Anda di halaman 1dari 20

Preformulasi Parasetamol dengan

Metode Granulasi Basah

Oleh:

ADE SHAFIRA (200205253)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan, 5 Mei 2021


Penyusun

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3
2.1. TABLET...........................................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Tablet.........................................................................................................3
2.1.2. Komposisi Tablet.......................................................................................................3
2.1.3. Metode Pembuatan Sediaan Tablet.............................................................................4
2.1.4. Uji Preformulasi.........................................................................................................5
2.1.5 Evaluasi Tablet............................................................................................................6
2.2. PARASETAMOL1...........................................................................................................7
2.2.1 Tinjauan umum............................................................................................................7
2.3. TAPIOKA.........................................................................................................................8
2.4 PREFORMULASI...............................................................................................................9
2.4.1 PARASETAMOL...........................................................................................................9
2.4.2 BAHAN TAMBAHAN...................................................................................................9
a) Hydroxypropyl Methyl Cellulose (HPMC)......................................................................9
b) Cab-O-Sil (Aerosil)........................................................................................................10
c) Magnesium Stearat.........................................................................................................10
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................................11
3.1 Alat dan Bahan.................................................................................................................11
3.2 Formulasi.........................................................................................................................11
3.3 Pembuatan Tapioka Terfermentasi...................................................................................12
3.4 Pembuatan pregelatinisasi tapioka terfermentasi..............................................................12
3.5 Pembuatan Tablet Paracetamol.........................................................................................12
3.6 Evaluasi Serbuk................................................................................................................13
3.7 Evaluasi Tablet.................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Tablet merupakan sediaan obat dalam bentuk padat yang biasanya dibuat dengan
penambahan bahan farmasetika yang sesuai (Ansel, 1989). Selain mengandung zat aktif,
dalam pembuatan tablet diperlukan bahan tambahan yaitu bahan pengisi, pengikat,
penghancur, pelicin dan pewarna. Bahan pengikat memegang peranan penting dalam
pembuatan tablet yaitu untuk menjamin penyatuan bersama dari partikel serbuk dalam
sebuah butir granulat. Kompaktibilitas tablet dapat dipengaruhi oleh tekanan kompresi
maupun bahan pengikat. Bahan pengikat yang biasa digunakan adalah gula, amilum,
gelatin, tragakan, povidon (PVP), gom arab dan zat lain yang sesuai.
Menurut Banker dan Anderson (1994), tablet yang dinyatakan baik harus
memenuhi syarat, yaitu:
a. Memiliki kemampuan atau daya tahan terhadap pengaruh mekanis selama proses
produksi, pengemasan dan distribusi.
b. Bebas dari kerusakan seperti pecah pada permukaan dari sisi-sisi tablet.
c. Dapat menjamin kestabilan fisik maupun kimia dari zat berkhasiat yang
terkandung didalamnya.
d. Dapat membebaskan zat berkhasiat dengan baik sehingga memberikan efek
pengobatan seperti yang dikehendaki.
Tablet dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung satu
atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu
sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesifitas, kecepatan disintegrasi, dan
sifat antilekat) dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet.
Tablet biasanya berbentuk bundar dengan permukaan datar, atau konveks. Bentuk
khusus seperti kaplet, segitiga, lonjong, empat segi dan segi enam (heksagonal)
dikembangkan oleh beberapa pabrik untuk membedakan produknya terhadap produk
pabrik lainnya. Tablet dapat dihasilkan dalam berbagai bentuk, dengan membuat punch
dan lubang kempa (lesung tablet) cetakan yang didesain secara khusus.
Tablet dibuat dari bahan aktif dan bahan tambahan yang meliputi bahan pengisi,
penghancur, pengikat dan pelicin. Metode pembuatannya bisa dilakukan dengan
granulasi basah, granulasi kering atau kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan
sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat

1
tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya serta besar
kecilnya dosis. Parasetamol yang tahan terhadap panas dan kelembaban selama proses
granulasi. Cocok dikempa dengan metode granulasi basah.
Metode granulasi basah dilakukan apabila zat aktif tahan terhadap pemanasan dan
air. Dibuat dengan mencampurkan zat aktif, zat pengisi dan zat penghancur sampai
homogen, lalu dibasahi dengan larutan atau suspensi bahan pengikat, bila perlu ditambah
dengan bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, dan dikeringkan dalam lemari
pengering pada suhu 400–500C. Setelah kering, lalu diayak lagi untuk memperoleh granul
dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan dengan bahan pelicin dan dicetak
menjadi tablet dengan mesin cetak tablet.
Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan pengikat
atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang-kadang dapat ditambahkan
bahan pewangi (flavoring agent), bahan pewarna (coloring agent) dan bahan-bahan
lainnya.
Pati termasuk tapioka sebagai sumber hayati potensial untuk dikembangkan dan
digunakan dalam industri farmasi. Pada industri farmasi, khususnya dalam pembuatan
tablet pati yang digunakan ada dua macam yaitu pati alami dan pati termodifikasi, pati
dalam bentuk alami (native starch) adalah pati yang dihasilkan dari sumber umbi-
umbian dan belum mengalami perubahan sifat fisik dan kimia atau diolah secara kimia-
fisika. Pati mempunyai dua keterbatasan besar dalam membentuk tablet yang baik, yaitu
tidak mempunyai daya alir dan kompaktibilitas, oleh karena itu pati jenis ini belum
banyak dipakai dalam formula tablet .

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TABLET
2.1.1 Pengertian Tablet

Tablet merupakan sediaan obat dalam bentuk padat yang biasanya dibuat dengan
penambahan bahan farmasetika yang sesuai (Ansel, 1989). Selain mengandung zat aktif,
dalam pembuatan tablet diperlukan bahan tambahan yaitu bahan pengisi, pengikat,
penghancur, pelicin dan pewarna. Bahan pengikat memegang peranan penting dalam
pembuatan tablet yaitu untuk menjamin penyatuan bersama dari partikel serbuk dalam
sebuah butir granulat. Kompaktibilitas tablet dapat dipengaruhi oleh tekanan kompresi
maupun bahan pengikat. Bahan pengikat yang biasa digunakan adalah gula, amilum,
gelatin, tragakan, povidon (PVP), gom arab dan zat lain yang sesuai.

2.1.2. Komposisi Tablet


Tablet oral umumnya di samping zat aktif mengandung, pengisi, pengikat,
penghancur, dan pelicin. Tablet tertentu mungkin memerlukan pemacu aliran, zat
warna, zat perasa, dan pemanis (Lachman dkk., 1994). Komposisi umum dari tablet
adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan pengikat atau perekat, bahan pengembang
dan bahan pelicin. Kadang-kadang dapat ditambahkan bahan pewangi (flavoring agent),
bahan pewarna (coloring agent) dan bahan-bahan lainnya (Ansel, 1989).
1. Pengisi
Digunakan agar tablet memiliki ukuran dan massa yang dibutuhkan. Sifatnya
harus netral secara kimia dan fisiologis, selain itu juga dapat dicernakan dengan baik
(Voigt, 1995).
Bahan-bahan pengisi yaitu : laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol, amilum, bolus alba,
kalsium sulfat, natrium sulfat, natrium klorida, magnesium karbonat (Soekemi, 1987).

2. Pengikat
Untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet, juga untuk menjamin
penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butir granulat (Voigt, 1995).

3
Pengikat yang umum digunakan yaitu: amilum, gelatin, glukosa, gom arab, natrium
alginat, cmc, polivinil pirolidon, dan veegum (Soekemi, 1987).

3. Penghancur
Untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran
pencernaan dan mempermudah absorpsi (Lachman dkk., 1994).

4. Pelicin
Ditambahkan untuk meningkatkan daya alir granul-granul pada corong pengisi,
mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi pergesekan antara butir-
butir granul, dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. Bahan pelicin yaitu :
metalik stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin dengan titik lebur tinggi, amilum
maydis.

2.1.3. Metode Pembuatan Sediaan Tablet


Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin
rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah
untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa (Depkes RI, 1995).
Metode pembuatan tablet didasarkan pada sifat fisika kimia dari bahan obat,
seperti stabilitas dari bahan aktif dalam panas atau terhadap air, bentuk partikel bahan
aktif dan sebagainya. Metode pembuatan tablet yaitu :

1. Cetak langsung
Cetak langsung adalah pencetakan bahan obat atau campuran bahan obat bahan
pembantu tanpa proses pengolahan awal. Cara ini hanya dilakukan untuk bahan-bahan
tertentu saja yang berbentuk kristal/butir-butir granul yang mempunyai sifat-sifat yang
diperlukan untuk membuat tablet yang baik. Keuntungan utama dari cetak langsung ini
adalah untuk bahan obat yang peka lembab dan panas, dimana stabilitasnya terganggu
akibat pekerjaan granulasi, tetapi dapat dibuat menjadi tablet.

