Disusun Oleh:
Kelompok 4
BAB I 2
Adsorpsi 2
Aplikasi Adsorpsi 2
Adsorpsi Isoterm 10
BAB II 16
Jenis-Jenis Adsorpsi 16
Persamaan Sips (Langmuir-Freundlich) 22
Persamaan Isotermal Toth 23
Model Dubinin-Radushkevich 23
BAB III 25
Perhitungan Adsorpsi 25
DAFTAR PUSTAKA 30
1
BAB I
Adsorpsi
● Aplikasi Adsorpsi
1. Jelaskan setidaknya tiga (3) aplikasi proses adsorpsi untuk industri
Proses Penjernihan Air
Pengaplikasian pengolahan air diterapkan dalam industri pengolahan air
bersih (PDAM). Pengolahan air bersih secara lengkap didasarkan pada sifat-sifat
koloid, yaitu:
1. Adsorpsi
Adsorpsi adalah penyerapan ion atau penyerapan listrik pada permukaan
koloid (partikel-partikel koloid bermuatan listrik).
2. Koagulasi
Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan partikel
koloid.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam proses penjernihan air antara lain :
1. Tawas Al2(SO4)3
2. Karbon Aktif
3. Klorin/Kaporit
4. Kapur Tohor
5. Pasir
Berikut uraian mekanisme kerja pengolahan air bersih pada bagan di atas:
1. Air sungai dipompakan ke dalam bak prasedimentasi. Dalam bak
prasedimentasi ini lumpur dibiarkan mengendap karena pengaruh gravitasi.
2. Lumpur dibuang dengan pompa, sedangkan air dialirkan ke dalam bak
ventury Pada tahap ini dicampurkan Al2(SO4)3 (tawas) dan gas klorin
(preklorinasi). Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis
2
membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang
bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O → Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan
muatan-muatan negatif dari partikel
koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut
kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh
gravitasi, sehingga lumpur lebih mudah disaring. Selain itu, tawas yang
membentuk koloid Al(OH)3 dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat
pencemar seperti detergen dan pestisida. Sedangkan gas klorin berfungsi sebagai
pembasmi hama (desinfektan). Selanjutnya ditambahkan karbon aktif (bila tingkat
kekeruhan air baku tinggi). Karbon aktif ini berfungsi untuk menghilangkan bau,
rasa, dan zat organik yang terkandung dalam air baku.
3. Air baku dari bak ventury yang telah dicampur dengan bahan-bahan kimia
dialirkan ke dalam accelator. Dalam bak accelator terjadi proses koagulasi,
lumpur dan kotoran lain menggumpal membentuk flok-flok yang akan mengalami
sedimentasi secara gravitasi.
4. Air yang setengah bersih dari accelator dialirkan ke dalam bak saringan pasir
dari bak pasir diperoleh air yang hampir bersih, karena sisa flok akan tertahan
oleh saringan pasir.
5. Air dalam bak pasir dialirkan ke dalam siphon. Di dalam siphon air yang
hampir bersih ditambahkan kapur untuk menaikkan pH dan gas klorin (post
klorinasi) untuk mematikan hama.
6. Air yang sudah memenuhi standar bersih dari bak siphon dialirkan ke
reservoar.
7. Air siap dikonsumsi konsumen
Proses pengolahan air bersih pada industri pengolahan air bersih (PDAM)
yang telah diuraikan di atas disebut sebagai pengolahan air minum sistem
konvensional, seperti yang dipergunakan oleh hampir seluruh PDAM di
Indonesia. Proses itu disebut konvensional karena teknologi yang digunakan
dalam pengolahan air tersebut kurang maju. Selain itu, dengan banyaknya industri
3
yang tumbuh di sepanjang sungai terutama industri dengan tingkat pencemaran
berat seperti tekstil, logam, kimia dan lain-lain, serta tingginya tingkat
pertumbuhan dan aktivitas manusia, telah mengakibatkan pencemaran pada
sungai-sungai yang merupakan sumber air baku utama bagi produksi air minum di
kota-kota besar, pengolahan air yang diterapkan oleh PDAM di Indonesia ini
dinilai masih belum bisa menghasilkan air yang layak bagi konsumen karena
pemurnian air belum 100% menghilangkan zat pencemar.
