T DENGAN ASMA
Disusun Oleh :
2020/2021
A. KONSEP LANSIA
1. Definisi
memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2016). Lansia
atau lanjut usia adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu
periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Sarwono, 2015).
Lanjut usia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, manusia tidak secara
tiba-tiba menjadi tua, perkembangan di mulai bayi, dewasa, dan menjadi tua. Lansia
adalah proses alami yang ditentukan tuhan. Semua orang akan mengalami menjadi tua
dan akan terjadi kemunduran fisik, sosial,metal secara bertahap (Azizah, 2011).
Menurut WHO dalam Azizah (2011), ada empat tahapan usia, yaitu:
Menurut Depkes RI (2013) batasan usia lansia dibagi menjadi tiga katagori, yaitu:
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau atau lebih dengan masalah
kesehatan.
d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang
e. Lansia tidak potensial, merupakan lansia yang tidak berdaya untuk mencari mafkah
Menurut Pangkahila (2007) tahapan proses penuaan dibagi menjadi tiga tahapan
sebagai berikut:
Pada tahap ini, sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun, yaitu
hormon testosteron, growth hormon dan hormon estrogen. Pembentukan radikal bebas
dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh. Kerusakan ini biasanya tidak
tampak dari luar, karena itu pada usia ini dianggap usia muda dan normal.
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25%. Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahunnya. Pada tahap ini orang mulai merasa tidak muda
lagi dan tampak lebih tua. Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak ekspresi
Pada tahap ini penurunan kadar hormone terus berlanjut. Pada tahap ini
mengalami kegagalan.
4. Karakteristik Lansia
Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017), Darmojo & Martono (2006) yaitu :
a. Usia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lansia adalah
b. Jenis kelamin
Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya,
ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan.
c. Status pernikahan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk lansia ditilik dari
status perkawinannya sebagian besar berstatus kawin (60 %) dan cerai mati (37 %).
Adapun perinciannya yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04
%dari keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang berstatus kawin ada
82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan
yangberstatus cerai mati lebih banyak dan lansia laki-laki yang bercerai umumnya
kawin lagi.
d. Pekerjaan
Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usiasehat berkualitas adalah proses
penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial dan mental sehingga dapat tetap sejahtera
sepanjang hidup dan tetap berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kemenkes
RI 2016 sumber dana lansia sebagian besar pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%)
e. Pendidikan terakhir
lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan sangat sedikit yang bekerja sebagai
f. Kondisi kesehatan
Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016) merupakan
salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk.
semakin baik.Angka kesehatan penduduk lansia tahun 2014 sebesar 25,05%, artinya
bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 25 orang di antaranya mengalami sakit.
Penyakit terbanyak adalah penyakit tidak menular (PTM) antar lain hipertensi, artritis,
a. Kesepian
bahwa lansia rentan sekali mengalami kesepian. Kesepian yang dialami dapat berupa
kesepian pada lansia diantaranya: merasa tidak adanya figur kasih sayang yang
diterima seperti dari suami atau istri, dan atau anaknya; kehilangan integrasi secara
sosial atau tidak terintegrasi dalam suatu komunikasi seperti yang dapat diberikan oleh
sekumpulan teman, atau masyarakat di lingkungan sekitar. Hal itu disebabkan karena
mengalami perubahan situasi, yaitu ditinggal wafat pasangan hidup (suami atau istri),
Terdapat 2 tipe lansia yang memandang kematian. Tipe pertama lansia yang
cemas ringan hingga sedang dalam menghadapi kematian ternyata memiliki tingkat
religiusitas yang cukup tinggi. Sementara tipe yang kedua adalah lansia yang cemas
berat menghadapi kematian dikarenakan takut akan kematian itu sendiri, takut mati
karena banyak tujuan hidup yang belum tercapai, juga merasa cemas karena sendirian
dan tidak akan ada yang menolong saat sekarat nantinya (Ermawati dan Sudarji,
2013).
c. Depresi
terjadinya depresi lansia adalah jenis kelamin, status perkawinan, dan rendahnya
dukungan sosial.
B. KONSEP ASMA
1. Definisi
Asma merupakan gangguan radang kronik pada saluran napas. Saluran napas
yang mengalami radang kronik bersifat peka terhadap rangsangan tertentu, sehingga
apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran
radang. Dari proses radang tersebut dapat timbul gejala sesak nafas dan mengi (Almazini,
2012). Sedangkan menurut Wahid dan Suprapto (2013) Asma adalah suatu penyakit
faktor risiko tertentu. Penyempitan ini bersifat sementara serta menimbulkan gejala sesak
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sudah terdapat semenjak
anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari, bulu halus, binatang dan debu.
b. Asma instrinsik / idopatik Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas,
tetapi adanya faktor-faktor non spesifik seperti : flu, latihan fisik, kecemasan atau
emosi sering memicu serangan asma. Asma ini sering muncul sesudah usia 40tahun
a. Tahap I : Intermitten
mungkin dibutuhkan.
1. Gejala harian
5. PEV atay FEV1 : > 60% - < 80% dari prediksi Variabilitas > 30%
1. Gejala terus-menerus
4. Faktor Risiko
a. Genetik Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat alergi
ini penderita sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar dengan faktor pencetus.
a. Alergen
Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi menjadi tiga, yaitu: 1)
Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk
bunga, bakteri, dan polusi. 2) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan
obat-obatan tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan sebagainya.
3) Kontaktan, seperti perhiasan, logam, jam tangan, dan aksesoris lainnya yang
b. Perubahan
cuaca Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma, perubahan
c. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15% klien asma.
Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi lalu lintas, penyapu jalanan.
d. Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila sedang bekerja
e. Stres
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain itu juga
dapat memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma harus
segera diobati penderita asma yang mengalami stres harus diberi nasehat untuk
5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma menurut Halim Danokusumo
a. Stadium Dini
2. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
2. Wheezing
b. Stadium lanjut/kronik
1. Batuk, ronchi
7. Sianosis
paru
6. Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh
satu atau lebih dari konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang menyempitkan
jalan nafas, atau pembengkakan membran yang melapisi bronkhi, atau penghisap bronkhi
dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronkhial dan kelenjar mukosa
membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi,
dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan
ini belum diketahui, tetapi ada yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap
lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast
dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan
histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi
lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos
dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membaran mukosa
Sistem saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impuls
saraf vagal melalui sistem parasimpatis, Asma idiopatik atau nonalergik, ketika ujung
saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok,
emosi dan polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin
mediator kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi
Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam
mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor beta
mediator kimiawi dan menyababkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa
penyekatan βadrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik rentan
terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos (Wijaya dan
Putri, 2014).
7. Pemeriksaan penunjang
c. Pemeriksaan sputum
e. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen
dengan oksigenasi.
8. Komplikasi
1. Pneumothorak
3. Atelektasis
4. Aspirasi
9. Penatalaksanaan
2. Mencegah kekambuhan
3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
4. Mukolitin BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih.
1. Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan lanjut usia adalah suatu kegiatan proses keperawatan yang
kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual, menganalisis masalah yang muncul dan
d. Riwayat lingkungan hidup berisi tipe tempat tinggal, kondisi tempat tinggal.
dilakukan keluarga.
imunisasi, riwayat alergi, hasil vital sign, hasil cek GDS dan hasil cek asam urat.
psikologis.
j. Tinjauan sistem berisi tentang keadaan umum, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital,
ekstremitas atas dan bawah, sistem imun, genetalia, reproduksi, persarafan dan
pengecapan.
l. Data penunjang berisi berisi hasil Laboratorim, radiologi, EKG, USG, CT-Scan, dan
lain-lain.
2. Diagnosa Keperawatan
potensial pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan
berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan potensial pasien didapatkan dari
data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis pasien masa lalu,
dan konsultasi dengan profesi lain, yang kesemuanya dikumpulkan selama pengkajian
pengobatan.
menerapkan pola hidup sehat dan minum obat teratur untuk mencegah penyakit.
3. Intervensi Keperawatan
meletakkan pusat tujuan pada pasien, menetapkan hasil yang ingin dicapai, dan memilih
4. Impelementasi
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Perry, 2010).
5. Evaluasi
Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu
Naga, S. Sholeh. (2012). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta: Diva Press