2. Granulasi kering

4
Granulasi kering disebut juga slugging atau prekompresi. Cara ini sangat tepat
untuk tabletasi zat-zat yang peka suhu atau bahan obat yang tidak stabil dengan adanya
air. Metode ini digunakan pada keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk pencetakan
langsung, obatnya peka terhadap pemanasan, kelembaban, atau keduanya.

3. Granulasi basah
Pada teknik ini juga memerlukan langkah-langkah pengayakan, kemudian
penyampuran dan pengeringan. Pada granulasi basah, granul dibantuk dengan suatu
bahan pengikat. Teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang
mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk. Cara
penambahan bahan pengikat tergantung pada kelarutannya dan tergantung pada
komponen campuran. Karena massa hanya sampai konsistensi lembab bukan basah
seperti pasta, maka bahan pengikat yang ditambahkan tidak boleh berlebihan.
Proses pengeringan diperlukan oleh seluruh cara granulasi basah untuk
menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan-gumpalan granul dan
untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum.

2.1.4. Uji Preformulasi


Sebelum dicetak menjadi tablet, massa granul perlu diperiksa apakah memenuhi
syarat untuk dapat dicetak. Preformulasi ini menggambarkan sifat massa sewaktu
pencetakan tablet, meliputi waktu alir, sudut diam dan indeks tap.

a) Waktu alir
Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan massa granul melalui corong.
Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik, jika tidak maka akan dijumpai
kesulitan dalam hal keseragaman bobot tablet.
b) Sudut diam
Pengukuran sudut diam digunakan metode corong tegak, granul dibiarkan
mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan membentuk kerucut, kemudian
sudut kemiringannya diukur. Semakin datar kerucut yang dihasilkan, semakin kecil
sudut diam, semakin baik aliran granul tersebut.
c) Indeks tap

5
Indeks tap adalah uji yang mengamati penurunan volume sejumlah serbuk atau
granul akibat adanya gaya hentakan. Indeks tap dilakukan dengan alat volumenometer
yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara teratur keatas dan kebawah.
Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang dari 20% .

2.1.5 Evaluasi Tablet


a) Kekerasan tablet
Ketahanan tablet terhadap goncangan saat pengangkutan, pengemasan dan
peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan yang lebih tinggi menghasilkan
tablet yang bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan berkurangnya porositas dari
tablet sehingga sukar dimasuki cairan yang mengakibatkan lamanya waktu hancur.
Kekerasan untuk tablet secara umum yaitu 4-8 kg, tablet hisap 10-20 kg, tablet kunyah 3
kg.
Kekerasan tablet dipengaruhi oleh perbedaan massa granul yang mengisi die pada saat
pencetakan tablet dan tekanan kompressi. Selain itu, berbedanya nilai kekerasan juga
dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah bahan tambahan yang digunakan pada
formulasi. Bahan pengikat adalah contoh bahan tambahan yang bisa menyebabkan
meningkatnya kekerasan tablet bila digunakan terlalu pekat.
b) Keseragaman bobot
Penetapan keseragaman bobot menggunakan neraca analitik Boeco. Tablet tidak
bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut:
Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak
boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih besar dari yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari yang ditetapkan kolom B. Jika
tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan
tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang
ditetapkan kolom B.
Syarat penyimpangan bobot
Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
Bobot rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg -150 mg 10% 20%

6
151 mg - 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%

c) Friabilitas
Tablet mengalami capping atau hancur akibat adanya goncangan dan gesekan,
selain itu juga dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet.
Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh 6 inci pada
setiap putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Kehilangan berat yang dibenarkan
yaitu lebih kecil dari 0,5 sampai 1%.
Kerenyahan tablet dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk akhir.
Granul yang sangat kering dan hanya mengandung sedikit sekali persentase
kelembapan, sering sekali menghasilkan tablet yang renyah daripada granul yang kadar
kelembapannya 2 sampai 4% .
d) Waktu hancur
Waktu hancur yaitu waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadi partikel-partikel
kecil atau granul sebelum larut dan diabsorpsi. Menyatakan waktu yang diperlukan
tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel
melalui saringan mesh 10.
Hancurnya tablet tidak berarti sempurna larutnya bahan obat dalam tablet. Tablet
memenuhi syarat jika waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit.
e) Disolusi
Disolusi yaitu larutnya obat dalam cairan pencernaan yang berhubungan langsung
dengan efikasi (kemanjuran) dari tablet dan perbedaan bioavailabilitas dari berbagai
formula. Cara pengujian disolusi tablet, juga persyaratan yang harus dipenuhi
dinyatakan dalam masing-masing monografi obat. Adapun yang diukur adalah jumlah
zat berkhasiat yang larut dalam satu satuan waktu dengan alat dissolution tester.

2.2. PARASETAMOL1
2.2.1 Tinjauan umum
Parasetamol (asetominofen) memiliki khasiat dari sebagai analgetis dan antipiretis,
tetapi tidak antiradang. Aksi dari parasetamol yaitu menghambat prostaglandin tetapi
tidak memiliki efek anti-inflamasi diperifer , mengurangi demam melalui tindakan
langsung pada hipotalamus pengatur pusat panas. Parasetamol diindikasikan untuk

7
menghilangkan nyeri ringan sampai sedang, pengobatan demam. Penggunaan berlabel
(s): nyeri dan demam setelah vaksinasi profilaksis. Dosis dari parasetamol untuk nyeri
dan deman oral 2 - 3 dd 0,5-1 g, maks 4 g/hari, pada penggunaan kronis maks. 2,5
g/hari. Anak–anak 4–6 dd 10 mg/kg, yakni rata–rata usia 3-12 bulan 60 mg, 1-4 tahun
240–360 mg, 4–5 x sehari

2.3. TAPIOKA
Tapioka (pati singkong) diolah agar menjadi bahan pembantu formulasi granulasi
basah, dengan teknologi yang dapat dilakukan yaitu modifikasi pati menjadi tapioka
terfermentasi dengan menggunakan Saccharo fermentasi. Produk tapioka saccharo
fermentasi ini mempunyai kelebihan dibanding tapioka alami yaitu kadar amilosa
rendah (24,83 %), dan tinggi amilopektin (52,543%), lebih mudah larut air sehingga
memungkinkan penambahannya dalam bentuk kering sebagai pengikat tablet, dan
mempunyai viskositas yang lebih rendah yang memungkinkan mempermudah distribusi
bahan pengikat tersebut ke dalam masa tablet. Tapioka fermentasi diharapkan
mempunyai aliran fluida yang baik, dan kompresibilitas yang baik agar dapat digunakan
sebagai eksipien tablet kempa langsung. Teknologi modifikasi tapioka untuk tablet yang
telah ada yaitu bentuk pati pregelatinisasi. Pada umumnya modifikasi pati menjadi pati
pregelatinisasi dapat dilakukan dengan cara pemanasan suspensi pati dalam air.

8
2.4 PREFORMULASI
2.4.1 PARASETAMOL
Rumus bangun :

Rumus molekul : C8H9NO2


Nama kimia : 4-Hidroksiasetanilida
Berat molekul : 151.16
Kandungan : Tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% C8H9O2
dari jumlah yang tertera pada etiket.
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N, mudah larut
dalam etanol.
Parasetamol mengadung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H9NO2 yang dihitung terhadap zat anhidrat senyawa ini merupakan serbuk yang halus,
putih, tidak berbau, berasa sedikit pahit, larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1 N
serta mudah larut dalam etanol.

2.4.2 BAHAN TAMBAHAN


a) Hydroxypropyl Methyl Cellulose (HPMC)
Rumus bangun :

Pemerian : bubuk putih atau butiran yang terbuat dari selulosa kapas murni dengan reaksi
eterifikasi.

9
Ciri – ciri : kelarutan dalam air, retensi air, nonionik, stabilitas nilai pH, aktivitas
permukaan, sifat pembentuk suhu yang dapat dipulihkan, sifat pengental, kemampuan
formulasi film, sifat pelumasan, dan lainlain, tanpa organ tubuh, lemak dan unsur bioaktif
lainnya. tidak memiliki rasa dan bau, stabil terhadap panas, cahaya, udara, dan dapat
disesuaikan dengan tingkat kelembaban.
Fungsi : sebagai pengikat karena memiliki sifat antara lain memperbaiki daya alir dari
granul-granul sehingga menghasilkan tablet yang kompak dan secara kimia bersifat inert
serta mempunyai kemampuan untuk mencampur zat warna atau zat aditif lainnya ke dalam
lapisan tipis.

b) Cab-O-Sil (Aerosil)
Nama lain : Aerosil; Cab-O-Sil; Cab-O-Sil M-5P; colloidal silica;
Rumus molekul : SiO2
Berat Molekul = 60.08
Pemerian : berwarna putih kebiru-biruan, terang, tidak berbau, tidak berasa, serbuk amorf
tidak berpasir.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam pelarut organik, air, dan larutan asam, kecuali
hydrofluoric acid. Larut dalam larutan alkali hidroksida panas, membentuk dispersi
koloidal dalam air.
pH : 3,5-4,0 (4 % w/v aqueous dispersion)
Densitas : 0.029-0.042 g/cm3
Distribusi ukuran partikel : 7-16 nm.
Indeks refraktif : 1.46
fungsinya : adsorbent; anticaking agent; emulsion stabilizer; glidant; suspending agent;
tablet disintegrant; thermal stabilizer; viscosity-increasing agent.
c) Magnesium Stearat
Nama lain: stearic acid, magnesii stearas
Rumus Molekul : C36H70MgO4
pemerian : sangat halus, putih terang, berbau asam stearat dan rasa yang khas

10
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter dan air; sedikit larut dalam
benzene hangat dan etanol hangat (95%)
pH : -
Berat Jenis : 0,159 g/cm3
Titik lebur/leleh : 117-150oC
Fungsinya : lubrikan, sebab dapat mempengaruhi sifat fisik campuran bahan baku dan
tablet. Magnesium stearat sebagai bahan pelicin mempunyai sifat hidrofob dan bisa
mempengaruhi sifat-sifat tablet seperti keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan
waktu hancur.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat penelitian yang digunakan antara lain alat-alat gelas, lemari pengering (Heraeus), alat
pengayak granul, alat pencampur (mixer), alat tabletasi (Hand Hold Press), alat uji
kekerasan tablet, alat uji waktu hancur (TEQ Disintegration Tester), neraca analitik (Chyo),
seperangkat alat uji sifat alir granul, Stopwatch, timbangan gram.
Bahan yang digunakan adalah singkong parasetamol, Magnesium stearat, Cab-O-Sil.

3.2 Formulasi
Formulasi Tablet Paracetamol dengan Pengisi Tapioka Terfermentasi Saccharomyces
cerevisia

Bahan Fungsi P1 (g) P2 (g) P3 (g) P4 (g) P5 (g)


Bahan 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5
Paracetamol
Obat
Tapioka Pembawa 26 25,35 24,7 24,05 23,4
Tapioka
terfermentas Cetak
Pregelatinisas
i Langsung
i
HPMC 0 0,65 1,3 1.95 2,6
Cabosil Glidant 0,066 0,066 0,066 0,066 0,066
Mg Stearat Lubrikan 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
P1 = Tapioka terfermentasi : HPMC (100% : 0%)
P2 = Tapioka terfermentasi : HPMC (97,5% : 2,5%)
P3 = Tapioka terfermentasi : HPMC (95% : 5%)
P4 = Tapioka terfermentasi : HPMC (92,5% : 7,5%)
P5 = Tapioka terfermentasi : HPMC (90% : 10%)

3.3 Pembuatan Tapioka Terfermentasi


Pembuatan tapioka terfermentasi mengikuti prosedur yang dilakukan oleh [5] sebagai
berikut. Fermentasi tapioka basah dilakukan dengan metode kultur terendam dan

12
penambahan inokulum S.cerevisae 10% dalam larutan gula. Fermentasi pada suhu ruang
(28±2oC) selama 24 jam dalam wadah tertutup secara mikroaerofilik Selanjutnya endapan
tapioka terfermentasi dikeringkan kedalam oven blower pada suhu 60˚C selama 24 jam.
Tapioka terfermentasi kering dihaluskan dan dilakukan pengayakan 80 mesh sehingga
didapatkan tepung tapioka terfermentasi. Tapioka terfermentasi selanjutnya digunakan
sebagai bahan eksipien dalam formulasi tablet.

