Anda di halaman 1dari 2

1.a.

Yang termasuk ruang lingkup agraria di Indonesia, adalah bumi, air dan kekayan alam
yang terkandung didalamnya serta ruang angkasa :
 Bumi, sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat 4 UUPA meliputi permukaan
bumi (tanah) dan tubuh bumi yang terdapat di bawah tanah dan dibawah air

 Air, sebagaimana dimaksud pasal 1 ayat 5 dan pasal 47 UUPA termasuk


didalamnya perairan pedalaman , seperti sungai, danau, rawa dan laut wilayah,
serta laut teritorial Indonesia
 Kekayaan alam yang terkandung didalam bumi dan air sebagaimana dimasukd
dalam pasal 1 dan 2 UUPA seperti bahan-bahan galian/ barang tambang, ikan,
mutiara dan hasil laut lainnya.
b. Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, merupakan landasan konstitusional yang memberikan
kewenagan kepada Pemerintah untuk mengatur mengelolas sumberdaya tanah
sebagai salah satu bagian dari sumberdaya agraria.

2. Upaya-upaya pemerintah di bidang pertanahan untuk menentukan dan mencapai


sasaran yang diinginkan dengan pemanfaatan sumber daya baik itu sumber daya
manusia maupun material dilakukan melalui koordinasi dengan menjalankan fungsi-
fungsi seperti : Planning (perencanaan), Executing (pelaksanaan rencana), Organizing
(penataan), Persuading (memberi dorongan dan pengertian), Leading (memimpin),
Evaluating (mengevaluasi).
Secara umum pelaksanaan kegiatan manajemen pertanahan dalam praktik
sehari-hari, mencakup kegiatan:
a. Merencanakan penyediaan tanah serta penggunaan tanah
b. Mempertimbangkan aspek guna tanah
c. Mengadakan dan menata penguasaan tanah
d. Membuat koordinasi atas penanganan masalah pertanahan baik yang sifatnya
administratif, yuridis perdata, atau yuridis administratif.
e. Meningkatkan pelayanan pertanahan
f. Mengawasi pelaksanaan penggunaan tanah
3. Hasil Analisis Saya tahap persiapan pengadaan tanah misalnya. Jika dalam Perpres
71 Tahun 2012, proses pelaksanaan persiapan pengadaan tanah, gubernur harus
membentuk tim persiapan dalam waktu sepuluh hari setelah menerima perencanaan
pengadaan tanah, dalam Pasal 8 Ayat 2 perpres baru ini, waktunya dipersingkat
hanya tinggal dua hari saja.
Pemangkasan yang sama juga dilakukan terhadap proses pemberitahuan
rencana pembangunan kepada masyarakat di lokasi proyek. Bila sebelumnya, waktu
pemberitahuan rencana pembangunan kepada masyarakat dilakukan dalam waktu 20
hari kerja sejak dokumen perencanaan pengadaan tanah diterima secara resmi oleh
gubernur, dalam Pasal 11 Ayat 2 revisi perpres ini waktu pemberitahuan tersebut
dipangkas menjadi tinggal paling lama tiga hari sejak dibentuknya tim persiapan
pengadaan tanah.

Ketiga, mengenai penanganan keberatan dari masyarakat yang merasa


keberatan tanahnya digusur untuk pembangunan infrastruktur. Bila dalam Perpres 71
Tahun 2012, penanganan keberatan tersebut dilakukan paling lama 14 hari kerja sejak
diterimanya keberatan dari masyarakat, dalam Pasal 39 perpres hasil revisi ini,
penanganan keberatan dibatasi paling lama hanya tiga hari sejak diterimanya
keberatan dari masyarakat.
Selain pemangkasan waktu, dalam revisi perpres tersebut, proses
pemangkasan waktu pengadaan lahan infrastruktur juga dilakukan pemerintah dengan
memperbesar luasan tanah yang bisa ditangani langsung oleh instansi pemerintah
yang memerlukan tanah.
Jika dalam Perpres 71 Tahun 2012, luasan lahan yang bisa dilaksanakan
langsung oleh instansi yang memerlukan tanah luasnya tidak boleh lebih dari satu
hektare, dalam Pasal 121 perpres hasil revisi tersebut, luasan tanah diperbesar menjadi
maksimal lima hektare.

Anda mungkin juga menyukai