Lapres DPT (Virus)
Lapres DPT (Virus)
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Konsep timbulnya penyakit pada tumbuhan pada dasarnya terbagi atas tiga faktor yang
dikenal dengan konsep segitiga penyakit. Konsep segitiga penyakit merupakan konsep
timbulnya suatu penyakit yang dipengaruhi oleh tanaman inang (host), penyebab penyakit
(pathogen) dan faktor lingkungan. a) tanaman inang, dimana tanaman inang berpengaruh
terhadapnya timbulnya suatu penyakit tergantung dari jenis tanaman inang, kerentanan
tanaman, bentuk dan tingkat pertumbuhan, struktur dan kerapatan populasi, kesehatan
tanaman dan ketahanan inang dan tanaman inang terbagi atas tujuh golongan yaitu tanaman
inang rentan, tanaman inang resisten, tanaman inang toleran, tanaman inang sekunder,
tanaman inang primer, tanaman inang alternative, dan tanaman inang perantara; b) penyebab
penyakit (pathogen), pathogen adalah organisme hidup yang mayoritas bersifat mikro dan
mampu untuk dapat menimbulkan penyakit pada tanaman atau tumbuhan. Mikroorganisme
tersebut antara lain fungi, bakteri, virus,nematoda mikoplasma, spiroplasma dan riketsia.
Suatu organisme disebut patogen apabila dapat memenuhi postulat koch yaitu: patogen
ditemukan pada pohon yang terserang pathogen, patogen dapat diisolasi dan diidentifikasi,
patogen dapat diinokulasikan pada spesies inang yang sama dan menunjukkan gejala yang
sama dan dapat diisolasi kembali; c) faktor lingkungan, merupakan faktor yang dapat
memberikan pengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit dapat berupa suhu udara, intensitas
dan lama curah hujan, intensitas dan lama embun, suhu tanah, kandungan air tanah,
kesuburan tanah, kandungan bahan organik, angin, api dan pencemaran air (Adinugroho,
2010).
Gejala merupakan kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal tanaman akibat
adanya gangguan penyebab penyakit, dan gejala dapat dilihat dengan mata telanjang. Gejala
pada tumbuhan terbagi atas 2 macam yaitu gejala berdasarkan sifat dan bentuknya. a). gejala
berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu gejala lokal (gejala yang dicirikan oleh
perubahan struktur yang jelas dan terbatas biasanya dalam bentuk bercak atau kanker,
gejalanya terbatas pada bagian-bagian tertentu dari tanaman) dan gejala sistemik (Kondisi
serangan penyakit yang lebih luas, bisanya tidak jelas batas batasnya. Contohnya adalah
serangan oleh virus mosaic, belang maupun layu. gejalanya terdapat di seluruh tubuh
tanaman); b) gejala berdasarkan bentuknya dibagi menjadi dua, yaitu gejala morfologi (gejala
luar yang dapat dilihat dan dapat diketahui melalui bau, rasa dan raba serta ditunjukkan oleh
seluruh tumbuhan atau tiap organ dari dari tumbuhan) dan gejala histologi (gejala yang
hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan mikroskopis dari jaringan yang sakit jaringan yang
sakit. Pada gejala histology terdapa tiga tipe gejala yaitu: Nekrotik, hipoplastik dan
Hiperplastik.
Penyakit tumbuhan terbagi atas dua golongan, yaitu penyakit abiotik dan biotik. Penyakit
abiotik merupakan penyakit yang disebabkan oleh penyakit noninfeksi atau penyakit yang
tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain dengan patogen penyakit
abiotik meliputi suhu tinggi, suhu rendah, kadar oksigen yang tak sesuai, kelembaban udara
yang tak sesuai, keracunan mineral, kekurangan mineral, senyawa kimia alamiah beracun,
senyawa kimia pestisida, polutan udara beracun, dan hujan es dan angin. Sedangkan penyakit
biotik merupakan penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan
binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain dengan patogen
penyakit biotik meliputi jamur, bakteri, virus, nematode, tumbuhan tingkat tinggi parasitik,
dan mikoplasma (Hasna,2012).
Praktikum kali ini akan membahas tentang penyakit pada tanaman yang disebabkan oleh
virus. Virus adalah partikel hifup yang ultra mikroskopik, parasite okligat yang terdiri dari
asam nukleat dan selubung protein. Penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit
kerdil rumput, penyakit mosaic dll.
Virus tumbuhan tidak mengandung suatu enzim, toksin atau zat lain yang pada patogen lain
dapat terlibat dalam patogenisitas dan menyebabkan berbagai macam gejala pada tanaman
inangnya. Asam nukleat virus (RNA) merupakan satu-satunya penentu penyakit, tetapi adanya
RNA atau virion di dalam tanaman meskipun dalam jumlah banyak tidaklah cukup sebagai
alasan penyebab gejala penyakit.Hal ini disebabkan karena beberapa tumbuhan yang
mengandung konsentrasi virus lebih tinggi menunjukkan gejala yang kurang berat dibandingkan
dengan tumbuhan lainnya yang kandungan virusnya lebih sedikit, atau kadang-kadang mereka
itu hanya sebagai tanaman pembawa virus yang tidak menunjukkan gejala (Semangun, 2011).
