Anda di halaman 1dari 17

SISTEM JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN

DI SUSUN OLEH

1. RIZKI DWI LESTARI


2. ROSSY FARITHA OCTARIANI
3. SEFTIANAH

DOSEN PEMBIMBING:

DAHLIANA SKM.M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PRODI DIII KEBIDANAN MUARA ENIM

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “SISTEM
JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin.

03 Mei 2021

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………….i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………1

A.LATAR BALAKANG………………………………………………………………..1

B.RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………..1

C.TUJUAN ……………………………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………..2

A.Pengertin defnisi sistem………………………………………………………………...3

B.Pengertian jaminan kesehatan nasional.....………………...…………………………..5

C.Manfaat jaminan kesehatan ……………………………………………………...…....6

D.Pembiayaan ..............................………………………………………………….…....9

E.Kepesertaan…………………………………………………………………..…9

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………..12

A.KESIMPULAN……………………………………………………………………....12

B.SARAN…………………………………………………………………………….....12

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kesehatan adalah salah satu hak azasi manusia sehingga kesehatan merupakan
kewajiban pemerintah kepada warga negaranya terutama terhadap warga negara yang kurang
memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu karena pengaruh
ketidakmampuan secara ekonomi. Pada tahun 2000, untuk pertama kalinya kata-kata
“kesehatan” tercantum dalam UUD 1945 pada pasal 28H yang merupakan hasil amandemen
tahun 2000 “…setiap penduduk berhak atas pelayanan kesehatan”. Hal ini tentu saja
merupakan jaminan hak-hak kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan deklarasi
Hak Asasi Manusia oleh PBB pada tahun 1947

Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan
keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia,
termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia. Pasal 25 Ayat (1) Deklarasi menyatakan, setiap
orang berhak atas derajat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan
keluarganya termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta
pelayanan sosial yang diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita
sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang
mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya.

Di Indonesia, falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 juga mengakui hak asasi
warga atas kesehatan. Hak ini juga termaktub dalam UUD 45 pasal 28H dan pasal 34, dan
diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti dengan UU 36/2009 tentang Kesehatan.
Dalam UU 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai
kewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan social.

Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi di atas, pemerintah bertanggung


jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) bagi kesehatan perorangan. Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah
dengan menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, diantaranya
adalah melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero) yang melayani antara lain
pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran, dan pegawai swasta. Untuk masyarakat
miskin dan tidak mampu, pemerintah memberikan jaminan melalui skema Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Namun
demikian, skema-skema tersebut masih terfragmentasi, terbagi- bagi. Biaya kesehatan dan
mutu pelayanan menjadi sulit terkendalI.

Untuk mengatasi hal itu, pada 2004, dikeluarkan Undang-Undang No.40 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini mengamanatkan bahwa jaminan sosial
wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 juga
menetapkan, Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) akan diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai 1 Januari
2014. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan
Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2012 tentang Penerima
Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan
Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional)

B.     Rumusan Masalah

1. Apa definisi sistem?


2. Apa pengertian Jaminan kesehatan Nasional ?
3. Apa manfaat system Jaminan Kesehatan Nasional?
4. Bagaimana system pembiayaan yang dilakukan terhadap Jaminan Kesehatan
Nasional ?
5. Bagaimana system pelayanan yang dilakukan terhadap Jaminan Kesehatan
Nasional?
6. Apa tujuan dan prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional ?

C.     Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi system


2. Untuk mengetahui pengertian jaminan kesehatan nasional
3. Untuk mengetahui manfaat dan tujuan jaminan kesehatan nasional
4. Untuk mengetahui system pembiayaan yang dilakukan terhadap Jaminan Kesehatan
Nasional
5. Untuk mengetahui system pelayanan yang dilakukan terhadap Jaminan Kesehatan
Nasional
6. Untuk mengetahui tujuan dan prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Sistem

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu


kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan
aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Istilah ini sering
dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model
matematika seringkali bisa dibuat.

Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam
suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara.
Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang
saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai
penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut.

Kata "sistem" banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi
maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang
pula, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang paling umum, sebuah
sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka. Sistem meliputi:

Sistem informasi kesehatan

Pengertian sistem informasi kesehatan adalah gabungan perangkat dan prosedur yang
digunakan untuk mengelola siklus informasi (mulai dari pengumpulan data sampai pemberian
umpan balik informasi) untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan. Sistem informasi kesehatan
merupakan suatu pengelolaan informasi diseluruh seluruh tingkat pemerintah secara
sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat.

Sistem Informasi Kesehatan (SIK)  adalah integrasi antara perangkat, prosedur  dan


kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis untuk
mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam
kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam literature lain menyebutkan bahwa
SIK adalah suatu sistem pengelolaan data dan informasi kesehatan di semua tingkat
pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
B.     Pengertian Jaminan kesehatan Nasional

Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya
dibayar oleh pemerintah. Jaminan ini disebut Jaminan Kesehatan Nasional karena semua
penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS
termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia dan telah
membayar iuran.(Kementerian Kesehatan RI, 2013)

Jaminan Kesehatan Nasional merupakan pola pembiayaan pra-upaya, artinya pembiayaan


kesehatan yang dikeluarkan sebelum atau tidak dalam kondisi sakit. Pola pembiayaan pra-
upaya menganut hukum jumlah besar dan perangkuman risiko. Supaya risiko dapat
disebarkan secara luas dan direduksi secara efektif, maka pola pembiayaan ini membutuhkan
jumlah besar peserta. Oleh karena itu, pada pelaksanaannya, Jaminan Kesehatan Nasional
mewajibkan seluruh penduduk Indonesia menjadi peserta agar hukum jumlah besar tersebut
dapat dipenuhi. Perangkuman risiko terjadi ketika sejumlah individu yang berisiko sepakat
untuk menghimpun risiko kerugian dengan tujuan mengurangi beban (termasuk biaya
kerugiam/klaim) yang harus ditanggung masing-masing individu.(Azwar, 1996; Murti, 2000).

C.     Manfaat jaminan Kesehatan

Ada 2 (dua) manfaat Jaminan Kesehatan, yakni berupa pelayanan kesehatan dan Manfaat non
medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan
dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Pelayanan yang diberikan bersifat paripurna (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif)
tidak dipengaruhi oleh besarnya biaya premi bagi peserta. Promotif dan preventif yang
diberikan dalam konteks upaya kesehatan perorangan (personal care).

Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:

1.      Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai


pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.

2.      Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan
HepatitisB (DPTHB), Polio, dan Campak.
3.      Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan tubektomi
bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana. Vaksin untuk imunisasi
dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

4.      Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko
penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu.

D.    Pembiayaan

1.      Pengertian

Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh
Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan (pasal 16,
Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan).

Tarif Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka olehBPJS
Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkanjumlah peserta yang
terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlahpelayanan kesehatan yang diberikan.
Sedangkan Tarif Non Kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS
Kesehatankepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis dan
jumlahpelayanan kesehatan yang diberikan.

Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA-


CBG’sadalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepadapengelompokan diagnosis
penyakit.

2.      Pembayaran Iuran

Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan


persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu
(bukan penerima upah dan PBI). Setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari
pekerjanya, menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan
membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala (paling
lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka
iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN
dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang
tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja.

Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib membayar
iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan palinglambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan
kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat dilakukan diawal.

BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN sesuai dengan
Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran,
BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Kerja dan/atau Peserta
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya iuran. Kelebihan atau kekurangan
pembayaran iuran diperhitungkan dengan pembayaran Iuran bulan berikutnya.

Iuran premi kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan


pekerjainformal. Besaran iuran bagi pekerja bukan penerima upah itu adalah Rp25.500 per
bulan untuk layanan rawat inap kelas III, Rp42.500 untuk kelas II dan Rp59.500 untuk kelas
I.

E.     Kepesertaan

Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan
di Indonesia, yang telah membayar Iuran. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain. Pemberi Kerja adalah orang
perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga
kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar
gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya. Peserta tersebut meliputi: Penerima Bantuan
Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI JKN dengan rincian sebagai berikut:

1.      Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang
tidak mampu.

2.      Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu yang terdiri atas:

a.       Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:

1.      Pegawai Negeri Sipil;

2.      Anggota TNI;
3.      Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;

4.      Pegawai Swasta; dan

5.      Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang menerima Upah.

b.      Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:

1.      Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan

2.      Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.

3.      Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga negara asing yang
bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

c.       Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:

1.      Investor;

2.      Pemberi Kerja;

3.      Penerima Pensiun;

4.      Veteran;

5.      Perintis Kemerdekaan; dan

6.      Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang mampu membayar
Iuran.

d.      Penerima pensiun terdiri atas:

1.      Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;

2.      Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;

3.      Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;

4.      Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c; dan

5.      Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada
huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak pensiun.

Syarat pendaftaran

Syarat pendaftaran akan diatur kemudian dalam peraturan BPJS.


ü     Lokasi pendaftaran

Pendaftaran Peserta dilakukan di kantor BPJS terdekat/setempat.

ü     Prosedur pendaftaran Peserta

1.      Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.

2.      Pemberi Kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan diri sebagai
Peserta kepada BPJS Kesehatan.

3.      Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan keluarganya sebagai Peserta
kepada BPJS Kesehatan.

ü     Masa berlaku kepesertaan

4.      Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku selama yang bersangkutan membayar


Iuran sesuai dengan kelompok peserta.

5.      Status kepesertaan akan hilang bila Peserta tidak membayar Iuran atau meninggal dunia.

6.      Ketentuan lebih lanjut terhadap hal tersebut diatas, akan diatur oleh Peraturan BPJS.

F.      Pelayanan

1.       Jenis Pelayanan

Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN, yaitu berupa pelayanan
kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan ambulans (manfaat non medis).Ambulans
hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang
ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

2.       Prosedur Pelayanan

Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus memperoleh pelayanan


kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama. Bila Peserta memerlukan pelayanan
kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan medis.

3.       Kompensasi Pelayanan

Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syarat guna
memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan
kompensasi, yang dapat berupa: penggantian uang tunai, pengiriman tenaga kesehatan atau
penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya digunakan untuk
biaya pelayanan kesehatan dan transportasi.

G.    Tujuan dan prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional

Tujuan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bertujuan agar semua  penduduk


terlindungi dalam system asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan masyarakat yang layak. Dalam rangka :

1.      Memberikan  kemudahan  dan  akses  pelayanan  kesehatan  kepada peserta di seluruh


jaringan fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

2.      Mendorong  peningkatan  pelayanan  kesehatan kepada peserta secara menyeluruh,


terstandar, dengan system pengelolaan yang terkendali mutu dan biaya.

3.      Terselenggaranya   pengelolaan   keuangan   yang   transparan   dana kuntabel. 

Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mengacup pada prinsip-


prinsip:

1.      Prinsip  Kegoto-groyongan.

Peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu
yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini
terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang
bulu. Dengan demikian, melalui prinsi pgotong-royong jaminan social dapat menumbuhkan
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.       Prinsip Nirlaba

Bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk
memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat
adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya
untuk kepentingan peserta.

4.      Prinsip  Keterbukaan, Kehati-Hatian,  Akuntabilitas, Efisiensi, Dan Efektivitas 

Prinsip prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari
iuran peserta dan hasil pengembangannya.

5.      PrinsipPortabilitas
Prinsip portabilitas jaminan social dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang
berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6.      PrinsipKepesertaanBersifatWajib

Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat
terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap
disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan
penyelenggaraan program.Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang berkaitan dengan pelaksnaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:
Ada hubungan antar Stakeholder lembaga BPJS dengan Fasilitas Kesehatan. Pola kerja sama
BPJS dengan Fasilitas Kesehatan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor. 85 Tahun 2013.
Kerja sama dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas BPJS Kesehatan atau pelayanan
kepada peserta. Secara fungsional BPJS sebagai penjamin pelayanan kesehatan bagi
pesertanya dan fasilitas kesehatan salah satunya Rumah Sakit dan Puskesmas adalah
pelaksana pelayanan kesehatan. Di Kabupaten Bantul sebanyak 90 Fasilitas Kesehatan yang
bekerja sama dengan BPJS dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Sosialisasi BPJS terhadap peserta BPJS belum optimal dilihat dari edukasi
peserta BPJS yang ingin langsung berobat ke fasilitas tingkat lanjut dan peserta tidak
memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan.

B. Saran

1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) perlu adanya sosialisi

lebih inten kepada peserta BPJS Kesehatan.

2. Kordinasi antar lembaga BPJS Kesehatan dengan Fasiltas Kesehatan

dalam keselarasan pelaksanaan pelayanan kesehatan.

3. Model pembiayaan saat ini dianggap idel, namun perlu ditinjau

kembali terkait kontribusi BPJS terhadap pemberi pelayanan

kesehatan.
4. Pihak BPJS Kesehatan perlu menyederhanakan prosedur pelayanan

dari fasilitas tingkat pertama ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

            Azwar, Azrul, Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta 1996.

            Edberg M., Buku Ajar Kesehatan Masyarakat : Teori Sosial dan Perilaku, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta 2007.

            Kementerian Kesehatan RI, Buku Saku FAK BPJS Kesehatan, Sekretariat Jenderal,
Jakarta 2013.
            Kementerian Kesehatan RI, Panduan Manajemen Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Menuju Kabupaten/ Kota Sehat, Direktorat Jenderal Binkesmas, Jakarta 2010.

            Mukti A.G., Moertjahjo, Sistem Jaminan Kesehatan : Konsep Desentralisasi


Terintegrasi, PT KHM, Yogyakarta 2008.

            Murti B., Dasar-Dasar Asuransi Kesehatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta 2000.

Sarwono S., Sosiologi Kesehatan: Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta 2007.

            Muzaham F., Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan, Penerbit Universitas Indonesia,


Jakarta 2007.

Anda mungkin juga menyukai