Anda di halaman 1dari 8

ETIKOLEGAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

Dosen Pembimbing : ROSYATI PASTUTY, AMKeb, S.Si.T, M.Kes.

Di susun oleh :

Nama : SEFTIANAH

NIM : Po.71.24.3.19.061

Tingkat : IIB

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PRODI D3 KEBIDANAN MUARA ENIM

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


PEMBAHASAN

DEFINISI BIDAN

Bidan adalah seorang yang telah menjalani program pendidikan bidan yang diakui oleh
negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait serta memenuhi
persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk praktek bidan. Bidan merupakan
salah satu profesi tertua didunia sejak adanya peradaban umat manusia.
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan, yang terakreditasi,
memenuhi kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk
praktek kebidanan. Yang diakui sebagai seorang profesional yang bertanggungjawab, bermitra
dengan perempuan dalam memberikan dukungan, asuhan dan nasehat yang diperlukan selama
kehamilan, persalinan dan nifas, memfasilitasi kelahiran atas tanggung jawabnya sendiri serta
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan anak.

DEFINISI KODE ETIK

Merupakan ciri profesi yang bersumber dari nilai -nilai internal dan eksternal suatu disiplin
ilmu & merupakan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntutan bagi anggota dalam
melaksanakan pengabdian profesi.

KODE ETIK BIDAN

Kode etik bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkandalam Kongres
Nasional Ikatan Bidan Indonesia X tahun 1988, sedang petunjukpelaksanaanya disahkan dalam
Rapat Kerja Nasional ( Rekernas ) IBI tahun 1991,kemudian disempurnakan dan disahkan pada
Kongres Nasional IBI ke XII tahun1998. Sebagai pedoman sdalam berperilaku, Kode Etik Bidan
indonesiamengandung beberapa kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah dan tujuan
dan bab. Secara umum kode etik tersebut berisi 7 bab.
Ketujuh bab dapat dibedakan atas tujuh bagian yaitu :

1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat ( 6 butir )


2.Kewajiban bidan terhadap tugasnya ( 3 butir )
3. Kewajiban Bidan terhadap sejawab dan tenaga kesehatan lainnya ( 2 butir )
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya ( 3 butir )
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri ( 2 butir )
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air ( 2 butir )
7. Penutup ( 1 butir )

Beberapa kewajiban bidan yang diatur dalam pengabdian profesinya adalah :


1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat

a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati danmengamalkan sumpah jabatannya


dalam melaksanakan tugaspengabdiannya.

b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas proofesinya menjunjung tinggiharkat dan martabat
kemanusiaan yang yang utuh dan memelihara citra bidan
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman padaperan tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien,keluarga dan masyarakat

d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien. menghormati hak
klien, dan menghormati niulai – nilai yangberlaku dimasyarakat

e. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukankepentingan klien,


keluarga dan masyarakat denganj indentitas yangsama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kemampuan yang dimilikinya.

f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalamhubungan pelaksanaan


tugasnya, dengan mendorong partisipasimasyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya
secara optimal.

2. Kewajiban Terhadap Tugasnya

a. Setiap bidan senantiasa mwemberikan pelayanan paripurna terhadapklien, keluarga dan


masyarakat sesuai dengan kemampuan profesiyang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat

b. Setiap bidan berhal memberikan pertolongan dan mempunyaikewenangan dalam mengambil


keputusan mengadakan konsultasi danatau rujukan

c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat danatau dipercayakan
kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilanatau diperlukan sehubungan kepentingan klien

3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya

a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk


suasana kerja yang serasi
b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati
baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

4. kewajiban bidan terhadap profesinya

a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelatyanan yang bermutu kepada masyarakat

b. Setiap harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan


kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi

c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan


kegiatan sejenisnya yang dapat meniingkatkan mutu dan citra
profesinya

5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri

a. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dalam melaksanakan


tugas profesinya dengan baik

b. Setiap bidan harus berusaha secara terus – menerus untuk


meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

6. Kewajiban bidan terhadap pemerinytah nusa, bangsa dan tanah air

a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan


ketentuan – ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya
dalam palayanan KIA / KB dan kesehatan keluarga dan masyarakat

b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan


pemikirannya kepada pemerintahan untuk meningkatakan mutu
jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA / KB dan
kesehatan keluarga.

UU RI No.23 Thn.1992 Tentang Kesehatan

1. Bahwa kesehatan sebagai salah satu unsure kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai
dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945;

2. Bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan, yang besar
artinya bagi pembangunan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan sebagai modal
bagi pelaksanaan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia;

3. Bahwa dengan memperhatikan peranan kesehatan diatas, diperlukan upaya yang lenbih
memadai bagi peningkatan derajat kesehatan dan pembinaan penyelenggaraan upaya kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu;

4. Bahwa dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud butir b
dan butir c, beberapa undangundang dibidang kesehatan dipandang sudah tidak sesuai lagi
dengan kebutuhan dan tuntutan pembangunan kesehatan;

5. Bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, perlu ditetapkan Undang-undang tentang
Kesehatan;

Peraturan menteri kesehatan RI No. 161/menkes/per/1/2010 tentang registrasi tenaga kesehatan


yaitu tenaga kesehatan adalah seorang yang mengabdikan diri dalam bidang kesegaran serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan
Peraturan yang terbaru peraturan menkes RI No. 1464 /menkes/per/x/2010 tentang izin dan
pelanggaran :

a. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan


kesehatan baik promotof, prefentif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah
daerah dan/atau masyarakat.

c. Surat tanda registrasi, selanjutnya disingkat STR adalah bukti tetulis yang diberikan oleh
pemerintak kepada tenaga kesehatan yang diregistrasi setelah memiliki sertifikasi kopetensi.

d. Surat izin kerja bidan, selanjutnya disingkat SIKB adalah bukti tertulis yang diberikan kepada
bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk bekerja difasilitas pelayanan kesehatan.

e. Surat izin praktik bidan, selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik bidan mandiri.
f. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesi meliputi standar pelayanan standar pelayanan, standar profesi, dan standar operasional
profesi.

g. Praktik mandiri adalah praktik bidan swasta perorangan.

h. Organisasi profesi adalah Ikatan Bidan Indonesia (IBI).

TANGGUNG JAWAB HUKUM

1. Aspek Hukum Pidana


a. Asas Nullum Delictum :
Peristiwa pidana tidak akan ada, jika ketentuan pidana dalam undang- undang tidak ada terlebih
dahulu. (tidak bisa berlaku surut)
b. Prinsip dalam Hukum Pidana
b.1 Nulla poena sine lege
tidak ada hukuman, kalau tidak ada undang-undang
b.2 Nulla poena crimine
tidak ada hukuman, kalau tidak ada kejahatan
b.3 Nullum crimen sine poena legali
tidak ada kejahatan, kalau tidak ada hukuman yang berdasarkan undang-undang

c. Tindak Pidana meliputi :


c.1 Pelanggaran
bersifat ringan atau kecil, misalnya : Bidan praktek tidak mempunyai SIB dan SIPB,
memberikan pelayanan tidak sesuai dengan standar.
c.2 Kejahatan
bersifat berat dan besar, misalnya : pembunuhan, penganiayaan, penggelapan, pencurian,
pemalsuan, dll.

d. Unsur-Unsur yang harus dipenuhi dalam Tindak Pidana


d.1 harus dilakukan dengan sengaja (delik dolus)
d.2 dilakukan tidak dengan sengaja (delik culpa), yang berupa kelalaian berat, sangat tidak
berhati-hati, kesalahan serius, sembrono (culpa lata).
Kedua unsur diatas harus dibuktikan apakah seorang dokter atau bidan melakukan pelanggaran.

e. Alat bukti
Pasal 184 KUHAP, alat bukti yang sah adalah :
e.1 Keterangan saksi
e.2 Keterangan ahli
e.3 Surat
e.4 Petunjuk
e.5 Keterangan terdakwa
f. Sanksi pidana dalam Hukum Kesehatan
Sesuai dengan jenis dan tingkat pelanggarannya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku, misalnya :
f.1 KUHP
f.2 UU. No 23 th 1992 tentang Kesehatan
f.3 UU. No 4 th 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
f.4 UU. No 1 th 1962 tentang Karantina Laut
f.5 UU. No 2 th 1962 tentang Karantina Darat
f.6 UU. No 5 th 1997 tentang Psikotropika
f.7 UU. No 22 th 1997 tentang Narkotika

2. Aspek Hukum Perdata (Tanggung Gugat)


a. Ganti rugi
Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (pasal 55 UU. No 23 th
1992)
b. Prinsip dalam Hukum Perdata
b.1 harus ada gugatan
tanggung jawab dokter atau bidan baru timbul apabila seseorang mengajukan gugatan untuk
membayar ganti rugi atas dasar tindakan yang merugikan pasien.
b.2 Harus ada unsur wanprestasi (ingkar janji)
b.2.1 tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan
b.2.2 melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
b.2.3 melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan
b.2.4 melakukan sesuatu, yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan
(pasal 1371 dan 1365 KUH Perdata)
b.3 Harus ada unsur kelalaian
→ pasal 1366 KUH Perdata
c. Alat bukti
c.1 bukti tulisan
c.2 buktis saksi
c.3 persangkaan (dugaan)
c.4 pengakuan
c.5 sumpah

3. Aspek Hukum Administrasi


Bidan praktek dengan sengaja :
3.1 tanpa ijin
3.2 tidak mematuhi standar profesi
→ dipidana denda paling banyak Rp 10 juta
3.3 dan atau dicabut ijin prakteknya
(termasuk pelanggaran)

B. Tanggung Jawab Profesi


Pasal 53 ayat (2) UU. No 23 th 1992, mengatakan bahwa Tenaga Kesehatan (termasuk Bidan)
dalam melakukan tugasnya berkewajiban mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
Pekerjaan profesi kesehatan dilandasi oleh dua prinsip perilaku :
1. Kesungguhan untuk berbuat demi kebaikan pasien
2. Tidak ada niat untuk menyakiti, mencederai, dan merugikan pasien
Untuk mencegah pelanggaran etik profesi salah satu upaya dengan melakukan medical audit.
Dalam kebidanan digunakan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS) dan ditiap Kab/Kota
dibentuk tim AMP (Audit Maternal Perinatal) dengan tujuan untuk meningkatkan Mutu
Pelayanan KIA.

Anda mungkin juga menyukai