Anda di halaman 1dari 14

PENGELOLAAN PULAU BOGISA

KEC PONELO KEPULAUAN, KABUPATEN GORONTALO UTARA

OLEH
KELOMPOK 7
1. Syahril Biu (432418042)
2. Hariyanto Due (432418051)
3. Kadita Putri Latif (432418043)
4. Anisa Septiani Bumulo (432418054)
5. Rosmawati Utina (432418050)
6. Memi Latedu (432418048)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
TAHAP I
PERSIAPAN DAN PERENCANAAN

1.1 Identifikasi Masalah


1.1.1 Masalah
1. Belum adanya pengelolaan yang baik di pulau ini sehingga membuat
pulau ini tidak terawatt bahkan jarang diketahui oleh wisatawan
2. Aksesibilitas menuju pulau ini kurang dan jaraknya juga cukup jauh
serta sangat terbatas sebab jadwal penyebrangan hanya beberapa kali
dalam sehari
3. Persoalan tekanan ekologis wilayah pesisir dan pulau kecil juga
menimpa ponelo, diantaranya sampah plastic dan kerusakan terumbu
karang.
1.1.2 Tujuan Jangka Panjang
1. Menjadikan dan mempromosika pulau bogisa sebagai objek wisata
alami
2. Membuat tempat pembuangan sampah agar setiap wisatawan yang
dating ke pulau tidak sembarangan yang nantinya dapat merusak
lingkungan pesisir
3. Menyediakan akses yang memadai bagi wisatawan yang berkunjung
ke pulau bogisa
1.2 Mitra Kunci
1.2.1 Kajian
Pusat kajian akan dilakukan oleh pemerinta ponelo kepulauan dengan
masyarakat setempat
1.2.2 Team Mekar
1. Ketua Team : Syahril Biu
2. Ahli Ekonomi : Kadita Putri Latif & Anisa Septiani
Bumulo
3. Ahli Tata Guna Lahan : Hariyanto Due
4. Ahli social : Rosmawati Utina & Memi Latedu
1.2.3 Team Penilai
1. Pemerintah Desa
2. Pemerintah Daerah
3. Masyarakat Lokal
4. Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Gorontalo Utara
1.3 Keluaran Dan Cakupan
1.3.1 Keluaran
Menciptakan konsep wisata bahari yang didasarkan pada view, keunikan
alam, dan karakteristik ekosistem yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan
untuk menunjang perekonomian masyarakat setempat Memberikan masukan dan
bahan pertimbangan kepada pihak terkait dalam pengembangan ekowisata pulau
bogisa
1.3.2 Cakupan
Kawasan pesisir pulau Bogisa, kec ponelo kepulauan yang akan
dimanfaatkan berada di kabupaten Gorontalo utara. Keadaan geografis yang
dimiliki Gorontalo utara strategis turut mendukung pariwisata yang memiliki
potensi besar.Jika dilihat dari geografis Gorontalo merupakan daerah yang
potensial bagi perkembangan pariwisata, dan wilayah perbatasan dengan Sulawesi
utara yang juga terkenal dengan wisata baharinya.
1.4 Stratifikasi Kawasan Kajian
1. Laut
Memiliki kondisi terumbu karang yang masih cukup baik dan bervariasi
Memiliki padang lamun yang berfungsi untuk melindungi wilayah pesisir
pulau bogisa
2. Pesisir
Memiliki tekstur pasir putih yang halus yang memanjang menjulur ke laut,jika
diperhatikan seolah membelah lautan
1.5 Identifikasi Opsi Rentang
Perencanaan dan pengembangan obyek wisata berdasarkan konsep yang
dikemukakan Gun (1972) yaitu Konsep Honey Pot konsep ini lebih menekankan
pada fasilitas dan pelayanan, dimana fasilitas dan pelayanan dikonsentrasikan
pada area yang memiliki tingkat pemanfaatan yang tinggi sebagai upaya
mengurangi tekanan pengunjung di area-area yang labil.

