Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Pengembangan Kurikulum Model Sistematik-J. Romiszowski


dan Model Desain Sistem Instruksional Banathy”

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum SD

Disusun Oleh Kelompok 8:


1. Surya Widia Lestari NIM. 1703011118
2. Wiwik Andeka NIM. 1703011121
3. Riski Dewi Salita NIM. 1703011109

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Muhammad Subhan, M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
DHARMASRAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT,yang selalu memberikan rahmat dan

kasih sayangnya kepada kita semua khusunya kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan makalah ini.shalawat serta salam semoga selalu tercurah di

limpahkan kepada junjungan alam yakni, Nabi Muhammad SAW, kepada

keluarganya, sahabatnya dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya

diakhir zaman. Amin

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Pengembangan Kurikulum SD yang membahas tentang Pengembangan

Kurikulum Model Sistematik-J. Romiszowski dan Model Desain Sistem

Instruksional Banathy. Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatianya

terhadap makalah ini dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi

diri penulis sendiri dan khususnya pembaca pada umumnya.

Dharmasraya, 02 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengembangan Kurikulum Model Sistematik................................................3
B. Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum  Model Sistematik........Error!
Bookmark not defined.
C. Pengembangan Kurikulum Model Desain Sistem Instruksional Banathy
......................................................................Error! Bookmark not defined.
D. Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum Model Desain Sistem
Instruksional Banathy...................................Error! Bookmark not defined.
E. Kelebihan dan Kelemahan Pengembangan Kurikulum Model Desain Sistem
Instruksional Banathy.....................................................................................8
BAB III PENUTUP..............................................................................................10
A. Simpulan.......................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja
yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian
atau penjelasan berikut saran. Uraian atau penjelasan menunjukkan bahwa
suatu model desain pembelajaran menyajikan bagaimana suatu
pembelajaran dibangun atas dasar teori-teori seperti belajar, pembelajaran,
psikologi, komunikasi, sistem dan sebagainya.

Model yang disajikan diantaranya adalah model Desain Sistem


Pelatihan Berbasis Kompetensi Blank, dan Model Sistematik Romiszowski.
Model pengembangan desain sistem pelatihan berbasis kompetensi dari
Blank (1982:11), mengandung tiga unsur pokok, yaitu; pemilihan
kompetensi yang sesuai, menentukan indikator-indikator evaluasi untuk
menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan
sistem pengajaran

Dengan semakin beragamnya model pengembangan desain


pembelajaran, menarik untuk dikaji pada setiap masing-masing model
pengembangan desain pembelajaran. Antara satu model pengembangan
desain pembelajaran dengan lainnya pastinya memiliki ciri khusus yang
menjadikan keunikan tersendiri pada model-model pengembangan desain
pembelajaran tersebut.

Untuk mengetahui keunikan pada masing-masing model


pengembangan desain pembelajaran dapat dilakukan dengan
mendeskripsikan dan menganalisis, kemudian setelah itu, dilakukan
perbandingan pada model yang di deskripsikan dan dianalisis. Dari hasil
perbandingan dapat diketahui kelebihan dan kekurangan pada masing-
masing model pengembangan desain pembelajaran serta keunikan yang
dimiliki oleh model desain pembelajaran terkait.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengembangan Kurikulum Model Sistematik?


2. Bagaimana Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum  Model
Sistematik?
3. Bagaimana Pengembangan Kurikulum Model Desain Sistem
Instruksional Banathy?
4. Bagaimana Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum Model Desain
Sistem Instruksional Banathy?
5. Bagaimana Kelebihan dan Kelemahan Model Desain Sistem
Instruksional Banathy?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengembangan Kurikulum Model Sistematik
2. Unruk mengetahui Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum  Model
Sistematik
3. Untuk mengetahui Pengembangan Kurikulum Model Desain Sistem
Instruksional Banathy
4. Untuk mengetahui Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum Model
Desain Sistem Instruksional Banathy
5. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kelemahan Model Desain Sistem
Instruksional Banathy

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengembangan Kurikulum Model Sistematik


Menurut Oemar Hamalik (2000), Model sistematik merupakan salah
satu penerapan pendekatan sistem (System Approach). Model sistematik
dapat digunakan untuk mengembangkan program pendidikan kurikulum,
desain pembelajaran dan desain program pelatihan.

Model pengembangan desain sistem pelatihan berbasis kompetensi


menurut Blank (Bayu Hikma Purnama, 1982:11), mengandung tiga unsur
pokok, yaitu; pemilihan kompetensi yang sesuai, menentukan indikator-
indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi,
dan pengembangan sistem pengajaran. Desain kurikulum program produktif
yang dihasilkan ini mengedepankan logika bagaimana menstrukturkan peta
kompetensi pada struktur pekerjaan yang ada di tempat kerja. Sosok desain
kurikulum sistemik program produktif memuat rasionalisasi penyusunan
desain kurikulum program produktif

B. Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum Model Sistematik


Pengembangan kurikulum dilakukan dengan 14 langkah, sebagai
berikut:
1. Identifikasi Tugas-tugas
Kegiatan merancaang ssuatu program harus dimulai dari
identifikasi tugas-tugas yang menjadi tuntutan suatu pekerjaan. Untuk
itu perlu dibuat suaatu job description secara cermat dan lengkap.
Berdasarkan tuntutan pekerjaan itu selanjutnya dilakukaan ditentukan
pekerjaan itu dengaan job tersebut, yang menjadi titik tolak untuk
menentukan tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh lulusan.

3
2. Analisis Tugas
Tugas-tugas yang telah ditetapkaan secara demonsional
dijabarkan menjadi seperangkat tugas yang lebih rici, sehingga dimensi
tugas dijabarkan sedemikiaan rupa yang mencerminkaan segala sesuatu
yang harus dikerjakan oleh lulusan
3. Menetapkan Kemampuan
Setiap tugas menuntut kemampuan tertentu. Setiap kemampuan
hendaknya didasarkan pada kriteria kognitif, efektif dan performance,
serta produktif dan eksploratoris. Kemampuan-kemampuan yang
diharapkan itu harus relevan dengan tuntutan kerja yang telah
ditentukan.
4. Spesifikasi Pengetahuan, Keterampialan dan Sikap
Setiap kemampuan yang perlu dimiliki, dirinci menjadi
pengetahuan apa, sikap-sikap apa dan keterampilan-keterampilan apa
yang perlu dimiliki oleh setiap lulusan
5. Identifikasi Kebutuhan Pendidikan dan Latihan
Langkah ini merupakan analisis kebutuhan pendidikan dan atau
latihan, artinya jenis-jenis pendidikan yang perlu disediakan dalam
rangka mengembangakan kemampuan-kemampuan yang telah
ditetapkan seperti kegiatan belajar teoretik dan praktek latihan
lapangan.
6. Perumusan Tujuan Kompetensi
Tujuan-tujuan kompetensi atau tujuan pendidikan ini masih
bersifat umum. Karna itu perlu dijabarkan menjadi tujuan kurikulum
dan tujuan instruksional umum. Perumusan tujuan tersebut harus
koheren dengan kompetensi yang hendak dikembangkan.
7. Kriteria Keberhasilan Program
Kriteria keberhasilan program adalah indikator keberhasilan suatu
program. keberhasilan ditandai dengan ketercapaian tujuan kemampuan
yang diharapkan. Ketercapaian suatu program dibuktikan jika lulusan

