mulut, lidah relatif besar, leher pendek dan kaku sangat penting untuk
diketahui apakah akan menyulitkan dalam melakukan intubasi. Leher yang
pendek, mandibula menonjol, maksila/ gigi depan menonjol, uvula yang tak
terlihat, gerak sendi temporomandibular terbatas, gerak vertebra servikal terbatas,
mengindikasikan kesulitan untuk dilakukan intubasi trakeal.
Pemeriksaan penunjang laboratorium rutin seperti pemeriksaan kadar
hematokrit, hemoglobin, leukosit, trombosit, urinalisis, ureum, kreatinin, EKG,
dan foto polos thoraks pada pasien.
Penilaian ASA diklasifikasikan menjadi 5 kategori yaitu :
a. Kelas I : Pasien sehat tanpa kelainan organik, biokimia, atau psikiatri.
b. Kelas II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai sedang, tanpa
keterbatasan aktivitas sehari-hari.
c. Kelas III : Pasien dengan penyakit sistemik berat, yang membatasi aktivitas
normal.
d. Kelas IV : Pasien dengan penyakit berat yang mengancam nyawa dan
memerlukan terapi intensif, dengan keterbatasan serius pada aktivitas sehari-hari.
e. Kelas V : Pasien sekarat yang akan meninggal dalam 24 jam, dengan atau
tanpa pembedahan.

Hal penting lainnya pada kunjungan pre operasi adalah informed concent.
informed concent yang tertulis mempunyai aspek medikolegal dan dapat
melindungi dokter bila ada tuntutan. Dalam proses inform consent perlu
dipastikan bahwa pasien mendapatkan informasi yang cukup tentang prosedur
yang akan dilakukan dan resikonya. Tujuan kunjungan pre operasi bukan hanya
untuk mengumpulkan informasi yang penting dan informed concent, tetapi juga
membantu membentuk hubungan dokter-pasien. Bahkan pada interview yang
dilakukan secara empatis dan menjawab pertanyaan penting serta membiarkan
pasien tahu tentang harapan operasi menunjukkan hal tersebut setidaknya dapat
membantu mengurangi kecemasan yang dirasakan pasien.

Mallampati score adalah suatu klasifikasi untuk menilai tampakan faring pada
saat mulut terbuka maksimal dan lidah dijulurkan maksimal, terdiri dari 4 gradasi
yaitu :
Gradasi Pilar faring Uvula Palatum molle
1 + + +
2 - + +
3 - - +
4 - - -

Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi dengan tujuan
untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anesthesia diantaranya
yaitu:
a. Meredakan kecemasan dan ketakutan
b. Memperlancar induksi anesthesia
c. Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
d. Meminimalkan jumlah obat anestetik
e. Mengurangi mual muntah pasca bedah
h. Mengurangi efek yang membahayakan

Durante Operatif
Pasien dilakukan general anestesi. Penggunaan induksi pertama dengan
propofol. Dosis profopol adalah 1-2 mg/kgBB sehingga dosis yang dibutuhkan
pada pasien 110 mg (BB = 55kg). Propofol dikemas dalam cairan emulsi lemak
berwarna putih susu bersifat isotonik dengan kepekatan 1%. Onset of action dari
propofol adalah 1 menit.
Teknik anestesi yang dipilih adalah intubasi dengan endotrakeal tube
karena diperkirakan operasi akan berlangsung lama (lebih kurang 1jam) dan agar
lebih mudah mengontrol pernafasan diberikan muscle relaxant, karena obat ini
sangat membantu dalam pelaksanaan general anestesi serta memudahkan untuk
melakukan tindakan intubasi trakea. Muscle relaxant yang diberikan yaitu
Roculax (rocuronium bromide) 30 mg, dosisnya adalah 0,5 – 1 mg/ kgbb.
Sehingga yang dibutuhkan dengan berat badan 55 kg adalah, 27 – 40 mg.
Analgetik yang diberikan adalah fentanyl 55 µg. dosisnya adalah 1-3 µg
/kgBB. Pada pasien ini diberikan 50 – 100 µg /kgBB dengan durasi of action 30-
60 menit.
Pada general anestesi dibutuhkan kadar obat anestesi yang adekuat yang
bisa dicapai dengan cepat di otak dan perlu di pertahankan kadarnya selama waktu
yang dibutuhkan untuk operasi. Hal ini merupakan konsep yang sama baik pada
anestesi yang dicapai dengan anestesi inhalasi, obat intravena, atau keduanya.
Pada kasus ini maintenance anestesi diberikan dengan anestesi inhalasi. Obat
anestesi inhalasi yang dipakai adalah isoflurane 2 vol %. Isoflurane tidak memiliki
kontraindikasi khusus.
Terapi cairan intravena dapat terdiri dari infus kristaloid, koloid, atau
kombinasi keduanya. Cairan yang paling umum digunakan adalah larutan Ringer
laktat. Ringer laktat umumnya memiliki efek yang paling sedikit pada komposisi
cairan ekstraseluler dan menjadi cairan yang paling fisiologis ketika volume besar
diperlukan. Kehilangan darah selama durante operasi biasanya digantikan dengan
cairan kristaloid sebanyak 3 hingga empat kali jumlah volume darah yang hilang.
Salah satu tugas utama dokter anestesi adalah menjaga pasien yang
dianestesi selama operasi. Parameter yang biasanya digunakan untuk monitor
pasien selama anestesi adalah:
1. Frekuensi nafas, kedalaman dan karakter
2. Heart rate, nadi, dan tekanan darah
3. Warna membran mukosa, dan capillary refill time
4. Kedalaman / stadium anestesi (tonus rahang, posisi mata, aktivitas reflek
palpebra)
5. Kadar aliran oksigen dan obat anestesi inhalasi
6. Pulse oximetry: saturasi oksigen, suhu.
Pada kasus ini selama proses anestesi, saturasi oksigen pasien tidak pernah
< 95%, tekanan darah pasien dalam batas normal (S 90-120, D 60-80).