Penghilang Kotoran pada Proses Pembuatan Sirup
Kadang-kadang gula masih mengandung pengotor sehingga jika
dilarutkan tidak jernih, pada industri pembuatan sirup, untuk menghilangkan
pengotor ini biasanya digunakan putih telur. Setelah gula larut, sambil diaduk
ditambahkan putih telur sehingga putih telur tersebut menggumpal dan
mengadsorpsi pengotor. Selain putih telur, dapat juga digunakan zat lain, seperti
tanah diatome atau arang aktif.
4
air.
Pewarnaan Kain
Pencelupan adalah pemberian warna pada bahan secara merata dan
permanen. Metode pemberian warna dilakukan dengan berbagai cara, tergantung
dari jenis zat warna dan serat yang akan diwarnai. Proses pewarnaan secara
pencelupan dianggap sempurna apabila sudah tercapai kondisi kesetimbangan,
yaitu zat warna yang terserap ke dalam bahan mencapai titik maksimum.
Pada tahap migrasi, zat warna dilarutkan dan diusahakan agar larutan zat
warna bergerak menempel pada bahan. Zat warna dalam larutan mempunyai
muatan listrik sehingga dapat bergerak kian kemari. Gerakan tersebut
menimbulkan tekanan osmosis yang berusaha untuk mencapai keseimbangan
konsentrasi, sehingga terjadi difusi dari bagian larutan dengan konsentrasi tinggi
menuju konsentrasi rendah. Bagian dengan konsentrasi rendah terletak di
permukaan serat, yaitu pada kapiler serat. Jadi zat warna akan bergerak mendekati
permukaan serat.
Peristiwa difusi yang dijelaskan di atas menyebabkan zat warna
berkumpul pada permukaan serat. Daya adsorpsi akan terpusat pada permukaan
serat, sehingga zat warna akan terserap menempel pada bahan.
5
Industri Kecil/Rumahan
Penggunaan minyak nabati berulang kali sangat membahayakan
kesehatan. Hal ini dikarenakan selain semakin banyaknya kotoran yang
terkandung dalam minyak goreng akibat penggorengan bahan makanan
sebelumnya dan semakin banyaknya senyawa-senyawa asam karboksilat bebas di
dalam minyak serta warna minyak goreng yang semakin tidak jernih, sedangkan
pembuangan minyak goreng bekas secara langsung ke lingkungan akan
menimbulkan pencemaran, ( Ketaren, 1986 ). Salah satu metode yang dianggap
sederhana, ekonomis dan mudah untuk perbaikan kualitas minyak goreng bekas
adalah dengan cara adsorpsi.Keberhasilan proses adsorpsi ditentukan oleh
pemilihan adsorben. Asam sitrat sebagai adsorben dalam upaya perbaikan kualitas
minyak goreng bekas, mengingat asam sitrat adalah material organik yang aman
untuk dikonsumsi. Selain itu, asam sitrat memiliki keunggulan dalam proses
adsorpsi yakni dapat mengadsorpsi senyawa logam dengan disertai reaksi kimia
membentuk senyawa kimia komplek yang tidak terlarut dalam minyak goreng,
sehingga proses pemisahan antara padatan hasil reaksi dengan minyak goreng
dapat dilakukan dengan penyaringan.
