Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“MODEL-MODEL DESAIN PEMBELAJARAN”


DOSEN PENGAMPU

INA MAGDALENA, M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

NIKEN NUR YOLAWATI 1886206124

NURLAILI MAGHFIROH 1886206105

TIARA SAFITRI 1886206156

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PGSD

2019/2020

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur penulis sembahkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul
“Model-Model Desain Pembelajaran”. Dan tidak lupa sholawat beriring salam penulis kepada
nabi Muhammad SAW. Sebagai pembawa syari’at islam, keluarga dan sahabat, serta para
pengikutnya hingga akhir zaman.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurnaan
di sebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulisan. Oleh sebab itu, penulis mohon
maaf atas segala atas segala kesalahan dan kekurangan. Penulis mengharap kritik dan saran yang
yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan penulisan makalah berikut.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Tangerang, 18 September 2019

Hormat Kami

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................... 3

BAB II: PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Desain Pembelajaran ................................................................ 4


B. Keterkaitan Desain dan Pengembangan .................................................................. 4
C. Model-Model Desain Pembelajaran ........................................................................ 5
D. Memilih Desain Pembelajaran ................................................................................ 6

BAB III: PENUTUP

Kesimpulan .................................................................................................................... 17

Saran ............................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ada banyak Model desain instruksional yang berkembang dalam dunia pendidikan
dewasa ini, misalnya SAFE (System Approach For Education), Michigan State University
Instructional Systems Development Model, Project MINERVA Instructional System Design,
Teaching Research System, Banathy Instructional Development System, , Dick & Carey
model, Kemp model , Three Phase Design Model, The 4CID Model, ARCS Model, dan
banyak lagi model instruksional lainnya. Perkembangannya juga beragam sesuai dengan
kondisi dan tujuan desain instruksional tersebut diperuntukkan, yang jelas bahwa setiap
model dimaksudkan untuk menghasilkan suatu system instruksional yang efektif dan efisien
dalam memfasilitasi pencapaian tujuan instruksional. Pada dasarnya model instruksional
yang ditawarkan memiliki prosedur yang hamper samaantara satu dengan yang lain, atau
bahkan mengkombinasikan dari berbagai model yang sudah ada untuk kemudian
diaplikasikan kedalam lingkungan pembelajaran yang kita hadapi.

Prosedur atau proses yang ditempuh oleh para pengembang sistem instruksional bisa
meliputi dua cara:

1. Dengan pendekatan secara empiris: Proses ini dilaksanakan tanpa menggunakan


dasar-dasar teori secara sistematis. Di sini paket atau bahan pengajaran disusun
berdasar pengalaman si pengembang, siswa disuruh mempelajari lalu hasilnya
diamati. Bila hasilnya tak sesuai dengan apa yang diharapkan, materi pengajaran
tersebut direvisi dan pekerjaan penyusunan paket (materi) pengajaran diulang.
Pendekatan semacam ini mempunyai beberapa kelemahan. (a). Setiap pengembang
harus mulai dari awal untuk mencari atau menemukan semua langkah dan dasar yang
diperlukan untuk mengembangkan suatu materi pengajaran. (b). Berulang kalinya
pembuatan materi (paket) pengajaran baru. Hal ini berarti menghendaki berulang kali
uji coba, dan ini berarti kurang efisien.
2. Dengan mengikuti atau membuat suatu model (paradigm approach). Menurut
pendekatan ini, hasil belajar yang diharapkan, bisa diklasifikasikan sesuai dengan
tipe-tipe tertentu. Untuk, tiap tipe tujuan khusus (objective) dapat dipilihkan cara-cara
tertentu untuk mencapainya, kondisi tertentu untuk mengamati responsi siswa bisa
diciptakan, dan perubahan-perubahan bilamana perlu bisa diadakan. Di dalam
penyusunan disain instruksional, diadakan langkah-langkah secara sistematis,
sehingga uji coba secara empiris terhadap suatu program dapat mendorong untuk
adanya informasi mengenai efektifitas suatu program, yang sekaligus bisa untuk
menguji model tersebut.
Atwi Suparman (2012) mengemukakan analisis hasil perbandingan dari beberapa
model instruksional terdiri dari tiga tahap yakni: tahap definisi, tahap analisis dan
pengembangan system, dan tahap evaluasi. Lebih lanjut dikemukakan bahwa
perbedaan antara model yang satu dengan model yang lain antara lain terletak pada:
sasaran/tingkat penggunaanya (Institusi atau mata pelajaran), Penggunaan istilah pada
setiap tahapan, Jumlah tahapan atau langkahnya, kelengkapan konsep dan prinsip
yang digunakan. Berdasarkan analisis di atas Atwi Suparman mengembangkan Model
Pengembangan Desain Instruksional (MPI).