Post-Operatif
Sensitisasi sentral dan hipereksitabilitas yang timbul setelah insisi
menyebabkan nyeri post operatif. Diberikan obat analgetik novaldo (metamizole
sodium) 2 ml. Pasien dipuasakan sekitar 4 – 6 jam. Selalu monitoring tanda vital
(tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, suhu,) dan kesadaran pasien.
Fibroadenoma mammae
Fibroadenoma mammae (FAM) adalah tumor jinak yang terjadi pada
payudara. Benjolan tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan jaringan
glanduler (epitel) yang berada di payudara, sehingga tumor ini disebut sebagai
tumor campur (mix tumor), tumor tersebut dapat berbentuk bulat atau oval,
bertekstur kenyal atau padat, dan biasanya nyeri. Fibroadenoma ini dapat kita
gerakkan dengan mudah karena pada tumor ini terbentuk kapsul.
Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu
pada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW
Breats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia
21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya
lebih dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari
Western Breast Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur
antara 15 dan 25 tahun. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula wanita
dengan usia yang lebih tua atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan
jumlah kejadian yang lebih kecil dibanding pada usia muda
Penyebab fibroadenoma mammae belum dapat diketahui secara pasti,
namun beberapa faktor resiko penyebab fibroadenoma mammae antara lain yaitu:
1. Genetika
2. Hormon : Fibroadenoma mammae umumnya terjadi pada wanita, biasanya
ukuran akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil karena
produksi hormon estrogen meningkat.
3. Makanan : Makanan yang banyak mengandung lemak dan zat kimia.
4. Radiasi daerah dada : Radiasi juga dapat menyebabkan mutasi gen.

Fibroadenoma mammae secara klinik diketahui sebagai suatu tumor di


payudara, dengan konsistensi padat kenyal, dapat digerakkan dari jaringan
sekitarnya, bentuk bulat lonjong, dan berbatas tegas. Pertumbuhannya lambat,
tidak ada perubahan pada kulit. Tidak disertai rasa nyeri. Dapat dijumpai bilateral
atau multiple (15%). Dan sebagai tumor jinak tidak ada metastase jauh atau pun
metastase regional (pembesaran kelenjar limfonodi axilla).
Patofisiologi
Tumor dapat terjadi karena mutasi dalam DNA sel. Penimbunan mutasi
merupakan pemicu munculnya tumor. Penimbunan mutasi di jaringan fibrosa dan
jaringan epitel dapat menyebabkan proliferasi sel yang abnormal sehingga akan
tampak tumor yang membentuk lobus- lobus hal ini dikarenakan terjadi gangguan
pada nukleus sel yang menyebabkan sel kehilangan fungsi deferensiasi yang
disebut anaplasia. Dengan rangsangan estrogen, fibroadenoma mamae ukurannya
akan lebih meningkat, hal ini terlihat saat menstruasi dan hamil. Nyeri pada
payudara disebabkan karena ukuran dan tempat pertumbuhan fibroadenoma
mamae. Karena fibroadenoma mamae tumor jinak maka pengobatan yang
dilakukan adalah dengan mengangkat tumor tersebut, untuk mengetahui apakah
tumor tersebut ganas atau tidak. Tumor yang sudah di ambil akan di bawa ke
laboratorium patologi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Jenis operasi untuk Fibroadenoma mammae yang biasa dilakukan adalah
eksisi dan ekstirpasi. Eksisi merupakan suatu tindakan pembedahan dengan
membuang jaringan (FAM), sedangkan ekstirpasi adalah tindakan pembedahan
pengangkatan seluruh massa tumor beserta kapsulnya yang berada di bawah
lapisan kulit. Tujuan dari tindakan operasi Fibroadenoma mamae adalah untuk
membuang atau mengangkat massa tumor pada payudara beserta kapsulnya yang
berada di bawah lapisan kulit. Operasi ini tidak akan merubah bentuk dari
payudara, tetapi hanya akan meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti
akan diganti oleh  jaringan normal secara perlahan.
 
 
II. KESIMPULAN
 Pasien wanita muda dengan iagnosis Fibroadenoma mammae sinistra.
Teraba massa di regio mammae sinistra dengan konsistensi padat, dapat
digerakkan, tidak nyeri, menajalani operasi ekstirpasi dengan general
anestesi dengan teknik intubasi trakea.
 Induksi anestesi dengan menggunakan propofol 110 mg, fentanil 55 ug,
rocuronium 30 mg. Untuk maintenance N2O 2L/ menit, O2 2L/ menit dan
Isofluran vol 2 %. Post operatif menggunakan novaldo 2 cc drip infuse
RL 500 cc.
KASUS LONGCASE
FIBRO ADENOMA MAMMAE

Disusun Oleh:
ELSI FEBRIYANI
H1A010007

Penguji :
Dr. Zulki Maulub, Sp. An

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS BENGKULU
2017

Anda mungkin juga menyukai