Makalah Kelompok 8 Kesmas
Makalah Kelompok 8 Kesmas
DI SUSUN OLEH
DOSEN PEMBIMBING:
DAHLIANA SKM.M.Kes
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “SISTEM
JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin.
03 Mei 2021
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………1
A.LATAR BALAKANG………………………………………………………………..1
B.RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………..1
C.TUJUAN ……………………………………………………………………………...1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………..2
D.Pembiayaan ..............................………………………………………………….…....9
E.Kepesertaan…………………………………………………………………..…9
A.KESIMPULAN……………………………………………………………………....12
B.SARAN…………………………………………………………………………….....12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah salah satu hak azasi manusia sehingga kesehatan merupakan
kewajiban pemerintah kepada warga negaranya terutama terhadap warga negara yang kurang
memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu karena pengaruh
ketidakmampuan secara ekonomi. Pada tahun 2000, untuk pertama kalinya kata-kata
“kesehatan” tercantum dalam UUD 1945 pada pasal 28H yang merupakan hasil amandemen
tahun 2000 “…setiap penduduk berhak atas pelayanan kesehatan”. Hal ini tentu saja
merupakan jaminan hak-hak kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan deklarasi
Hak Asasi Manusia oleh PBB pada tahun 1947
Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan
keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia,
termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia. Pasal 25 Ayat (1) Deklarasi menyatakan, setiap
orang berhak atas derajat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan
keluarganya termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta
pelayanan sosial yang diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita
sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang
mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya.
Di Indonesia, falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 juga mengakui hak asasi
warga atas kesehatan. Hak ini juga termaktub dalam UUD 45 pasal 28H dan pasal 34, dan
diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti dengan UU 36/2009 tentang Kesehatan.
Dalam UU 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai
kewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan social.
Untuk mengatasi hal itu, pada 2004, dikeluarkan Undang-Undang No.40 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini mengamanatkan bahwa jaminan sosial
wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 juga
menetapkan, Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) akan diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai 1 Januari
2014. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan
Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2012 tentang Penerima
Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan
Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Sistem
Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam
suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara.
Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang
saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai
penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut.
Kata "sistem" banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi
maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang
pula, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang paling umum, sebuah
sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka. Sistem meliputi:
Pengertian sistem informasi kesehatan adalah gabungan perangkat dan prosedur yang
digunakan untuk mengelola siklus informasi (mulai dari pengumpulan data sampai pemberian
umpan balik informasi) untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan. Sistem informasi kesehatan
merupakan suatu pengelolaan informasi diseluruh seluruh tingkat pemerintah secara
sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat.
Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya
dibayar oleh pemerintah. Jaminan ini disebut Jaminan Kesehatan Nasional karena semua
penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS
termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia dan telah
membayar iuran.(Kementerian Kesehatan RI, 2013)
Ada 2 (dua) manfaat Jaminan Kesehatan, yakni berupa pelayanan kesehatan dan Manfaat non
medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan
dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Pelayanan yang diberikan bersifat paripurna (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif)
tidak dipengaruhi oleh besarnya biaya premi bagi peserta. Promotif dan preventif yang
diberikan dalam konteks upaya kesehatan perorangan (personal care).
2. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan
HepatitisB (DPTHB), Polio, dan Campak.
3. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan tubektomi
bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana. Vaksin untuk imunisasi
dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
4. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko
penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu.
D. Pembiayaan
1. Pengertian
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh
Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan (pasal 16,
Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan).
Tarif Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka olehBPJS
Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkanjumlah peserta yang
terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlahpelayanan kesehatan yang diberikan.
Sedangkan Tarif Non Kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS
Kesehatankepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis dan
jumlahpelayanan kesehatan yang diberikan.
2. Pembayaran Iuran
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib membayar
iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan palinglambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan
kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat dilakukan diawal.
BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN sesuai dengan
Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran,
BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Kerja dan/atau Peserta
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya iuran. Kelebihan atau kekurangan
pembayaran iuran diperhitungkan dengan pembayaran Iuran bulan berikutnya.
E. Kepesertaan
Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan
di Indonesia, yang telah membayar Iuran. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain. Pemberi Kerja adalah orang
perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga
kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar
gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya. Peserta tersebut meliputi: Penerima Bantuan
Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI JKN dengan rincian sebagai berikut:
1. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang
tidak mampu.
2. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu yang terdiri atas:
2. Anggota TNI;
3. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;
5. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang menerima Upah.
3. Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga negara asing yang
bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
1. Investor;
2. Pemberi Kerja;
3. Penerima Pensiun;
4. Veteran;
6. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang mampu membayar
Iuran.
2. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
5. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada
huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak pensiun.
Syarat pendaftaran
2. Pemberi Kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan diri sebagai
Peserta kepada BPJS Kesehatan.
3. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan keluarganya sebagai Peserta
kepada BPJS Kesehatan.
5. Status kepesertaan akan hilang bila Peserta tidak membayar Iuran atau meninggal dunia.
6. Ketentuan lebih lanjut terhadap hal tersebut diatas, akan diatur oleh Peraturan BPJS.
F. Pelayanan
1. Jenis Pelayanan
Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN, yaitu berupa pelayanan
kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan ambulans (manfaat non medis).Ambulans
hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang
ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
2. Prosedur Pelayanan
3. Kompensasi Pelayanan
Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syarat guna
memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan
kompensasi, yang dapat berupa: penggantian uang tunai, pengiriman tenaga kesehatan atau
penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya digunakan untuk
biaya pelayanan kesehatan dan transportasi.
1. Prinsip Kegoto-groyongan.
Peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu
yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini
terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang
bulu. Dengan demikian, melalui prinsi pgotong-royong jaminan social dapat menumbuhkan
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Prinsip Nirlaba
Bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk
memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat
adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya
untuk kepentingan peserta.
Prinsip prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari
iuran peserta dan hasil pengembangannya.
5. PrinsipPortabilitas
Prinsip portabilitas jaminan social dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang
berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
6. PrinsipKepesertaanBersifatWajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat
terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap
disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan
penyelenggaraan program.Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang berkaitan dengan pelaksnaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:
Ada hubungan antar Stakeholder lembaga BPJS dengan Fasilitas Kesehatan. Pola kerja sama
BPJS dengan Fasilitas Kesehatan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor. 85 Tahun 2013.
Kerja sama dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas BPJS Kesehatan atau pelayanan
kepada peserta. Secara fungsional BPJS sebagai penjamin pelayanan kesehatan bagi
pesertanya dan fasilitas kesehatan salah satunya Rumah Sakit dan Puskesmas adalah
pelaksana pelayanan kesehatan. Di Kabupaten Bantul sebanyak 90 Fasilitas Kesehatan yang
bekerja sama dengan BPJS dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Sosialisasi BPJS terhadap peserta BPJS belum optimal dilihat dari edukasi
peserta BPJS yang ingin langsung berobat ke fasilitas tingkat lanjut dan peserta tidak
memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan.
B. Saran
kesehatan.
4. Pihak BPJS Kesehatan perlu menyederhanakan prosedur pelayanan
DAFTAR PUSTAKA
Edberg M., Buku Ajar Kesehatan Masyarakat : Teori Sosial dan Perilaku, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta 2007.
Kementerian Kesehatan RI, Buku Saku FAK BPJS Kesehatan, Sekretariat Jenderal,
Jakarta 2013.
Kementerian Kesehatan RI, Panduan Manajemen Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Menuju Kabupaten/ Kota Sehat, Direktorat Jenderal Binkesmas, Jakarta 2010.
Sarwono S., Sosiologi Kesehatan: Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta 2007.