Anda di halaman 1dari 10

Sahri Ali

Nim 530065276

DERIVATIF (TURUNAN)

Pada bab ini akan dipaparkan pengertian derivatif suatu fungsi, beberapa sifat aljabar
derivatif, aturan rantai, dan derifativ fungsi invers.

A. Pengertian Derivatif

Pengertian derivatif fungsi f : [a, b]  R di titik c  [a, b]  R dapat dijelaskan dalam definisi
berikut.

Definisi 1.1
Diberikan interval [a, b]  R, fungsi f : [a, b]  R, dan c  [a, b]. Bilangan real L disebut
derivatif fungsi f di titik c, jika diberikan sembarang bilangan   0 terdapat bilangan   0 sehingga
untuk setiap x  [a, b] dengan sifat 0   x – c   berlaku
𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐)
| − 𝐿| < 𝜀.
𝑥−𝑐
Dalam hal ini fungsi f dikatakan terdiferensial (diferensiabel) di titik c dan ditulis 𝑓′ (𝑐) = L. Dengan
kata lain, derivatif fungsi f di titik c dapat dinyatakan sebagai limit:
𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐)
𝑓′ (𝑥) = lim
𝑥→𝑐 𝑥−𝑐
jika limitnya ada.

Catatan: Secara umum konsep derivatif dikenakan pada suatu fungsi yang terdefinisi pada suatu
interval.

Jika derivatif fungsi f : [a, b]  R ada di titik c  [a, b], maka nilainya dinotasikan dengan 𝑓′ (𝑐).
Dalam kasus fungsi 𝑓′ , sudah terbiasa untuk memandang 𝑓′ sebagai fungsi dari x. perhatikan
contoh berikut.

Diberikan fungsi bernilai real f yang didefinisikan dengan


𝑓(𝑥) = 𝑥2, ∀𝑥 ∈ 𝑅
Untuk sembarang c  R, diperoleh
𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐)
𝑓′ (𝑥) = lim
𝑥→𝑐 𝑥−𝑐
𝑥2 − 𝑐 2
= lim
𝑥→𝑐 𝑥 − 𝑐
= lim(𝑥 + 𝑐)
𝑥→𝑐
= 2𝑐

Jadi dalam kasus ini, fungsi 𝑓′ terdefinisi pada R dan


𝑓′ (𝑥) = 2𝑥, ∀𝑥 ∈ 𝑅.

Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa keterdiferensialan fungsi f di titik c mengakibatkan


fungsi tersebut kontinu di titik c, hal tersebut diberikan pada teorema berikut.
1
Teorema 1.2
Diberikan interval [a, b]  R. Jika fungsi f : [a, b]  R terdiferensial (mempunyai derivatif) di
titik c  [a, b], maka fungsi f kontinu di titik c.

Bukti:
Ambil sembarang x  [a, b], dengan x  c. Perhatikan bahwa
𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐)
𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐) = (𝑥 − 𝑐).
𝑥−𝑐
Berdasarkan hipotesis bahwa fungsi f terdiferensial atau 𝑓′ ada, maka dengan menerapkan operator dan
sifat aljabar limit fungsi diperoleh
𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐)
lim(𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐)) = lim ( (𝑥 − 𝑐))
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥−𝑐
𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐)
lim 𝑓(𝑥) − lim 𝑓(𝑥) = lim (
) lim(𝑥 − 𝑐)
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥−𝑐 𝑥→𝑐
lim 𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐) = 𝑓 ′ (𝑐). 0
𝑥→𝑐
lim 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐)
𝑥→𝑐

Oleh karena lim𝑥→𝑐 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐) maka terbukti f kontinu di c.

Kekontinuan fungsi f : [a, b]  R di suatu titik tidak menjamin eksistensi derivatif fungsi di
titik tersebut. Contoh berikut memberikan penjelasan tentang hal ini.
Diberikan fungsi bernilai real f yang didefinisikan dengan
𝑓(𝑥) = |𝑥|, ∀𝑥 ∈ 𝑅
Tunjukkan bahwa fungsi tersebut kontinu di 0. Selanjutnya tunjukkan bahwa 𝑓′ (0) tidak ada.
Jadi kekontinuan fungsi di suatu titik tidaklah menjadi syarat cukup eksistensi derivatif fungsi di
titik tersebut.

Selanjutnya diberikan sifat-sifat dasar dari derivatif yang sangat berguna dalam kalkulasi
derivatif dari beberapa kombinasi fungsi-fungsi terdiferensial.

