Anda di halaman 1dari 3

Judul

Induction of Labour

Induksi persalinan dapat terjadi selama 2 hari, maka ibu harus merasa rileks, ada berbagai
metode untuk merilekskan tubuh, seperti seks, stimulasi payudara, akupunktur, homeopati,
hipnoterapi, dan refleksologi. Induksi persalinan harus melihat dari berbagai faktor, seperti
ibu, janin,dan pengalaman melahirkan ibu.
Prosedur:
1. lakukan pengecekan melalui CTG, sebelumnya dilakukan pemeriksaan inspeksi dan
palpasi perut. pemeriksaan ini untuk mengecek seberapa lama lagi harus dilakukan
induksi persalinan
2. lakukan juga pengecekan bayi dengan meraba posisi bayi untuk merangsang
prostaglandin(yang mungkin bisa membantu persalinan normal).
3. bila perlu, bidan/dokter akan memasukkan pessary/gel prostaglandin dan tablet
seperti tampon untuk membantu prostaglandin. tetapi untuk kehamilan berisiko
sangat tinggi, maka dianjurkan untuk melakukan persalinan.
4. jika sudah terjadi kontraksi regular, periksa djj pada CTG(untuk memeriksa tidak ada
masalah pada bayi) dan akan disarankan untuk melakukan pemeriksaan vagina.
5. jika tidak terjadi penipisan selama 24 jam setelah penambahan prostaglandin, maka
akan dilakukan pemecahan ketuban untuk mempersingkat waktu induksi persalinan.
biasanya bayi akan mulai turun selama 2 jam.
6. berikan terapi oksitosin dan cintotynin/pitocin untuk merangsang proses kontraksi,
tetap perhatikan keadaan janin dengan CTG.
7. jika tetap tak terjadi penipisan maka diskusikan dengan dokter untuk penanganan
lebih lanjut, dokter biasanya akan menganjurkan untuk melahirkan secara sectio
caesaria

Pembahasan
Menurut (Setyorini 2010) Induksi persalinan merupakan suatu tindakan buatan atau
memberikan perlakuan untuk merangsang kontraksi rahim yang dapat dilatasi progresif dan
pendataran dari serviks kemudian diakhiri dengan kelahiran bayi.
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tahun 2012 terdapat 500.000
ibu hamil, dimana dikumpulkan sebanyak 200.000 (40%) ibu hamil yang melakukan induksi
pada saat persalinan di seluruh dunia, sedangkan 300.000 (60%) lain melakukan persalinan
dengan seksio sesarea. Induksi persalinan pada kehamilan kehamilan kehamilan di Negara
berkembang yang menyebabkan peningkatan kejadian section caesarea 2-3 kali lipat
(Sumarni, 2013 dalam Ridayanti 2016).
Indonesia berada di peringkat ketiga tertinggi untuk Angka Kematian Ibu (AKI) di
Negara ASEAN. Peringkat pertama yaitu Laos dengan 470 / 100.000 kelahiran hidup
sedangkan yang terendah yaitu Singapura dengan 3 / 100.000 kelahiran hidup (Anggita
2016).
Berdasarkan data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada
tahun 2015 oleh badan pelaksana statistik (BPS), AKI di indonesia adalah 305 kematian per
100.000 kelahiran hidup. Angka ini cukup tinggi karena melebihi yang telah ditentukan yaitu
102 per 100.000 kelahiran hidup (Rachmawati 2017)
Usia kehamilan dapat berpengaruh dalam memutuskan induksi persalinan karena
memiliki dampak terhadap janin dan ibu hamil. Induksi persalinan karena alasan kesehatan
bagi ibu dan janin. Induksi persalinan yang harus dilakukan pada kehamilan cukup bulan
(aterm) karena Wanita dengan kehamilan kehamilan aterm memiliki respons yang lebih baik
terhadap induksi persalinan dikarenakan pada usia yang cukup bulan (> 37-42 minggu)
persalinan yang normal dan aman serta tidak beresiko untuk proses pengeluaran konsepsi
(janin dan uri). Sedangkan penanganan pada ibu yang usia kehamilannya postterm adalah
induksi persalinan sebab mempertahankan kehamilan pada kondisi lewat waktu dapat
meninggalkan bagi ibu dan janin.
Ibu yang tidak mengalami KPD dengan tindakan induksi gagal dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor ibu termasuk, Krisis emosional, Kelainan Partus lama,
tetani uteri, Infeksi pada selaput ketuban, sedangkan ibu yang tidak KPD dengan tindakan
induksi berhasil disebabkan karna kontraksi ibu baik, endometrium merespon oksitosin
dengan baik, pembukaan serviks konsisten, pendataran, serta penurunan kepala bayi yang
mendukung
Hubungan Inersia Uteri dengan keberhasilan induksi persalinan di rumah sakit umum
bahagia dimana inersia uteri itu adalah uterus yang tidak berkontraksi dengan baik, di mana
ibu yang tidak inersia dan yang tidak mengalami induksi persalinan sebanyak 16 (50.0%)
begitu pula dengan ibu yang inersia yang mengalami induksi persalinan berhasil sebanyak 7
(100.0%) orang, dimana ibu yang inersia uteri dengan tindakan induksi persalinan
semuanya berhasil karena yang tidak adekuat dapat menyebabkan rintangan pada jalan
lahir sehingga untuk mengatasi inersia uteri dilakukan tindakan induksi persalinan untuk
menimbulkan aktivitas uterus yang cukup.
Pemecahan selaput ketuban dilakukan bersamaan dengan pemberian oksitosin dari
hasil penelitian didapatkan bahwa amniotomi yang dilakukan bersamaan dengan pemberian
oksitosin sangat efektif untuk perbaikan his dan kemajuan persalinan, sehingga 96%
persalinan dapat dilakukan dengan cara pervaginam dan 4% dengan bantuan forchep

Simpulan
Induksi persalinan merupakan suatu tindakan buatan atau memberikan perlakuan
untuk merangsang kontraksi rahim yang dapat dilatasi progresif dan pendataran dari serviks
kemudian diakhiri dengan kelahiran bayi. Induksi persalinan mempunyai beberapa variabel,
yaitu ketuban pecah dini, kehamilan lewat waktu, oligohidramnion, korioamnionitis,
preeklamsi, hipertensi dalam kehamilan, kematian janin (IUFD), pertumbuhan janin
terhambat (IUGR), insufiensi plasenta, perdarahan antepartum, dan umbilical abnormal
arteri doppler.
Sebagai petugas kesehatan harus memberikan informasi kepada ibu hamil dengan
cara menganjurkan ibu rutin memeriksakan kehamilannya, membiasakan hidup sehat
seperti mengonsumsi makanan yang bergizi, olahraga teratur, mengajarkan ibu hamil pada
tahap awal kehamilannya mengenai cara mengenali ketuban pecah dini, memastikan
pemahaman pasien yang cairan amnion yang keluar pada keadaan tersebut tidak selalu
menyembur (kadang-kadang cairan ini mengalir perlahan seperti merembes keluar) dan
penanganan yang segera dapat mencegah infeksi yang berbahaya.

Referensi:
https://www.youtube.com/watch?v=9-N8Osep60Q
Aspar, dkk. (2019). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Keberhasilan Induksi
Persalinan di Rumah Sakit Umum Bahagia Makassar, Tahun 2019. Jurnal
Kesehatan Delima Pelamonia. Vol. 3(2):111-117.
Salmarini, dkk. (2016). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kegagalan Induksi
Persalinan di RSUD dr Murjani Sampit. Dinamika Kesehatan. Vol 7(2):1-10.

Anda mungkin juga menyukai