Gambar 1. Lokasi Ponelo Kepulauan (Google Earth, 2018).


1.6 Identifikasi Kriteria Kajian
1. Untuk memetakan kondisi padang lamun di pulau bogisa kecamatan ponelo
kepulauan kabupaten Gorontalo utara
2. Pulau bogisa dan sekitarnya mempunyai potensi ekosistem perairan yang masih
tergolong baik salah satunya padang lamun dan terumbu karang
1.7 Rencana Kerja
1.7.1 Data Yang Diperlukan
2. Data Penduduk Sekitar
3. Data Luasan Pulau Bogisa Kec Ponelo Kepulauan
4. Data Faktor Kerusakan Pulau Bogisa (Dokumentasi, Laporan Masyarakat, dan
Survei)
1.7.2 Kebutuhan Kapasitas
Melibatkan seluruh masyarakat local, nelayan, penggunaan lahan di
daerah pantai yang diperuntukan permukiman penduduk (kampung nelayan),
usaha perikanan (budidaya dan tangkap), kegiatan wisata hutan mangrove dan
penggunaan lahan di daratan tinggi dikarenakan udaranya sejuk cocok untuk
usaha dalam sektor pertanian dan perkebunan.

Berdasarkan skoring IPD tahun 2014 dari Bappenas, 3 dari 5 desa


kawasan masih terkategorikan sebagai status desa tertinggal diantaranya adalah
Desa Malembe (43,47), Desa Otitola (41,01), dan Desa Tihengo (43,52). Dua
desa lainya dikatagorikan dengan status desa berkembang, yaitu Desa Panelo
(60,75) dan Desa Katialada (66,29). Untuk rata-rata, desa-desa di dalam kawasan
perdesaan ini masuk ke dalam katagori status desa berkembang.Walau demikian,
desa kategori tertinggal masih mendominasi sehingga dibutuhkan perhatian lebih
pemerintah minimal untuk meningkatkan desa tertinggal menjadi desa
berkembang.
TAHAP 2
PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

2.1 Pengumpulan Data


2.1.1 Data Penduduk

Sumber :https://gorontaloutarakab.bps.go.id

2.1.2 Data Luasan Pulau Bogisa Kepulauan

2.1.3 Data Kerusakan Pulan Bogisa


Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut, KLHK,
dijelaskan bahwa perkiraan para ahli, 80 persen sampah laut berasal dari daratan
yang disebabkan kurangnya layanan pengolahan limbah padat.Sedangkan sumber
sampah dari lautan dari kapal, jaring ikan yang tidak terpakai dan bencana alam
(tsunami).Sementara, sekitar 70 persen sampah laut yang berat. seperti glass,
logam, dan peralatan lainnya mengendap, sisanya yang lebih ringan, mengapung
seperti plastik. Sampah plastik diperkirakan membunuh 100.000 mamalia laut dan
2 juta burung laut setiap tahunnya.
1. Persoalan sampah plastik dan rusaknya ekosistem terumbu karang menghantui
Desa Ponelo. Sampah mengepung sepanjang pantai dan terumbu karang
banyak rusak
2. Penelitian yang dilakukan di gugusan karang pantai kedalaman 1-6 meter,
menunjukan terumbu karang yang mati berbentuk bebatuan. Ancaman baru
yang mempengaruhi kondisi ekosistem terumbu karang diantaranya adalah
kunjungan wisatawan
3. Pemerintah Provinsi Gorontalo telah memiliki Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2018 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(RZWP3K) 2018-2038. Isu strategis yang tengah digulirkan adalah penurunan
kualitas lingkungan dan ekosistem seperti mangrove, terumbu karang, padang
lamun, juga terkait mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim
2.2 Pemetaan Geospasial Kesempatan Restorasi