B. Sifat-sifat Aljabar Derivatif Fungsi


Teorema 1.3
Diberikan interval [a, b]  R, c  [a, b], serta fungsi f : [a, b]  R dan fungsi g : [a, b]  R
keduanya terdiferensial di titik c.
a. Untuk setiap   R, fungsi  f terdiferensial di titik c, dan (𝛼𝑓)′(𝑐) = 𝛼 𝑓′ (𝑐)
b. Fungsi f + g terdiferensial di titik c, dan (𝑓 + 𝑔)′ (𝑐) = 𝑓′ (𝑐) + 𝑔′ (𝑐)
c. Fungsi f g terdiferensial di titik c, dan (𝑓𝑔)′ (𝑐) = 𝑓′ (𝑐)𝑔(𝑐) + 𝑓(𝑐)𝑔′ (𝑐)
𝑓
d. Jika g(c)  0 maka fungsi terdiferensial di titik c, dan
𝑔
𝑓′ 𝑓′ (𝑐)𝑔(𝑐) − 𝑓(𝑐)𝑔′ (𝑐)
( ) (𝑐) =
𝑔 (𝑔(𝑐))2

Bukti:
Pada buku ini dibuktikan bagian a, c, dan d. Sedangkan bagian b yang cukup mudah buktinya
diserahkan kepada pembaca.
2
Ambil sembarang interval [a, b]  R, dan c  [a, b]. Diketahui fungsi f : [a, b]  R dan fungsi
g : [a, b]  R keduanya terdiferensial di titik c.
a. Misalkan h =  f, maka untuk setiap x  [a, b] dengan x  c diperoleh
� (𝑥) − � (𝑐) 𝛼𝑓(𝑥) − 𝛼𝑓(𝑐)
=
𝑥−𝑐 𝑥−𝑐
� (𝑥) − � (𝑐) 𝛼𝑓(𝑥) − 𝛼𝑓(𝑐)
lim = lim
𝑥→𝑐 𝑥 −𝑐 𝑥→𝑐 𝑥−𝑐
𝑓(𝑥)−𝑓(𝑐)
� ′ (𝑥) = 𝛼 lim
𝑥→𝑐 𝑥−𝑐
=𝛼 𝑓′ (𝑐)

Karena h = f, maka diperoleh (𝛼𝑓)′(𝑐) = 𝛼 𝑓′ (𝑐).

c. Misalkan h = fg, maka untuk setiap x  [a, b] dengan x  c diperoleh


� (𝑥) − � (𝑐) 𝑓𝑔(𝑥) − 𝑓𝑔(𝑐)
=
𝑥−𝑐 𝑥−𝑐
𝑓(𝑥)𝑔(𝑥) − 𝑓(𝑐)𝑔(𝑐)
=
𝑥 −𝑐
𝑓(𝑥)𝑔(𝑥) − 𝑓(𝑐)𝑔(𝑥) + 𝑓(𝑐)𝑔(𝑥) − 𝑓(𝑐)𝑔(𝑐)
=
𝑥−𝑐
𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐) 𝑔(𝑥) − 𝑔(𝑐)
= 𝑔(𝑥) + 𝑓(𝑐)
𝑥−𝑐 𝑥 −𝑐
� (𝑥) − � (𝑐) 𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐) 𝑔(𝑥) − 𝑔(𝑐)
lim = lim ( 𝑔(𝑥) + 𝑓(𝑐) )
𝑥→𝑐 𝑥−𝑐 𝑥→𝑐 𝑥−𝑐 𝑥−𝑐
𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐) 𝑔(𝑥) − 𝑔(𝑐)
� ′ (𝑥) = lim ( 𝑔(𝑥)) + lim (𝑓(𝑐)
)
𝑥→𝑐 𝑥−𝑐 𝑥→𝑐 𝑥−𝑐
𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐) 𝑔(𝑥) − 𝑔(𝑐)
= lim lim 𝑔(𝑥) + lim 𝑓(𝑐) lim
𝑥→𝑐 𝑥−𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥−𝑐
= 𝑓′ (𝑐)𝑔(𝑐) + 𝑓(𝑐)𝑔′ (𝑐)
Karena h = fg, maka diperoleh (𝑓𝑔)′ (𝑐) = 𝑓′ (𝑐)𝑔(𝑐) + 𝑓(𝑐)𝑔′ (𝑐)

d. Misalkan � = 𝑓 dan g  0, maka untuk setiap x  [a, b] dengan x  c diperoleh


𝑔
𝑓 𝑓
� (𝑥) − � (𝑐) (𝑔) (𝑥) − (𝑔) (𝑐)
=
𝑥−𝑐 𝑥−𝑐
𝑓(𝑥) 𝑓(𝑐)

𝑔(𝑥) 𝑔(𝑐)
=
𝑥−𝑐
𝑓(𝑥) 𝑓(𝑐)
( − ) 𝑔(𝑥)𝑔(𝑐)
𝑔(𝑥) 𝑔(𝑐)
=
(𝑥 − 𝑐)𝑔(𝑥)𝑔(𝑐)
𝑓(𝑥)𝑔(𝑐) − 𝑓(𝑐)𝑔(𝑥)
=
(𝑥 − 𝑐)𝑔(𝑥)𝑔(𝑐)
𝑓(𝑥)𝑔(𝑐) − 𝑓(𝑐)𝑔(𝑐) + 𝑓(𝑐)𝑔(𝑐) − 𝑓(𝑐)𝑔(𝑥)
=
(𝑥 − 𝑐)𝑔(𝑥)𝑔(𝑐)

3
𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐) 𝑔(𝑥) − 𝑔(𝑐) 1
= [( ) 𝑔(𝑐) − 𝑓(𝑐) ( ) ]
𝑥−𝑐 𝑥−𝑐 𝑔(𝑥)𝑔(𝑐)
1
� (𝑥) − � (𝑐) 𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐) 𝑔(𝑐) − 𝑓(𝑐) (𝑔(𝑥) − 𝑔(𝑐) )] lim
lim = lim [( )
𝑥→𝑐 𝑥−𝑐 𝑥→𝑐 𝑥−𝑐 𝑥−𝑐 𝑥→𝑐 𝑔(𝑥)𝑔(𝑐)

1
� ′ (𝑐) = [𝑓′ (𝑐)𝑔(𝑐) − 𝑓(𝑐)𝑔′ (𝑐)]
𝑔(𝑐)𝑔(𝑐)

Karena � = 𝑓, maka diperoleh


𝑔
𝑓′ 𝑓′ (𝑐)𝑔(𝑐) − 𝑓(𝑐)𝑔′ (𝑐)
( ) (𝑐) =
𝑔 (𝑔(𝑐))2

Dengan menggunakan induksi matematika, pembaca dapat memperluas aturan-aturan


pendiferensialan yang secara ringkas diberikan pada akibat berikut.

Akibat 1.4
Jika 𝑓1, 𝑓2, 𝑓3, … , 𝑓𝑛 masing-masing fungsi dari [a, b]  R ke R dan terdiferensial di c [a, b],
maka
a. fungsi 𝑓1 + 𝑓2 + 𝑓3 + … + 𝑓𝑛 terdiferensial di titik c, dan
(𝑓1 + 𝑓2 + 𝑓3 + … + 𝑓𝑛 )′(𝑐) = 𝑓1(𝑐) + 𝑓2(𝑐) + 𝑓3(𝑐) + … + 𝑓𝑛 (𝑐)
b. fungsi 𝑓1𝑓2𝑓3 … 𝑓𝑛 terdiferensial di titik c, dan
(𝑓1𝑓2𝑓3 … 𝑓𝑛 )′ (𝑐) = 𝑓1′ (𝑐)𝑓2(𝑐)𝑓3(𝑐) … 𝑓𝑛 (𝑐) + 𝑓1(𝑐)𝑓2′(𝑐)𝑓3(𝑐) … 𝑓𝑛 (𝑐) +
𝑓1(𝑐)𝑓2(𝑐)𝑓3′ (𝑐) … 𝑓𝑛 (𝑐) + ⋯ + 𝑓1(𝑐)𝑓2(𝑐)𝑓3(𝑐) … 𝑓𝑛 ′(𝑐) (1.1)

Jika pada (1.1) fungsi-fungsinya sama, yaitu 𝑓1 = 𝑓2 = 𝑓3 = ⋯ = 𝑓𝑛 = 𝑓 maka pada (1.1)


berlaku
(𝑓𝑛 )′ (𝑐) = 𝑛𝑓′ (𝑐)(𝑓(𝑐))𝑛−1 (1.2)

Catatan:
Jika [a, b]  R suatu interval dan f : [a, b]  R fungsi, maka terdapat notasi lain yang sering
𝑑𝑓
digunakan untuk menyatakan derivatif fungsi f, sebagai contoh Df atau 𝑓′ atau (jika x variabel
𝑑𝑥
bebas atau f bukan fungsi implisit). Demikian halnya pada Teorema 1.3 bagian b dan c dapat pula
ditulis sebagai D(f + g) = Df + Dg dan D(f g) = (Df)g + f(Dg).