Desain instruksional masa depan yang dikembangkan oleh Atwi Suparman


diharapkan dapat mengatasi kendala-kendala pembelajaran dan dapat digunakan baik
untuk pembelajaran tatap muka maupun pendidikan jarak jauh. Dengan berlandaskan
teori belajar dan pembelajaran (aliran psikologi: humanisme, behaviorisme,
kignitivisme, konstruktivisme, dan cybernetisme),  prinsip-prinsip pembelajaran, dan
pendekatan system.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengembangan model desain pembelajaran?

2. Apa keterkaitan desain dan pembelajaran?

3. Apa saja macam-macam model desain pembelajaran?

4. Bagaimana memilih model desain pembelajaran?

C. Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan pengembangan model


desain pembelajaran

2. Mahasiswa dapat memahami apa keterkaitan desain dan pengembangan

3. Mahasiswa dapat memahami apa saja macam macam model desain pembelajaran

4. Mahasiswa dapat memahami bagaimana memilih model desain pembelajaran


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengembangan Model Desain Pembelajaran Instruksional

Atwi Suparman (2012) mengemukakan analisis hasil perbandingan dari beberapa model
instruksional terdiri dari tiga tahap yakni: tahap definisi, tahap analisis dan pengembangan
system, dan tahap evaluasi. Lebih lanjut dikemukakan bahwa perbedaan antara model yang
satu dengan model yang lain antara lain terletak pada: sasaran/tingkat penggunaanya
(Institusi atau mata pelajaran), Penggunaan istilah pada setiap tahapan, Jumlah tahapan atau
langkahnya, kelengkapan konsep dan prinsip yang digunakan. Berdasarkan analisis di atas
Atwi Suparman mengembangkan Model Pengembangan Desain Instruksional (MPI).

Desain instruksional masa depan yang dikembangkan oleh Atwi Suparman diharapkan
dapat mengatasi kendala-kendala pembelajaran dan dapat digunakan baik untuk
pembelajaran tatap muka maupun pendidikan jarak jauh. Dengan berlandaskan teori belajar
dan pembelajaran (aliran psikologi: humanisme, behaviorisme, kignitivisme,
konstruktivisme, dan cybernetisme), prinsip-prinsip pembelajaran, dan pendekatan system.

(Prof.Dor.M. Atwi Suparman, M.Sc, Desain Intruksional Modern Penerbit : Airlangga Edisi
Keempat)

B. Berbagai Model Desain Intruksional

Pada garis besarnya, setiap model intruksional terbagi menjadi 3 bagian :

1. Tahap definisi

2. Tahap analisis dan Pengembangan Sistem

3. Evaluasi.

(Ina Magdalena, M.pd & Sunaryo, M.Pds /Desain Pembealajaran Sekolah Dasar/Jakarta/Fkip
Umt Press ,2007 Hal 57-60 )
Perbedaan antara model yang satu dengan yg lainnya, ada 4 faktor antara lain :

1. Tingkat penggunaannya seperti tingkat institusi dan tingkat mata pelajaran

2. Penggunaan istilah dalam setiap tahap dan langkah

3. Jumlah langkah pada setiap tahap

4. Lengkap tidaknya konsep dan prinsip yang digunakan.

(Prof.Dor.M. Atwi Suparman, M.Sc, Desain Intruksional Modern Penerbit : Airlangga Edisi
Keempat Hal 125)