4
dapan menunjukkan kemampuan melaksanakan tugas yang telah
ditentukan.
8. Organisasi Sumber-sumber Belajar
Langkah ini menentukan pada materi pelajaran yang akan
disampaikan sehubungan dengan pencapaian tujuan kemampuan yang
telah ditentukan. Komponen ini berisikan sumber materi dan objek
masyarakat yang dapat dijadikaan sebagai sumber informasi.
9. Pemilihan Strategi pengajaran
Pada langkah ini ditentukan strategi dan metode yang akan
digunakan dalam mencapai tujuan kompetensi. Perlu dirancang secara
seksama kegiatan belajar dan mengajar yang terpilih dan cocok dengan
pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.
10. Uji Coba Program
Uji coba program yang telah didesain dimaaksudkan untuk
melihat kemungkinan terlaksananya program. Dengan uji coba secaara
sistematik dapat dinilai sampai sejauh manaa kemu gkinan
keberhasilan, jenis kesulitan, yang pada gilirannyaa memberikan
informasi balik untuk perbaikan program.
11. Pengukuran Reabilitas Program
Pengukuran sejalan dengan pelaksanaan uji cobaa program di
lapangan. Berdasarkan pengukuran tersebut dapat docek sejauh mana
efektiftas program, validasi dan realibilitas alat ukur dan efektifitas
sistem informasi pengukuran
12. Pelaksanaan Program
pada tingkat ini perlu dirancang dan dianalisis langkah-langkah
yang perlu ditempuh dalam upaya pelaksanaan program. Langkah ini
berdasrkan asumsi, bahwa merancang program yang telah didesain
secara cermat dan telah mengalami uji serta perbaikan dapat
dipublikasikan dan dilaksanakan dalam sampel yang lebih luas.

5
13. Monitoring Program
Sepanjang pelaksanaan program perlu diadakan monitoring secara
berkala untuk menghimpun informasi tentang pelaksanaan program.
Kegiatan monitoring hendaknya didesain secara cermat. Mungkin
selama pelaksanaan masih terdapat aspek-aspek yang perlu diperbaiki
dan diadaptasikan. Dengan demikian pada akhirnya diperoleh suatu
program yang sinkron sesuai dengan kebutuhan lapangaan dan
diadaptaasikan dengan lingkuangan organisasi.
14. Perbaikan dan Penyesuaian
Langakah ini merupakan tindak lanjut setelah pelaksanaan uji coba dan
pengukuran. Perbaikan dan penyesuaian program perlu dilaksanakan
guna menjamin konsisten dan koherensi serta memonitoring sistem.
Selanjutnya memberikan umpan balik kepada organisasi sumber-
sumber, strategi pengajaran dan motivasi belajar siswa.

C. Pengembangan Kurikulum Model Desain Sistem Instruksional Banathy


Menurut Syarif (2015), Model pengembangan sistem instruksional ini
berorientasi pada tujuan instruksional. Langkah-langkah pengembangan
sistem instruksional terdiri dari 6 kegiatan. Model pendekatan ini bertitik
tolak dari pendekatan sistem (System Aproach), yang mencakup 6
komponen (langkah) yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan
instruksional yang telah ditetapkan.
Komponen-komponen tersebut merupakan acuan dalam menetapkan
langkah-langkah pengembangan, sebagai berikut :
1. Merumuskan tujuan (formulate objectives)
2. Mengembangkan tes (develop test)
3. Menganalisis tugas belajara (analyzing learning task)
4. Mendesain system pembelajaran (design system)
5. Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test output)
6. Melakukan perubahan untuk perbaikan (change to improve)

6
D. Langakah-langkah Pengembangan Desain Sistem Instruksional
Banathy
Langkah-langkah ini dilakukan dengan 6 tahapan, yaitu sebagai
berikut:
1. Merumuskan tujuan (formulate objectives)
Pada langkah ini pengembang merumuskan tujuan instruksional
yang merupakan tujuan instruksional, yang merupakan pernyataan
tentang hal-hal yang diharapkan untuk dikerjakan, diketahui, dirasakan
dan sebaagainya oleh peserta didik/siswa sebagai hasil pengalaman
belajarnya.
2. Mengembangkan tes (develop test)
Pada langkah ini dikembangkan suatu tes sebagai alat evaluasi,
yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
belajar/ketercapaian tujuan instruksional oleh peserta didik / siswa.
Penyusunan tes berdasarkan tujuan instruksional yang telah dirumuskan
pada langkah sebelumnya.
3. Menganalisis tugas belajar (analyzing learning task)
Pada langkah ini dirumuskan tugas-tugas yang akan dilakukaan
oleh peserta didik / siswa untuk mencapai tujuan instruksional yang
telah dirumuskan, yakni perubahan tingkah laku yang diharapkan. Pada
langkah ini perilaku awal peserta didik perlu dinilai dan dianalisis.
Berdasarkan gambaran tentang perilaku awal tersebut dapat dirancang
materi pelajaran dan tugas-tugas belajar sesuai, sehingga mereka tidak
perlu mempelajari hal-hal yang telah dikuasai/diketahui sebelumnya.
4. Mendesain system pembelajaran (design system)
Pada langkah ini dikembaangkan alternatif dan mengidentifikasi
kegiaatan-kegiatan pembelajaran, baik yang harus dilaakukan oleh
siswa maupun kegiatan guru/ tenaga pengajar. Langkah ini
dikembaangkan sedemikian rupa yaang menjamin agar peserta didik
melaksanakan dan menguasai tugas-tugas yang telah dianalisis dalam
langkah ke 3. Desain sistem juga meliputi penentuan siswa yang

7
mempunyai paling baik untuk mencapai tujuan instruksional, dan karna
itu perlu disediakan alternatif kegiatan tertentu yang cocok. Selain itu
dalam desain sistem supaya ditentukan waktu dan tempat melaksanakan
kegiatan-kegiatan pembelaajaran.
5. Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test output)
Sistem yang telah didesain selanjutnya dilaksanakan dalam bentuk uji
coba dilapangan (sekolah) dan dites hasilnya. Hal-hal yang telah
dilaksanakan dan dicapai oleh peserta didik merupakan output dari
implementasi sistem, yang harus dinilai supaya dapat diketahui hingga
mana merekan dapat mempertunjukkan/ menguasai tingkah laku
sebagaimana dirumuskan dalam tujuan instruksional.
6. Melakukan perubahan untuk perbaikan (change to improve)
Pada langkah ini ditentukan hasil-hasil yang diperoleh dari hasil
evaluasi untuk digunakan sebaagai umpan balik bagi sistem
keseluruhan dan bagi komponen-komponen lainnya, yang pada
gilirannya menjadi dasar untuk mengadakan perubahan untuk perbaikan
sistem instruksional.

E. Kelebihan dan Kelemahan Model Desain Sistem Instruksional Banathy


Dalam model desain sistem instruksional Banathy ada beberapa
kelebihan dan kelemahannya, yaitu sebagai berikut:
1. Kelebihan
a) Menganalisis dan merumuskan tujuan dengan baik, baik tujuan
umum maupun tujuan khusus yang lebih spesifik, yang merupakan
sasaran dan arah yang harus dicapai peserta didik.
b) Mengembangkan kriteria test yang sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai Hal ini dilakukan agar setiap tujuan yang
dirumuskan tersedia alat untuk menilai keberhasilannya.
c) Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni
merumuskan apa yang harus dipelajari (kegiatan belajar yang harus
dilakukan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar).

8
Kemampuan awal siswa harus di analisis atau dinilai agar mereka
tidak perlu mempelajari apa yang telah mereka kuasai.
d) Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.
Jadi model ini didasarkan pada hasil test peserta didik.
e) Langkah-langkahnya yang hanya sedikit sehingga kita bisa lebih
efektif untuk membuatnya.
2. Kelemahan
a) Sedikit langkah sehingga dikhawatirkan akan tidak efisien.
b) Model cenderung lebih fokus pada materi yang belum dikuasai
oleh anak didik sehingga mengabaikan materi yang sudah di
pelajari yang bisa lupa apabila tidak pernah di kaji ulang.

9
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Model sistematik merupakan salah satu penerapan pendekatan sistem
(System Approach). Model sistematik dapat digunakan untuk
mengembangkan program pendidikan kurikulum, desain pembelajaran dan
desain program pelatihan.
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan 14 langkah, sebagai
berikut:
1. Identifikasi Tugas-tugas
2. Analisis Tugas
3. Menetapkan Kemampuan
4. Spesifikasi Pengetahuan, Keterampialan dan Sikap
5. Identifikasi Kebutuhan Pendidikan dan Latihan
6. Perumusan Tujuan Kompetensi
7. Kriteria Keberhasilan Program
8. Organisasi Sumber-sumber Belajar
9. Pemilihan Strategi pengajaran
10. Uji Coba Program
11. Pengukuran Reabilitas Program
12. Pelaksanaan Program
13. Monitoring Program
14. Perbaikan dan Penyesuaian
Model pengembangan sistem instruksional ini berorientasi pada tujuan
instruksional. Langkah-langkah pengembangan sistem instruksional terdiri
dari 6 kegiatan. Model pendekatan ini bertitik tolak dari pendekatan sistem
(System Aproach), yang mencakup 6 komponen (langkah) yang saling
berinteraksi untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah pengembangan desain sistem instruksional, sebagai
berikut :

10
1. Merumuskan tujuan (formulate objectives)
2. Mengembangkan tes (develop test)
3. Menganalisis tugas belajara (analyzing learning task)
4. Mendesain system pembelajaran (design system)
5. Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test output)
6. Melakukan perubahan untuk perbaikan (change to improve)
Kelebihan model sistem instruksional, yaitu sebagai berikut:
1. Menganalisis dan merumuskan tujuan dengan baik, baik tujuan umum
maupun tujuan khusus yang lebih spesifik, yang merupakan sasaran dan
arah yang harus dicapai peserta didik.
2. Mengembangkan kriteria test yang sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai Hal ini dilakukan agar setiap tujuan yang dirumuskan tersedia
alat untuk menilai keberhasilannya.
3. Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni merumuskan apa
yang harus dipelajari (kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa
dalam rangka mencapai tujuan belajar). Kemampuan awal siswa harus
di analisis atau dinilai agar mereka tidak perlu mempelajari apa yang
telah mereka kuasai.
4. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi. Jadi
model ini didasarkan pada hasil test peserta didik.
5. Langkah-langkahnya yang hanya sedikit sehingga kita bisa lebih efektif
untuk membuatnya.
Kelemahan model sistem instruksional, yaitu sebagai berikut:
1. Sedikit langkah sehingga dikhawatirkan akan tidak efisien.
2. Model cenderung lebih fokus pada materi yang belum dikuasai oleh
anak didik sehingga mengabaikan materi yang sudah di pelajari yang
bisa lupa apabila tidak pernah di kaji ulang.

11
B. Saran
Untuk mahasiswa selanjutnya atau peneliti selanjutnya dharapkan
dalam membuat stui kasus harus lebih rinci dan lengkap lagi sehingga apa
an dibutuhkan sudah tersedia dengan lengkap.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik. Oemar. 2000. Model-model Pengembaangan Kurikulum. Bandungb:


Yayasan Al-Madani Terpadu
Purwana. Bayu Hikma. 2010. Penerapan Desain Kurikulum Sistemik Untuk
Mengembangkan Kurikulum Program Produktif Sekolah Menengah
Kejuruan. (Online). MANAJERIAL Vol. 8, No. 16, Januari 2010 : 46 – 53.
https://media.neliti.com/media/publications/147733-ID-penerapan-desain-
kurikulum-sistemik-untu.pdf. Diakses 02 November 2019
Syarif. 2015. Makalah Desain Model Bella H. Banathy. (Online).
https://secarikilmusyarif.blogspot.com/2015/01/makalah-desain-model-bela-
h-banathy.html. Diakses 02 November 2019

13

Anda mungkin juga menyukai