C. Aturan Rantai (Chain Rule)


Pada bagian ini diberikan suatu aturan pendiferensialan fungsi-fungsi komposisi yang
dikenal dengan aturan rantai (chain rule). Aturan rantai memberikan suatu cara untuk mencari
derivatif dari fungsi komposisi g o f. Jika fungsi f terdiferensial di titik c dan fungsi g terdiferensial di
f(c), maka derivatif dari fungsi g o f di titik c adalah
(𝑔 o 𝑓)′ (𝑐) = 𝑔′(𝑓(𝑐))𝑓′(𝑐)
atau
(𝑔 o 𝑓)′ = (𝑔′ o 𝑓)𝑓′ .

4
Teorema 1.5 (Aturan Rantai)
Diberikan interval [a, b] dan[c, d] keduanya interval di dalam R, g : [c, d]  R dan
f : [a, b]  R keduanya fungsi dengan sifat f([a, b])  [c, d] dan c*  [a, b]. Jika fungsi f terdiferensial
di titik c* dan fungsi g terdiferensial di f(c*), maka fungsi komposisi g o f terdiferensial di titik c*, dan
(𝑔 o 𝑓)′ (𝑐∗) = 𝑔′ (𝑓(𝑐∗))𝑓′ (𝑐∗).

Bukti:
Misalkan e = f(c*), oleh karena g terdiferensial di f(c*) maka 𝑔′ (𝑒) ada. Selanjutnya
didefiniskan fungsi bernilai real G yang well-defined pada [c, d] dengan
𝑔(𝑦) − 𝑔(𝑒)
‫ﻟ‬ , 𝑦≠𝑒
𝐺(𝑦) = 𝑦−𝑒

𝗅 𝑔′ (𝑒) , 𝑦=𝑒

Oleh karena fungsi g terdiferensial di e = f(c*), maka


𝑔(𝑦) − 𝑔(𝑒)
lim 𝐺(𝑦) = lim = 𝑔′ (𝑒) = 𝐺(𝑒).
𝑦→𝑒 𝑦→𝑒 𝑦−𝑒
Hal ini menunjukkan bahwa fungsi G kontinu di e = f(c*).
Selanjutnya karena fungsi G kontinu di e = f(c*), fungsi f kontinu di c* dan f([a, b])  [c, d],
maka berdasarkan teorema kekontinuan komposisi fungsi-fungsi kontinu, diperoleh G o f kontinu
di c*, sehingga
lim (𝐺 o 𝑓)(𝑥) = lim 𝐺(𝑓(𝑥)) = 𝐺(𝑓(𝑐∗)) = 𝐺(𝑒) = 𝑔′ (𝑒) = 𝑔′(𝑓(𝑐∗))
𝑥→𝑐∗ 𝑥→𝑐

Dari definisi fungsi G, dapat ditulis


𝑔(𝑦) − 𝑔(𝑒) = 𝐺(𝑦)(𝑦 − 𝑒), ∀𝑦 ∈ [𝑐, 𝑑]
Oleh karenanya, jika x  [a, b] dengan x  c , dan f(x) = y, diperoleh
*

(𝑔 o 𝑓)(𝑥) − (𝑔 o 𝑓)(𝑐∗) = 𝑔(𝑓(𝑥)) − 𝑔(𝑓(𝑐∗))


= 𝑔(𝑦) − 𝑔(𝑒)
= 𝐺(𝑦)(𝑦 − 𝑒)
= 𝐺(𝑓(𝑥))[𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐∗)]
= (𝐺 o 𝑓)(𝑥)[𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐∗)]
(𝑔 o 𝑓)(𝑥) − (𝑔 o 𝑓)(𝑐∗) 𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐∗)
( )
= (𝐺 o 𝑓) 𝑥 𝑥 − 𝑐∗
𝑥 − 𝑐∗

Selanjutnya untuk x  c* dan dengan menerapkan operator limit, diperoleh


(𝑔 o 𝑓)(𝑥) − (𝑔 o 𝑓)(𝑐∗) 𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐∗)
lim ( )
= lim∗(𝐺 o 𝑓) 𝑥 lim∗
𝑥→𝑐∗ 𝑥 − 𝑐∗ 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥 − 𝑐∗
(𝑔 o 𝑓)′ (𝑐∗) = 𝑔′(𝑓(𝑐∗))𝑓′ (𝑐∗).
Dengan demikian bukti telah lengkap.

Sering kita jumpai dalam kuliah kalkulus integral, notasi Df = 𝑓′ . Oleh karenanya aturan rantai
(𝑔 o 𝑓)′ (𝑐) = 𝑔′(𝑓(𝑐))𝑓′ (𝑐)
dapat pula ditulis
𝐷(𝑔 o 𝑓) = (𝐷(𝑔) o 𝑓)𝐷𝑓.

5
Contoh 1.6
1. Diberikan interval [a, b]  R, jika fungsi f : [a, b]  R terdiferensial pada [a, b] dan g(y) = yn
y  R, n  N
𝑛
(𝑔 o 𝑓)(𝑥) = 𝑔(𝑓(𝑥)) = (𝑓(𝑥)) .
Oleh karenanya berdasarkan Teorema 1.5 diperoleh
(𝑔 o 𝑓)′ (𝑥) = 𝑔′(𝑓(𝑥))𝑓′ (𝑥), ∀𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏]
𝑛
𝐷(𝑓(𝑥)) = 𝑔′(𝑓(𝑥))𝑓′ (𝑥) (1.3)
Dapat dimengerti bahwa, jika g(y) = yn maka 𝑔′ (𝑦) = 𝑛𝑦𝑛−1, oleh karenanya dari (1.3)
diperoleh
𝑛 𝑛−1
𝐷(𝑓(𝑥)) = 𝑛(𝑓(𝑥)) 𝑓′ (𝑥).
Misalkan f(x) = 2x, maka 𝐷((2𝑥)𝑛 ) = 2𝑛(2𝑥)𝑛−1. Dipersilakan pembaca untuk memberikan
contoh lain.

2. Diberikan interval [a, b]  R, jika fungsi f : [a, b]  R terdiferensial pada [a, b] dengan sifat
𝑓(𝑥) ≠ 0 dan 𝑓′(𝑥) ≠ 0 untuk setiap 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏]. Jika � (𝑦) = 1 , 𝑦 ≠ 0, dapat dimengerti
𝑦
bahwa � ′(𝑦) = − 1
, 𝑦 ≠ 0. Oleh karenanya diperoleh
𝑦2
1 ′ ′ ′ ′ 𝑓′(𝑥)
( ) (𝑥) = (� o 𝑓) (𝑥) = � (𝑓(𝑥))𝑓 (𝑥) = − .
𝑓 (𝑓(𝑥))2

3. Tugas bagi pembaca untuk menunjukkan


Jika 𝑓(𝑥) = sin 𝑥 , maka 𝑓′(𝑥) = cos 𝑥 untuk setiap x  R dan
jika 𝑔(𝑥) = cos 𝑥 , maka 𝑔′ (𝑥) = − sin 𝑥 untuk setiap x  R.

Dengan menggunakan sifat aljabar derivatif, yaitu aturan pembagian untuk setiap x  R
dengan 𝑥 ≠ (2𝑘+1)𝜋 untuk k bilangan bulat, selanjutnya diperoleh
2
𝑓(𝑥) sin 𝑥
� (𝑥) = = = tan 𝑥
𝑔(𝑥) cos 𝑥
Jadi
cos 𝑥 cos 𝑥 − (sin 𝑥)(− sin 𝑥)
� ′ (𝑥) = 𝐷 tan 𝑥 =
cos2 𝑥
cos2 𝑥 + sin2 𝑥 1 2
𝐷 tan 𝑥 = 𝑥.
= = sec
cos2 𝑥 cos2 𝑥

Demikian halnya untuk setiap x  R dengan 𝑥 ≠ (2𝑘+1)𝜋 untuk k bilangan bulat, diperoleh
2
1 0. cos 𝑥 − 1. (−sin 𝑥) sin 𝑥 1 . sin 𝑥 = sec 𝑥 tan 𝑥
𝐷 sec 𝑥 = 𝐷 ( )= = =
cos 𝑥 cos2 𝑥 cos2 𝑥 cos𝑥 cos 𝑥
cos 𝑥 −sin 𝑥 sin 𝑥 − cos 𝑥 cos 𝑥
𝐷 cot 𝑥 = 𝐷 ( )=
sin 𝑥 sin2 𝑥
−(sin2 𝑥 + cos2 𝑥)
=
sin2 𝑥
−1
= 2 = − csc2 𝑥
sin 𝑥

6
1 0. sin 𝑥 − 1. cos 𝑥 − cos 𝑥 1 . cos 𝑥 = − csc 𝑥 cot 𝑥
𝐷 csc 𝑥 = 𝐷 ( )= = =−
sin 𝑥 sin2𝑥 sin2 𝑥 sin𝑥 sin 𝑥

4. Diberikan suatu fungsi f yang didefinisikan sebagai berikut.


1
𝑥2 sin , 𝑥≠0
𝑓(𝑥) = { 𝑥

0 , 𝑥=0
Jika digunakan sifat aljabar derivatif, yaitu aturan perkalian titik (dot product) pada
Teorema 1.3 bagian c dan aturan rantai (Teorema 1.5) diperoleh
′( )
1 1
𝑓 𝑥 = 2𝑥 sin − cos , 𝑥 ≠ 0.
𝑥 𝑥
Jika 𝑥 = 0 tak satu pun dari aturan kalkulasi dapat digunakan. Konsekuensinya untuk
mencari derivatif di titik 0 digunakan definisi, sehingga diperoleh
𝑓(𝑥) − 𝑓(0)
𝑓′ (0) = lim
𝑥→0 𝑥 −10
𝑥2 sin
= lim 𝑥
𝑥→0 𝑥
1
= lim 𝑥 sin
𝑥→0 𝑥
=0
Jadi derivatif f, yaitu 𝑓′ ada di mana-mana. Namun fungsi 𝑓′ tidak punya limit di x = 0, oleh
karenanya 𝑓′ diskontinu di titik 0. Dengan demikian, suatu fungsi yang terdiferensial di
mana-mana, tidaklah selalu mempunyai fungsi turunan yang kontinu.

C. Derivatif Fungsi Invers


Pada bagian ini dipaparkan hubungan derivatif suatu fungsi dengan derivatif inversnya, jika
fungsi yang bersangkutan mempunyai invers. Pada bagian ini pembahasan hanya dibatasi pada
fungsi kontinu yang monoton tegas.

Teorema 1.7
Diberikan interval [a, b]  R, dan f : [a, b]  R fungsi monoton tegas (stricly monotone) dan
kontinu pada [a, b]. Diberikan [c, d] = f([a, b]) dan g : [c, d]  R invers fungsi f yang monoton tegas
dan kontinu. Jika fungsi f terdiferensial di titik 𝑐∗  [a, b] dan 𝑓′ (𝑐∗)� ≠�0, maka fungsi g terdiferensial
di titik e = 𝑓(𝑐∗), lebih lanjut
1 1
𝑔′ (𝑒) = =
𝑓′ (𝑐∗) 𝑓′ (𝑔(𝑒))

Bukti:
Ambil sembarang y  [c, d] dengan y ≠ e, selanjutnya didedifiniskan fungsi H : [c, d]  R
dengan
𝑓(𝑔(𝑦)) − 𝑓(𝑔(𝑒))
𝐻(𝑦) =
𝑔(𝑦) − 𝑔(𝑒)

7
Diketahui g monoton tegas, selanjutnya mudah dimengerti bahwa untuk setiap y  [c, d] dengan
y ≠ e, maka 𝑔(𝑦) ≠ 𝑔(𝑒), dengan kata lain H : [c, d]  R well-define. Demikian halnya jika
𝑦 = 𝑓(𝑔(𝑦)) dan 𝑒 = 𝑓(𝑔(𝑒)) maka berdasarkan definisi fungsi H diperoleh
𝑦−𝑒
𝐻(𝑦) = .
𝑔( 𝑦) − 𝑔(𝑒)
Mudah dimengerti bahwa untuk setiap y  [c, d] dengan y ≠ e, maka H(y) ≠ 0. Selanjutnya
dibuktikan bahwa
lim𝐻(𝑦) = 𝑓′ (𝑐∗).
𝑦→𝑒

Diberikan bilangan   0 dan jika f terdiferensial di 𝑐∗ = g(e), maka terdapat bilangan   0 sehingga
untuk setiap x  [a, b] dengan sifat 0   x – 𝑐∗   berlaku
𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐∗) ′ ∗
| − 𝑓 (𝑐 )| < 𝜀.
𝑥 − 𝑐∗
Diketahui g kontinu di titik e = 𝑓′ (𝑐∗), artinya untuk setiap bilangan   0 terdapat bilangan   0
sehingga untuk setiap y  [c, d] dengan 0   y – e   maka berlaku
|𝑔(𝑦) − 𝑔(𝑒)| < 𝛿. (1.4)