C. Keterkaitan Desain dan Pengembangan

Pembelajaran terdiri dari 5 kegiatan pokok yaitu: desain, pengembangan, pemanfaatan,


pengelolaan dan evaluasi. Desain dan pengembangan sering dianggap sama oleh para ahli
namun dari segi harfiah desain itu artinya membuat sketsa/pola/outline atau rencana
pendahuluan. Sedangkan pengembangan artinya membuat tumbuh agar menjadi lebih baik,
lebih besar, lebih efektif dan lain sebagainya.

Desain dan pengembangan memiliki keterkaitan karena dalam tubuh desain itu ada
pengembangan. Desain pembelajaran memiliki 5 aspek penting yaitu: pengembangan paket
pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar.
Adapun pengembangan itu merupakan proses menentukan, menciptakan situasi dan kondisi.
Pengembangan pembelajaran menghasilkan sumber-sumber pembelajaran yang siap pakai,
diktat dan rencana pembelajaran.

Mengembangkan sebuah desain pembelajaran diperlukan 8 langkah sebagai berikut:

1) Identifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan instruksional umum (TIU)

2) Melakukan analisis instruksional

3) Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa

4) Menuliskan tujuan instruksional khusus (TIK)

5) Menulis tes acuan patokan

6) Menyusun strategi instruksional

7) Mengembangkan bahan ajar

8) Menyusun desain dan melaksanakan evaluasi formatif.


Pada umumnya, model desain pembelajaran itu sekepat dalam 9 hal :
1) Dimulai dengan mengindentifikasi kebutuhan dan tujuan intruksional.
2) Penjabaran tujuan dilakukan melalui proses analisis
3) Pembuatan tes didasarkan pada tujuan instruksional
4) Penentuan isi berdasarkan tujuan
5) Penentuan media, media dan alat berdasrkan kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.
6) Penentukan alokasi waktu pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran
7) Adanya proses evaluasi formatif
8) Evaluasi formatif seperti tes, kuesioner, pendoman wawancara dan lembar observasi
9) Hasil akhir adalah sistem instruksional yg terdiri dadri berbagai komponen seperti bahan
ajar,penggunaan bahan dan panduan pembelajaran.
(Prof.Dor.M. Atwi Suparman, M.Sc, Desain Intruksional Modern Penerbit : Airlangga
Edisi Keempat Hal 125-126)

D. Model-Model Desain Pembelajaran

1. Model Desain Pembelajaran PPSI ( Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional )


Model tersebut digunakan sebagai metode penyampaian dalam Kurikulum 1975
untuk SD, SMP, SMA, dan Kurikulum 1976 untuk sekolah-sekolah kejuruan. PPSI
menggunakan pendekatan sistem yang mengutamakan adanya tujuan yang jelas
sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI menggunakan pendekatan yang berorientasi pada
tujuan. Istilah “sistem intruksional” dalam PPSI menunjuk kepada pengertian
pembelajaran sebagai suatu sistem, yaitu sebagai kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri
atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam
rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sebagai suatu sistem, pembelajaran
mengandung sejumlah komponen, antara lain materi, metode, alat, evaluasi yang
kesemuannya berinteraksi satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan. PPSI merupakan langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan
pembelajaran sebagai suatu sistem untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif.
Sesungguhnya apabila diamati dengan seksama, langkah - langkah pengembangan
dan pelaksanaan pembelajaran dalam model PPSI ini mirip dengan langkah - langkah
pengembangan yang terdapat dalam model Banathy.

Ada lima langkah pokok dalam PPSI, yaitu :

1) Merumuskan tujuan instruksional, dalam hal ini TIK.


2) Menyusun alat evaluasi;
3) Menentukan kegiatan belajar dan materi pelajaran;
4) Merencanakan program kegiatan; dan
5) Melaksanakan program.

Langkah pertama sampai ke-empat adalah langkah pengembangan, sedangkan


langkah kelima merupakan langkah pelaksanaan program yang telah tersusun. Secara
rinci langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

 Langkah 1 : Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus

Tujuan instruksional khusus adalah rumusan yang jelas tentang kemampuan atau
tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa sesudah mengikuti suatu program
pembelajaran tertentu. Kemampuan atau tingkah laku tersebut harus dirumuskan
secara spesifik dan operasional sehingga dapat diamati atau diukur.

 Langkah 2 : Menyusun alat Evaluasi

Setelah tujuan - tujuan instruksional dirumuskan, langkah berikutnya adalah


mengembangkan tes yang fungsinya untuk menilai sampai di mana siswa telah
menguasai kemampuan - kemampuan yang telah dirumuskan dalam tujuan
instruksional khusus. Berbeda dari apa yang biasanya dilakukan, pengembangan alat
evaluasi tidak dilakukan pada langkah kegiatan terakhir dari kegiatan instruksional,
melainkan pada langkah kedua sesudah tujuan instruksional khusus dirumuskan. Hal
ini didasarkan atas prinsip yang berorientasi pada tujuan/hasil, yaitu penilaian
terhadap suatu sistem instruksional didasarkan atas hasil yang dicapai. Untuk
mengecek apakah rumusan tujuan instruksional tersebut dapat diukur maka perlu
dikembangkan alat evaluasinya sebelum melangkah lebih jauh.
Dalam mengembangkan alat evaluasi ini perlu ditentukan terlebih dahulu jenis
jenis tes yang akan digunakan, tes tertulis, lisan, atau perbuatan. Untuk menilai
sejumlah tujuan instruksional yang telah dirumuskan, mungkin hanya digunakan satu
jenis tes, atau dua jenis tes, atau ke tiga tiganya. Hal ini bergantung pada hakikat
tujuan yang hendak dicapai.

 Langkah 3 : Menentukan Kegiatan Belajar dan Materi Pelajaran

Langkah selanjutnya, sesudah tujuan instruksional khusus dirumuskan dan alat


evaluasi disusun, adalah menetapkan kegiatan belajar siswa yang perlu ditempuh agar
nantinya mereka dapat melakukan apa yang telah dirumuskan dalam tujuan
instruksional khusus. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal berikut.

a. Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan untuk


mencapai tujuan;
b. Menetapkan mana dari sekian kegiatan belajar tersebut yang tidak perlu
ditempuh lagi oleh siswa; dan
c. Menetapkan kegiatan belajar yang masih perlu dilaksanakan oleh siswa.

Pada langkah ketiga ini, sesudah kegiatan-kegiatan belajar siswa ditetapkan, perlu
dirumuskan pokok - pokok materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa
sesuai dengan jenis - jenis kegiatan belajar yang telah ditetapkan. Apabila
dipandang perlu, setiap materi pelajaran tersebut dilengkapi dengan uraian singkat
agar memudahkan guru menyampaikan materi tersebut kepada siswa.

 Langkah 4 : Merencanakan Program Kegiatan

Setelah semua langkah tersebut di atas diselesaikan, selanjutnya perlu


dimantapkan dalam satu program pembelajaran. Titik tolak dalam merencanakan
program kegiatan adalah suatu pelajaran yang diambil dari kurikulum yang telah
tertentu jumlah jam pelajarannya, dan diberikan pada kelas dalam semester tertentu.
Pada langkah ini perlu disusun strategi pembelajaran dengan jalan merumuskan
peranan dan kegiatan mengajar dan kegiatan belajar yang disusun secara sistematis
sesuai dengan situasi kelas. Metode mengajar yang akan digunakan dipilih sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai. Termasuk ke dalam langkah ini ialah menyusun
proses pelaksanaan evaluasi.

