Anda di halaman 1dari 22

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi Pendidikan

1. Pengertian Evaluasi

Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa

inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M.

Echols dan Hasan Shadily, 1983:220). Di dalam daftar kumulatif istilah,

kata evaluation dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan kata

“penilaian” tahap penilaian “evaluation”, teknik penilaian “evaluation

technique”, dalam bahasa Arab al-Taqdir, dalam bahasa Indonesia berarti

penilaian. Akar katanya adalah value. Dengan demikian secara harfiah,

evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang

pendidikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan,

sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang

terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan

menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur

untuk memperoleh kesimpulan.

Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan

insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai suatu secar

terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.

Anne Anastasi mengartikan evaluasi sebagai “A systematic proces of

determining the extent to witch instructional objektives are achieved by

pupils”.
5

Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran

(pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan

pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar

yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar

menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan

indikator adanya dari adanya perubahan tingkah laku siswa.

Evaluasi hasil belajar matematika adalah suatu tindakan untuk

mengetahui sejauh mana tujuan instruksional khusus yang telah di capai

oleh peserta didik dalam bentuk hasil belajar mengajar yang

diperlihatkan setelah mereka menempuh kegiatan belajar matematika di

sekolah.

Kedudukan evaluasi hasil belajar matematika sungguh sangat

penting, dan bahkan dapat dipandang sebagai bagian yang tak

terpisahkan dengan keseluruhan proses belajar dan pembelajaran.

Penting, karena dengan evaluasilah akan diketahui, apakah belajar dan

pembelajaran tersebut dapat mencapai tujuan atau belum. Dengan

evaluasi juga akan diketahui, faktor-faktor apa saja yang menjadikan

penyebab belajar dan pembelajaran matematika berhasil dan faktor-faktor

apa saja yang menjadikan penyebab belajar dan pembelajaran

matematika tidak atau belum berhasil.

Tidak hanya itu, dengan evaluasi juga akan diketahui dimanakah

letak kegagalan dan kesuksesan belajar dan pembelajaran matematika.

Padalah, diketahuinya hal tersebut, akan dapat dijadikan sebagai titik


6

tolak dalam mengadakan perbaikan belajar dan pembelajaran

matematika.

Evaluasi juga mempunyai kedudukan yang tak terpisahkan dari

belajar dan pembelajaran secara keseluruhan, karena strategi belajar dan

pembelajaran, proses belajar dan pembelajaran menempatkan evaluasi

sebagai salah satu langkahnya. Hamper semua ahli prossedur dansistem

instruksional menempatkan evaluasi ini sebagai langkah-langkahnya.

Selain kedudukan evaluasi yang sangat penting juga tidak ketinggalan

sasaran dari evaluasi itu sendiri.

Pada umumnya ada tiga sasaran pokok evaluasi, yakni :

a. Segi tingkah laku siswa, artinya segi-segi yang menyangkut sikap,

minat, perhaatian dan keterampilan siswa itu sendiri sebagai akibat

daari proses pembelajaran.

b. Segi isi pendidikan, artinya penguasaan materi pelajaran yang

diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran.

c. Segi-segi yang menyangkut proses pembelajaran itu sendiri, yaitu

bahwa proses pembelajaran perlu diberi penilaian secara objektif

dari guru sebab baik tidaknya hasil belajar yang di capai oleh siswa.

Ketiga sasaran diatas harus dievaluasi secara keseluruhan, artinya jangan

dinilai hanya dari segi penguasaan materi saja, tetapi juga harus dinilai

dari segi-segi perubahan tingkah laku dalam proses pembelajaran.

2. Tujuan Evaluasi Pendidikan

Tujuan evaluasi dalam pendidikan meliputi tujuan umum dan

tujuan khusus. Secara umum, tujuan evaluasi adalah:


7

a. Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan

sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan

yang dialami oleh para peserta didik. Setelah mereka mengikuti

proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

b. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode

pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran

selama jangka waktu tertentu.

Dengan kemajuan belajar peserta didik dapat diketahui pula

kedudukan mereka dalam kelompoknya dan pula dipakai untuk

mengadakan perencanaan yang realistik dalam mengarahkan dan

mengembangkan masa depan mereka. Sedangkan dengan mengetahui

efektifitas dan efisiensi metode-metode yang digunakan, guru

mendapatkan pelajaran untuk menyempurnakan metode-metode yang

sudah baik dan mengatasi kekurangan-kekurangan metode yang tidak

efektif.

Sedangkan tujuan khusus dari kegiatan evaluasi dalam bidang

pendidikan adalah:

a. Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan

dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program

pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar dan

cara-cara perbaikannya.

b. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan peserta didik.

c. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh progam

pendidikan. Tanpa adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul


8

kegairahan atau rangsangan pada diri peserta didik untuk

memeperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-masing.

d. Untuk mengukur keberhasilan mereka baik secara individual

maupun kelompok.

e. Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan

dan kegagalan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan,

sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar dan cara-cara

perbaikannya.

Selain itu evaluasi juga bertujuan untuk melakukan diagnosis

terhadap kesulitan belajar peserta didik yang selanjutnya dipakai sebagai

upaya untuk mengadakan perbaikan terhadap cara belajar dan mengajar

yang ada., untuk memperoleh informasi tentang potensi peserta didik

sehingga penempatannya dapat disesuaikan dengan bakat dan minatnya.

Dapat juga dipakai sebagai alat dalam mengadakan seleksi terhadap

penerimaan siswa, dan hasilnya berfungsi sebagai bahan dalam

mengadakan bimbingan dan penyuluhan. Bertujuan pula melakukan

penilaian total terhadap pelaksanaan kurikulum dalam suatu lembaga

pendidikan, sehingga dengan demikian dapat dilakukan usaha perbaikan,

mencari faktor penghambat dan pendukung terhadap pelaksanaan

kurikulum.

3. Fungsi dan Manfaat Evaluasi Pendidikan

Evaluasi dalam pendidikan secara khusus mempunyai fungsi bagi

guru, peserta didik, sekolah maupun orangtua peserta didik.


9

Bagi guru evaluasi pendidikan berfungsi:

a. Mengetahui kemajuan belajar peserta didik.

b. Mengetahui kedudukan masing-masing individu peserta didik dalam

kelompoknya.

c. Mengetahui kelemahan-kelemahan dalam cara belajar mengajar

dalam PBM.

d. Memperbaiki proses belajar mengajar.

e. Menentukan kelulusan peserta didik.

Bagi peserta didik evaluasi pendidikan berfungsi:

a. Mengetahui kemampuan dan hasil belajar.

b. Memperbaiki cara belajar.

c. Menumbuhkan motivasi dalam belajar.

Bagi sekolah evaluasi pendidikan berfungsi:

a. Mengukur mutu hasil belajar.

b. Mengetahui kemajuan dan kemunduran sekolah.

c. Membuat keputusan kepada peserta didik.

d. Mengadakan perbaikan kurikulum.

Bagi orangtua peserta didik, fungsi evaluasi pendidikan adalah:

a. Mengetahui hasil belajar anaknya.

b. Meningkatkan pengawasan dan bimbingan serta bantuan kepada

anaknya dalam usaha belajarnya.

c. Mengarahkan pemilihan jurusan atau jenis sekolah pendidikan

lanjutan bagi anaknya.

Evaluasi dalam proses pembelajaran Matematika merupakan

komponen yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan


10

proses pembelajaran matematika. Kepentingan evaluasi dalam

pembelajaran matematika, tidak hanya mempunyai makna bagi proses

belajar matematika bagi siswa, tetapi juga memberikan umpan balik

terhadap program pembelajaran matematika secara keseluruhan. Oleh

karena itu, inti dari setiap evaluasi pengadaan informasi bagi pihak

pengelola proses pembelajaran untuk membuat macam-macam

keputusan. Dalam hal ini evaluasi dalam pembelajaran matematika

mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

a. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional secara

komprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan tingkah

laku dalam pembelajaran matematika.

b. Sebagai umpan balik yang berguna bagi kegiatan pembelajaran

matematika berikutnya dimana segi-segi yang sudah dicapai dapat

lebih ditingkatkan lagi, dan segi-segi yang merugikan sebanyak

mungkin dihindari.

c. Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengukur keberhasilan

proses pembelajaran matematika; dan bagi peserta didik berguna

untuk mengetahui bahan pelajaran matematika yang diberikan dan

yang dikuasainya; sedangkan bagi masyarakat berguna untuk

mengetahui berhasil atau tidaknya program-program pembelajaran

matematika yang dilaksanakan.

Disamping itu, evaluasi dalam pembelajaran matematika juga

berfungsi sebagai:

a. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar matematika

siswa.
11

b. Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk

memperbaiki proses pembelajaran matematika dan mengadakan

program-program pembelajaran lanjutan bagi siswa.

c. Untuk menempatkan siswa dalam situasi pembelajaran matematika

dengan tepat.

Menurut Silverius (1991), evaluasi mempunyai manfaat (makna)

bagi berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut:

a. Makna bagi siswa

Hasil evaluasi memberikan informasi sejauh mana ia telah

menguasai bahan pelajaran yang disajikan guru, serta dapat

mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang

diberikan oleh guru.Dengan informasi ini, siswa dapat mengambil

langkah yang sesuai. Hasil yang diperoleh siswa dari pekerjaan

menilai ini ada dua kemungkinan yaitu memuaskan dan tidak

memuaskan.

1) Hasil evaluasi tidak memuaskan

Apabila ternyata hasil evaluasi menunjukkan siswa itu belum

mencapai tujuan instruksional yang diinginkan, ia dapat

dimotivasi untuk belajar lebih giat lagi dan mencari upaya untuk

menutupi kekurangannya itu. Meskipundemikian, hasil serupa

dapat mempunyai akibat negatif bagi sementara siswa yakni

mereka menjadi putus asa dan motivasi belajarnya menurun atau

bahkan hilang sama sekali

2) Hasil evaluasi memuaskan


12

Apabila Hasil evaluasi memuaskan siswa, siswa terdorong

untuk mengulangi atau bahkan memperbaiki hasilnya supaya

dapat memperoleh kepuasan serupa di waktu yang akan datang.

Dengan demikian, siswa merasa ada motivasi untuk sekurang –

kurangnya mempertahankan tingkat kegiatan belajarnya atau

malah lebih giat lagi belajar di waktu yang akan datang.

b. Makna bagi guru

Hasil evaluasi memberikan petunjuk bagi guru mengenai keadaaan

siswa, materi pengajaran, dan metode mengajarnya.

1) Dengan hasil penilaian yang diperoleh, guru akan mengetahui

peserta didiknya yang sudaah berhak melanjutkan pelajarannya

karena sudah berhasil menguasai bahan, maupun mengetahui

peserta didik yang belum menguasai bahan pelajaran.

2) Guru dapat mengetahui apakah materi yang diberikan sudah

tepat bagi peserta didik sehingga tidak perlu diadakan perubahan

diwaktu yang akan datang. Guru akan mengetahui apakah

metode yang digunakan sudah selesai atau belum selesai.

c. Makna bagi sekolah

Keberhasilan kegiatan belajar-mengajar ditentukan pula oleh kondisi

belajar yang diciptakan sekolah. Efektifitas kegiatan belajar-

mengajar yang diprasyaratkan antara lain oleh kondisi belajar yang

diciptakan sekolah itu diperoleh informasinya melalui evaluasi. Hasil

evaluasi yang diperoleh itu dapat dipakai sekolah untuk


13

mengintrospeksi diri untuk melihat sejauh mana kondisi belajar yang

diciptakannya membantu terselenggaranya pengajaran dengan baik.

d. Makna Bagi Pembimbing/ Penyuluh

Bimbingan dan penyuluhan umumnya diarahkan kepada usaha

peningkatan daya serap siswa serta penyesuaian siswa dengan

lingkungannya. Upaya bimbingan dan penyuluhan akan lebih terarah

kepada tujuannya apabila ditunjang oleh informasi yang akurat

tentang keadaaan siswa baik dari segi intelektualnya maupun dari

segi emosionalnya. Untuk memperoleh informasi akurat yang

diinginkan itu, evaluasi memegang peranan penting

e. Makna Bagi Orangtua Siswa

Semua orangtua ingin melihat sejauh mana tingkat kemajuan yang

dicapai anaknya disekolah, kendatipun pengetahuan itu tidak

menjamin adanya upaya dari mereka untuk peningkatan kemajuan

anaknya. Oleh karena itu setiap caturwulan atau semester, sekolah

memberikan laporan kemajuan siswa kepada orangtuanya dalam

bentuk buku rapor. Yang ada dalam buku rapor itu tidak lain adalah

hasil evaluasi yang dibuat oleh guru dan semua petugas sekolah

terhadap siswa.

B. Tes Sebagai Alat Penilaian

1. Pengertian

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam meyerap

informasi yang didapatkan selama mengikuti proses belajar mengajar


14

diperlukan tindak evaluasi yang berkesinambungan. Tindak evaluasi juga

diperlukan oleh guru untuk mengetahui sampai berapa jauh tujuan

instruksional yang telah dirumuskan itu tercapai. Ketersediaan instrument

evaluasi belum menjamin katajaman evaluasinya apabila tidak disertai

dengan cara atau metodenya yang tepat.

Untuk mengetahui hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan

dua metode, yaitu dengan menggunakan metode uji atau tes dan metode

pengamatan atau observasi.

Secara khusus dibicarakan lebih lanjut adalah penggunaan metode

uji atau tes. Metode ini adalah suatu cara evaluasi yang berbentuk suatu

tugas atau serangkaian tugas yang harus diselesaikan oleh siswa sehingga

menghasilkan suatu nilai yang menyatakan perilaku atau prestasi siswa.

Nilai ini kemudian dibandingkan dengan suatu acuan tertentu untuk

mengetahui makna hasil yang telah dicapai. Yang mana metode uji atau

tes ini di kalangan sekolah formal lazim disebut Tes Hasil Belajar.

Tes sendiri berasal dari bahasa latin yaitu testum yang berarti alat

untuk mengukur tanah. Dalam bahasa perancis kuno, kata tes berarti

ukuran yang dipergunakan untuk membedakan antara emas dengan perak

atau logam lainnya.

Sedangkan Suryabrata (1987) memberikan pengertian sebagai

berikut: Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau

perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan harus

bagaimana testee menjawab perintah-perintah itu penyelidik mengambil

kesimpulan dengan cara membandingkannya dengan standar yang lain.


15

Tes merupakan salah satu instrument yang penting dalam evaluasi

hasil belajar. Istilah tes mempunyai arti yang berbeda-beda berdasarkan

beberapa pakar pendidikan. Istilah tes berasal dari kata testum yang

diambil dari bahasa Perancis Kuno yang berarti piring yang digunakan

untuk memisahkan (mendulang) logam mulia dari pasir dan tanah.

Suherman (1993) menyatakan bahwa tes adalah alat atau prosedur

yang sistematik dan objektif untuk memperoleh data atau keterangan

tentang seseorang. Sedangkan Muchtar Buchori menyatakan bahwa tes

adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidak

adanya hasil-hasil pelajaran tertentu.

2. Bentuk Tes Hasil Belajar Kimia

Dalam buku Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Kimia yang

disusun oleh Suherman (1993), macam-macam tes menurut tujuannya

ada 8 yaitu :

a. Tes Kecepatan

Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes dalam hal

kecepatan berfikir atau ketrampilan, baik yang bersifat spontanitas

maupun hafalan (pemahaman) dalam mata pelajaran yang telah

dipelajari.

b. Tes Kemampuan

Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi tes dalam mengungkapkan

kemampuannya dengan tidak dibatasi secara ketat oleh waktu yang

disediakan. Ddapat berupa kognitif maupun psikomotorik.


16

c. Tes Pencapaian

Tes Pencapaian bertujuan untuk mengevaluasi hal yang telah

diperoleh dalam suatu kegiatan. Tes hasil belajar, baik itu tes harian

maupun tes akhir semester bertujuan untuk mengevaluasi hasil

belajar setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam suatu

kurun waktu tertentu.

d. Tes Kemajuan Belajar

Tes ini disebut juga tes perolehan. Tes perolehan meninjau kondisi

(keadaan) sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.

Dilakukannya tes awal yaitu tes yang dilakukan sebelum kegiatan

belajar mengajar untuk mengetahui kondisi awal, dan tes akhir

sebagai tes pencapaian.

e. Tes Diagnostik

Tes yang dilakukan guru dengan maksud untuk mencari dan meneliti

kekuatan dan hambatan siswa dalam memahami materi pelajaran

yang telah disediakan.

f. Tes Formatif

Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah

terbentuk setelah mengikuti suatu program pengajaran.

g. Tes Sumatif

Tes sumatif bertujuan untuk mengetahui penguasaan siswa dalam

sejumlah materi pelajaran yang telah dipelajari. Tes sumatif ruang

lingkupnya mencakup materi yang cukup banyak.

h. Tes Tulis
17

Tes tulis secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu

Tes Obyektif (tes terstruktur) dan Tes Subyektif (tes uraian).

1) Tes Obyektif (tes terstruktur)

Yaitu tes tulis yang itemnya dapat dijawab dengan memilih

jawaban yang telah tersedia, sehingga peserta didik

menampilkan keseragaman data, baik bagi yang menjawab

benar maupun mereka yang menjawab salah. Kesamaan data

inilah yang memungkinkan adanya keseragaman analisis,

sehingga subyektifitas pendidik rendah, sebab unsure

subyektifnya sulit berpengaruh dalam menentukan skor

jawaban.

2) Tes Subyektif (tes uraian)

Pada tes ini peserta didik memiliki kebebasan untuk memilih

dan menentukan jawaban. Kebebasan ini berakibat data jawaban

bervariasi, sehingga tingkat kebenaran dan tingkat kesalahan

juga menjadi bervariasi, hal inilah yang mengundang

subyektifitas penilai ikut berperan menentukan. Karena itu tes

ini memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.

3. Kualitas Tes Hasil Belajar Kimia

Suatu tes dapat dikatakan baik bilamana tes tersebut memiliki ciri

sebagai alat ukur yang baik. Kriterianya antara lain :

a. Memiliki validitas yang cukup tinggi

Validitas sering diartikan dengan kesahihan. Apabila

dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur, maka sebuah tes
18

dikatakan valid apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar, sahih

telah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan kata lain

sebuah tes dikatakan telah memiliki validitas apabila tes tersebut

dengan secara tepat, benar, sahih atau abash telah dapat

mengungkapkan atau mengukur apa yang seharusnya diungkapkan

atau diukur lewat tes tersebut.

b. Memiliki reliabilitas yang baik

Kata “reliabilitas” sering diterjemahkan sebagai keajegan

atau kemantapan. Apabila istilah tersebut dikaitkan dengan fungsi tes

sebagai alat ukur mengenai keberhasilan belajar peserta didik, maka

sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan reliabel apaabila hasil-hasil

pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara

berulang kali terhadap subyek yang sama, senantiasa menunjukkan

hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil. Dengan demikian

suatu tes dikatakan telah memiliki reliabilitas apabila skor-skor atau

nilai-nilai yang diperoleh peserta tes dari hasil pekerjaan ujiannya

adalah stabil; kapan saja; dimana saja; oleh siapa saja tes itu

dilaksanakan, diperiksa dan dinilai.

c. Obyektif

Dalam hubungannya dengan fungsi tes sebagai alat pengukur,

dapat dikatakan bahwa sebuah tes hasil belajar dikatakan sebagai tes

hasil yang obyektif, apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan

menurut apa adanya. Ditinjau dari segi isi atau materi tesnya artinya

bahwa materi tes tersebut adalah diambil atau bersumber dari materi
19

atau bahan pelajaran yang telah diberikan sesuai dengan tujuan

instruksional khusus yang telah ditentukan. Ditinjau dari segi

pemberian skor dan penentuan nilai hasil tesnya artinya adalah

bahwa pekerjaan koreksi, pemberian skor dan penentuan nilainya

terhindar dari unsur-unsur subyektifitas yang melekat pada diri

penyusun tes.

d. Memiliki nilai kepraktisan

Bersifat praktis mengandung pengertian bahwa tes hasil

belajar tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah, karena tes itu :

1) Bersifat sederhana, dalam arti tidak memerlukan peralatan yang

banyak atau peralatan yang sulit pengadaannya.

2) Bersifat lengkap, dalam arti bahwa tes tersebut telah dilengkapi

dengan petunjuk mengenai cara mengerjakannya, kunci

jawabannya dan pedoman serta penentuan nilainya.

3) Bersifat ekonomis artinya bahwa tes hasil belajar tidak

memakan waktu yang lama dan tidak memerlukan tenaga serta

biaya yang banyak.

4. Teknik Penyusunan Soal Tes Hasil Belajar Kimia

a. Kisi-kisi soal

1) Jenjang studi

2) Kelas/semester

3) Waktu
20

4) Pokok bahasan/sub pokok bahasan

b. Format penyusunan soal

1) Jenjang pendidikan

2) Pokok bahasan

3) Materi

4) Bentuk tes

5) Aspek intelektual

C. Materi Kimia

1. Pengertian Larutan Penyangga

Larutan penyangga adalah suatu sistem larutan yang dapat

mempertahankan nilai pH larutan agar tidak terjadi perubahan pH yang

berarti oleh karena penambahan asam atau basa maupun pengenceran.

Larutan ini disebut juga dengan larutan buffer atau dapar.

kehidupan sehari-hari, terdapat berbagai reaksi kimia yang

merupakan reaksi asam basa. Sebagai contoh, reaksi beberapa enzim

pencernaan dalam sistem biologis. Enzim pepsin yang berfungsi

memecah protein dalam lambung hanya dapat bekerja optimal dalam

suasana asam, yakni pada sekitar pH 2. Dengan kata lain, jika enzim

berada pada kondisi pH yang jauh berbeda dari pH optimal tersebut,

maka enzim dapat menjadi tidak aktif bahkan rusak. Oleh karena itu,

perlu ada suatu sistem yang menjaga nilai pH di mana enzim tersebut

bekerja. Sistem untuk mempertahankan nilai pH inilah yang disebut

dengan larutan penyangga. Hal ini terjadi sebagaimana dalam larutan ini
21

terdapat zat-zat terlarut bersifat “penahan” yang terdiri dari komponen

asam dan basa. Komponen asam akan menahan kenaikan pH sedangkan

komponen basa akan menahan penurunan pH.

2. Fungsi Larutan Penyangga

Larutan penyangga banyak digunakan dalam analisis kimia,

biokimia dan mikrobiologi. Selain itu, dalam bidang industri, juga banyak

digunakan pada proses seperti fotografi, electroplating (penyepuhan),

pembuatan bir, penyamakan kulit, sintesis zat warna, sintesis obat-obatan,

maupun penanganan limbah. Di dalam tubuh makhluk hidup juga terdapat

larutan penyangga yang sangat berperan penting. Dalam keadaan normal,

pH darah manusia yaitu 7,4. pH darah tidak boleh turun di bawah 7,0

ataupun naik di atas 7,8 karena akan berakibat fatal bagi tubuh. pH darah

dipertahankan pada 7,4 oleh larutan penyangga karbonat-bikarbonat

(H2CO3/HCO3−) dengan menjaga perbandingan konsentrasi [H2CO3] :

[HCO3−] sama dengan 1 : 20. Selain itu, dalam cairan intra sel juga

terdapat larutan penyangga dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat

(H2PO4−/HPO42−). Larutan penyangga H2PO4−/HPO42− juga terdapat dalam

air ludah, yang berfungsi untuk menjaga pH mulut sekitar 6,8 dengan

menetralisir asam yang dihasilkan dari fermentasi sisa-sisa makanan yang

dapat merusak gigi

.
22

3. Komponen Larutan Penyangga

a) Penyangga Asam

Larutan buffer asam mempertahankan pH pada suasana asam (pH <

7). Larutan buffer asam terdiri dari komponen asam lemah (HA) dan

basa konjugasinya (A−). Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan:

1. mencampurkan asam lemah (HA) dengan garam basa konjugasinya

(LA, yang dapat terionisasi menghasilkan ion A−)

2. mencampurkan suatu asam lemah dalam jumlah berlebih dengan

suatu basa kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam basa

konjugasi dari asam lemah tersebut.

Contoh: larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan

CH3COO−

Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan kimia

CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq)

Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke

arah kiri, sehingga reaksi mengarah pada pembentukan CH3COOH.

Dengan kata lain, asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh

komponen basa konjugasi (CH3COO−). Pada penambahan basa (OH−),

kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, yakni reaksi

pembentukan CH3COO− dan H+, sebagaimana untuk mempertahankan

konsentrasi ion H+ yang menjadi berkurang karena OH− yang

ditambahkan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. Dengan kata lain,

basa yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam lemah

(CH3COOH).
23

b) Penyangga Basa

Larutan buffer basa mempertahankan pH pada suasana basa (pH >

7). Larutan buffer basa terdiri dari komponen basa lemah (B) dan basa

konjugasinya (BH+). Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan:

1. Mencampurkan basa lemah (B) dengan garam asam konjugasinya

(BHX, yang dapat terionisasi menghasilkan ion BH+)

2. Mencampurkan suatu basa lemah dalam jumlah berlebih dengan

suatu asam kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam asam

konjugasi dari basa lemah tersebut.

Contoh: larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+

Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan:

NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)

Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke

arah kanan, yakni reaksi pembentukan NH4+ dan OH−, sebagaimana

untuk mempertahankan konsentrasi ion OH− yang menjadi berkurang

karena H+ yang ditambahkan bereaksi dengan OH− membentuk H2O.

Dengan kata lain, asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh

komponen basa lemah (NH3). Pada penambahan basa (OH−),

kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri, sehingga reaksi mengarah

pada pembentukan NH3 dan air. Dengan kata lain, basa yang

ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam konjugasi

(NH4+).
24

4. pH Larutan Penyangga

a. Larutan Penyangga Asam

Dalam larutan buffer asam yang mengandung CH3COOH dan

CH3COO−, terdapat kesetimbangan :

CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq)

Reaksi larutan penyangga asam. Setelah disusun ulang, persamaan pH

larutan di atas akan menjadi persamaan larutan penyangga yang dikenal

sebagai persamaan Henderson – Hasselbalch sebagaimana

Jika a = jumlah mol asam lemah

g = jumlah mol basa konjugasi, dan

V = volum larutan penyangga, maka :

Basa Konjugasi
pH = pKa + Log
Asam Lemah
25

b. Larutan Penyangga Basa

Dalam larutan buffer basa yang mengandung NH3 dan NH4+,

terdapat kesetimbangan:

NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)

Jika b = jumlah mol basa lemah,

g = jumlah mol asam konjugasi, dan

V = volum larutan penyangga, maka :

Anda mungkin juga menyukai