Karena g fungsi invers dari f, maka g bijektif, dengan kata lain g injektif dan surjektif. g injektif dan
𝑐∗ = 𝑔(𝑒), maka dari pembahasan sebelumnya dan berdasarkan (1.4), diperoleh; jika 0   y – e  
maka |𝑔(𝑦) − 𝑔(𝑒)| = |𝑔(𝑦) − 𝑐∗| < 𝛿 untuk setiap y  [c, d] .
Oleh karenanya untuk setiap y  [c, d] dengan 0   y – e   berakibat
𝑓(𝑔(𝑦)) − 𝑓(𝑔(𝑒))
|𝐻(𝑦) − 𝑓′(𝑐∗)| = | − 𝑓′(𝑐∗)| < 𝜀
𝑔(𝑦) − 𝑔(𝑒)
untuk sembarang   0. Jadi lim𝐻(𝑦) = 𝑓′ (𝑐∗).
𝑦→𝑒
Perhatikan bahwa karena y ≠ e maka 𝐻(𝑦) = 𝑦−𝑒  0, sehingga diperoleh 𝑔(𝑦)−𝑔(𝑒) = 1 .
𝑔(𝑦)−𝑔(𝑒) 𝑦−𝑒 𝐻(𝑦)
Dapat disimpulkan, untuk setiap y  [c, d] dengan y ≠ e, berlaku
𝑔(𝑦) − 𝑔(𝑒) 1 1 1
𝑔′ (𝑒) = lim = lim = = .
𝑦→𝑒 𝑦−𝑒 𝑦→𝑒 𝐻(𝑦) lim 𝐻(𝑦) 𝑓′ (𝑐∗)
𝑦→𝑒
Terbukti
1 1
𝑔′ (𝑒) = = .
𝑓′ (𝑐∗) 𝑓′ (𝑔(𝑒))
Catatan:
Persyaratan 𝑓′ (𝑐∗)� ≠� 0� pada Teorema 1.7 sangat penting . Faktanya, apabila 𝑓′ (𝑐∗) = 0
maka fungsi invers g tidak terdiferensial di e = 𝑓(𝑐∗). Artinya, jika g terdiferensial di titik e = 𝑓(𝑐∗)
dan jika f invers fungsi g, maka dapat diterapkan Teorema 1.7 pada fungsi g untuk dapat
menyimpulkan bahwa fungsi f terdiferensial di titik 𝑐∗ = 𝑔(𝑒) dan diperoleh
1
𝑔′ (𝑒) = - 1 = 𝑔′ (𝑒)𝑓′ (𝑐∗) = 0.
𝑓′ (𝑐∗)
Nampak terjadi kontradiksi, oleh karena itu g tak terdiferensial di titik e = 𝑓(𝑐∗).

Perhatikan contoh berikut.


Diberikan fungsi bernilai real f yang didefinisikan dengan
𝑓(𝑥) = 𝑥3, ∀𝑥 ∈ 𝑅

8
1
Dapat dimengerti bahwa 𝑓−1(𝑥) = 𝑥3 , ∀𝑥 ∈ 𝑅, 𝑓′ (𝑥) = 3𝑥2, dan
2
𝑥 −3
𝑔 ′ (𝑥) = (𝑓−1) ′ (𝑥) = .
3
Ambil titik 𝑐∗ = 0, diperoleh e = 𝑓(𝑐∗) = 0 dan 𝑓′(𝑐∗) = 0. Dengan demikian 1 = 𝑔′ (𝑒)𝑓′(𝑐∗) = 0.
1
Terjadi kontradiksi, sehingga dapat disimpulkan bahwa 𝑓−1(𝑥) = 𝑥3 , ∀𝑥 ∈ 𝑅 tak terdiferensial di 0.

Teorema 1.8
Diberikan interval [a, b]  R, dan f : [a, b]  R fungsi monoton tegas (stricly monotone) pada
[a, b]. Diberikan [c, d] = f([a, b]) dan g : [c, d]  R invers fungsi f. Jika fungsi f terdiferensial pada
[a, b] dan 𝑓′ (𝑐∗) ≠ 0 untuk setiap x  [a, b] , maka fungsi g terdiferensial pada [c, d], lebih lanjut
1
𝑔′ (𝑦) = = ∀𝑦 ∈ [𝑐, 𝑑].
(𝑓′ o 𝑔)(𝑦)

Bukti teorema diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.

Contoh 1.9
1. Diberikan 𝑛 ∈ 𝑁 dengan n genap, I = [0, ∞) dan fungsi bernilai real f : I  R yang didefinisikan
dengan 𝑓(𝑥) = 𝑥𝑛 , ∀𝑥 ∈ 𝐼, dapat dibuktikan bahwa fungsi f naik tegas dan kontinu pada I.
1
Sehingga fungsi inversnya ada pada I, sehingga fungsi inversnya ada, yaitu 𝑔(𝑦) = 𝑦𝑛 , ∀𝑦 ∈
[0, ∞). Fungsi g naik tegas dan kontinu pada [0, ∞). Lebih lanjut diperoleh 𝑓′(𝑥) = 𝑛𝑥𝑛−1, ∀𝑥 ∈ 𝐼.
1
Oleh karenanya jika y  0, maka 𝑔(𝑦) = 𝑦𝑛 ada, dan
1 1 1
𝑔′ (𝑦) = ′ = = 𝑛−1 .
(𝑓 o 𝑔)(𝑦) 1 𝑛−1
𝑛 (𝑦𝑛 ) 𝑛 (𝑦 𝑛 )

Dengan kata lain


1

1 −(
𝑛−1
) 1 −1

𝑔 (𝑦) = 𝑦 𝑛 = 𝑦𝑛
𝑛 𝑛
untuk y  0, akan tetapi g tak terdiferensial di titik 0.

2. Diberikan 𝑛 ∈ 𝑁 , n ganjil dengan sifat n  1, dan dua fungsi bernilai real F dan G berturut-turut
didefinisikan dengan
𝐹(𝑥) = 𝑥𝑛 , ∀𝑥 ∈ 𝑅
dan
1
𝐺(𝑦) = 𝑦𝑛 , ∀𝑦 ∈ 𝑅
Dapat dipahami bahwa G merupakan fungsi invers F. Berdasarkan nomor 1 telah ditemukan
1 𝑛−1 1 1−1
′ −( )
𝐺 (𝑦) = 𝑦 𝑛 = 𝑦𝑛
𝑛 𝑛
untuk y  0 dan G tak terdiferensial di titik 0, akan tetapi terdiferensial di titik-titik lain.

3. Diberikan 𝑟 = 𝑚
bilangan rasional positif, diberikan I = [0, ∞)dan fungsi bernilai real h
𝑛
didefinisikan dengan h(x) = 𝑥𝑟 , ∀𝑥 ∈ 𝐼. Fungsi h dapat dinyatakan sebagai komposisi fungsi-
1
fungsi f(x) = 𝑥𝑚 , ∀𝑥 ∈ 𝐼 dan g(x) = 𝑥𝑛 , ∀𝑥 ∈ 𝐼. Dapat dimengerti bahwa h(x) = (f o g)(x) ∀𝑥 ∈ 𝐼.
Dengan mengaplikasikan aturan rantai (Teorema 1.5) dan berdasrakan hasil nomor 1 atau
nomor 2, diperoleh

9
1
′ ′ ′ 1 𝑚−1 1 −1
� (𝑥) = 𝑓 (𝑔(𝑥))𝑔 (𝑥) = 𝑚 (𝑥𝑛 )
𝑥𝑛
1 𝑛
𝑚 𝑚 −1 −1

= 𝑛
𝑥 𝑛 𝑥𝑛
1
𝑚 𝑚 1 −1

= 𝑛𝑥 𝑛 𝑛 𝑥𝑛
𝑚 𝑚
−1

= 𝑛 𝑥𝑛
= 𝑟𝑥𝑟−1 untuk setiap x  0

4. Diberikan fungsi sinus, 𝑓(𝑥) = sin 𝑥 yang dibatasi pada pada domain I = [− 𝜋 , 𝜋]. Jelas f naik
2 2
tegas pada I. Pembaca tahu bahwa sin − 𝜋 = − sin 𝜋 = −1 dan sin 𝜋 = 1. Selanjutnya diberikan
2 2 2
J = [–1, 1], perhatikan bahwa f : I  J merupakan fungsi bijektif, akibatnya f mempunyai invers
yaitu 𝑓−1(𝑥) = arcsin 𝑥. Dengan demikian, jika diberikan I = [− 𝜋 , 𝜋] dan J = [–1, 1], maka
2 2
𝑦 = sin 𝑥 - 𝑥 = arcsin 𝑦.
Dapat dimengerti bahwa fungsi sinus terdiferensial pada I dengan
𝑑 (sin 𝑥)
= cos 𝑥, ∀𝑥 ∈ 𝐼.
𝑑𝑥
Selanjutnya untuk setiap 𝑥 ∈ (− 𝜋 , 𝜋) nilai cos 𝑥 ≠ 0, maka berdasarkan Teorema 1.7 diperoleh
2 2
𝑑(arcsin 𝑦) 1 1
= =
𝑑𝑦 𝑑(sin 𝑥) cos 𝑥
𝑑𝑥
1
=
√cos2 𝑥
1
=
√1 − sin2 𝑥
1
=
√1 − 𝑦2
untuk setiap 𝑦 ∈ (−1, 1)
Perlu dicatat bahwa 𝑑(arcsin 𝑦) tidak ada di titik –1 dan 1.
𝑑𝑦

10

Anda mungkin juga menyukai