Anda di halaman 1dari 8

UJIAN AKHIR SEMSTER

MATA KULIAH PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Jam Ujian : Jam 12.50 WITA s/d 14.00


Tempat Ujian Online
Dosen : Dr. Nina Bariroh, ST., MT.
: Dr. Alifi Yunar, ST., MT.
Nama MHS : Dina Fitrah Sari Bidu_F11118026

Bobot NILAI 10%


a. Apa permasalahan utama sumber daya air di Indonesia ? (Minimal 50 kata)
Bobot NILAI 10%
b. Dalam praktik sehari-hari, sumber air irigasi dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, jelaskan.
(Minimal 50 kata)

c. Apa yang dimaksud dengan siklus hidrologi ? (Minimal 50 kata) Bobot NILAI 10%

d. Bagaimana proses pembentukan hujan ? (Minimal 50 kata) Bobot NILAI 10%

e. Jelaskan 3 faktor utama pembentukan hujan ! (Minimal 50 kata) Bobot NILAI 10%
v
f. Sebutkan jenis-jenis hujan yang umumnya terbentuk di daerah tropis! (Minimal 50 kata)
Bobot NILAI 10%

g. Jelaskan cara perhitungan curah hujan ! (Minimal 50 kata) Bobot NILAI 10%

h. Jelaskan apa yang dimaksud dengan intensitas curah hujan ! (Minimal 50 kata) Bobot NILAI
10%

i. Apa yang dimaksud dengan sungai ? (Minimal 50 kata) Bobot NILAI 10%

j. Sebutkan pla-pola aliran pada sungai ! (Minimal 50 kata) Bobot NILAI 10%
a. Ada 4 pokok permasalahan sumber daya air di Indonesia yaitu :
1. KETAHANAN PANGAN
 Indonesia masih menjadi negara pengimport beras.
 Alih fungsi lahan beririgasi teknis rata-rata 40.000 ha per tahun, bahkan dalam
periode 2001 s/d 2003 tercatat 610.590 ha.
 Yang terjamin melalui waduk hanya 80.000 ha, selebihnya sangat rentan terhadap
kekeringan dan banjir.
 Kegagalan panen akibat kekeringan dan banjir di Indonesia, rata-rata 90 ha per tahun.
 Kemarau panjang tahun 1991, 1994 dan 1997 mengakibatkan import beras 4,5 juta
ton.
 Kebutuhan OP jaringan irigasi hanya dapat terpenuhi sekitar 40 % – 50 % dari
AKNOP.
2. PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK RUMAH TANGGA
 Meskipun rata-rata ketersediaan air per kapita Indonesia 15.500 m3/kapita/tahun,
tetapi tidak merata di setiap waktu dan wilayah.
 Peningkatan kebutuhan air baku per tahun akibat pertambahan jumlah penduduk.
 Pulau Jawa yang luasnya hanya 7 % daratan Indonesia harus menopang 65 % jumlah
penduduk Indonesia, padahal di pulau ini hanya tersedia 4,5 % potensi air tawar
nasional.
 Indeks Penggunaan Air (IPA) WS Ciliwung-Cisadane melampaui 1,20 (129,4 %)
pada tahun 1995.
 Ketersediaan air sepanjang tahun sangat fluktuatif, misal : Q Cimanuk musim
hujan=600 m3/s, Q musim kemarau=20 m3/s.
 Pencemaran sumber air permukaan di berbagai wilayah perkotaan.
 Terbatasnya prasarana pengelolaan air baku, jaringan distribusi air minum
mengakibatkan terbatasnya daerah yang dapat dilayani.
3. KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
 Meluasnya lahan kritis (13,1 jt Ha pada tahun 1992, kini sudah mencapai > 18,5 Jt
Ha).
 Kerusakan hutan rata-rata saat ini 1,6 jt Ha.
 Meningkatnya sebaran DAS kritis (22 DAS kritis pada tahun 1984, menjadi 39 DAS
pada tahun 1992, meningkat menjadi 62 DAS pada tahun 1998).
 Pencemaran sungai di Jawa, Sumatra dan Kalimantan.
 Degredasi sungai akibat penambangan galian C di Jabar, Banten, Jateng, Bali, NTB
dan Sumbar.
 Penyusutan luasan perairan danau, rawa, sungai dan telaga akibat pendangkalan,
gulma, alih fungsi kawasan lindung, buangan bahan tambang.
 Penyusutan luas daerah resapan air akibat pengembangan permukiman, perindustrian,
serta pemekaran wilayah administrasi.
4. BANJIR
 Dari 5590 sungai induk tercatat 10 % diantaranya sering mengalami banjir.
 Frekuensi dan penyebaran daerah rawan banjir semakin meningkat akibat perubahan
iklim global kerusakan DAS, alih fungsi lahan pada kawasan resapan air dan daerah
penampung banjir.
 Dari sekitar 1,4 Jt Ha daerah rawan banjir, baru sekitar 30% yang tersentuh
penanganan.
 Rencana penanganannya lebih banyak yang bersifat parsial. Kegiatan yang ditangani
pun lebih dominan pada solusi yang bersifat symptomatic (menangani gejalanya :
tanggul, sudetan, kanalisasi).
 Penanganan yang bersifat symptomatic (penanganan gejala) dipresepsi secara keliru
terutama oleh masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir.
 Pembangunan prasarana pengendali banjir kurang memperhatikan kapasitas
penyediaan dan OP prasarana yang dibangun.

b. Dalam praktik sehari-hari sumber air dalam irigasi dapat digolongkan dalam 3 (tiga
golongan, yaitu, (1) mata air, (2) Air tanah, dan (3) Air sungai.
 Mata air adalah air yang terdapat di dalam tanah, seperti sumur, air artesis, dan air tanah.
Air tersebut banyak mengandung zat terlarut sehingga mineral bahan makan tanaman
sangat kurang dan pada umumnya konstan.
 Air sungai yaitu air yang terdapat di atas permukaan tanah. Air tersebut banyak
mengandung lumpur yang mengandung mineral sebagai bahan makan makanan, sehingga
sangat baik untuk pemupukan dan juga suhunya lebih rendah daripada suhu atmosfer. Air
sungai ini berasal dari dua macam sungai, yaitu sungai kecil yang debit airnya berubah-
ubah dan sungai besar.
 Air Waduk, yaitu air yang terdapat di permukaan tanah, seperti pada sungai. Air waduk
di sisni dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu waduk alami dan waduk buatan
manusia. Air waduk juga dibedakan menjadi dua macam menurut keuntungan yang
diperoleh, yaitu waduk multi purpose atau waduk dengan keuntungan yang diperoleh
lebih dari satu.

c. Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer
ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui proses kondensasi, presipitasi, evaporasi dan
transpirasi. Hidrologi merupakan bidang ilmu yang berkaitan dengan siklus air, berkaitan
dengan asal, distribusi, dan sifat air. Siklus hidrologi adalah perputaran air yang tidak pernah
berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali lagi ke atmosfir melalui serangkaian proses
seperti, evaporasi transpirasi, kondensasi dan turun sebagai hujan dipermukaan bumi mengisi
tanah dan cekungan dipermukaan bumi. Kemudian menjadi sumber air yang diperlukan
dalam kehidupan.

d. Proses terjadinya hujan diawali ketika sejumlah uap air di atmosfer bergerak ke tempat yang
lebih tinggi oleh adanya perbedaan tekanan uap air. Uap air bergerak dari tempat dengan
tekanan uap air lebih tinggi ke tempat dengan tekanan uap air lebih rendah di atmosfer. Uap
air yang bergerak tersebut pada ketinggian tertentu akan mengalami penjenuhan dan jika
diikuti dengan terjadinya kondensasi, maka uap air tersebut akan berubah bentuk menjadi
butiran-butiran air hujan.

e. Proses berlangsungnya pembentukan hujan melibatkan tiga faktor utama, yaitu:


 Kenaikan masa uap air ke tempat yang lebih atas sampai saatnya atmosfer menjadi jenuh.
 Terjadi kondensasi atas partikel-partikel uap air kecil di atmosfer.
 Partikel-partikel uap air tersebut bertambah besar sejalan dengan waktu untuk kemudian
jatuh ke bumi dan permukaan laut karena gaya gravitasi.

f. Berdasarkan proses pembentukan hujan yang umum dijumpai di daerah tropis dapat
dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu
(1) hujan konvektif
Hujan konveksi atau hujan zenithal adalah hujan yang terjadi karena udara yang
mengandung uap air naik secara vertikal (konveksi). Udara naik karena adanya
pemanasan. Udara yang naik itu kemudian mengalami penurunan suhu.
(2) hujan frontal
Hujan frontal adalah hujan yang terjadi karena adanya pertemuan antara massa udara
panas dengan massa udara dingin.
(3) hujan orografik
Hujan orografis adalah hujan yang terjadi karena udara yang mengandung uap air
terhalang oleh pegunungan. Gerak yang terhalang itu membuat udara naik ke lereng
pegunungan. Akibatnya, suhu udara menjadi dingin. Udara terus naik. Sampai di
ketinggian tertentu, barulah terjadi proses kondensasi atau pengembunan dan
terbentuklah awan. Selanjutnya terjadi hujan.

g. Perhitungan curah hujan dapat dilakukan untuk waktu harian, bulanan, dan tahunan pada
suatu tempat dapat digunakan tiga cara, yaitu,
(1) rata-rata aritmatik
Metode ini menggunakan perhitungan curah hujan wilayah dengan merata-ratakan semua
jumlah curah hujan yang ada pada wilayah tersebut. Metode rata-rata aritamatik ini
adalah cara yang paling mudah diantara cara lainnya (poligon dan isohet). Digunakan
khususnya untuk daerah seragam dengan variasi CH kecil. Cara ini dilakukan dengan
mengukur serempak untuk lama waktu tertentu dari semua alat penakar dan dijumlahkan
seluruhnya. Kemudian hasil penjumlahannya dibagi dengan jumlah penakar hujan maka
akan dihasilkan rata-rata curah hujan di daerah tersebut. Menurut Sosrodarsono (2003),
secara matimatik ditulis persamaan sebagai berikut :
Rave = R1 + R2 + R3+……..Rn
n
Di mana :
Rave = curah hujan rata-rata (mm)
n = jumlah stasiun pengukuran hujan
R1….Rn = besarnya curah hujan pada masing-masing stasiun (mm)
(2) poligon Thiessen
Rata-rata terbobot (weighted average), masing-masing stasiun hujan ditentukan luas
daerah pengaruhnya berdasarkan poligon yang dibentuk (menggambarkan garis-garis
sumbu pada garis-garis penghubung antara dua stasion hujan yang berdekatan). Cara ini
diperoleh dengan membuat poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis
penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian tiap stasiun penakar Rn akan terletak
pada suatu poligon tertentu An. Dengan menghitung perbandingan luas untuk setiap
stasiun yang besarnya = An/A, dimana A adalah luas daerah penampungan atau
jumlah Cara ini untuk daerah yang tidak seragam dan variasi CH besarSosrodarsono
(2003). Menurut Shaw (1985) dalam Mahbub, (2002) cara ini tidak cocok untuk daerah
bergunung dengan intensitas CH tinggi. Dilakukan dengan membagi suatu wilayah
(luasnya A) ke dalam beberapa daerah-daerah membentuk poligon (luas masing-masing
daerah ai). Menurut Sosrodarsono (2003), secara matimatik ditulis persamaan sebagai
berikut :
Rata-rata CH = R1(a1/A) + R2(a2/A) + R3(a3/A) + . . . + Rn(ai/A)
dimana R = jumlah curah hujan pada penakar/stasiun di daerah a
(3) isohyet.
Metode isohyet merupakan metode yang paling teliti untuk menghitung kedalaman hujan
rata- rata di suatu luas wilayah tertentu.

h. Intensitas hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu. Untuk mendapatkan nilai intensitas
hujan di suatu tempat maka alat penakar hujan yang digunakan harus mampu mencatat
besarya volume hujan dan waktu mulai berlangsungnya hujan sampai hujan tersebut berhenti.
Dalam hal ini alat penakar hujan yang dapat dimanfaatkan adalah alat penakar hujan
otomatis. Alat penakar hujan standar juga dapat digunakan asal waktu selama hujan
berlangsung diketahui. Intensitas hujan atau jumlah hujan per satuan waktu biasa dinyatakan
dalam satuan milimeter per jam.

i. Sungai (disebut juga sebagai kali atau bengawan; bahasa Inggris: river) adalah aliran air di
permukaan yang besar dan berbentuk memanjang yang mengalir secara terus-menerus
dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan tempat mengalirnya air
secara grafitasi menuju ke tempat yang lebih rendah, Sungai juga merupakan salah satu
wadah tempat berkumpulnya air dari suatu kawasan. Apabila aktivitas manusia yang berada
di sekitar aliran sungai tidak diimbangi dengan kesadaran melestarikan lingkungan sungai,
maka kualitas air sungai akan buruk. Tetapi jika sebaliknya aktivitas manusia diimbangi oleh
kesadaran menjaga lingkungan sungai, maka kualitas air sungai akan relatif baik. Arah aliran
sungai sesuai dengan sifat air mulai dari tempat yang tinggi ke tempat rendah. Sungai
bermula dari gunung atau dataran tinggi menuju ke danau atau lautan. Sungai merupakan
salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari
presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara
tertentu juga berasal dari lelehan es/salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan
polutan.

j. Pola aliran sungai yang terdapat antara lain :


(1) radial,
Pola aliran radial sentrifugal adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar
secara sentrifugal dari suatu titik ketinggian, seperti puncak gunung api atau bukit intrusi.
Bentangalam kubah (domes) dan laccolith juga menghasilkan pola aliran radial.
(2) rectangular,
Pola rectangular adalah pola aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi,
seperti pada struktur kekar (rekahan) dan sesar (patahan) dan dicirikan oleh saluran-
saluran air yang mengikuti pola struktur kekar dan patahan.
(3) trellis
Pola aliran sungai trellis adalah pola aliran yang bentuknya mirip seperti pagar yang
dikontrol oleh struktur geologi berupa lipatan sinklin dan antiklin.
(4) dendritik.
Pola Aliran dendritik adalah pola aliran yang percabangannya menyerupai struktur
pohon. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikendalikan

Anda mungkin juga menyukai