6
Persamaan orde dua, dirumuskan:
1 1
Ct
− Co
= k2 t
Sedangkan untuk persamaan orde ke tiga dapat dirumuskan sebagai berikut:
1 1
Ct2
= Co2
+ 2k 3 t
1 1
Melalui pengaluran data Ct, ln Ct, Ct
, Ct2
terhadap t dapat diketahui kesesuaian
data terhadap model kinetika, yaitu dari nilai korelasi (R2 ) sedangkan nilai
konstanta reaksi orde 0 (k0), orde 1 (k1), orde 2 (k2) dan orde 3 (k3) diperoleh dari
kemiringan (slope) dan perpotongan (intercept) (Singh et al,2008).
Model kinetika reaksi yang digunakan adalah orde satu, orde dua, pseudo orde
satu, pseudo orde dua, Elovich, film difussion mass transfer, model
Weber-Morris, model Dumwald- Wagner dan intraparticle difussion. Persamaan
nonlinear dan linear model kinetika dapat dilihat pada tabel.
7
dC
− dt
= k Cn
Dimana:
dC
dt
= kecepatan adsorpsi
k = konstanta adsorpsi
C = konsentrasi adsorbat
n = orde kecepatan adsorpsi
3. Adsorpsi berlawanan dengan proses desorpsi. Apa yang Anda ketahui tentang desorpsi?
Bagaimana metode desorpsi atau proses regenerasi adsorben? Jelaskan setidaknya satu
metode untuk penentuan desorpsi. Jelaskan dan berikan contoh atau gambaran
prosesnya.
Desorpsi adalah proses pelepasan kembali ion/molekul yang telah
berikatan dengan gugus aktif pada adsorben.
8
dipanaskan, sehingga tekanan sistem meningkat dan menyebabkan kandungan
adsorbat yang ada di dalam adsorben berkurang atau menguap. Proses
berkurangnya kandungan adsorbat pada adsorben pada kasus ini disebut desorpsi.
B. Bentuk Arrhenius
9
Konstanta untuk laju desorpsi dapat dinyatakan dalam bentuk Arrhenius :
k d = Ae−E d /RT
Dimana :
A = pre-exponential factor / attempt frequency
E d = Energi aktivasi untuk desorpsi
C. Kinetika Desorpsi
Laju desorpsi , Rdes ,dari adsorbat pada sebuah permukaan dinyatakan dalam
bentuk :
Rdes = k N x
Dimana :
x : orde kinetik desorpsi
k : konstanta laju desorpsi
N : konsentrasi permukaan dari spesies teradsorbsi
● Adsorpsi Isoterm
1. Apa yang anda ketahui tentang Isoterm Langmuir, berikan contohnya !
Pada tahun 1916, Irving Langmuir menetapkan suatu model isoterm untuk gas
teradsorpsi pada suatu padatan yang diberi nama sama dengan namanya. Langmuir
berpendapat bahwa gas diadsorpsi pada permukaan solid dan membentuk tidak lebih dari
satu lapis ketebalannya. Teori Langmuir menggambarkan bahwa proses adsorpsi terdiri
dari dua proses berlawanan, yaitu kondensasi molekul-molekul fase teradsorbsi menuju
10
permukaan dan evaporasi/penguapan molekul-molekul dari permukaan kembali ke dalam
larutan. Ketika adsorpsi pertama dimulai, setiap molekul yang bertabrakan dengan
permukaan dapat mengembun di atasnya. Namun, sebagai hasil adsorpsi, hanya
molekul-molekul itu yang diharapkan dapat terserap yaitu molekul yang menyerang
sebagian permukaan yang belum tertutup oleh molekul-molekul yang terserap. Hasilnya
adalah laju awal kondensasi molekul pada permukaan paling tinggi dan menurun
sebanding dengan berkurangnya luas permukaan yang tersedia untuk adsorpsi.