 Langkah 5 : Melaksanakan Program

Langkah-langkah yang dilakukan dalam fase ini adalah sebagai berikut :

a) Mengadakan Tes Awal

Tes yang diberikan kepada siswa adalah tes yang telah disusun dalam langkah
ke-2. Fungsi tes awal ini adalah untuk memperoleh informasi tentang
kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam tujuan instruksional, sebelum
mereka mengikuti pembelajaran yang telah disiapkan. Apabila siswa telah
menguasai kemampuan yang tercantum dalam tujuan instruksional yang ingin
dicapai maka hal itu tidak perlu diberikan lagi oleh pengajar dalam program
pembelajaran yang akan diberikan.

b) Menyampaikan Materi Pelajaran

Dalam menyampaikan materi pelajaran ini, pada prinsipnya, harus berpegang


pada rencana yang telah disusun dalam langkah ke-4, yaitu “merencanakan
program kegiatan”, baik materi, metode maupun alat yang akan digunakan. Selain
itu, sebelum menyampaikan materi pelajaran, hendaknya pengajar menjelaskan
dulu kepada siswa tujuan instruksional khusus yang akan dicapai sehingga mereka
mengetahui kemampuan-kemampuan yang diharapkan setelah selesai pelajaran.

c) Mengadakan tes akhir

Kalau tes awal diberikan sebelum siswa mengikuti pelajaran maka tes akhir
diberikan setelah selesai mengikuti pembelajaran. Tes yang diberikan dalam tes
akhir ini identik dengan yang diberikan pada tes awal. Bedanya terletak pada
waktu dan fungsinya. Tes awal berfungsi untuk menilai kemampuan siswa
mengenai materi pelajaran sebelum pembelajaran diberikan, sedangkan tes akhir
berfungsi untuk menilai kemampuan siswa mengenai materi pelajaran sesudah
pembelajaran diberikan. Dengan demikian dapat diketahui seberapa jauh
keberhasilan pembelajaran yang diberikan dapat dicapai. Langkah - langkah yang
dilakukan dalam model PPSI tersebut, digambarkan dalam bagan berikut

2. Model Desain Pembelajaran Wong dan Roulerson

Wong dan Roulerson (1974) mengemukakan 6 langkah pengembangan desain


intruksional yaitu:

1) Merumuskan tujuan

2) Menganalisis tujuan tugas belajar

3) Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang tepat.

4) Memilih metode dan media

5) Mensintesiskan komponen-komponen pembelajaran

6) Melakasanakan rencana, mengevaluasi dan memberi umpan balik.

3. Model Desain Pembelajaran Gagne dan Briggs

Gagne dan Briggs (1974: 212-213) mengemukakan 12 langkah dalam pengembangan


desain intruksional sebagai berikut :

1) Analisis dan identifikasi kebutuhan


2) Penetapan tujuan umum dan khusus

3) Identifikasi alternatif cara memenuhi kebutuhan

4) Merancang komponen dari sistem

5) Analisis (a) sumber-sumber yang diperlukan (b) sumber-sumber yang tersedia (c)
kendala-kendala.

6) Kegiatan untuk mengatasi kendala

7) Memilih atau mengembangkan materi pelajaran

8) Merancang prosedur penelitian murid

9) Uji coba lapangan : evaluasi formatif dan pendidikan guru.

10) Penyesuaian, revisi dan evaluasi lanjut

11) Evaluasi sumatif

12) Pelaksanaan operasional.

Mayalink.wordpress.com/2015/11/13/modelpembelajaranmodel-pembelajaran/

E. Memilih Model Desain Pembelajaran

Dalam memilih sebuah model harus memperhatikan pertimbangan apakah model tersebut
sesuai dengan materi dan media yang akan dipaka, Oleh karena begitu banyaknya model
biasanya kita lalu dihadapkan pada pertanyaan mau pakai model yang mana? Dalam hal
memilih model ini setidaknya ada 5 kriteria yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam
memilih model pengembangan desain pembelajaran. Model yang baik adalah model yang:

1. Sederhana: bentuk yang sederhana akan mempermudah untuk mengerti, mengikuti


dan menggunakannya

2. Lengkap: suatu model pengembangan desain pembelajaran yang lengkap haruslah


mengandung 3 unsur pokok yaitu: identifikasi, pengembangan dan evaluasi

3. Mungkin diterapkan: artinya model yang dipilih hendaklah dapat diterima dan dapat
diterapkan (applicable), sesuai dengan situasi dan kondisi setempat
4. Luas: jangkauan model tersebut hendaklah cukup luas, tidak saja berlaku untuk pola
belajar mengajar yang konvensional, tetapi juga proses belajar mengajar yang lebih
luas, baik yang menghendaki kehadiran guru secara fisik maupun yang tidak

5. Teruji: model yang bersangkutan telah dipakai secara luas dan teruji/terbukti dapat
memberikan hasil yang baik.

F. Model Yang Terbaik

Setiap model memiliki tujuan untuk menghasilkan suatu sistem intruksional yang
efektif dan efesien dalam memfasilitasi pencapaian tujuan intruksional. Benny A. (2018)
menyatakan bahwa “penerapan desain sistem pembelajaran bertujuan untuk memciptakan
pembelajaran yang sukses, yaitu pembelajaran yang mampu membantu siswa dalam
mencapai kompetensi yang diinginkan. (Ina Magdalena, M.pd & Sunaryo, M.Pds /
Desain Pembealajaran Sekolah Dasar / Jakarta/ Fkip Umt Press ,2007 Hal 60)

BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

Atwi Suparman (2012) mengemukakan analisis hasil perbandingan dari beberapa model instruksional
terdiri dari tiga tahap yakni: tahap definisi, tahap analisis dan pengembangan system, dan tahap evaluasi.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa perbedaan antara model yang satu dengan model yang lain antara lain
terletak pada: sasaran/tingkat penggunaanya (Institusi atau mata pelajaran), Penggunaan istilah pada
setiap tahapan, Jumlah tahapan atau langkahnya, kelengkapan konsep dan prinsip yang digunakan.
Berdasarkan analisis di atas Atwi Suparman mengembangkan Model Pengembangan Desain Instruksional
(MPI).

Desain instruksional masa depan yang dikembangkan oleh Atwi Suparman diharapkan dapat
mengatasi kendala-kendala pembelajaran dan dapat digunakan baik untuk pembelajaran tatap muka
maupun pendidikan jarak jauh. Dengan berlandaskan teori belajar dan pembelajaran (aliran psikologi:
humanisme, behaviorisme, kignitivisme, konstruktivisme, dan cybernetisme), prinsip-prinsip
pembelajaran, dan pendekatan system.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Pada garis besarnya, setiap model dapat dibagi menjadi 3 tahap :

1. Tahap definisi

2. Tahap analisis

3. Pengembangan sistem dan evaluasi.

Perbedaan antara model yang satu dengan yg lainnya, ada 4 faktor antara lain :

1. Tingkat penggunaannya seperti tingkat institusi dan tingkat mata pelajaran

2. Penggunaan istilah dalam setiap tahap dan langkah

3. Jumlah langkah pada setiap tahap

4. Lengkap tidaknya konsep dan prinsip yang digunakan.


SARAN

Sebagai mahasiswa yang tidak terlepas dari segala sesuatu yang berkaitan dengan
pendidikan dan bidang keilmuan. Kita seharusnya dapat mempelajari Ilmu Manajemen dengan
baik. Hal ini bertujuan supaya kita dapat mengatur, mengorganisasikan, mengarahkan dan
mengendalikan segala sesuatu yang kita pimpin.

DAFTAR PUSTAKA
Magdalena, Ina., Sunaryo. (2007). Desain Pembelajaran Sekolah Dasar.Jakarta:Fkip Umt Press

Prof.Dor.M. Atwi Suparman, M.Sc. Desain Intruksional Modern Penerbit : Airlangga Edisi Keempat

Mayalink.wordpress.com/2015/11/13/model-pembelajaran-7-model-pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai