Anda di halaman 1dari 20

“PERMASALAHAN KURANG AKTIFNYA SISWA DALAM PROSES

PEMBELAJARAN PADA MUATAN BAHASA INDONESIA DI SD N 14


KOTO BARU”

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Seminar Pembelajaran di SD

Proposal Pembelajaran

Disusun Oleh :
Retno Tri Wulandari NIM. 1703011107

Dosen Pengampu:
Lika Apreasta, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKA
UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
DHARMASRAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT, yang selalu memberikan rahmat dan
kasih sayangnya kepada kita semua khusunya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Pembelajaran ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah di limpahkan kepada junjungan alam yakni, Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, sahabatnya dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya
diakhir zaman. Amiin.
Proposal Pembelajaran ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Seminar pembelajaran yang membahas “Permasalahan Kurang Aktifnya Siswa
Dalam Proses Pembelajaran Pada Muatan Bahasa Indonesia Di Sd N 14 Koto Baru”.
Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap proposal
pembelajaran ini dan penulis berharap semoga proposal pembelajaran ini bermanfaat
bagi diri penulis sendiri dan khususnya pembaca pada umumnya.

Dharmasraya, 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................3
A. Latar Belakang...............................................................................................3
B. Identifikasi Masalah.......................................................................................5
C. Batasan Masalah.............................................................................................5
D. Rumusan Masalah..........................................................................................6
E. Tujuan Masalah..............................................................................................6
F. Manfaat Masalah............................................................................................6
BAB II.......................................................................................................................7
KAJIAN TEORI.......................................................................................................7
A. Landasan-landasan Teori................................................................................7
1. Metode.......................................................................................................7
2. Kurikulum 2013.........................................................................................10
3. Hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia...................................................11
4. Hasil Belajar..............................................................................................13
5. Pendekatan Konvensional..........................................................................15
BAB III......................................................................................................................17
PENUTUP...............................................................................................................17
A. Simpulan.........................................................................................................17
B. Saran...............................................................................................................17
Dokumentasi.............................................................................................................19
Daftar pustaka..........................................................................................................18

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu
merupakan bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia. Ikrar ini
sekaligus bermakna bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
Nasional, sebagai alat yang mempersatukan seluruh suku bangsa yang ada di
Indonesia. Namun, masih ada beberapa alasan mengapa bahasa Indonesia
menduduki tempat yang terkemuka di antara beratusratus bahasa yang ada di
nusantara, Bahasa merupakan media utama dalam berkomunikasi sehingga
kebutuhan terhadap pemahaman berbahasa sangat penting dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa memiliki peranan yang
sangat penting dalam segala aspek kehidupan. Dengan bahasa, seseorang
mampu menyampaikan maksud dan tujuan sehingga informasi dan pesan yang
disampaikan kepada orang lain atau masyarakat tersampaikan dengan baik.
Informasi dan pesan yang akan disampaikan juga harus dibahasakan secara
penuh agar maknanya dapat dipahami oleh penerima dengan mudah karena
kesulitan dalam memahami suatu informasi dan pesan dapat mengakibatkan
perbedaan interpretasi dan pemahaman.
 Tujuan umum pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia lebih
bersifat filosofis, sedangkan tujuan khususnya bersifat operasional. Ada lima
tujuan umum yang telah dirumuskan dalam kurikulum, yaitu (1) siswa
menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dan bahasa negara, (2) siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk,
makna dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) siswa memiliki
kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial, (4) siswa memiliki

3
disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis), dan (5) siswa
mampu menikmati dan memanfaatkannya karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa  
Untuk mencapai mutu pendidikan, tos kerja guru sangat menentukan
dalam mutu pendidikan di sekolah seperti telah dikatakan oleh Oakes.
Otonomi sebagian manajemen sekolah akan memberikan peluang ke arah
kebijakan kenaikan mutu sekolah. Untuk mencapai mutu pendidikan, peran
guru sangat penting, karena terkait dengan komponen dalam sistem
pendidikan. Guru memiliki posisi strategis untuk meningkatkan mutu
pendidikan, sebagai ujung tombak dan pelaksana secara langsung proses
pendidikan dan pembelajaran. Guru sangat menentukan keberhasilan peserta
didik dan terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh
karena itu, diperlukan guru yang bekualitas, yaitu guru yang mempunyai
karakteristik, (1) mengembangkan sumber belajar, (2) menciptakan kelas
kondusif, (3) menciptakan kelas interaktif, (4) teknik kuis, (5) memanfaatkan
media belajar, (6) pengembangan media belajar, (7) pemanfaatan sumber
belajar, (8) memanfaatkan potensi lingkungan sekolah sebagai sumber belajar,
(9) strategi motivasi, (10) membimbing siswa untuk berkarya, (11)
menciptakan suasana kelas yang komptetitif, (12) Diskusi dan kolaborasi
antarteman sejawat, (13) diskusi dan kolaborasi dalam organisasi profesi, (14)
aktif dan produktif, (15) mengembangkan materi, dan (16) melakukan
penelitian. Untuk mencapai guru yang berkualitas, guru perlu dibekali
berbagai ilmu, ketrampilan dan keahlian sesuai dengan kompetensinya.
Hasil observasi yang saya lakukan di SD 14 Koto Baru Permasalahan
pada mata pelajaran muatan bahasa indonesia yang kurang di pahami siswa
yaitu dalam penggunaan huruf kapital pada soal menentukan kalimat yang
benar dalam buku LKS yang di tugas kan oleh guru agar siswa mengerjakan
soal yang di tentukan guru tersebut.dan dalam proses pembelajaran guru

4
menggunakan metode ceramah sehingga pada saat belajar berlangsung guru
hanya fokus menyampaikan materi dan tidak memberi kesempatan siswa
untuk bertanya materi yang belum di pahami sehingga siswa yang belum
paham akan merugi karna tidak sesuainya metode yang digunakan guru pada
materi tersebut.
Salah satu upaya yang diambil adalah menggunakan Metode diskusi
dalam belajar adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran
dimana guru memberikan kesempatan kepada para siswa/ kelompok-
kelompok siswa yang mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan
atas suatu masalah.
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik mengambil
judul “Permasalahan Kurang Aktifnya Siswa Dalam Proses
Pembelajaran Pada Muatan Bahasa Indonesia Di Sd N 14 Koto Baru”

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis dapat
mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul diantaranya sebagai berikut:
1. Tidak adanya motivasi dan minat siswa dalam proses pembelajaran
2. Kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran pada muatan bahasa
indonesia di sd n 14 koto baru”.
3. Penggunaan model dan metode yang kurang tepat saat pelajaran bahasa
indonesia pada materi.

C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan permasalahan yang ada, maka pokok
permasalahan dibatasi pada kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran
pada muatan bahasa indonesia di sd n 14 koto baru

5
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
yang diajukan adalah bagaimana penerapan metode Diskusi dalam Permasalahan
Kurang Aktifnya Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pada Muatan Bahasa
Indonesia Di Sd N 14 Koto Baru

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yaang telah diuraikan, maka tujuan penelitian
ini adalah meningkatkan Permasalahan Kurang Aktifnya Siswa Dalam Proses
Pembelajaran Pada Muatan Bahasa Indonesia Di Sd N 14 Koto Baru

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik
diantaranya:
1) Bagi Guru
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan model dan metode
pembelajaran serta media yang digunakan, dengan tujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Guru dapat berkembang secara profesional karna dapat menunjukkan
bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki penilaian pembelajaran yaang
dikelola.
2) Bagi Siswa
a. Melalui model Diskusi ini diharapkan siswa dapat memahami materi
pembelajaran Bahasa Indonesia dan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.

6
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori
1. Metode Diskusi
1) Pengertian Metode Diskusi
Metode diskusi dalam belajar adalah suatu cara penyajian/ penyampaian
bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada para siswa/
kelompok-kelompok siswa yang mengadakan pembicaraan ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternatif pemecahan atas suatu masalah.
Forum diskusi dapat diikuti oleh seluruh siswa di dalam kelas, dapat pula
dibentuk kelompok-kelompok kecil. Yang perlu diperhatikan adalan hendaknya
para siswa berpartisipasi secara aktif dalam setiap forum diskusi. Semakin
banyak siswa terlibat dan menyumbangkan pikirannnya, semakin banyak pula
yang dapat mereka pelajari. Perlu pula diperhatikan peran guru. Apabila campur
tangan dan main perintah dari guru, niscaya siswa tidak akan dapat belajar
banyak.
2) Bentuk Diskusi
Metode diskusi dalam belajar memiliki beberapa bentuk, yaitu:
a. The social problem meeting 
Dalam bentuk diskusi ini, para siswa berbincang-bincang memecahkan
masalah sosial di kelas atau di sekolahnya dengan harapan, bahwa setiap siswa
akan merasa terpanggil untuk mempelajari dan bertingkah laku sesuai dengan
kaidah-kaidah yang berlaku.
b. The open-endet meeting 

7
Para siswa berbincang-bincang mengenai masalah apa saja yang.
berhubungan dengan kehidupan mereka sehari, kehidupan mereka di
sekolah, dengan segala sesuatu yang terjadi di lingkungan di sekitar mereka.
c. The educational-diagnosis meeting 
Para siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas dengan
maksud untuk saling mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran yang
telah diterimanya agar masing-masing anggota memperoleh pemahaman
yang lebih baik
3) Langkag-Langkah Diskusi
Metode diskusi dalam belajar memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan
pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. 
b. Dengan pimpinan guru, siswa membentuk kelompok diskusi, memilih
pemimpin diskusi (ketua, sekretaris/ pencatat, pelapor dan sebagainya (bila
perlu), mengatur tempat duduk, ruangan sarana dan sebagainya. 
c. Para siswa berdiskusi di kelompoknya masing-masing sedangkan guru
berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain untuk menjaga serta
memberi dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok
berpartisipasi aktif supaya diskusi bejalan dengan lancar. 
d. Kemudian tiap kelompok diskusi melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil
diskusi yang dilaporkan ditanggapi oleh semua siswa (terutama bagi
kelompok lain). Guru memberi ulasan dan menjelaskan tahap-tahap
laporan-laporan tersebut. 
e. Para siswa mencatat hasil diskusi tersebut, dan para guru mengumpulkan
hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok, sesudah siswanya mencatat untuk fail
kelas

8
4) Manfaat Metode Diskusi
a) Membantu murid untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih baik
ketimbang ia memutuskan sendiri, karena terdapat berbagai sumbangan
pikiran dari peserta lainnya yang dikemukakan dari berbagai sudut
pandangan. 2
b) Mereka tidak terjebak dengan jalan pikirannya sendiri yang kadangkadang
salah. 
c) Segala kegiatan belajar akan memperoleh dukungan bersama dari seluruh
kelompok/kelas hingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik. 
d) Membantu mendekatkan atau mengeratkan hubungan antar kegiatan kelas
dengan tingkat perhatian dan derajat dari pada anggota kelas. 
e) Apabila dilaksanakan dengan cermat, maka diskusi merupakan cara belajar
yang menyenangkan dan merangsang pengalaman, karena dapat merupakan
pelepasan ide-ide dan pendalaman, wawasan mengenai sesuatu.
5) Keuntungan Metode Diskusi 
a. Metode diskusi melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar. 
b. Setiap siswa dapat menguji pengetahuan dan penguasaan bahan
pelajarannya masing-masing. 
c. Metode diskusi dapat menumbuh dan mengembangkan cara berpikir dan
sikap ilmiah. 
d. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi
diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan
(kemampuan) diri sendiri. 
e. Metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial
dan sikap demokratis para siswa. 
6) Kelemahan Metode Diskusi

9
a. Suatu diskusi tidak dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana
hasil sebab tergantung kepada kepemimpinan siswa dan partisipasi
anggota-anggotanya. 
b. Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum
pernah dipelajari sebelumnya. 
c. Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang
menonjol. 
d. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, akan tetapi hanya hal-hal
yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan. 
e. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. Siswa tidak
boleh merasa dikejar-kejar waktu. 
f. Perasaan dibatasi waktu menimbulkan kedangkalan dalam diskusi sehingga
hasilnya tidak bermanfaat. 
g. Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan
pikiran mereka maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalahnya. 
h. Sering terjadi dalam diskusi murid kurang berani mengemukakan
pendapatnya. 
i. Jumlah siswa di dalam kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi setiap
siswa untuk mengemukakan pendapatnya
B. Kurikulum 13
1) Pengertian Kurikulum
Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi Kurikulum 2013
adalah kurikulum berbasis karakter dan kompetensi. Kurikulum berbasis
kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh karena itu
pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL). yang siap dalam
menghadapi tantangan masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk
mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik berat Kurikulum 2013 adalah
bertujuan agar peserta didik atau siswa memiliki kemampuan yang lebih baik

10
dalam melakukan Observasi, Bertanya (wawancara), Bernalar, dan
Mengkomunikasikan (mempersentasikan) apa yang mereka peroleh atau mereka
ketahui setelah menerima materi pelajaran.
K-13 disusun dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar prinsip
perbedaan kemampuan individual peserta didik, kurikulum memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas
standar yang telah ditentukan (dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan).
Karena itu, beragam program dan pengalaman belajar disediakan sesuai dengan
minat dan kemampuan awal peserta didik (Kuntarto E. & Destrinelli, 2014).

2) Tujuan Kurikulum 2013


Tujuan Kurikulum 2013, seperti yang dikemukakan di berbagai media
massa, bahwa melalui Kurikulum 2013 kita akan menghasilkan insan Indonesia
yang: produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum
difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa
paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan
peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya
secara kontekstual.
Kurikulum 2013 memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta
didik dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan
dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Oleh karena itu, peserta didik perlu
mengetahui kriteria penguasaan kompetensi dan karakter yang akan dijadikan
sebagai standar penilaian hasil belajar, sehingga para peserta didik dapat
mempersiapkan dirinya melalui penguasaan terhadap sejumlah kompetensi dan
karakter tertentu, sebagai syarat untuk melanjutkan ke tingkat penguasaan
kompetensi dan karakter.

11
C. Hakikat Pembelajara Bahasa Indonesia
a. Pengertian pembelajaran bahasa indonesia
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Pendidikan
Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan
kepada para siswa di sekolah. Maka mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak
masih di bangku SD karena dari situ diharapkan siswa mampu menguasai,
memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti
membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.
Permendiknas No. 22 Tahun 2006, Bahasa memiliki peran sentral dalam
perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan
penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran
bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan
budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam
masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta
menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam
dirinya.Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan
baik dan benar
Menurut Atmazaki, mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai
dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, menghargai dan
bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa
negara.
b. Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran mendasar yang
sudah diajarkan sejak TK sampai dengan perguruan tinggi. Bahasa Indonesia
mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran. Kurikulum bahasa
Indonesia di SD mempunyai karakteristik: 

12
a. Menggunakan pendekatan komunikatif keterampilan proses, tematis integratif,
dan lintas kurikulum.
b. Mengutamakan variasi, kealamian, kebermaknaan fleksibelitas.
c. Penggunaan metode
d. Memberi peluang untuk menggunakan berbagai sumber belajar (Djuanda,
2006: 53).
c. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang
Standar isi menyebutkan bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar memiliki tujuan sebagai berikut.
a) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
b) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara.
c) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan.
d) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
e) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa.
f) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.

D. Hasil Pembelajaran
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana
Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

13
Jenis-jenis Hasil Pembelajaran Menurut Bloom (dalam Sudjana,2011:23-
31) membagi hasil belajar dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif
dan ranah psikomotoris.
a. Ranah kognitif, ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yakni:
1) Pengetahuan (knowledge), tipe hasil pengetahuan termasuk kognitif
tingkat rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi
tipe hasil belajar yang berikutnya. Hal ini berlaku bagi semua
bidang studi pelajaran. Misalnya hafal suatu rumus akan
menyebabkan paham bagaimana mengguankan rumus tersebut;
hafal kata-kata akan memudahkan dalam membuat kalimat.
2) Pemahaman dapat dilihat dari kemampuan individu dalam
menjelaskan sesuatu masalah atau pertanyaan.
3) Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau
situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau
petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut
aplikasi. Mengulang-ulang menerapkannya pada situasi lama akan
beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Analisis
adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau
bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya.
Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang
memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.
4) Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang
mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan
metode, dll.
b. Ranah afekif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif
tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiaannya
terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, kebiasaan
belajar, dan hubungan sosial.

14
c. Ranah psikomotoris, Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkat
keterampilan, yaitu: a) Gerakan refleks, b) Keterampilan dalam gerakan-
gerakan dasar,c) Kemampuan perseptual, d) Kemampuan di bidang fisik, e)
Gerakan-gerakan skill, f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi
non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
E. Pendekatan Konvensional
1) Pengertian Pendekatan Konvensional
Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran
tradisional yang salah satu di antaranya adalah metode ceramah. Menurut
Djamarah (2010: 97), metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan
tradisional karena sejak dulu metode ini telah digunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan
mengajar. Pembelajaran model konvensional ditandai dengan ceramah
yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.
2) Ciri-ciri Pendekatan Konvensional
Secara umum, (Djamarah, 1996) menyebutkan ciri-ciri pembelajaran
konvensional sebagai berikut:
a. Belajar secara individual
b. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
c. Perilaku dibangun berdasarkan kebiasaan
d. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
e. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
f. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik
g. Interaksi di antara peserta didik kurang
h. Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi
dalam kelompok-kelompok belajar
3) Kelebihan Pendekatan Konvensional
a. Guru mudah menguasai kelas;

15
b. Mudah mengorganisasikan;
c. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar;
d. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya dan guru mudah
menerangkan pelajaran dengan baik
4) Kelemahan Pendekatan Konvensional
a. Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
b. Yang mempunyai sifat visual menjadi rugi, yang auditif lebih
besar menerimanya;
c. Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan
Guru sukar untuk menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan
tertarik pada ceramahnya Menyebabkan siswa menjadi pasif

16
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu merupakan
bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia. Ikrar ini sekaligus
bermakna bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Nasional,
sebagai alat yang mempersatukan seluruh suku bangsa yang ada di Indonesia.
Metode diskusi dalam belajar adalah suatu cara penyajian/ penyampaian
bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada para siswa/
kelompok-kelompok siswa yang mengadakan pembicaraan ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternatif pemecahan atas suatu masalah.
Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi Kurikulum 2013
adalah kurikulum berbasis karakter dan kompetensi. Kurikulum berbasis
kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh karena itu
pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

B. Saran
Penulis menyadari proposal ini jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak
terbatas dari keterbatasan pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal ini dan
semoga dan semoga proposal ini bermanfaat buat kita semua.
C.

17
BAB III
PENUTUP

Wahyono, Tri.2016. Pengaruh Pemahaman Aspek Filosofi Bahasa Jawa Terhadap


Pola Komunikasi Masyarakat Dalam Bahasa Indonesia. (Online). Jurnal
pengajaran bahasa indonesia. Volume 12, Nomor 1,ISSN;02164736.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/14445/jurnal%
20UNJTri%20Wahyono_0001.pdf?. Diakses Tanggal 29 Mei 2020.
Puspidalia, Yuentie Sova.2012. Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia Di
MI/SD dan Alternatif Pemecahnya. (Online). Jurnal cendekia, Volume 10,
Nomor 1. http://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/cendekia/article/
download /406/331. Diakses Tanggal 29 Mei 2020
Jatirahyu, warih.2013. guru berkualitas kunci mutu pendidikan.(Online). Jurnal
Ilmiah, No 02.  https://journal.uny.ac.id/index.php /cope/article/view/3005.
Diakses Tanggal 29 Mei 2020
Kuntarto E., & Destrinelli. (2014). Kajian Implementasi Kurikulum 2103 Pada
Pembelajaran Calistung Di Sekolah Dasar. Jurnal Berkala PKIP Universitas
Jambi, 1–19. www.fkip.unja.ac.id/

18
DOKUMENTASI

19

Anda mungkin juga menyukai