3.4 Pembuatan pregelatinisasi tapioka terfermentasi


Pembuatan pati pergelatinisasi mengikuti prosedur beberapa modifikasi sesuai
dengan penelitian, sebagai berikut. Pregelatinisasi tapioka terfermentasi adalah campiran
antara larutan HPMC dan larutan tapioka terfermentasi. Konsentrasi HPMC 2,5; 5, 7,5; dan
10 gram masing-masing ditambahkan dengan 100 mL aquades, dihomogenkan
menggunakan mixer dan didiamkan hingga mengembang sempurna. Sebanyak 42 gram
tapioka terfermentasi disiapkan dan dilarutkan dengan air yang telah dipanaskan sebanyak
100 mL. Larutan HPMC dan larutan tapioka terfermentasi kemudian dicampurkan ke dalam
satu wadah dan dihomogenkan menggunakan mixer. Hasil campuran kedua larutan tersebut
dipindahkan ke dalam wadah dan dikeringkan di oven dengan suhu tidak lebih dari 45°C
hingga membentuk massa basah. Massa basah diayak dengan ayakan mesh 20, 30, 40 50,
dan 60, kemudian dikeringkan kembali hingga kadar air menjadi 5%.

3.5 Pembuatan Tablet Paracetamol


Pembuatan tablet paracetamol mengikuti metode dengan modifikasi sebagai berikut.
Penyiapan fase dalam dan fase luar dilakukan lebih dahulu. Pembuatan fase dalam
dilakukan dengan menimbang 6,5 g paracetamol dan 26 g pati pregelatinisasi, dicampurkan
dan diaduk hingga homogen. Selanjutnya pada campuran yang telah homogenya
ditambahkan air 5-10 ml hingga dapat dikepal. Bahan campuran yang telah dikepalkan
diayak dengan ayakan 10 mesh, sehingga terbentuk granula basah. Selanjutnya granula
basah dipanaskan dalam oven dengan suhu 40oC selama ± 1 jam. Granula yang telah
kering dilakukan pengayakan dengan ukuran 16 mesh. Pembuatan fase luar diawali dengan
menimbang Mg-stearat sebanyak 0,33 g dan Cabosil sebanyak 0,066 g. Kedua bahan

13
dicampur dan dilakukan pengadukan hingga homogen. Tahap berikutnya adalah pembuatan
tablet paracetamol yaitu dengan mencampurkan fase dalam dan fase luar. Bahan yang
dicampur dihomogenkan dan disebut sebagai serbuk granul yang selanjutnya dicetak
menjadi tablet menggunakan alat cetak tablet “Hand Hold Press”.

3.6 Evaluasi Serbuk


Evaluasi serbuk dilakukan sebelum pembuatan tablet, meliputi:
a. Uji Waktu Alir dan Sudut Diam

Uji ini dilakukan untuk mengukur kecepatan alir serbuk melalui corong, sebanyak
25 gram serbuk granul dimasukkan ke dalam corong alat uji waktu alir yang bagian
bawahnya dalam keadaan tertutup. Waktu alir adalah waktu yang diperlukan oleh serbuk
granul untuk mengalir mulai dari dibukanya penutup bawah corong sampai habis. Sudut
diam diukur dari kerucut yang dibentuk oleh massa granul, dengan rumus sebagai berikut.

h
Tan α =
r

b. Kompresibilitas
Uji kompresibilitas dilakukan dengan alat Jouling Volumeter [8] dengan cara
menimbang serbuk granul 29,5 g, dimasukkan ke dalam gelas ukur dari alat Jouling
Volumeter Volume awal dihitung, dengan diketuk hingga 100 ketukan. Volumenya dicatat
sampai volume konstan (tidak bergerak lagi). Perhitungan mengikuti rumus sebagai berikut:
Kp = ((Vo - Vn) × 100%) / Vo
Dimana: Kp = persen pemampatan / kompresibilitas; Vo = volume awal; Vn = volume pada
jumlah tiap ketukan
Serbuk granul yang memenuhi syarat adalah jika % pemampatan kurang dari 20%,
keteraturan fabrikasi akan tercapai.

c. Kadar lembab

14
Kadar lembab mengikuti prosedur [8] DepKes RI. Pengitungan Kadar lembab
dilakukan dengan menimbang 5 g serbuk granul, dipanaskan dalam lemari pengering
hingga bobot konstan (105o C) selama 2 jam. Kadar lembab dihitung mengikuti rumus
sebagai berikut: KL = ((Wo – W1 ) × 100%) / Wo
Dimana: KL = Kadar Lembab; Wo = bobot granul awal; W1 = bobot setelah pengeringan
Persyaratan tercapai jika kadar lembab granula berkisar antara 2-4 %.

3.7 Evaluasi Tablet

Evaluasi tablet adalah pengujian mutu fisik tablet meliputi:


a.Keseragaman Ukuran
Uji keseragaman ukuran bertujuan untuk menjamin penampilan tablet yang baik.
Prinsip dari uji ini adalah bahwa selama proses pencetakan, kemungkinan terjadi perubahan
ketebalan, dimana hal ini merupakan indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau
pada pengisian granul ke dalam “die”. Pengukuran dilakukan terhadap diameter dan tebal
tablet menggunakan alat jangka sorong. Sebanyak 20 tablet diambil secara acak, dan
dilakukan pengukuran diameter serta ketebalan tablet. Keseragaman yang memenuhi syarat
adalah diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1⅓ kali tebal tablet.

b. Keseragaman bobot
Uji Keseragaman bobot bertujuan untuk menjamin keseragaman kandungan zat aktif
didalam tablet. Prinsip untuk tablet tidak bersalut yaitu sebanyak 20 tablet diambil secara
acak lalu dilakukan penimbangan terhadap setiap tablet. Rata-rata bobot kemudian dihitung
bersama penyimpangan terhadap bobot rata-rata. Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-
masing menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari 5 % dan tidak boleh ada satupun
tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari 10%.

c. Kekerasan tablet
Pengukuran kekerasan tablet menggunakan alat “Tablet Hardness Tester” (Erweka
TBH 220) mengukuti prosedur yang dilakukan dengan cara pengesetan alat “Hardness

15
Tester” sesuai dengan diameter tablet dan jumlah tablet yang diuji. Saat tablet pecah, pada
alat akan tertera kekerasan tablet yang dinyatakan dalam satuan kg.

d. Pengukuran Waktu Hancur


Pengukuran waktu hancur menggunakan alat Erweka Disintegrator type ZT 501
dengan cara sebagai berikut: memasukkan tablet yang diukur satu persatu ke dalam tabung
basket disusul dengan cakra penuntun. Selanjutnya basket dimasukkan, ke dalam gelas
beaker 1 liter yang berisi air suling dengan suhu 37±2 oC sebagai media. Alat dihentikan
setelah tablet hancur semua. Waktu yang diperlukan untuk tablet hancur semua tertera pada
alat. Persyaratan untuk waktu hancur yang dibutuhkan tidak lebih dari 15 menit.
Data hasil pengukuran evaluasi serbuk, keseragaman bobot dan ukuran dianalisis secara
deskriptif. seluruh uji dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% (α 0,05).

16
Daftar Pustaka

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.


Departemen Kesehatan. Jakarta. 1080 halaman.
2. Kustyawati, M. E. 2012. Karakteristik Biokimia Pati Ubi Kayu (Manihot esculenta)
Terfermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae.Jurnal AGRITECH, 33(2), 281-287.
3. Kustyawati, M. E. 2019. Pengembangan Biotapioka- Hidroksipropil Metil Selulosa
untuk Eksipien Tablet Metode Granulasi Basah. Journal of Tropical Upland Resources.
1(1):109-120.
4. Siregar, C. J. P., 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
5. Agoes, G. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit ITB.
6. Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi IV, Diterjemahkan oleh
Soendani Noerono Soewandhani, R., UGM Press, Yogyakarta, 156-233.
7. Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kanig, J.L., 1994, Teori dan Praktik Farmasi
Industri, Jilid II, Diterjemahkan oleh Suyatmi, S, Jakarta, UI Press,
8. Zulfa, Ulya. 2019. Formulasi Tablet Paracetamol dengan Bahan Pengikat Pati Umbi
Gembili (Dioscorea esculenta L). Jurnal Pharmascience. 02(06): 55 - 64

17

Anda mungkin juga menyukai