Hasil survey yang dilakukan bersama tokoh masyarakat dan pemerintah


pada lokasi Kawasan Perdesaan Wisata Ponelo Kepulauan didapatkan luas
kawasan sebesar 41,35 km2. Untuk jumlah penduduk Kawasan Perdesaan Wisata
Panelo Kepulauan terdapat sebanyak 6.421 jiwa.
Penggunaan lahan di Kawasan Perdesaan Wisata Ponelo Kepulauan dibagi
dalam dua kategori, yaitu: (1) penggunaan lahan di daerah pantai yang
diperuntukan permukiman penduduk (kampung nelayan), usaha perikanan
(budidaya dan tangkap), kegiatan wisata hutan mangrove; dan (2) penggunaan
lahan di daratan tinggi dikarenakan udaranya sejuk cocok untuk usaha dalam
sektor pertanian dan perkebunan.
2.3 Analisis Ekonomi
Kecamatan Ponelo Kepulauan diketahui sebagian besar masyarakatnya
merupakan nelayan.Selain itu, potensi sumberdaya hayati laut yang dimiliki pun
beragam. Sumberdaya hayati yang dimiliki antara lain bivalvia (DKP Kabupaten
Gorontalo Utara, 2019).
Kecamatan ponelo mayoritas masyarakatnya nelayan. Disamping sebagai
nelayan, masyarakat di Kecamatan tersebut ada yang memiliki profesi sebagai
petani dan pedagang, sehingga tak heran lagi banyak sekali pengunjung yang
berdatangan di kecamatan tersebut, yang tertarik akan potensi – potensi yang
dimiliki, seperti hasil kerajinan tangan yang berasal dari laut (karang, bia dan lain-
lain) dan juga menjadi tempat rekreasi, serta sebagai tempat produksi hasil-hasil
biota laut.Realita kehidupan di wilayah pesisir pada umumnya merupakan
kantong-kantong kemiskinan struktural yang acapkali sangat
mencemaskan.Secara internal sifat hasil produksinya yang mudah busuk. Kedua
jebakan perangkap hutang pada ”tengkulak” atau juragan akibat irama musim
ikan yang tidak menentu, kondisi perairan yang sudah tangkap lebih, modernisasi
Penangkapan, kerasnya persaingan usaha dan mekanisme pasar, tekanan
kenaikan dan kebutuhan pokok membuat suatu pilihan sulit bagi keluarga
nelayan. Fenomena yang sering terjadi pada nelayan adalah ketika hasil
tangkapan ikan banyak, maka nelayan memperoleh pendapatan yang besar,
namun pendapatan yang diperoleh tidak dimanfaatkan atau dikelola dengan baik,
akibatnya pada saat hasil tangkap kurang, maka nelayan terkadang tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari – harinya.
Pemetaan habitat dasar perairan laut menghasilkan lima kelas habitat yaitu
karang hidup 56,81 Ha, karang mati 90,57 Ha, padang lamun 18,08 Ha, pasir 82,5
Ha dan rubble 6,3 Ha. Hasil kalkulasinya menunjukkan, nilai ekonomi total
diperoleh dari terumbu karang sebesar Rp 144.850.924.637 per tahun atau Rp
569.696.077 per hektare per tahun.
2.4 Faktor Keberhasilan Kunci
Tema Kondisi yang Faktor Keberhasilan Status Terkini
memungkinkan Kunci
Motivasi Manfaat upaya melindungi
keanekaragaman
hayati,menjamin
kelestarian dan
pemanfaatan spesies
dan ekosistemnya dan
memberika kontribusi
kepada kesejahteraan
masyrakat pesisir pantai
Pengetahuan Upaya pelestarian
kawasan pesisir
dilakukan secara terbuka
atau publik

Persyaratan Legal Upaya pemerintah dalam


mengadakan aturan
perundang-undangan
terkait konservasi
sumber daya alam
Kemungkina Kondisi Ekologis Aktivitas yang
n berlebihan yang
dilakukan oleh
masyarakat di Ponelo
Kepulauan
mengakibatkan
turunnya produktivitas
perairan dan secara
tidak langsung
mempengaruhi kondisi
biotabiota yang hidup
di kawasan ekosistem
lamun khususnya
bivalvia. Harapannya
jika bivalvia yang ada
di Ponelo Kepulauan di
kelola dengan baik dan
mendapatkan perhatian
dari pemerintah
maupun masyarakat
sekitar sesuai cara
pemanfaatannya
Kondisi Pasar Tingginya harga jual
dan minat masyarakat
dalam biaya angkutan
menyeberang laut.
Kondisi Kebijakan bagi masyarakat di
empat desa menuju
pusat Kecamatan
melalui OPD terkait
harus lebih peka dengan
kondisi masyarakat di
Ponelo Kepulauan dan
segera
merealisasikannya.
Kondisi Sosial Bahwa perlu
peningkatan budaya
kerjasama antara
pengurus serta anggota
Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga
(PKK) Pada Tim
Penggerak
Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga
(TPPKK) desa Ponelo
Kecamatan Ponelo
Kabupaten Gorontalo
Utara.

2.5 Analisis Keuangan

Biaya Peluang Biaya Transisi Implementasi

Pendanaan Pembangunan Implementasi Sistem


Peningkatan ekonomi Infrastruktur
Rujukan Pasien BPJS
pembatas kawasan
Masyarakat yang tinggal di
kepulauan bisa menjadi
1. Harusnya biaya
membangun di pulau korban, perjalanan jauh
lebih tinggi dibanding menyeberangi pulau dan
di darat, sebab
biaya tidak sedikit menjadi
beberapa faktor
memang sangat sia-sia karena rumah sakit
mempengaruhi terpaksa menolak pasien
tingginya biaya
rujukan.
pembangunan di
wilayah kepulauan
2. pemerintah daerah,
khususnya OPD
teknis harus bisa
memberi perhatian
serius terhadap
pembangunan
infrastruktur di
wilayah kepulauan.

TAHAP 3
HASIL DAN REKOMENDASI
3.1 Validasi Hasil
Fase ini telah melibatkan para staf departemen atau pemerintahan
Provinsi Gorontalo, Dinas Sosial Provinsi Gorontalo, Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Gorontalo Utara, Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Gorontalo Utara, Pemerintah Desa) dan para
pemangku kepentingan penting (seperti misalnya kelompok tani lokal,
kamar dagang, masyarakat adat atau asosiasi/perkumpulan berbasis
masyarakat) berkumpul bersama-sama untuk menilai kesimpulan dan
rekomendasi kunci secara kritis.
3.2. Umpan balik dari pemerintah lokal
Pemerintah desa mendukung program restorasi yang akan ditawarkan
demi keberlanjutan pelesetarian wilayah pesisir. Aktivitas masyarakat
perlu di atur dan dikontrol oleh pemerintah desa apabila masuk ke
kawasan pantai . Kebijakan pemerintah desa sangat dibutuhkan
kerjasamanya dalam membuat aturan atauapun larangan, sehingga
program restorasi dapat berjalan dengan lancer, Pengambilan Ikan,
udang, dan lain-lain di pesisir untuk diperdagangkan juga harus bisa
di kontrol oleh pemerintah desa.
3.3. Opsi pendanaan

 Sosialisasi

Berupa Pemberian pemahaman kepada masyarakat lokal terkait


kegiatan perencanaan restorasi

 Pelatihan

Peningkatan pemahaman dan kreatifitas masyarakat dalam


mengelola sumber daya alam yang tersedia pada kawasan pesisir
dan hutan mangrove

 Perawatan

Pemantauan aktivitas masyarakat dalam pemenuhan ekonomi dan


pengelolaan sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan.
3.4.Rekomendasi untuk implementasi
1) Peningkatan kerjasama antar masyarakat, pemerintah dan instansi
terkait restorasi kawasan pesisir dan hutan mangrove.
2) Pemantuan secara berkala terkait analisis kebutuhan pemenuhan
ekonomi masyarakat lokal dan kepentingan restorasi untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya alam secara lestari dan
berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai