Anda di halaman 1dari 8

NAMA : AMRULLAH

NIM : 530065015

UPBJJ : BATAM

Konsep Jumlah Reiman


Dalam matematika, jumlah Riemann adalah salah satu jenis aproksimasi/hampiran integral menggunakan
metode penjumlahan terbatas. Nama metode ini berasal dari seorang ahli matematika Jerman di abad ke-19
bernama Bernhard Riemann. Salah satu aplikasi jumlah Riemann yang sangat umum digunakan adalah
penghampiran luas daerah suatu fungsi atau garis pada grafik, panjang kurva, dan perkiraan lainnya.

Jumlah Riemann dihitung dengan mempartisi (membagi) daerah yang ingin dihitung menjadi beberapa keping
dengan bentuk tertentu (persegi panjang, trapesium, parabola, atau kubik). Luas dari semua kepingan
tersebut kemudian dihitung dan dijumlahkan. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan aproksimasi
numerik integral tentu, bahkan ketika teorema dasar kalkulus membuatnya tidak mudah untuk menemukan
solusi bentuk tertutup.

Karena kepingan-kepingan kecil tersebut tidak selalu tepat menutupi semua daerah yang diukur, luas daerah
yang dihitung menggunakan jumlah Riemann akan berbeda dari luas sebenarnya. Kesalahan ini dapat
diminimalisasi dengan membagi wilayah menjadi kepingan yang lebih kecil dalam jumlah yang lebih banyak.
Saat kepingan semakin kecil, luas yang didapat melalui hampiran ini akan semakin mendekati integral
Riemann.

Jumlah Riemann ini adalah cikal bakal dari Integral Tentu, dimana integral tentu ini berbeda dengan integral
taktentu yang dipandang sebagai anti turunan, pendefinisian integral tentu (definite integral) disusun dari suatu
konsep limit pada Jumlah Riemann suatu fungsi.

Definisi:
Diketahui f fungsi terdefinisi pada interval [a,b] dan P suatu n-partisi pada [a,b], yaitu :

a = x0 < x1 < x2 < x3 < … < xk-1 < xk < … < xn-1 < xn = b

diambil xk = xk – xk-1 dan (xk-1, xk), untuk k = 1, 2, …, n.


karena f terdefinisi pada [a, b], maka f( ) terjamin ada untuk k = 1, 2, …, n. Selanjutnya, dibentuk jumlahan
:

Sp :=

Sp tersebut dinamakan Jumlah Riemann fungsi f pada interval [a, b] atas partisi P.

Diberikan sebarang fungsi kontinu y = f(x) pada selang [a, b] (Gambar 1), kemudian selang tersebut dipartisi
menjadi n bagian dengan memilih n – 1 titik, yaitu x1, x2, . . . , xn – 1, di antara a dan b, yang memenuhi kondi
si berikut,

a < x1 < x2 < . . . < xn – 1 < b.

Biasanya, a dan b secara berturut-turut dinotasikan dengan x0 dan xn. Himpunan P = {x0, x1, . . . , xn} . dis
ebut partisi dari [a, b]. Partisi P tersebut mendefinisikan n bagian selang (subinterval) yang tertutup, yaitu

[x0, x1], [x1, x2], . . . , [xn – 1, xn].

Subinterval tertutup [xk – 1, xk] disebut subinterval ke-k dari P.

Panjang dari subinterval ke-k adalah Δxk = xk – xk – 1.


Pada masing-masing subinterval dikontruksi segiempat yang beralaskan di sumbu x dengan ketinggian y = f
(x). Ketinggian segiempat tersebut sebarang, asalkan puncak dari segiempat tersebut memotong kurva pad
a titik (ck, f(ck)) di mana xk – 1 ≤ ck ≤ xk. Perhatikan Gambar 1 lagi.
Jika f(ck) positif, maka f(ck)Δx = alas x tinggi adalah luas dari segiempat. Jika f(ck) negatif, maka f(ck)Δx ada
lah negatif dari luas segiempat. Untuk semua kasus/keadaan, jumlah dari f(ck)Δx, dengan k = 1 sampai k =
n,
Penjumlahan tersebut, yang tergantung pada P dan pemilihan ck, disebut jumlah Riemann dari f pada interv
al [a, b], yang dinamai oleh matematikawan Jerman Friedrich Bernhard Riemann (1826 – 1866).
Apabila selang [a, b] dibagi menjadi subinterval yang semakin banyak, maka jumlah dari luas segiempat aka
n mendekati luas daerah yang dibatasi kurva y = f(x) pada selang [a, b]. Sehingga jumlah Riemann tersebut
memiliki nilai limit. Perhatikan definisi berikut.
Norm dari partisi P adalah suatu subinteral terpanjang dari partisi P. Norm dinotasikan sebagai,
|| P || (dibaca norm dari P)
Apabila || P || mendekati nol, maka jumlah dari luas segiempat mendekati luas daerah yang dibatasi kurva y
= f(x) pada selang [a, b].

Integral tertentu fungsi f dari a ke b merupakan jumlah Riemann fungsi f pada selang [a, b] dengan || P || me
ndekati nol.
Integral berhingga
Menghitung jumlah riemann dari fungsi fungsi atas interval interval. Langkah langkahnya adalah
 tentukan fungsi f
 tentukan a dan b , yaitu titik titik batas interval
 tentukan n, yaitu banyaknya subinterval, sehingga △x = b - a / n
 pilihlah nilai nilai z1, z2, ... Zn pada tiap sub interval
 hitunglah jumlah riemann tersebut

Jika f ( x ) > 0 untuk semua x diantara a dan b, maka jumlah riemann tersebut mengestimasi luas daerah dia
ntara grafik f dan sumbu x. Jika f adalah fungsi kecepatan maka jumlah riemann mengestimasi jarak tempat
total. Jika f adalah sebuah fungsi kontinu tak konstan pada interval a <x < b maka dapat dibuktikan bahwa f
memiliki nilai terbesar dan terkecil pada tiap sub interval yang termasuk ke dalam jumlah riemann.
Jika tiap f ( z1 ) adalah nilai terbesar dari fungsi pada subinterval disebut sebagai jumlah riemann atas dan s
ebaliknya.

Sub integral berhingga


Jika f adalah sebuah fungsi kontinu pada interval a < x < c, dan a < b < c, maka
𝑏 𝑐
𝑐
∫ 𝑓 (𝑥 )𝑑𝑥 + ∫ 𝑓 (𝑥 )𝑑𝑥 = ∫ 𝑓 ( 𝑥 )𝑑𝑥
𝑏
𝑎 𝑎

Substitusikan 0 untuk menggantikan a, a untuk b, dan b untuk c pada persamaan akhir ,maka diperoleh:
𝑏 𝑏 𝑎

∫ 𝑓 ( 𝑥 )𝑑𝑥 = ∫ 𝑓 ( 𝑥 )𝑑𝑥 − ∫ 𝑓 (𝑥 )𝑑𝑥


𝑎 0 0

Pentingnya teorema ini adalah bahwa jika sebuah rumus diketahui untuk luas daerah diantara grafik sebuah
kurva dan sumbu x pada interval 0 < x < b untuk sebarang b, maka rumus tersebut dapat digunakan untuk m
encari luas daerah dengan interval maupun pada bagian sumbu x yang positif.
Sifat perkalian konstanta dengan integral
Jika f adalah sebuah fungsi kontinu dengan interval a sampai b, dan c adalah bilangan real, maka
𝑏 𝑏

∫ 𝑐 𝑓 (𝑥)𝑑𝑥 = 𝑐 ∫ 𝑓 (𝑥)𝑑𝑥
𝑎 𝑎

Integral dari sebuah fungsi kuadrat jika a > 0, maka :


𝑎

∫(𝑐2 𝑥 2 + 𝑐1 𝑥 + 𝑐0 )𝑑𝑥
0

𝑐2 𝑎3⁄3 + 𝑐, 𝑎2⁄2 + 𝑐0 𝑎

teorema dasar kalkulus


Misalkan f adalah sebuah fungsi kontinu pada interval a sampai b
 Jika g adalah sebuah fungsi yang turunannya f, maka
𝑏

∫ 𝑓 ( 𝑥 )𝑑𝑥 = 𝑔(𝑏) − 𝑔 (𝑎)


𝑎
𝑥
 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑔 ( 𝑥) = ∫𝑎 𝑓 ( 𝑡)𝑑𝑡 untuk semua x dari a sampai b, maka g’ (x) = f (x) untuk semua x.

Bagian kedua dari teorema dasar kalkulus dapat diinterpretasikan bahwa turunan dari sebuah fungsi integral
adalah fungsi asalnya.
Benar secara umum jika f adalah sebuah fungsi kontinu yang bernilai positif pada interval a ≤ x ≤ b, dapat di
𝑥
definisikan g sebagai berikut 𝑔 (𝑥 ) = ∫𝑎 𝑓 (𝑡)𝑑𝑡
𝑔(𝑥+∆𝑥)− 𝑔(𝑥)
Ingat bahwa 𝑔′ (𝑥 ) = lim luas pembagi diferensial jika ∆x > 0
∆𝑥→0 ∆𝑥

Jadi g ( x + ∆x ) – g ( x ) adalah luas daerah daerah diantara grafik f dan sumbu horizontal dari x sampai x +
∆x.
Bagian pertama pada teorema dasar kalkulus , g disebut sebagai anti turunan dari f. Bagian ini menunjukkan
bahwa integral berhingga dapat diperoleh dengan cara mengevaluasi sebuah anti turunan.
Secara bersamaan , kedua bagian dari teorema dasar kalkulus menyatakan secara tidak langsung telah me
nemukan turunan dari sebuah fungsi.
Dengan demikian integrasi dan diferensiasi merupakan operasi operasi invers pada fungsi fungsi.

Contoh 1 :

Hitunglah Jumlah Riemann Sp untuk f(x) = x3 – 5x2 + 2x + 8 pada selang [0, 5] dengan menggunakan partisi
P dengan titik partisi 0 < 1,1 < 2 < 3,2 < 4 < 5 dan titik sample yang berpadanan = 0,5, = 1,5, =
2,5, = 3,6 dan = 5.

Penyelesaian :

Sp = + + + +
= f(0,5)(1,1 – 0) + f(1,5)(2 – 1,1) + f(2,5)(3,2 – 2) + f(3,6)(4 – 3,2) + f(5)(5 – 4)

= (7,875)(1,1) + (3,125)(0,9) + (-2,625)(1,2) + (-2,9444)(0,8) + (18)(1)

= 23, 9698

Dari Definisi Jumlah Riemann diatas, dapat dibentuk definisi Integral Tentu yang berhubungan erat dengan
Jumlah Riemann tersebut, berikut definisinya.

Definisi : Integral Tentu

Diketahui Sp Jumlah Riemann fungsi f pada interval [a,b] atas partisi P.

Jika

dengan

ada (berhingga), maka dikatakan f terintegral (terintegral Riemann) pada [a, b]. Selanjutnya nilai limit
tersebut dinamakan Integral Tentu fungsi f pada [a, b], disimbolkan :

Contoh 2 :

Hitunglah (x + 3) dx

Penyelesaian :

Pertama buat n-partisi pada selang [-2, 3] sedemikian sehingga diperoleh sub interval [xk-1, xk] dengan k = 1,

2, 3, …, n dan panjang sama yaitu = = , selanjutnya ambil [xk-1, xk] sedemikian


sehingga = (xk-1, xk)/2 yaitu titik tengah sub interval [xk-1, xk]. Dengan pengambilan ini diperoleh.

= -2

= -2 + = -2 +

= -2 + 2 = -2 +
.

= -2 + i = -2 +

= -2 + n = -2 + =3

jadi f( ) = +3

= -2 + +3

=1+

sehingga,

= [1 + ]

= 1+ i

= (n) +

=5+

karena P merupakan suatu partisi tetap dan , setara


dengan , maka :
(x + 3) dx = Sp

= (5 + )

Anda mungkin juga menyukai