Di sisi lain, molekul yang teradsorpsi di permukaan, oleh agitasi termal, dapat
terlepas dari permukaan dan melepaskan diri ke dalam gas. Tingkat desorpsi akan
bergantung pada jumlah permukaan yang ditutupi oleh molekul dan akan meningkat
ketika permukaan menjadi lebih jenuh. Kedua tingkat ini, kondensasi dan desorpsi,
akhirnya akan menjadi sama, dan ketika ini terjadi terbentuklah kesetimbangan adsorpsi.
Isoterm Langmuir berdasar pada asumsi bahwa:
1. Gas yang teradsorpsi berkelakuan ideal dalam fasa uap.
2. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanya dapat mengadsorpsi satu
molekul adsorbat untuk setiap molekul adsorbannya. Tidak ada interaksi antara
molekul-molekul yang terserap.
3. S
emua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama
(Sumber : https://inis.iaea.org/collection/NCLCollectionStore/_Public/44/091/44091402.pdf?r=1&r=1 )
11
Hal ini dapat dirumuskan secara matematis. 𝜽 a dalah fraksi dari total permukaan yang
tertutupi oleh molekul yang teradsorpsi, maka fraksi dari permukaan kosong dan tersedia untuk
adsorpsi adalah (1-𝜽). Berdasarkan teori kinetik :
Dimana b = k 1 / k 2 . Maka jumlah gas teradsorpsi per luas adsorben atau per
massa adsorben (y) adalah
y = k 𝜽 = 1 kbP
+ bP , dimana a = kb
aP
y = 1 + bP …. Persamaan Langmuir
Dengan membagi kedua sisi dengan P dihasilkan persamaan linier sebagai berikut
P 1
y = a + ( ab ) P
*Keterangan :
k 1 : konstanta kondensasi a dan b : konstanta karakteristik sistem
k 2 : konstanta evaporasi y = berat atau volume zat yang teradsorpsi
P : Tekanan gas persatuan luas atau massa adsorban
Dengan membuat kurva dari persamaan linier diatas akan diperoleh intersep 1/a
dan kemiringan (b/a), sehingga nilai a dan b dapat dihitung, dari besar kecilnya nilai a
dan b menunjukkan daya adsorpsi.
Contoh :
12
Data yang diberikan dibawah adalah adsorpsi CO dengan arang pada suhu 273 K.
Buktikan bahwa data tersebut sesuai dengan isotherm Langmuir, dan cari nilai K dan v ∞ .
Dalam setiap kasus V telah dikoreksi menjadi 1,00 atm (101,325 kPa).
K pθ + θ = K p
Dengan θ = V / V ∞ , dimana V ∞ volume saat pencakupan sempurna, persamaannya
menjadi
P P 1
V
= V∞
+ KV ∞
1
Oleh karena itu plot dari p/V terhadap p menghasilkan garis lurus dengan gradien V∞
dan
1
intersep KV ∞
.
K= 1
(111cm3 ) x (1.2 kP a cm−3 )
= 7.51 x 10−3 kP a−1
13
2. Apa yang anda ketahui tentang Isoterm Freundlich, berikan contohnya !
Jawab :
Persamaan Isoterm Langmuir merupakan persamaan yang paling banyak
digunakan saat ini karena dipandang lebih baik untuk merincikan proses adsorpsi.
Isoterm ini terjadi karena adanya interaksi secara fisik antara adsorbat dan permukaan
adsorben. Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang
heterogen, multilayer, dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang
berbeda-beda. Jika permukaan adsorben telah tertutupi dengan adsorbat, maka adsorbat
tidak hanya terserap pada lapisan atas atau tunggal melainkan akan terserap ke lapisan
kedua dan seterusnya pada permukaan adsorben hingga menghasilkan lapisan multi
(multilayer) .
Hal tersebut terjadi karena lemahnya interaksi fisik yang terjadi. Adsorpsi fisik
terjadi bila gaya intermolekuler lebih besar dari gaya tarik antar molekul atau gaya tarik
menarik yang relatif lemah antara adsorbat dengan permukaan adsorben, gaya tersebut
disebut gaya Van der Waals sehingga adsorbat dapat bergerak dari satu bagian
permukaan ke bagian permukaan lain dari adsorben.
Persamaan adsorpsi isoterm Freundlich menggambarkan hubungan antara jumlah
zat yang terserap dengan konsentrasi zat dalam larutan. Persamaannya sebagai berikut :
y = k C 1/n
Dimana :
y (x/m) = banyaknya zat yang teradsorpsi persatuan massa adsorben
C = konsentrasi dari adsorbat yang tersisa dalam kesetimbangan
k,n = konstanta adsorben
Dengan menyisipkan logaritma pada kedua sisi didapat :
log 10 y = log 10 k + 1n log 10 C
14
Dengan memplot logaritma dari konsentrasi larutan dalam kesetimbangan (log C)
sebagai absis dan logaritma konsentrasi adsorbat dalam adsorben (log y) sebagai ordinat,
maka akan diperoleh gradien 1/n dan intersep k.
(Sumber : http://www.digilib.itb.ac.id/files/disk1/683/jbptitbpp-gdl-rizkiansha-34149-3-2009ta-2.pdf)
15
BAB II
Jenis-Jenis Adsorpsi
3. Untuk menentukan daya adsorb dari suatu padatan atau cairan, biasanya dilakukan
penelitian dengan cara mengukur volume dari gas yang teradsorb pada suhu tetap,
sehingga dikenal istilah adsorpsi isotermis. Data hasil percobaain ini kemudian dibuat
dalam bentuk kurva. Diketahui bahwa ada 5 tipe kurva adsorpsi isotermis sesuai dengan
bacaan diatas, jelaskan kelima tipe kurva tersebut dan berikan contohnya yang anda
ketahui?
Jawab :
Data kesetimbangan adsorpsi yang dihasilkan pada temperatur adalah konstan dan
biasa disebut dengan adsorpsi isotermis, dimana terdapat hubungan antara banyaknya zat
yang teradsorpsi per unit massa padatan dan tekanan gas adsorbatnya. Adsorpsi isotermis
dapat dihitung dengan mengukur tekanan adsorbat pada saat awal (sebelum terjadi
kesetimbangan) dan pada saat terjadinya kesetimbangan. Brunaeur mengklasifikasikan
adsorpsi isotermis ke dalam lima jenis kurva seperti gambar berikut :
16
(Sumber : http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/133521-T%2027896-Studi%20kapasitas-Tinjauan%20literatur.pdf)
a. Tipe I
Jenis ini disebut Langmuir Isoterm menggambarkan adsorpsi satu lapis (monolayer).
Jumlah molekul adsorbat mendekati harga pembatas saat P/P0 mendekati satu. Jenis ini
biasanya diperoleh dari adsorben berpori kecil(mikropori) kurang dari 2 nm dan luas area
eksternal yang sangat sedikit. Kurva jenis ini biasanya diperoleh dari adsorben karbon
aktif dan zeolit molecular sieve.
b. Tipe II
Jenis ini adalah bentuk normal isoterm pada adsorben tak berpori (nonpori) atau padatan
berpori besar (macropores) dengan ukuran lebih besar dari 50 nm yang menunjukkan
adsorpsi monolayer - multilayer. Titik B yang ditunjukkan pada gambar menunjukkan
kondisi awal tahap linier dari isoterm, biasanya digunakan untuk mengindikasikan
tekanan relatif saat pelapisan monolayer selesai.
Contoh : Silika gel yang digunakan dalam kromatografi gas sebagai fasa diam dalam
pemisahan campuran.
17
c. Tipe III
Jenis ini menunjukkan tipe kuantitas adsorben semakin tinggi saat tekanan relatif
bertambah. Tidak adanya titik B seperti pada jenis kedua disebabkan karena interaksi
adsorbat-adsorbat yang lebih kuat dibanding adsorben-adsorben. Sama seperti tipe II,
jumlah lapisan pada permukaan adsorben tidak terbatas (multilayer).
Contoh : Permukaan silika gel yang berpori mengadsorbsi karbon tetraklorida pada suhu
293K
d. Tipe IV
Jenis ini hampir sama dengan tipe II pada rentang tekanan relatif rendah sampai
mencegah. Volume terbesar adsorbat yang teradsorpsi dapat dihitung dari capillary
condensation yang telah sempurna mengisi pori. Kurva jenis ini dihasilkan dari padatan
adsorben berukuran mesopore (2-50 nm).
Contoh : Adsropsi gas Nitrogen pada permukaan mesopori seperti gelas berpori
e. Tipe V
Jenis ini hampir sama dengan tipe III, dihasilkan dari interaksi yang rendah antara
adsorben dengan adsorbat. Tipe V ini juga ditunjukkan oleh pori dengan ukuran sama
seperti tipe IV.
Contoh : Molekul air yang teradsorpsi oleh karbon aktif saat suhu mencapai 1273K
Jawab :
Molekul-molekul sering membentuk lebih dari satu lapisan (multilayer) pada permukaan
adsorbatnya, akan tetapi isoterm Langmuir tidak dapat menjelaskan hal ini. Sehingga,
pada tahun 1938, Stephen Brunauer, Paul Emmett, dan Edward Teller mengembangkan
18
suatu model isoterm adsorpsi yang dapat menghitung kapasitas adsorpsi pada molekul
yang membentuk lapisan lebih dari satu. Pada lapisan pertama, kecepatan kondensasi
(adsorpsi) dari bagian permukaan adsorben yang kosong sama dengan kecepatan
evaporasi (desorpsi) bagian yang tertutupi oleh hanya satu molekul adsorbat.
Keseimbangan ini juga terjadi pada semua lapisan berikutnya. Asumsi penting yang
kemudian dapat dibuat pada model isotermal ini adalah bahwa panas adsorpsi diluar
lapisan pertama adalah konstan dan sama dengan panas pencairan. Keseluruhan proses
adsorpsi dapat digambarkan sebagai:
(Sumber : https://id.scribd.com/doc/97323567/isoterm-adsorpsi)
19
Kesetimbangan antara fasa gas dan senyawa yang teradsorpsi dapat dibandingkan
dengan kesetimbangan antara fasa gas dan cairan dari suatu senyawa. Dengan
menggunakan anologi persamaan Clausius-Clapeyron, maka
Model persamaan isotermal dari BET adalah dapat ditulis sebagai berikut :
dimana :
20
Contoh pengaplikasiaan sama seperti Tipe II Adsorpi Isotermis yaitu silika gel yang
digunakan sebagai fasa diam dalam kromatografi gas untuk pemisahan campuran.
Jawab :
Dimana :
N = Bilangan Avogadro (6,02 X 1023 molekul/mol)
M = Berat molekul dari absorben
Wm = Berat absorben (gram)
Acs = Cross sectional area untuk absorben
Untuk menentukan luas muka spesifik (s) dapat dihitung dari luas muka total (st) dibagi
dengan berat cuplikan (bc), sehingga didapat persamaannya sebagai berikut :
21
6. Apa itu isoterm Temkin, memberi contoh?
Persamaan Temkin berasumsi bahwa panas adsorpsi dari semua molekul dalam lapisan
semakin banyak yang tertutupi dengan distribusi energi ikatan yang seragam. Persamaan ini
mendeskripsikan jenis atau faktor yang mempengaruhi interaksi antara adsorben-adsorbat.
Model isoterm adsorpsi Temkin mengikuti persamaan :
RT
qe = b ln (K T C e )
persamaan tersebut dapat diubah dalam bentuk lain menjadi
RT RT
qe = b ln KT + b ln Ce
RT
Diketahui B = b
sehingga menjadi persamaan akhir
q e = B ln K T + B ln C e
Dimana
b = konstanta isoterm Temkin
KT =
konstanta kesetimbangan ikatan isoterm Temkin (L/g)
7. Dua model persamaan, yaitu Freundlich dan Sips mempunyai batasan. Persamaan Freundlich
tidak berlaku pada tekanan rendah dan titik tekanan yang tinggi, dan persamaan Sips tidak
berlaku pada tekanan rendah. Persamaan Toth menjelaskan beberapa sistem dengan sub
22
monolayer. Tuliskan dan jelaskan persamaan Sips (Langmuir-Freundlich), persamaan Toth,
dan model Dubinin-Radushkevich?
Dimana
q = kapasitas adsorpsi per unit massa adsorben pada kondisi setimbang
qm = kapasitas adsorpsi maksimum
ks = tetapan kesetimbangan persamaan Sips
n = faktor keheterogenan
Ce = konsentrasi larutan pada kesetimbangan
Pada saat n = 1, maka persamaan Sips akan menjadi persamaan isoterm Langmuir
dan proses adsorpsi menjadi homogen.
dimana
23
C = kapasitas adsorpsi per unit massa adsorben pada kondisi setimbang
C0 = kapasitas penyerapan maksimum
hst = panas adsorpsi isotermik
k0 = konstanta equilibrium
t = parameter yang mengindikasikan heterogenitas adsorben
Model Dubinin-Radushkevich
Model isoterm ini merupakan model yang digunakan untuk adsorpsi suatu uap oleh
padatan mikro-pori melalui mekanisme pengisian pori-pori (pore filling). Secara umum
model ini mendeskripsikan mekanisme adsorpsi menggunakan distribusi energi Gaussian
pada permukaan heterogen adsorben. Model ini tidak dapat digunakan dalam keadaan
tekanan rendah. Model isoterm Dubinin-Radushkevich mengikuti persamaan
2
q e = (q s )e−K ads ε
dalam bentuk lain menjadi
ln q e = ln (q s ) − ln (K ads ε2 )
Dimana qe adalah jumlah adsorbat yang teradsorp dalam adsorben dalam keadaan
setimbang (mg/g), qs adalah kapasitas isoterm teoritik (mg/g), Kads adalah konstanta isoterm
8. Tuliskan rumus atau asumsinya jika ada, dan jelaskan adsorpsi Frumkin?
Isotermal adsorpsi Frumkin menyatakan kesetimbangan adsorpsi inhibitor pada permukaan
material yang tidak homogen. Model isotermal ini memperhitungkan adanya interaksi antara
molekul inhibitor yang teradsorpsi dengan molekul inhibitor yang berada di larutan.
Interaksi ini dapat berupa gaya elektrostatik tolak-menolak atau tarik-menarik. Model
isothermal Frumkin dinyatakan secara matematis sebagai berikut :
θ
log (1−θ) C
= log K + 2a θ
24
Dimana
C = konsentrasi adsorbat atau inhibitor
q = cakupan luas permukaan yang terisi oleh inhibitor
a = konstanta parameter interaksi
nilai interaksi positif (a>0) menandakan adanya interaksi tarik-menarik antarmolekul
inhibitor atau inhibitor dan material, sedangkan parameter interaksi negative (a<0)
menandakan adanya interaksi tolak-menolak.
BAB III
Perhitungan Adsorpsi
9. Ada 5 tipe isotherm adsorpsi fisika. Tipe yang pertama berhubungan dengan pembentukan
adsorpsi monolayer, sedang tipe dua sampai lima adalah adsorpsi multilayer. Seorang peneliti
ingin membuktikan bahwa adsorpsi gas N2 pada permukaan suatu padatan merupakan isotherm
25
adsorpsi tipe II. dia melakukan penelitian pada suhu 90,1 K dan data yang diproleh adalah
sebagai berikut:
Untuk kasus adsorpsi multilayer, persamaan yang paling sering digunakan adalah
persamaan BET sebagai berikut:
P 1
V total×(P o−P )
= V m×c + Vc−1
m×c
P
Po
↓ ↓ ↓ ↓
Y c m x
Dengan memplot data ke persamaan tersebut dimana sumbu x adalah z atau P/Po
z
dan sumbu y adalah V ×(1−z)
akan didapatkan grafik linear
26
Hasil plot pada pada grafik untuk persamaan BET tipe II memiliki nilai R=1 yang
menunjukkan tidak ada penyimpangan terhadap persamaan BET, sehingga dapat
disimpulkan kasus tersebut merupakan isoterm adsorpsi tipe II. Nilai C yang jauh lebih
besar daripada 1 juga mengindikasikan kasus ini termasuk isoterm adsorpsi tipe 2.
1
● c×V m
= 0, 0002
1
c × V m = 0,0002 = 5000
c−1
● c×V m (C * V m) = 0, 0173
C − 1/5000 = 0, 0173
C = 87, 5
● Vm = 57,14
27
c. Apa yang anda pahami setelah mempelajari fenomena permukaan, yaitu adsorpsi?
Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Zat
yang diserap disebut fase terserap (adsorbat), sedangkan zat yang menyerap disebut
adsorben. Berbeda dengan absorpsi, adsorpsi terjadi di permukaan sedangkan absorpsi
terjadi di bulk system. Adsorpsi dapat dibagi berdasarkan adsorbat dan adsorben menjadi
adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Berikut ini adalah beberapa perbedaan adsorpsi fisika
dan kimia:
Molekul terikat pada adsorben oleh gaya Molekul terikat pada adsorben oleh ikatan
Van der Waals kimia
Hanya terjadi pada suhu di bawah titik Dapat terjadi pada suhu tinggi
didih adsorbat
Proses adsorpsi biasanya dipelajari melalui grafik yang dikenal sebagai isoterm
adsorpsi. Adsorpsi Isoterm adalah kurva yang menyatakan variasi jumlah gas yang
diadsorpsi oleh adsorben dengan tekanan pada suhu konstan. Terdapat beberapa model
adsorpsi isoterm yang telah kita pelajari yaitu adsorpsi Langmuir, Freundlich, dan BET.
28
Kurva adsorpsi tipe 1 dapat dijelaskan dengan adsorpsi isoterm Langmuir, sementara tipe
2 sampai 5 dapat dijelaskan dengan adsorpsi isoterm BET.
d. Bagaimana implementasi dari proses adsorpsi atau isoterm adsorpsi tersebut? Jelaskan
sesuai dengan temuan dari kelompok anda!
Gula yg masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalaui tanah
diatomae dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehinga
diperoleh gula yang putih bersih.
Obat yang terbuat dari norit nantinya pada saat dikonsumsi akan membentuk sistem
koloid didalam usus. Dimana norit ini akan mengadsorpsi gas/ zat racun yang
menjadi penyebab perut sakit tersebut.
Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel
koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
29
4. Pembersian kotoran menggunakan sabun
Molekul sabun memiliki dua bagian yaitu ujung berkutub yang bersifat hidrofilik
(larut dalam air) dan ujung tak berkutub (hidrotobik) yang tidak larut dalam air.
Ujung hidrofobik menyerap kotoran minyak dan ujung hidrofilik melingkupi kotoran
minyak dengan membentuk misel. Misel ini melayang dalam air dan tidak melekat
lagi seningga saat dibilas, kotoran akan leyap.
30
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Murni & Sulistyo, E. Uji Persamaan Langmuir Dan Freundlich Pada Penyerapan
Limah Chrom (VI) Oleh Zeolit <Jurnal :
https://inis.iaea.org/collection/NCLCollectionStore/_Public/44/091/44091402.pdf?r=
1&r=1>
31