Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KIMIA FISIKA

Fenomena Permukaan dan Surfaktan

Disusun Oleh:
Kelompok 4

Annisa Dyah Cahyarini 1706985672


Arifah Mefi Balushi 1706985685
Dianah Salsha Dilla 1706985703
Moenica Sari Dewi 1706985773
Nisa Methilda A R 1706985810
Nur Elistiani Eksadita 1706984823

Program Studi Teknik Kimia (S1 Reguler)


Departemen Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Depok
2018
DAFTAR ISI

BAB I 2
Adsorpsi 2
Aplikasi Adsorpsi 2
Adsorpsi Isoterm 10

BAB II 16
Jenis-Jenis Adsorpsi 16
Persamaan Sips (Langmuir-Freundlich) 22
Persamaan Isotermal Toth 23
Model Dubinin-Radushkevich 23

BAB III 25
Perhitungan Adsorpsi 25

DAFTAR PUSTAKA 30

1
BAB I

Adsorpsi

● Aplikasi Adsorpsi
1. Jelaskan setidaknya tiga (3) aplikasi proses adsorpsi untuk industri
Proses Penjernihan Air
Pengaplikasian pengolahan air diterapkan dalam industri pengolahan air
bersih (PDAM). Pengolahan air bersih secara lengkap didasarkan pada sifat-sifat
koloid, yaitu:
1. Adsorpsi
Adsorpsi adalah penyerapan ion atau penyerapan listrik pada permukaan
koloid (partikel-partikel koloid bermuatan listrik).
2. Koagulasi
Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan partikel
koloid.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam proses penjernihan air antara lain :
1. Tawas Al​2​(SO​4​)​3
2. Karbon Aktif
3. Klorin/Kaporit
4. Kapur Tohor
5. Pasir
Berikut uraian mekanisme kerja pengolahan air bersih pada bagan di atas:
1. Air sungai dipompakan ke dalam bak prasedimentasi. Dalam bak
prasedimentasi ini lumpur dibiarkan mengendap karena pengaruh gravitasi.
2. Lumpur dibuang dengan pompa, sedangkan air dialirkan ke dalam bak
ventury Pada tahap ini dicampurkan Al​2​(SO​4​)​3 (tawas) dan gas klorin
(preklorinasi). Ion Al​3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis

2
membentuk partikel koloid Al(OH)​3 yang
​ bermuatan positif melalui reaksi:
Al​3+​ + 3H​2​O → Al(OH)​3​ + 3H​+
Setelah itu, Al(OH)​3 menghilangkan
​ muatan-muatan negatif dari partikel
koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut
kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh
gravitasi, sehingga lumpur lebih mudah disaring. Selain itu, tawas yang
membentuk koloid Al(OH)​3 dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat
pencemar seperti detergen dan pestisida. Sedangkan gas klorin berfungsi sebagai
pembasmi hama (desinfektan). Selanjutnya ditambahkan karbon aktif (bila tingkat
kekeruhan air baku tinggi). Karbon aktif ini berfungsi untuk menghilangkan bau,
rasa, dan zat organik yang terkandung dalam air baku.
3. Air baku dari bak ventury yang telah dicampur dengan bahan-bahan kimia
dialirkan ke dalam accelator. Dalam bak accelator terjadi proses koagulasi,
lumpur dan kotoran lain menggumpal membentuk flok-flok yang akan mengalami
sedimentasi secara gravitasi.
4. Air yang setengah bersih dari accelator dialirkan ke dalam bak saringan pasir
dari bak pasir diperoleh air yang hampir bersih, karena sisa flok akan tertahan
oleh saringan pasir.
5. Air dalam bak pasir dialirkan ke dalam siphon. Di dalam siphon air yang
hampir bersih ditambahkan kapur untuk menaikkan pH dan gas klorin (post
klorinasi) untuk mematikan hama.
6. Air yang sudah memenuhi standar bersih dari bak siphon dialirkan ke
reservoar.
7. Air siap dikonsumsi konsumen
Proses pengolahan air bersih pada industri pengolahan air bersih (PDAM)
yang telah diuraikan di atas disebut sebagai pengolahan air minum sistem
konvensional, seperti yang dipergunakan oleh hampir seluruh PDAM di
Indonesia. Proses itu disebut konvensional karena teknologi yang digunakan
dalam pengolahan air tersebut kurang maju. Selain itu, dengan banyaknya industri

3
yang tumbuh di sepanjang sungai terutama industri dengan tingkat pencemaran
berat seperti tekstil, logam, kimia dan lain-lain, serta tingginya tingkat
pertumbuhan dan aktivitas manusia, telah mengakibatkan pencemaran pada
sungai-sungai yang merupakan sumber air baku utama bagi produksi air minum di
kota-kota besar, pengolahan air yang diterapkan oleh PDAM di Indonesia ini
dinilai masih belum bisa menghasilkan air yang layak bagi konsumen karena
pemurnian air belum 100% menghilangkan zat pencemar.
Penghilang Kotoran pada Proses Pembuatan Sirup
Kadang-kadang gula masih mengandung pengotor sehingga jika
dilarutkan tidak jernih, pada industri pembuatan sirup, untuk menghilangkan
pengotor ini biasanya digunakan putih telur. Setelah gula larut, sambil diaduk
ditambahkan putih telur sehingga putih telur tersebut menggumpal dan
mengadsorpsi pengotor. Selain putih telur, dapat juga digunakan zat lain, seperti
tanah diatome atau arang aktif.

Pengolahan Limbah Cair Pembuatan Tahu


Salah satu cara pengolahan limbah cair pembuatan tahu adalah pengolahan
dengan cara menghilangkan zat-zat organik terlarut. Untuk mengurangi zat-zat
organik terlarut pada limbah cair tahu dapat digunakan metode adsorpsi
(menempel). Adsorpsi adalah proses penyerapan substansi terlarut yang ada di
dalam larutan oleh permukaan benda atau zat penyerap, adapun zat penyerap
alami yang digunakan sebagai adsorben adalah ekstrak biji kelor (Moringa
Oleifera). Biji buah kelor mengandung zat aktif rhamnosy-loxy-benzil-
isothiocyante, yang mampu mengadsorpsi dan menetralisir partikel-partikel
lumpur serta logam yang terkandung dalam limbah cair. Biji kelor diketahui
mengandung polielektrolit kationik dan flokulan alamiah dengan komposisi kimia
berbasis polipeptida yang mempunyai berat molekul 6.000-16.000 dalton,
mengandung asam amino sehingga dapat mengkoagulasi dan flokuasi kekeruhan

4
air.

Pewarnaan Kain
Pencelupan adalah pemberian warna pada bahan secara merata dan
permanen. Metode pemberian warna dilakukan dengan berbagai cara, tergantung
dari jenis zat warna dan serat yang akan diwarnai. Proses pewarnaan secara
pencelupan dianggap sempurna apabila sudah tercapai kondisi kesetimbangan,
yaitu zat warna yang terserap ke dalam bahan mencapai titik maksimum.
Pada tahap migrasi, zat warna dilarutkan dan diusahakan agar larutan zat
warna bergerak menempel pada bahan. Zat warna dalam larutan mempunyai
muatan listrik sehingga dapat bergerak kian kemari. Gerakan tersebut
menimbulkan tekanan osmosis yang berusaha untuk mencapai keseimbangan
konsentrasi, sehingga terjadi difusi dari bagian larutan dengan konsentrasi tinggi
menuju konsentrasi rendah. Bagian dengan konsentrasi rendah terletak di
permukaan serat, yaitu pada kapiler serat. Jadi zat warna akan bergerak mendekati
permukaan serat.
Peristiwa difusi yang dijelaskan di atas menyebabkan zat warna
berkumpul pada permukaan serat. Daya adsorpsi akan terpusat pada permukaan
serat, sehingga zat warna akan terserap menempel pada bahan.

Proses Pemutihan Gula Pasir Pada Industri Gula


Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula
ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae
atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut.
Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga
gula dapat berwarna putih.

Peningkatan Kualitas Minyak Goreng Bekas Melalui Proses Adsorpsi di

5
Industri Kecil/Rumahan
Penggunaan minyak nabati berulang kali sangat membahayakan
kesehatan. Hal ini dikarenakan selain semakin banyaknya kotoran yang
terkandung dalam minyak goreng akibat penggorengan bahan makanan
sebelumnya dan semakin banyaknya senyawa-senyawa asam karboksilat bebas di
dalam minyak serta warna minyak goreng yang semakin tidak jernih, sedangkan
pembuangan minyak goreng bekas secara langsung ke lingkungan akan
menimbulkan pencemaran, ( Ketaren, 1986 ). Salah satu metode yang dianggap
sederhana, ekonomis dan mudah untuk perbaikan kualitas minyak goreng bekas
adalah dengan cara adsorpsi.Keberhasilan proses adsorpsi ditentukan oleh
pemilihan adsorben. Asam sitrat sebagai adsorben dalam upaya perbaikan kualitas
minyak goreng bekas, mengingat asam sitrat adalah material organik yang aman
untuk dikonsumsi. Selain itu, asam sitrat memiliki keunggulan dalam proses
adsorpsi yakni dapat mengadsorpsi senyawa logam dengan disertai reaksi kimia
membentuk senyawa kimia komplek yang tidak terlarut dalam minyak goreng,
sehingga proses pemisahan antara padatan hasil reaksi dengan minyak goreng
dapat dilakukan dengan penyaringan.

2. Sebutkan metode/cara menentukan laju adsorpsi


Kinetika adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam suatu
jangka waktu tertentu. Kinetika adsorpsi suatu zat dapat diketahui dengan
mengukur perubahan konsentrasi zat teradsorpsi tersebut, dan menganalisis nilai k
(berupa ​slope​/kemiringan) serta memplotkannya pada grafik. Penentuan kinetika
adsorpsi dapat dilakukan dengan menggunakan metode regresi linear terhadap
persamaan orde nol, orde satu, orde dua, dan orde tiga. Model kinetika orde
ke-nol dapat dirumuskan sebagai berikut:
C​t​ = -k​0​t +C​0
Model kinetika orde satu dirumuskan
ln C​t​ = -k​1​t + ln C​0

6
Persamaan orde dua, dirumuskan:
1 1
Ct
− Co
= k2 t
Sedangkan untuk persamaan orde ke tiga dapat dirumuskan sebagai berikut:
1 1
Ct2
= Co2
+ 2k 3 t
1 1
Melalui pengaluran data Ct, ln Ct, Ct
, Ct2
terhadap t dapat diketahui kesesuaian
data terhadap model kinetika, yaitu dari nilai korelasi (R​2 ) sedangkan nilai
konstanta reaksi orde 0 (k​0​), orde 1 (k​1​), orde 2 (k​2​) dan orde 3 (k​3​) diperoleh dari
kemiringan (slope) dan perpotongan (intercept) (Singh et al,2008).
Model kinetika reaksi yang digunakan adalah orde satu, orde dua, pseudo orde
satu, pseudo orde dua, Elovich, film difussion mass transfer, model
Weber-Morris, model Dumwald- Wagner dan intraparticle difussion. Persamaan
nonlinear dan linear model kinetika dapat dilihat pada tabel.

Tabel Persamaan Model Kinetika Reaksi Adsorpsi


Dimana C​t adalah konsentrasi pada waktu t, C​0 ada konsentrasi awal, k​1
adalah tetapan laju reaksi orde satu, k​2 adalah tetapan reaksi orde dua dan t adalah
waktu. Model kinetika pseudo orde satu diturunkan berdasarkan persamaan laju
reaksi Lagergren. Pada 1898, Lagergren pertama kali memperkenalkan persamaan
adsorpsi cair-padat berdasarkan kapasitas padatan (Ho,Y.S.,2004)

Sehingga kinetika adsorpsi:

7
dC
− dt
= k Cn
Dimana:
dC
dt
= kecepatan adsorpsi
k = konstanta adsorpsi
C = konsentrasi adsorbat
n = orde kecepatan adsorpsi

3. Adsorpsi berlawanan dengan proses desorpsi. Apa yang Anda ketahui tentang desorpsi?
Bagaimana metode desorpsi atau proses regenerasi adsorben? Jelaskan setidaknya satu
metode untuk penentuan desorpsi. Jelaskan dan berikan contoh atau gambaran
prosesnya.
Desorpsi adalah proses pelepasan kembali ion/molekul yang telah
berikatan dengan gugus aktif pada adsorben.

Padatan berpori yang menghisap (adsorption) dan melepaskan (desorption) suatu


fluida disebut adsorben. Molekul fluida yang dihisap tetapi tidak
terakumulasi/melekat kepermukaan adsorben disebut adsorptive, sedangkan yang
terakumulasi/melekat disebut adsorbat Pada sistem dikondisikan pada tekanan dan
temperatur rendah, adsorben dengan kandungan adsorbat berkonsentrasi tinggi

8
dipanaskan, sehingga tekanan sistem meningkat dan menyebabkan kandungan
adsorbat yang ada di dalam adsorben berkurang atau menguap. Proses
berkurangnya kandungan adsorbat pada adsorben pada kasus ini disebut desorpsi.

4. Sebutkan dan Jelaskan cara menentukan laju desorpsi !


A. Thermal Desorption Spectroscopy (TDS) atau Temperature Program
Desorption (TPD)
Spektroskopi desorpsi termal adalah metode pengukuran molekul terdesorpsi dari
permukaan saat temperatur permukaan meningkat. Banyak peneliti lebih memilih
nama TPD karena ini bukan metode spektroskopi. TDS mengenali kondisi
adsorpsi yang berbeda dari molekul yang sama, dari perbedaan antara suhu
desorpsi yang berbeda dari molekul yang berdesorpsi di tempat yang berbeda
pada permukaan.
TDS mendapatkan jumlah molekul yang teradsorpsi di permukaan dari
intensitas peak (puncak) spektrum TDS, dan jumlah total spesies yang teradsorpsi
ditunjukkan oleh integral dari spektrum. Jumlah molekul yang teradsorpsi diukur
dengan meningkatkan suhu pada tingkat pemanasan biasanya 2 K / s hingga 10 K
/ s. Beberapa massa dapat diukur secara bersamaan dengan spektrometer massa,
dan intensitas setiap massa sebagai fungsi suhu diperoleh sebagai spektrum TDS.
Desorpsi panas di deskripsikan berdasarkan persamaan ​Arrhenius ​:

r(t) =− dt = v (σ)σ n e−E act /RT
Dimana :
r(t) : laju desorpsi [mol/ cm2 s ]
n : orde dari desorpsi
σ : fraksi penutupan
vn : pre-exponential factor [Hz]
E act : energi aktivasi desorpsi

B. Bentuk Arrhenius

9
Konstanta untuk laju desorpsi dapat dinyatakan dalam bentuk Arrhenius :
k d = Ae−E d /RT
Dimana :
A = ​pre-exponential factor / attempt frequency
E d = Energi aktivasi untuk desorpsi

Dalam kasus khusus dari adsorpsi molekul sederhana, faktor


pra-eksponensial / frekuensi faktor (ν) juga dapat disamakan dengan frekuensi
getaran ikatan antara molekul dan substrat; ini karena setiap kali ikatan ini
direntangkan selama siklus vibrasi dapat dianggap sebagai upaya untuk memutus
ikatan dan karenanya merupakan upaya desorpsi.

C. Kinetika Desorpsi
Laju desorpsi , ​R​des ,dari adsorbat pada sebuah permukaan dinyatakan dalam
bentuk :
​R​des​ = ​k N​ x
Dimana :
x : orde kinetik desorpsi
k : konstanta laju desorpsi
N : konsentrasi permukaan dari spesies teradsorbsi

● Adsorpsi Isoterm
1. Apa yang anda ketahui tentang Isoterm Langmuir, berikan contohnya !
Pada tahun 1916, Irving Langmuir menetapkan suatu model isoterm untuk gas
teradsorpsi pada suatu padatan yang diberi nama sama dengan namanya. Langmuir
berpendapat bahwa gas diadsorpsi pada permukaan solid dan membentuk tidak lebih dari
satu lapis ketebalannya. Teori Langmuir menggambarkan bahwa proses adsorpsi terdiri
dari dua proses berlawanan, yaitu kondensasi molekul-molekul fase teradsorbsi menuju

10
permukaan dan evaporasi/penguapan molekul-molekul dari permukaan kembali ke dalam
larutan. Ketika adsorpsi pertama dimulai, setiap molekul yang bertabrakan dengan
permukaan dapat mengembun di atasnya. Namun, sebagai hasil adsorpsi, hanya
molekul-molekul itu yang diharapkan dapat terserap yaitu molekul yang menyerang
sebagian permukaan yang belum tertutup oleh molekul-molekul yang terserap. Hasilnya
adalah laju awal kondensasi molekul pada permukaan paling tinggi dan menurun
sebanding dengan berkurangnya luas permukaan yang tersedia untuk adsorpsi.
Di sisi lain, molekul yang teradsorpsi di permukaan, oleh agitasi termal, dapat
terlepas dari permukaan dan melepaskan diri ke dalam gas. Tingkat desorpsi akan
bergantung pada jumlah permukaan yang ditutupi oleh molekul dan akan meningkat
ketika permukaan menjadi lebih jenuh. Kedua tingkat ini, kondensasi dan desorpsi,
akhirnya akan menjadi sama, dan ketika ini terjadi terbentuklah kesetimbangan adsorpsi.
Isoterm Langmuir berdasar pada asumsi bahwa:
1. Gas yang teradsorpsi berkelakuan ideal dalam fasa uap.
2. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanya dapat mengadsorpsi satu
molekul adsorbat untuk setiap molekul adsorbannya. Tidak ada interaksi antara
molekul-molekul yang terserap.
3. S
​ emua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama

4. Hanya terbentuk satu lapisan tunggal (​monolayer​) saat adsorpsi maksimum.


5. Molekul gas yang teradsorpsi terlokalisasi, artinya mereka tidak bergerak pada
permukaan.

(Sumber : ​https://inis.iaea.org/collection/NCLCollectionStore/_Public/44/091/44091402.pdf?r=1&r=1​ )

11
Hal ini dapat dirumuskan secara matematis. ​𝜽 a​ dalah fraksi dari total permukaan yang
tertutupi oleh molekul yang teradsorpsi, maka fraksi dari permukaan kosong dan tersedia untuk
adsorpsi adalah (1-​𝜽​). Berdasarkan teori kinetik :

Laju Kondensasi = k 1 (1-​𝜽)P


Laju Evaporasi = k2 𝜽
Untuk tercapai kesetimbangan adsorpsi kedua laju harus sama. Maka ,
k 1 (1-𝜽)P = k 2 𝜽
k1 P bP
𝜽 =​ k +k P = 1 + bP
2 1

Dimana b = k 1 / k 2 . Maka jumlah gas teradsorpsi per luas adsorben atau per
massa adsorben (y) adalah

y = k 𝜽 =​ 1 kbP
+ bP , ​dimana a = kb
aP
y = 1 + bP ​…. ​Persamaan Langmuir
Dengan membagi kedua sisi dengan P dihasilkan persamaan linier sebagai berikut
P 1
y = a + ( ab ) P
*Keterangan :
k 1 : konstanta kondensasi a dan b : konstanta karakteristik sistem
k 2 : konstanta evaporasi y = berat atau volume zat yang teradsorpsi
P : Tekanan gas persatuan luas atau massa adsorban

Dengan membuat kurva dari persamaan linier diatas akan diperoleh intersep 1/a
dan kemiringan (b/a), sehingga nilai a dan b dapat dihitung, dari besar kecilnya nilai a
dan b menunjukkan daya adsorpsi.

Contoh :

12
Data yang diberikan dibawah adalah adsorpsi CO dengan arang pada suhu 273 K.
Buktikan bahwa data tersebut sesuai dengan isotherm Langmuir, dan cari nilai K dan v ∞ .
Dalam setiap kasus V telah dikoreksi menjadi 1,00 atm (101,325 kPa).

p/kPa 13.3 26.7 40 53.3 66.7 80 93.3

V/ cm3 10.2 18.6 25.5 31.5 36.9 41.6 46.1

K pθ + θ = K p
Dengan θ = V / V ∞ , dimana V ∞ volume saat pencakupan sempurna, persamaannya
menjadi
P P 1
V
= V∞
+ KV ∞
1
Oleh karena itu plot dari ​p/V terhadap ​p menghasilkan garis lurus dengan gradien V∞
dan
1
intersep KV ∞
.

p​/kPa 13.3 26.7 40 53.3 66.7 80 93.3

(​p​/kPa) / 1.3 1.44 1.57 1.69 1.81 1.92 2.02


(V/ cm3 )

Sehingga dihasilkan grafik seperti berikut ini,


Gradien yang dihasilkan sebesar 0,009, sehingga V ∞ = 111
cm3 . Intersep saat ​p​ = 0 adalah 1,2 sehingga :

K= 1
(111cm3 ) x (1.2 kP a cm−3 )
= 7.51 x 10−3 kP a−1

13
2. Apa yang anda ketahui tentang Isoterm Freundlich, berikan contohnya !
Jawab :
Persamaan Isoterm Langmuir merupakan persamaan yang paling banyak
digunakan saat ini karena dipandang lebih baik untuk merincikan proses adsorpsi.
Isoterm ini terjadi karena adanya interaksi secara fisik antara adsorbat dan permukaan
adsorben. Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang
heterogen, multilayer, dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang
berbeda-beda. Jika permukaan adsorben telah tertutupi dengan adsorbat, maka adsorbat
tidak hanya terserap pada lapisan atas atau tunggal melainkan akan terserap ke lapisan
kedua dan seterusnya pada permukaan adsorben hingga menghasilkan lapisan multi
(​multilayer)​ .
Hal tersebut terjadi karena lemahnya interaksi fisik yang terjadi. Adsorpsi fisik
terjadi bila gaya intermolekuler lebih besar dari gaya tarik antar molekul atau gaya tarik
menarik yang relatif lemah antara adsorbat dengan permukaan adsorben, gaya tersebut
disebut gaya Van der Waals sehingga adsorbat dapat bergerak dari satu bagian
permukaan ke bagian permukaan lain dari adsorben.
Persamaan adsorpsi isoterm Freundlich menggambarkan hubungan antara jumlah
zat yang terserap dengan konsentrasi zat dalam larutan. Persamaannya sebagai berikut :
y = k C 1/n
Dimana :
y (x/m) = banyaknya zat yang teradsorpsi persatuan massa adsorben
C = konsentrasi dari adsorbat yang tersisa dalam kesetimbangan
k,n = konstanta adsorben
Dengan menyisipkan logaritma pada kedua sisi didapat :
log 10 y = log 10 k + 1n log 10 C

14
Dengan memplot logaritma dari konsentrasi larutan dalam kesetimbangan (log C)
sebagai absis dan logaritma konsentrasi adsorbat dalam adsorben (log y) sebagai ordinat,
maka akan diperoleh gradien 1/n dan intersep k.

(Sumber : ​http://www.digilib.itb.ac.id/files/disk1/683/jbptitbpp-gdl-rizkiansha-34149-3-2009ta-2.pdf​)

Contoh Soal Isoterm Freundlich ​:


Aplikasi penggunaan prinsip ini antara lain penghilangan warna larutan (decolorizing)
dengan menggunakan batu apung (charcoal) dan proses pemisahan dengan menggunakan
teknik kromatografi.
Bentuk Logaritma dari persamaan Freundlich :

Nilai x/m menunjukkan massa adsorbat yang


dijerap pergram adsorben, c menunjukkan
konsentrasi kesetimbangan adsorbat dalam
larutan setelah diadsorpsi (mg/L), dan n dan k menunujukkan konstanta empiris.
Persamaan di atas menunjukkan jumlah zat warna yang dijerap oleh ampas tebu (log x/m)
berbanding terbalik dengan nilai konstanta n dan berbanding lurus dengan konstanta k.
Artinya jumlah zat warna yang dijerap akan semakin besar jika nilai konstanta n kecil dan
nilai konstanta k besar. Nilai konstanta n, k, α, dan β dapat dihitung dari persamaan
isoterm adsorpsi Freundlich dan Langmuir untuk Cibacron Red.

15
BAB II

Jenis-Jenis Adsorpsi

3. Untuk menentukan daya adsorb dari suatu padatan atau cairan, biasanya dilakukan
penelitian dengan cara mengukur volume dari gas yang teradsorb pada suhu tetap,
sehingga dikenal istilah adsorpsi isotermis. Data hasil percobaain ini kemudian dibuat
dalam bentuk kurva. Diketahui bahwa ada 5 tipe kurva adsorpsi isotermis sesuai dengan
bacaan diatas, jelaskan kelima tipe kurva tersebut dan berikan contohnya yang anda
ketahui?
Jawab :
Data kesetimbangan adsorpsi yang dihasilkan pada temperatur adalah konstan dan
biasa disebut dengan adsorpsi isotermis, dimana terdapat hubungan antara banyaknya zat
yang teradsorpsi per unit massa padatan dan tekanan gas adsorbatnya. Adsorpsi isotermis
dapat dihitung dengan mengukur tekanan adsorbat pada saat awal (sebelum terjadi
kesetimbangan) dan pada saat terjadinya kesetimbangan. Brunaeur mengklasifikasikan
adsorpsi isotermis ke dalam lima jenis kurva seperti gambar berikut :

16
(Sumber : ​http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/133521-T%2027896-Studi%20kapasitas-Tinjauan%20literatur.pdf​)

a​. Tipe I

Jenis ini disebut ​Langmuir Isoterm​ menggambarkan adsorpsi satu lapis (monolayer).
Jumlah molekul adsorbat mendekati harga pembatas saat P/P​0​ mendekati satu. Jenis ini
biasanya diperoleh dari adsorben berpori kecil(mikropori) kurang dari 2 nm dan luas area
eksternal yang sangat sedikit. Kurva jenis ini biasanya diperoleh dari adsorben karbon
aktif ​dan zeolit molecular sieve​.

Contoh : Karbon aktif untuk mengadsorbsi gas dalam tangki penyimpanan.

b. Tipe II

Jenis ini adalah bentuk normal isoterm pada adsorben tak berpori (nonpori) atau padatan
berpori besar (macropores) dengan ukuran lebih besar dari 50 nm yang menunjukkan
adsorpsi ​monolayer - multilayer.​ Titik B yang ditunjukkan pada gambar menunjukkan
kondisi awal tahap linier dari isoterm, biasanya digunakan untuk mengindikasikan
tekanan relatif saat pelapisan monolayer selesai.

Contoh : Silika gel yang digunakan dalam kromatografi gas sebagai fasa diam dalam
pemisahan campuran.

17
c. Tipe III

Jenis ini menunjukkan tipe kuantitas adsorben semakin tinggi saat tekanan relatif
bertambah. Tidak adanya titik B seperti pada jenis kedua disebabkan karena interaksi
adsorbat-adsorbat​ yang lebih kuat dibanding ​adsorben-adsorben​. Sama seperti tipe II,
jumlah lapisan pada permukaan adsorben tidak terbatas (multilayer).

Contoh : Permukaan silika gel yang berpori mengadsorbsi karbon tetraklorida pada suhu
293K

d. Tipe IV

Jenis ini hampir sama dengan tipe II pada rentang tekanan relatif rendah sampai
mencegah. Volume terbesar adsorbat yang teradsorpsi dapat dihitung dari ​capillary
condensation​ yang telah sempurna mengisi pori. Kurva jenis ini dihasilkan dari padatan
adsorben berukuran ​mesopore​ (2-50 nm).

Contoh : Adsropsi gas Nitrogen pada permukaan mesopori seperti gelas berpori

e. Tipe V

Jenis ini hampir sama dengan tipe III, dihasilkan dari interaksi yang rendah antara
adsorben dengan adsorbat. Tipe V ini juga ditunjukkan oleh pori dengan ukuran sama
seperti tipe IV.

Contoh : Molekul air yang teradsorpsi oleh karbon aktif saat suhu mencapai 1273K

4. Apa itu isoterm BET, berikan contoh !

Jawab :

Molekul-molekul sering membentuk lebih dari satu lapisan (​multilayer) ​pada permukaan
adsorbatnya, akan tetapi isoterm Langmuir tidak dapat menjelaskan hal ini. Sehingga,
pada tahun 1938, Stephen Brunauer, Paul Emmett, dan Edward Teller mengembangkan

18
suatu model isoterm adsorpsi yang dapat menghitung kapasitas adsorpsi pada molekul
yang membentuk lapisan lebih dari satu. Pada lapisan pertama, kecepatan kondensasi
(adsorpsi) dari bagian permukaan adsorben yang kosong sama dengan kecepatan
evaporasi (desorpsi) bagian yang tertutupi oleh hanya satu molekul adsorbat.
Keseimbangan ini juga terjadi pada semua lapisan berikutnya. Asumsi penting yang
kemudian dapat dibuat pada model isotermal ini adalah bahwa panas adsorpsi diluar
lapisan pertama adalah konstan dan sama dengan panas pencairan. Keseluruhan proses
adsorpsi dapat digambarkan sebagai:

a. Penempelan molekul pada permukaan padatan (adsorbant) membentuk lapisan


monolayer
b.Penempelan molekul pada lapisan monolayer
membentuk lapisan multilayer

(Sumber : ​https://id.scribd.com/doc/97323567/isoterm-adsorpsi​)

Adsorban dan pada lapisan adsorbat ​monolayer didefinisikan sebagai konstanta c.


Lapisan adsorbat akan terbentuk sampai tekanan uapnya mendekati tekanan uap dari gas
yang teradsorpsi. Pada tahap ini, permukaan dapat dikatan “basah(​wet)​ ”. Bila V
menyatakan volume gas teradsorpsi, Vm menyatakan volume gas yang diperlukan untuk
membentuk lapisan ​monolayer, d​ an x adalah P/P​O , maka isoterm adsorpsi BET dapat
dinyatakan sebagai :

19
Kesetimbangan antara fasa gas dan senyawa yang teradsorpsi dapat dibandingkan
dengan kesetimbangan antara fasa gas dan cairan dari suatu senyawa. Dengan
menggunakan anologi persamaan Clausius-Clapeyron, maka

Dimana ɅH​ads adalah


​ entalpi adsorpsi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
tekanan kesetimbangan dari gas teradsorpsi bergantung pada permukaan dan entalpi
adsorpsi.

Model persamaan isotermal dari BET adalah dapat ditulis sebagai berikut :

dimana :

w = jumlah mol gas teradsorpsi per satuan unit massa adsorben

L = maksimum kapasitas adsorpsi pada model Langmuir dan Model BET

P = tekanan gas saat teradsorpsi

Ps = tekanan jenuh adsorbat gas hingga mencapai kapasitas maksimum adsorpsi

C = parameter adsorpsi isotermis model BET

20
Contoh pengaplikasiaan sama seperti Tipe II Adsorpi Isotermis yaitu silika gel yang
digunakan sebagai fasa diam dalam kromatografi gas untuk pemisahan campuran.

5. Bagaimana menentukan luas permukaan berdasarkan persamaan model BET?

Jawab :

Dalam menggunakan metode BET untuk menghitung luas muka memerlukan


cross section dari molekul adsorben, sehingga luas muka total (St) dari cuplikan adalah :

Dimana :
N = Bilangan Avogadro (6,02 X 10​23​ molekul/mol)
M = Berat molekul dari absorben
Wm = Berat absorben (gram)
Acs = Cross sectional area untuk absorben

Untuk menentukan luas muka spesifik (s) dapat dihitung dari luas muka total (st) dibagi
dengan berat cuplikan (bc), sehingga didapat persamaannya sebagai berikut :

21
6. Apa itu isoterm Temkin, memberi contoh?
Persamaan Temkin berasumsi bahwa panas adsorpsi dari semua molekul dalam lapisan
semakin banyak yang tertutupi dengan distribusi energi ikatan yang seragam. Persamaan ini
mendeskripsikan jenis atau faktor yang mempengaruhi interaksi antara adsorben-adsorbat.
Model isoterm adsorpsi Temkin mengikuti persamaan :
RT
qe = b ln (K T C e )
persamaan tersebut dapat diubah dalam bentuk lain menjadi
RT RT
qe = b ln KT + b ln Ce
RT
Diketahui B = b
sehingga menjadi persamaan akhir

q e = B ln K T + B ln C e
Dimana
b = konstanta isoterm Temkin
K​T =
​ konstanta kesetimbangan ikatan isoterm Temkin (L/g)

R = konstanta gas (8,314 J/mol.K)


T = temperatur
B = konstanta yang berhubungan dengan panas adsorpsi (J/mol)

7. Dua model persamaan, yaitu Freundlich dan Sips mempunyai batasan. Persamaan Freundlich
tidak berlaku pada tekanan rendah dan titik tekanan yang tinggi, dan persamaan Sips tidak
berlaku pada tekanan rendah. Persamaan Toth menjelaskan beberapa sistem dengan sub

22
monolayer. Tuliskan dan jelaskan persamaan Sips (Langmuir-Freundlich), persamaan Toth,
dan model Dubinin-Radushkevich?

Persamaan Sips (Langmuir-Freundlich)


Model isoterm Sips merupakan persamaan empiris yang disusun berdasarkan asumsi
adsorpsi terjadi secara kimiawi dengan tingkat energi yang heterogen. Persamaan Sips
adalah sebagai berikut :
(k s C e )1/n
q = q m 1 + (k C )1/n
s e

Dimana
q = kapasitas adsorpsi per unit massa adsorben pada kondisi setimbang
q​m​ = kapasitas adsorpsi maksimum
k​s​ = tetapan kesetimbangan persamaan Sips
n = faktor keheterogenan
Ce = konsentrasi larutan pada kesetimbangan
Pada saat n = 1, maka persamaan Sips akan menjadi persamaan isoterm Langmuir
dan proses adsorpsi menjadi homogen.

Persamaan Isotermal Toth


Model isoterm ini merupakan model yang dikembangkan untuk memperbaiki model
isotermis Langmuir. Persamaan ini berguna untuk menjelaskan sistem adsorpsi heterogen
yang dapat digunakan baik pada konsentrasi adsorbat tinggi maupun rendah. Persamaan ini
juga dapat diaplikasikan pada tekanan berapapun. Persamaan isotherm Toth adalah sebagai
berikut ;
k 0 e(hst /RT )
C = C 0 1 + k e(hst/RT )
0

dimana

23
C = kapasitas adsorpsi per unit massa adsorben pada kondisi setimbang
C​0​ = kapasitas penyerapan maksimum
h​st​ = panas adsorpsi isotermik
k0​ ​ ​= konstanta equilibrium
t = parameter yang mengindikasikan heterogenitas adsorben

Model Dubinin-Radushkevich
Model isoterm ini merupakan model yang digunakan untuk adsorpsi suatu uap oleh
padatan mikro-pori melalui mekanisme pengisian pori-pori (​pore filling​). Secara umum
model ini mendeskripsikan mekanisme adsorpsi menggunakan distribusi energi Gaussian
pada permukaan heterogen adsorben. Model ini tidak dapat digunakan dalam keadaan
tekanan rendah. Model isoterm Dubinin-Radushkevich mengikuti persamaan
2
q e = (q s )e−K ads ε
dalam bentuk lain menjadi
ln q e = ln (q s ) − ln (K ads ε2 )
Dimana q​e adalah jumlah adsorbat yang teradsorp dalam adsorben dalam keadaan
setimbang (mg/g), q​s adalah kapasitas isoterm teoritik (mg/g), K​ads adalah konstanta isoterm

Dubinin-Radushkevich (mol​2​/kJ​2​) dan ε adalah nilai isoterm Dubinin-Radushkevich.

8. Tuliskan rumus atau asumsinya jika ada, dan jelaskan adsorpsi Frumkin?
Isotermal adsorpsi Frumkin menyatakan kesetimbangan adsorpsi inhibitor pada permukaan
material yang tidak homogen. Model isotermal ini memperhitungkan adanya interaksi antara
molekul inhibitor yang teradsorpsi dengan molekul inhibitor yang berada di larutan.
Interaksi ini dapat berupa gaya elektrostatik tolak-menolak atau tarik-menarik. Model
isothermal Frumkin dinyatakan secara matematis sebagai berikut :

θ
log (1−θ) C
= log K + 2a θ

24
Dimana
C = konsentrasi adsorbat atau inhibitor
q = cakupan luas permukaan yang terisi oleh inhibitor
a = konstanta parameter interaksi
nilai interaksi positif (a>0) menandakan adanya interaksi tarik-menarik antarmolekul
inhibitor atau inhibitor dan material, sedangkan parameter interaksi negative (a<0)
menandakan adanya interaksi tolak-menolak.

BAB III

Perhitungan Adsorpsi

9. Ada 5 tipe isotherm adsorpsi fisika. Tipe yang pertama berhubungan dengan pembentukan
adsorpsi monolayer, sedang tipe dua sampai lima adalah adsorpsi multilayer. Seorang peneliti
ingin membuktikan bahwa adsorpsi gas N​2 ​pada permukaan suatu padatan merupakan isotherm

25
adsorpsi tipe II. dia melakukan penelitian pada suhu 90,1 K dan data yang diproleh adalah
sebagai berikut:

P/P0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25

V(cc) 51,3 58,8 64,0 68,9 74,2


a. Buktikan bahwa data tersebut mengikuti kurva isotherm adsorpsi tipe II, sesuai dengan
hipotesis dari peneliti.

Untuk kasus adsorpsi multilayer, persamaan yang paling sering digunakan adalah
persamaan BET sebagai berikut:

P 1
V total×(P o−P )
= V m×c + Vc−1
m×c
P
Po

↓ ↓ ↓ ↓

Y c m x

Dengan memplot data ke persamaan tersebut dimana sumbu x adalah z atau P/Po
z
dan sumbu y adalah V ×(1−z)
akan didapatkan grafik linear

26
Hasil plot pada pada grafik untuk persamaan BET tipe II memiliki nilai R=1 yang
menunjukkan tidak ada penyimpangan terhadap persamaan BET, sehingga dapat
disimpulkan kasus tersebut merupakan isoterm adsorpsi tipe II. Nilai C yang jauh lebih
besar daripada 1 juga mengindikasikan kasus ini termasuk isoterm adsorpsi tipe 2.

b. Tentukan nilai ​V​m​ ​dan c

Persamaan regresi untuk grafik diatas adalah y = 0, 0173x + 0, 0002

1
● c×V m
= 0, 0002

1
c × V m = 0,0002 = 5000

c−1
● c×V m (C * V m) = 0, 0173

C − 1/5000 = 0, 0173

C = 87, 5

● Vm = 57,14

27
c. Apa yang anda pahami setelah mempelajari fenomena permukaan, yaitu adsorpsi?

Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Zat
yang diserap disebut fase terserap (adsorbat), sedangkan zat yang menyerap disebut
adsorben. Berbeda dengan absorpsi, adsorpsi terjadi di permukaan sedangkan absorpsi
terjadi di ​bulk system​. Adsorpsi dapat dibagi berdasarkan adsorbat dan adsorben menjadi
adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Berikut ini adalah beberapa perbedaan adsorpsi fisika
dan kimia:

Adsorpsi fisika Adsorpsi kimia

Molekul terikat pada adsorben oleh gaya Molekul terikat pada adsorben oleh ikatan
Van der Waals kimia

Dapat membentuk lapisan multilayer Membentuk lapisan monolayer

Hanya terjadi pada suhu di bawah titik Dapat terjadi pada suhu tinggi
didih adsorbat

Jumlah adsorpsi pada permukaan Jumlah adsorpsi pada permukaan


merupakan fungsi adsorbat merupakan karakteristik adsorben dan
adsorbat
Desorpsi adalah pelepasan satu zat dari yang lain, baik dari permukaan atau
melalui permukaan. Desorpsi terjadi saat kesetimbangan berubah. Ilustrasinya, jumlah
oksigen yang masuk dan meninggalkan air dari udara akan sama dan konsentrasi oksigen
dalam air akan konstan. Jika suhu air meningkat, keseimbangan dan kelarutan berubah,
dan oksigen akan mengalami desorpsi dari air sehingga menurunkan kandungan oksigen.

Proses adsorpsi biasanya dipelajari melalui grafik yang dikenal sebagai isoterm
adsorpsi. Adsorpsi Isoterm adalah kurva yang menyatakan variasi jumlah gas yang
diadsorpsi oleh adsorben dengan tekanan pada suhu konstan. Terdapat beberapa model
adsorpsi isoterm yang telah kita pelajari yaitu adsorpsi Langmuir, Freundlich, dan BET.

Dalam menentukan daya adsorpsi suatu padatan atau cairan dapat


menggunakan kurva adsorpsi isotermis. Ada 5 tipe kurva adsorpsi isotermis. Kurva tipe 1
digunakan untuk adsorpsi monolayer, kurva tipe 2 sampai 5 untuk adsorpsi multilayer.

28
Kurva adsorpsi tipe 1 dapat dijelaskan dengan adsorpsi isoterm Langmuir, sementara tipe
2 sampai 5 dapat dijelaskan dengan adsorpsi isoterm BET.

d. Bagaimana implementasi dari proses adsorpsi atau isoterm adsorpsi tersebut? Jelaskan
sesuai dengan temuan dari kelompok anda!

Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemukan pengimplemen adsorpsi dalam proses


pembuatan atau kerja sesuatu. Berikut beberapa pengimplementasian proses adsorpsi
yang berlangsung disekitar kita

1. Pemutihan gula tebu

Gula yg masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalaui tanah
diatomae dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehinga
diperoleh gula yang putih bersih.

2. Penyembuhan sakit perut dengan serbuk karbon atau norit

Obat yang terbuat dari norit nantinya pada saat dikonsumsi akan membentuk sistem
koloid didalam usus. Dimana norit ini akan mengadsorpsi gas/ zat racun yang
menjadi penyebab perut sakit tersebut.

3. Penjernihan air dengan tawas

Ion Al​3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel
koloid Al(OH)​3​ yang bermuatan positif melalui reaksi:

Al​3+​ + 3H2O → Al(OH)3 + 3H​+

Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid


tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian
mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.

29
4. Pembersian kotoran menggunakan sabun

Molekul sabun memiliki dua bagian yaitu ujung berkutub yang bersifat hidrofilik
(larut dalam air) dan ujung tak berkutub (hidrotobik) yang tidak larut dalam air.
Ujung hidrofobik menyerap kotoran minyak dan ujung hidrofilik melingkupi kotoran
minyak dengan membentuk misel. Misel ini melayang dalam air dan tidak melekat
lagi seningga saat dibilas, kotoran akan leyap.

30
DAFTAR PUSTAKA

Alfred Martin, James Swarbrick, & Arthur Cammarata.2008.​Farmasi Fisika Dasar-Dasar


Farmasi Fisika dalam ilmu Farmasetik Ed. Ketiga jilid 2​.Jakarta:UI Press
Ira N. Levine. ​Physical Chemistry Sixth Edition. ​McGraw Hill
Martin, Awaludin dkk. 2010. ​Adsorpsi Isotermal CO2​ Bertekanan Tinggi pada Karbon AKtif
dengan Metoda Volumetrik ​Vol 14 No.2 Hal. 128-132. Jakarta : Universitas
Indonesia
​ itrus
Purwiandono, Gani dkk. 2017. Adsorpstion Isotherm Studies of Rhodamine B on C
sinesis​ Peel​ Vol 3 No.1-2 Hal.47-53. Jakarta: Universitas Islam Indonesia
Peter Atkins and Julio de Paula. ​Physical Chemistry Ninth Edition​.W.H. Freeman and
Company
Saleh, Clarissa Welny. 2017. ​Pengendalian Korosi pada Baja Lunak dalam Media Petroleum
Buatan dan HCl 1M Menggunakan Kitosan Larut Air dari Limbah Cangkang
Udang.​ Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Samel H. Maron, Jarome B. Lando. 1974. ​Fundamental of Physical Chemistry.​Collier
Macmillan Publisher. Londom
Zulfikar, Muhammad Ali. 2018. ​Studi Kesetimbangan Adsorpsi Asam Humik pada Dual
Nanofiber PMMA/PVDF.​ Bandung : Institut Teknologi Bandung
http://www.digilib.itb.ac.id/files/disk1/683/jbptitbpp-gdl-rizkiansha-34149-3-2009ta-2.pdf
(Ira. N. Levine, 2003:399-340).

Handayani, Murni & Sulistyo, E. Uji Persamaan Langmuir Dan Freundlich Pada Penyerapan
Limah Chrom (VI) Oleh Zeolit <Jurnal :
https://inis.iaea.org/collection/NCLCollectionStore/_Public/44/091/44091402.pdf?r=
1&r=1​>

31

Anda mungkin juga menyukai