Virus tumbuhan sangat bermacam-macam, namun ada beberapa karakteristik atau sifat virus
yang dapat digunakan untuk mengelompokkan virus tumbuhan. Pengelompokan virus tumbuhan
didasarkan pada susunan genom virus, homologi runutan nukleotida, hubungan serologi,
hubungan dengan vektor, kisaran inang, patogenisitas, gejala penyakit, serta penyebaran
geografi. Berdasarkan hubungan dengan vektornya misalnya pada virus yang secara alami
menyerang kedelai yaitu soybean stunt virus (SSV), Indonesian soybean swarf virus (I-SDV),
soybean mosaic virus (SMV), Cowpea mild mottle virus (CPMMV) dan hanya CPMMV yang
dapat ditularkan oleh Bemisia tabacci. Berdasarkan susunan genom virus, virus dengan genom
DNA misalnya Cauliflower mosaic virus (Febria, 2015).
Virus tumbuhan dalam beberapa hal berbeda dengan virus yang menyerang hewan atau
bakteri. Perbedaan tersebut, salah satunya adalah mekanisme penetrasi virus ke dalam sel inang.
Virus tumbuhan hanya dapat masuk ke dalam sel tumbuhan melalui luka yang terjadi secara
mekanis atau yang disebabkan oleh serangga vektor. Hal ini disebabkan karena virus tumbuhan
tidak mempunyai alat penetrasi untuk menembus dinding sel tumbuhan. Virus yang menyerang
hewan dan bakteri dapat melakukan penetrasi langsung melalui selaput sel, seperti bakteriofag
(virus yang menyerang bakteri) mempunyai alat penetrasi yang dapat menembus selaput sel
bakteri (Septariani dkk, 2014).
Virus tumbuhan diperlukan dalam konsentrasi tinggi (105 virion) untuk dapat menginfeksi
tanaman. Virus hewan hanya memerlukan 10-100 virion dan virus bakteri memerlukan 1-10
virion saja. Hewan dapat membentuk antibodi untuk menghindari infeksi virus. Mekanisme
pertahanan seperti ini tidak terjadi pada tumbuhan. Tumbuhan yang sakit akan selalu
mengandung virus selama hidupnya, sehingga akan selalu terbawa pada tanaman hasil
pembiakan terutama pembiakan vegetatif (Hendrival dkk, 2011).
Daur infeksi virus tumbuhan dimulai dengan virus masuk ke dalam sitoplasma melalui
bantuan vektor atau perlakuan secara mekanis. Virus melepaskan genom virus (asam nukleat
DNA atau RNA) dari virion (uncoating) setelah berada dalam sitoplasma sel inang. Asam
nukleat virus bergabung dengan perangkap metabolisme inang untuk translasi protein virus.
Ekspresi gen virus diperlukan untuk replikasi genom virus dan patogenesis virus. Replikasi
genom virus ditujukan untuk sintesis virus baru (DNA atau RNA) (Ariyanti, 2011).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman materi Gejala dan Tanda serangan Virus Pada
Tanaman dilaksanakan pada hari Jumat, 27 November 2020 pada pukul 07.30 – selesai, yang
bertempat di rumah masing – masing.
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum gejala dan tanda serangan virus pada tanaman
ini adalah alat tulis, modul serta handphone.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum gejala dan tanda serangan virus pada
tanaman ini adalah Tanaman Kedelai, Tanaman Cabai, Tanaman Tomat.
Penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit kerdil rumput (Grassy Stunt)
pada tanaman padi, penyakit mosaic tembakau oleh virus TMV dll. praktikum kali ini
mengamati 3 virus, yaitu pertama Soybean Mosaic Virus (SMV) pada tanaman kedelai,
kedua Gemini Virus pada tanaman cabai, dan yang terakhir Tomato Yellow Leaf Virus
(TYLV).
Soybean Mosaic Virus (SMV) merupakan virus yang sangat merugikan pada pertanaman
kedelai dan berpotensi dalam menurunkan produksi. Virus tersebut apabila menginfeksi
kedelai menimbulkan gejala mosaic (Rahim et al, 2015). Benih terinfeksi SMV berperan
sebagai sumber inokulum (primary source of infection). Sumber inokulum ini mempunyai
peranan dalam penularan dan penyebaran penyakit oleh serangga vektor di lapangan. Virus
tersebut menghasilkan gejala biji mottle (burik) dan non-mottle. Oleh karena itu biji non-
mottle tidak dapat dijadikan jaminan bebas SMV. Infeksi virus pada biji dapat menyebabkan
viabilitas atau daya tumbuh benih rendah. Virus ini akan aktif setelah benih disemaikan dan
menyebabkantanaman terinfeksi. Infeksi SMV pada awal pertumbuhan akan menghasilkan
produktivitas yang semakin rendah. Pengendalian Soybean Mosaic Virus (SMV) dapat
dilakukan dengan penanaman varietas kedelai yang tahan terhadap serangan Aphis SP,
penyemprotan pestisida yang sesuai aturan serta memusnahkan tanaman yang terinfeksi
virus.
Virus Gemini merupakan golongan virus tumbuhan yang unik karena memiliki morfologi
yang berbeda dengan golongan virus tumbuhan yang lainnya. Gejala penyakit pada tanaman
cabai disebabkan virus gemini yang termasuk dalarn kelompok virus tanaman dengan genom
berukuran 2,6-2,8 kb berupa utas tunggal DNA yang melingkar, dan terselubung dalam
virion ikosahedra kembar (geminate). Replikasi virus terjadi dalam bagian nukleus tanaman
melalui pembentukan utas ganda DNA (double stranded DNA replicative form). Kelompok
virus gemini dibedakan dalam tiga subgrup, subgrup pertama memiliki genom yang
monopartit, menginfeksi tanaman-tanaman monokotiledon dan ditularkan oleh vektor wereng
dam (leafhopper); subgrup kedua juga ditularkan oleh vektor wereng daun, dan memiliki
genom monopartit, tetapi menginfeksi tanaman-tanaman dikotiledon; subgrup ketiga
memiliki anggota yang paling banyak dan beragam, dengan genom bipartit, menginfeksi
tanamantanaman dikotiledon dan ditularkan oleh serangga vektor kutu kebul. Cara
pengendalian virus Gemini pada tanaman cabai dengan penggunaan benih yang sehat dan
tidak berasal dari pohon induk yang pernah terserang penyakit ini, penggunaan perangkap
kuning di sekitar tanaman dapat mengurangi serangan vector pembawa virus kuning yaitu
kutu kebul dan juga membersihkan gulma sekitar tanaman, serta juga bisa dengan mencabut
tanaman yang terserang virus agar tidak tertular.
Kendala utama budidaya tomat ialah adanya serangan pathogen dan salah satunya ialah
Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV). TYLCV mempunyai nilai ekonomi yang sangat
penting, baik di daerah tropis maupun sub tropis karena merupakan salah satu penyebab
utama penurunan produksi tanaman (Gunaeni dan Purwati, 2013). virus masuk ke dalam
tanaman bersamaan dengan lendir tersebut. Lalu virus tersebut yang berbentuk gen yang
dapat merusak jaringan pada tanaman yang berupa kromosom atau RNA/DNA dan
menghentikan kerjanya gen kromosom atau klorofil tersebut yang berupa asam amino.
Sehingga tanaman tersebut dikuasai oleh gen virus kuning (virus gemini). Virus kuning dapat
berkembang dalam waktu yang cukup lama yaitu sekitar hari setelah tanaman ditusuk oleh
kutu kebul. Pada tanaman yang tidak sehat, maka perkembangan virus kuning akan semakin
cepat. Sebalikkanya apabila tanaman dalam keadaan sehat maka perkembangan virus kuning
juga terhambat. Langkah – langkah pengendalian TYLCV dapat dilakukan dengan memilih
tanggal penanaman yang tepat, menghapus sumber primer dan sekunder vector dan
menggunakan benih unggul dan sehat serta tomat transgenic dengan protein kaspid. Hal ini
sesuai dengan data Sheets On Quarantine Pests (2015).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut :
1. Gejala yang ditimbulkan oleh tanaman yang terkena virus antara lain daun
mengeriting, pertumbuhan terhambat, tanaman kerdil, daun berarna pucat dan
menguning.
2. Penyebaran virus pada umumnya melalui perantara vector yang berbeda – beda
5.2 Saran
Pengamatan sebaiknya dilakukan pada pagi atau siang hari agar gejala yang ditimbulkan
dapat terlihat dengan jelas sehingga dalam mengidentifikasi dapat tahu jenis virus apa yang
menyerang tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, N.A. 2011. Mekanisme infeksi virus kuning cabai (Pepper yellow leaf curl virus) dan
pengaruhnya terhadap proses fisiologi tanaman cabai. Seminar Nasional VIII Pendidikan
Biologi. 467-471.
Adinugroho, W. 2008. Konsep Timbulnya Penyakit. Makalah. Bogor: Mayor Silvikultur Tropika
Paskasarjana IPB.
Data Sheets On Quarantine Pests. 2015. Tomato Yellow Leaf Curl Bigeminivirus EPPO.
Febria, D. 2015. Karakterisasi virus penyebab penyakit tanaman cabai (Capsicum sp.) pada tiga
kondisi geografis. Tesis. Bioteknologi Universita Gadjah Mada, Yogyakarta.
Gunaeni, N., dan Purwati, E. 2013. Uji ketahanan terhadap Tomato Yellow Leaf Curl Virus pada
beberapa Galur Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayur.
Hendrival.,P. Hidayat, A. Nurmansyah. 2011. Kisaran inang dan dinamika populasi Bemisisa
tabaci (Gennadius) (Hemiptera: Aleyrodidae) di pertanaman cabai merah. J. HPT Tropika.
11(1):47-56.
Rahim Y. F., T.A Damayanti dan M.Ghulamahdi. 2015. Deteksi Virus yang menginfeksi kedelai
di Jawa. Volume 11