Anda di halaman 1dari 2

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumatera selatan merupakan daerah penghasil komoditas kelapa sawit
terbesar di Indonesia. Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) Indonesia, luas perkebunan kelapa sawit di Sumatra Selatan selalu
mengalami peningkatan pada tahun 2018 terdapat seluas 1.137.642 hektar, tahun
2019 seluas 1.178.104 hektar dan tahun 2020 seluas 1.196.915 hektar.
Peningkatan luas perkebunan ini menyebabkan meningkatnya produksi kelapa
sawit di Sumatra Selatan. Menurut data dari Direktorat jenderal Perkebunan, pada
tahun 2019, Provinsi Sumatera Selatan meproduksi 4.075.635 kelapa sawit.
Angka tersebut meningkat 7,1 % pada tahun 2020, yakni mencapai 4.365.004
kelapa sawit.
Meningkatnya produksi kelapa sawit ini memiliki dampak buruk bagi
lingkungan yaitu meningkatnya limbah yang dapat merusak lingkungan. Salah
satu limbah yang berasal dari produksi kelapa sawit adalah TKKS (Tandan
Kosong Kelapa Sawit). Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah terbesar
yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit. Jumlah tandan kosong mencapai
30-35 % dari berat tandan buah segar setiap pemanenan (Hambali, dkk. 2007).
Setiap pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah Segar) akan dihasilkan TKKS
(Tandan Kosong Kelapa Sawit) sebanyak 22–23% TKKS (Tandan Kosong
Kelapa Sawit) atau sebanyak 220–230 kg. Namun hingga saat ini, pemanfaatan
limbah tandan kosong kelapa sawit belum digunakan secara optimal. Tandan
Kosong Kelapa Sawit (TKKS) hanya dijadikan pakan ternak dan selebihnya
dibiarkan membusuk.
Komponen utama limbah pada kelapa sawit ialah selulosa dan lignin,
sehingga limbah ini disebut sebagai limbah lignoselulosa (komponen utama
tumbuhan) (Darnoko, 1993). Dari komponen utama tersebut TKKS (Tandan
Kosong Kelapa Sawit) memiliki potensi untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan
dasar pembuatan papan partikel.
Papan partikel adalah salah satu jenis kayu pabrikan. Papan partikel dibuat
dari potongan-potongan kayu kecil (limbah kayu) maupun dari bahan
berlignoselulosa lainnya, yang diikat dengan perekat kemudian dikempa panas
(Budiaman, dkk. 2005). Papan partikel dapat menjadi salah satu alternatif
pemenuhan kebutuhan kayu yang semakin meningkat sementara pasokan kayu
dari alam semakin berkurang. Permasalahan lain yang dihadapi masyarakat
adalah seringnya terjadi peristiwa kebakaran. Hampir setiap hari terjadi peristiwa
kebakaran. Kebakaran banyak menyebabkan kerugian bagi pemerintah dan
masyarakat. Kebakaran dapat diatasi dengan produk yang mempunyai sifat tahan
api. Salah satu senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai penghambat api
adalah natrium silikat.
Papan partikel tahan api merupakan solusi dari semua permasalahan diatas.
Papan partikel ini menggunakan bahan dasar TKKS (Tandan Kosong Kelapa
Sawit) dan memanfaatkan natrium silikat sebagai senyawa penghambat api.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses pembuatan papan partikel dari TKKS (Tandan Kosong
Kelapa Sawit)?
2. Bagaimana cara memanfaatkan natrium silikat untuk membuat papan partikel
tahan api dari TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit)?
3. Bagaimana efektivitas papan partikel tahan api dari TKKS (Tandan Kosong
Kelapa Sawit)?

1.3 Tujuan
1. Menjadikan TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) sebagai bahan dasar
pembuatan papan partikel.
2. Menjadikan papan partikel dari TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit)
memiliki sifat tahan api dengan memanfaatkan Natrium Silikat.
3. Upaya pencegahan peristiwa kebakaran.

1.4 Kegunaan
1. Memanfaatkan limbah TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) yang tidak
terpakai menjadi suatu produk yang memiliki daya guna.
2. Sebagai bahan baku alternatif mengganti kayu.

1.5 Luaran
1. Laporan kemajuan.
2. Laporan akhir.
3. Jurnal ilmiah tentang proses pembuatan papan partikel tahan api dari limbah
TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit).
4. Produk berupa papan partikel tahan api.

Anda mungkin juga menyukai