Anda di halaman 1dari 7

KESEHATAN DAN KESELAMATAN LINGKUNGAN KERJA

TEMPERATUR DAN TEKANAN EKSTREM


1. Temperatur Ekstrem
Temperatur ekstrem dapat memberikan beban tambahan bagi sirkulasi darah karena darah
harus membawa oksigen kebagian otot dan harus membawa panas dari dalam tubuh ke
permukaan kulit. Akibatnya, frekuensi denyut nadi akan meningkat. Peningkatan denyut
nadi sebagai akibat pekerjaan fisik di lingkungan kerja panas dapat menyebabkan
kelelahan otot statis, perubahan fungsional pada organ tubuh, dan dapat meningkatkan
kecelakaan tinggi. Tingginya angka kesalahan dan kecelakaan kerja dapat menimbulkan
penurunan efisiensi kerja dan produktivitas kerja.
Temperatur ekstrem ini terbagi menjadi 2 kategori, yaitu :
- Ekstrem Panas
Temperatur yang terlalu panas mengakibatkan perasaan cepat Lelah dan mengantuk
- Ekstrem Dingin
Temperatur terlalu dingin mengurangi daya atensi dan ketidaktenangan yang
berpengaruh negative, terutama pada kerja mental.
Suhu udara yang terlalu panas ataupun dingin dapat memicu terjadinya serangan jantung
bagi orang-orang yang beresiko tinggi.
2. Tekanan Ekstrem
Decompression sickness (DCS), the bends, dysbarism, atau caisson disease adalah
kondisi kertika terdapat gejala-gejala yang diakibatkan pleh paparan pada tekanan
baromatrik yang menjadi lebih rendah, seperti saat seorang penyelam naik ke permukaan
ketika sedang menyelam (diving DCS).

IDENTIFIKASI

1. Pengertian tentang temperature ekstrem


Tekanan panas (Heat Stress) merupakan perpaduan antara suhu udara, kelembaban,
radiasi, kecepatan gerakan udara, dan panas metabolism sebagai aktivitas dari seseorang
serta pakaian yang digunakan saat bekerja.
Tekanan dingin (Cold Strees) berbeda dengan tekanan panas. Tubuh akan beradaptasi
dengan kondisi tekanan panas dengan meningkatkan laju pengeluaran keringat sebagai
upaya mendinginkan tubuh.
2. Mekanisme Panas Tubuh
Manusia merupakan golongan mahluk homoetermis, yaitu mahluk yang mampu
mempertahankan suhu tubuhnya walaupun suhu lingkungan sekitarnya berubah-ubah.
3. Efek Panas Ekstrem pada Manusia
Seseorang yang terkena tekanan panas akan menunjukkan gejala-gejala yang bisa terukur
mencangkup hal-hal berikut ini.
- Peningkatan denyut nadi
- Tingkat pengeluaran keringat yang berlebihan
- Peningkatan temperature tubuh

Kelainan atau gangguan yang tampak secara klinis akibat gangguan tekanan panas
ekstrem dibagi atas lima kategori dasar, yaitu :millaria rubra, kerjang panas, dehidrasi,
kelelahan panas, dan sengatan panas.

4. Efek Dingin Ekstrem pada Manusia


Kondisi yang dingin dapat mengakibatkan masalah kesehatan seperti asma dan diabetes.
Chiblains , Frostnip, Frostbite, Hypothermia
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efek Temperatur Ekstrem
Faktor factor yang menentukan pengaruh tekanan panas meliputi aklimatisasi, umur, jenis
kelamin, perbedaan suku bangsa, ukuran tubuh, dan gizi.
6. Pengertian tentang Decompression Sickness (DCS)
- Decompression sickness akibat Penyelaman
- Decompression sickness akibat Ketinggian

EVALUASI

1. Pengukuran Tekanan Panas


Pengukuran tekanan panas menggunakan thermometer
Pengukuran tekanan panas dilingkungan kerja dilakukan dengan meletakkan alat pada
ketinggian 1,2 m (3,3 kaki) bagi tenaga kerja yang berdiri dan 0,6 m (2kaki) bila tenaga
kerja duduk dalam melakukan pekerjaan.
2. Indikator Tekanan Panas
Indeks digunakan sebagai metode pengukuran sederhana untuk menyatakan besarnya
pengaruh panas pada lingkungan pada tubuh. Indikator tekanan panas dalam industry
dimaksudkan sebagai cara pengukuran dengan menyatukan efek sebagai factor yang
memengaruhi pertukaran panas manusia dan lingkungannya dalam satu indeks tunggal.
Ada empat indicator tekanan panas yaitu : Suhu Efektif, Indeks Kecepatan keluar
keringat selama 4 jam, ISBB (Indeks Suhu Bola Basah ), Indeks Belding-Hatch / Heat
Stress Index dan Indeks Mengigil.
3. Evaluasi Tekanan Ekstrem
Tanda-tanda gejala DCS dapat berupa kemerahan pada kulit, kelelahan ekstrem, sakit
persendiaan, gangguan penglihatan, gangguan kesetimbangan, kesulitan bernapas lemah,
kekakuan, paralysis, ketidaksadaran, dan bahkan kematian.

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

1. Pencegahan Temperatur Ekstrem


- Pencegahan Gangguan Panas
Pencegahan terhadap gangguan panas meliputi air minum, garam, makanan, istirahat,
tidur dan pakaian.
- Pencegahan Gangguan Dingin
Beberapa hal bisa dilakukan untuk mencegah gangguan kerja pada lingkungan yang
dingin dan berangin seperti :
o Menjaga kondisi tubuh fit selama bekerja
o Menggunakan pakaian secara berlapis
o Menjaga agar pori-pori baju mengalirkan kelembapan tubuh
o Menjaga agar tubuh tetap kering
2. Pengendalian Tekanan Ekstrem
Pengendalian terhadap tekanan panas meliputi isolasi terhadap sumber panas, tirai radiasi,
ventilasi setempat, pendinginan local, ventilasi umum, dan pengaturan lama berkerja.
3. Pencegahan Tekanan Ekstrem
Pencegahan DCS dilakukan dengan bantuan tabel dekompresi dan computer penyelaman
yang membantu penyelam menentukan kedalaman dan durasi perhentiaan dekompresi
untuk setiap profil kedalaman. Pencegahan dekompresi tidak mutlak dapat mencegah
timbulnya DCS.
4. Pengobatan
Jika seseorang diduga terkena DCS akibat ketinggian dengan cara melihat tanda dan
gejala yang timbul, beberapa usaha pengobatan yang dapat dilakukan yaitu :
- Mengenakan masker oksigen
- Turun kedaratan dan mendarat sesegera mungkin.
- Evaluasi secara medis untuk melihat apakah tanda dan gejala DCS sudah hilang dan
meneruskan pernapasan menggunakan oksigen murni.
- Jika tanda dan gejala masih timbul, oksigenasi hiperbarik dilakukan (Pemberian 100%
oksigen di dalam ruang bertekanan tinggi/ruang rekompresi)

KECELAKAAN KERJA

1. Pendahuluan
Kecelakaan dahulu dianggap sebagai suatu event yang tidak disengaja, tidak
direncanakan, terjadi secara kebetulan. Karna kecelakaan merupakan sesuatu yang tidak
dikehendaki dan tidak direncanakan, sering kali kecelakaan dianggap sebagai suatu
kejadian tanpa penyebab dan seakan-akan kerjadian tersebut tidak dapat dicegah.
2. Perkembangan Sejarah Kecelakaan Kerja dan Keselamatan
Telah diketahui sejak lama, bahwa jenis pekerjaan menentukan jenis penyakit pada
pekerjaannya. Pada zaman mesir kuno, beberapa penyakit ditemukan pada kelompok
petani, para pencelup juga menderita penyakit yang sama diantara sesame pencelup. Pada
zaman Yunani dan Romawi ditemukan adanya keracunan Pb dan keracunan Cu pada
pekerja tambang.
Revolusi Industri dimulai dengan adanya mesin uap dan menggunakan banyak bahan
baku serta melibatkan banyak tenaga kerja. Pada zaman industry, 50% penduduk inggris
meninggal pada usia 20 tahun. Untuk masyarakat yang berprofesi sebagai buruh di
industry, usia harapa hidup yang ada 22 tahun dengan angka CDR 36/1000. Untuk
penduduk dengan kelas social ekonomi tinggi, usia harapan hidupnya 44 tahun dan CDR
22/1000.
Di Indonesia pada 1910 berlaku aturan perburuhan dari belanda. Kemudian, berdasarkan
survei tenaga ahli ILO pada tahun 1953, aturan belanda tersebut dicabut dan diberlakukan
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan dibentuk Lembaga
K3 dibawah Departemen Perburuhan.
3. Penyebab Kecelakaan Kerja
- Teori Domino
Teori domino dikembangkan oleh H.W. Heinrich (1931) yang menyatakan bahwa,
mengajukan lima factor/kartu urutan kecelakaan di mana setiap factor secara
berurutan akan menentukan kejadian tapap berikutnya sehingga disebut sebagai teori
domino.
o Lingkungan social
o Kesalahan Perkerja
o Perilaku tidak aman
o Kecelakaan, dan
o Cedera dan kerusakan
- Penyebab Kecelakaan
Terdapat dua kelompok penyebab kecelakaan, yaitu penyebab langsung dan penyebab
Stidak langsung. Penyebab langsung atau primer di sebabkan oleh unsafe act dan
unsafe condition . Sedangkan penyebab tidak langsung dapat disebabkan oleh :
o Faktor manusia
o Faktor lingkungan (fisika, kimia, biologi, psikologi)
o Factor manajemen (kebijakan, kepurusan, evaluasi, control, administrasi)
4. Kerugian Pada Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja menimbulkan kerugian, baik materi maupun manusia sebagai penderita
atau korban. Kecelakaan juga menimbulkan kerugian secara ekonomi karena kecelakaan
kerja menyebabkan ada biaya yang harus dikeluarkan , Cederan dan kematian ,
Kehilangan hari dan jam kerja, kerugian property atau peralatan, biaya kecelakaan,
perkiraan biaya kecelakaan.

EVALUASI PADA KECELAKAAN KERJA

1. Indikator Kinerja Keselamatan


Kinerja keselamatan dapat diperlihatkan dengan kenaikan atau penurunan angka
kecelakaan kerja. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui dan mengevaluasi tren
angka kecelakaan di dalam perusahaan ataupun untuk membandingkan kinerja unit
kerja dalam suatu jenis kegiatan yang sama.
Perhitungan angka kecelakaan kerja dapat menggunakan perhitungan angka frekuensi
kecelakaan kerja dan safety rate, atau angka keparahan kecelakaan kerja
OSHA menggunakan total recordable incidence rate menggunakan konstanta
perkalian pada denominatornya, yaitu 200.000, sedangkan ILO dan Indonesia
menggunakan factor pengali 1.000.000.
2. Investigasi Kecelakaan
Semua kejadian Kecelakaan Kerja harus diinvestigasi. Kedalaman dan kompleksitas
investigasi yang dilakukan sangat tergantung pada serius tidaknya kecelakaan kerja.
Prioritas utama ketika suatu kecelakaan terjadi ialah tindakan emergency atau gawat
darurat yang diperlukan sehingga semua cederan atau penyakit yang timbul segera
ditangani dengan baik.
3. Pelaporan Kecelakaan
Pelaporan kecelakaan harus dilakukan dengan baik, lengkap dan sistematis, tetapi
mudah dilakukan. Agar dapat mengevaluasi biaya kecelakaan, sebaiknya laporan
kecelakaan juga mencangkup aspek-aspek yang memberikan kemungkinan perkiraan
kecelakaan. Hal ini termasuk untuk mengenali factor bahaya dari kecelakaan yang
sudah terjadi.

PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA

1. Pengendalian Kecelakaan
Pengendalian kecelakaan kera dapat dikelompokkan ke dalam dua kegiatan besar,
yaitu kegiatan setelah kecelakaan terjadi dan kegiatan yang dialkukan sebelum dan
kecelakaan kerja,metode yang dilakukan iaah :
o Pertolongan pada pekerjaan
o Emergency Response
o Diperlukan “Lesson Learned” dari kecelakaan yang terjadi.
o Dilakukan pemilihan metode penanggulangan atau control yang dilakukan untuk
memperbaiki kondisi setelah kecelakaan.
o Penerapan metode control
o Pemantauan secara terus menerus
2. Penentuan Risiko
Kegiatan penentuan dan evaluasi risiko bukan kegiatan sekali jalan, dapat dilakukan
secara optimal dan efektif. Penentuan resiko ini merupakan bagian dari manajemen
risiko kecelakaan kerja di suatu perusahaan yang harus dilakukan
3. Penerapan SMK3
Sistem Manajemen K3 (SMK3) bertujuan untuk menciptakan suatu sistem K3 dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produkif.
Penerapan SMK3 di Indonesia diatur oleh Permen No. Per 05/MEN/1996 yang
mewajibkan perusahaan demgan minum 100 karyawan atau yang sifat proses atau
bahan produksinya mengandung bahaya karena dapat menyebabkan kecelakaan kerja
berupa ledakan, kebakaran, pencemaran, dan penyakit akibat kerja untuk mempunyai
sistem manajemen K3.

PENINGKATAN KESADARAN AKAN KESELAMATAN

1. Bagi Perusahaan
Motivasi yang mungkin dipunyai oleh perusahaan untuk menerapkan sistem
manajemen K3 secara fundamental ialah:
o Pelaksanaan aturan yang ditetepkan atau aspek legal
o Rasa kemanusiaan/moral
o Biaya kecelakaan/ekonomi
2. Bagi Pekerja
Memotivasi pekerja adalah proses memberikan insentif untuk menyemangati,
menginsoirasi, dan memengaruhi sesesorang untuk bertindak sesuai yang diinginkan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai