Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KOASISTENSI DIAGNOSA LABORATORIK

Infestasi Cysticercus pisiformis pada Kelinci

Disusun oleh :

Mirza Astiyani Agustina, S.K.H.


19/451436/KH/10355

Dosen Pembimbing :
Dr. drh. Dwi Priyowidodo, M.P.

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2021
STUDI KASUS PARASITOLOGI
Infestasi Cysticercus pisiformis pada Kelinci

Etiologi
Taenia pisiformis merupakan cestoda (cacing pita) yang telah menyebar
secara global. Siklus hidup lengkap T. pisiformis meliputi stadium larva yang
terjadi di dalam tubuh lagomorpha sebagai hospes intermediet dan stadium
dewasa yang terjadi di di dalam tubuh karnivora sebagai hospes definitif (Zhang,
2019). Cysticercus pisiformis merupakan bentuk larva dari Taenia pisiformis.
Cysticercus pisiformis ditemukan pada kelinci yang merupakan hospes
intermediet dari T. pisiformis. Cacing dewasa Taenia pisoformis hidup di
intestinum karnivora (anjing, kucing, dan rubah) sebagai hospes definitif yang
dapat menyebabkan infeksi pada intestinum, sedangkan stadium larva hidup di
tubuh hospes intermediet. Infeksi ditularkan melalui pakan yang terkontaminasi
oleh feses anjing atau kucing yang mengandung telur T. pisiformis. Infestasi
Cysticercus pisiformis pada permukaan serosa abdomen dan atau hepar dapat
menyebabkan kerugian ekonomi karena dapat menyebabkan masalah kesehatan
seperti gangguan pencernaan, infeksi sekunder bakteri, dan lesi pada hepar
(Mogalli, 2020). Menurut Lavikainen (2014), klasifikasi taksonomi Taenia
pisiformis adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Phylum Platyhelminthes
Clas: Cestoda
Ordo: Cyclophyllidea
Family: Taeniidae
Genus: Taenia
Spesies: Taenia pisiformis

Morfologi dan Karakteristik


Cacing dewasa Taenia pisiformis dapat mencapai panjang 2 meter.
Proglotid gravid terminal berukuran 8-10 x 4,5 mm. Uterus terdiri dari untaian
median dan untaian lateral sebanyak 8-14 pasang. Cysticercus pisiformis
berbentuk bulat, berwarna putih, dan ukurannya sebesar kacang polong
(Mehlhorn, 2015).

(a) (b)

Gambar 1. (a) Skoleks Taenia pisiformis


(b) Proglotid Taenia pisiformis

Gambar 2. Cysticercus pisiformis yang menempel pada dinding usus


(Praag, 2015)

Siklus Hidup
Siklus hidup Taenia pisiformis melibatkan hospes definitif berupa anjing,
rubah, dan kucing serta hospes intermediet berupa lagomorpha (kelinci). Cacing
dewasa T. Pisiformis berkolonisasi di intestinum tenue (duodenum, jejunum, dan
ileum) hospes definitif. Proglotid cestoda yang mengandung telur keluar dari
tubuh hospes definitif bersama dengan feses. Hospes intermediet terinfeksi
apabila menelan pakan yang telah terkontaminasi oleh feses yang mengandung
proglotid. Setelah tertelan, telur cacing menetas dan mengeluarkan embrio
heksakan atau oncosphere yang menembus dinding intestinum dan bermigrasi ke
rongga peritoneum melalui hepar. Embrio heksakan setelah mencapai hepar akan
berkembang dan melakukan diferensiasi menjadi stadium larva dua yang sering
disebut dengan Cysticercus pisiformis. Cysticercus pisiformis terbentuk setelah 2-
4 minggu post infeksi kemudian menuju ke rongga peritoneum. Siklus hidup T.
pisiformis lengkap apabila hospes definitif memakan jaringan atau organ kelinci
yang mengandung Cysticercus pisiformis (Betacourt-Alonso et al, 2011; Pritt et
al, 2012).

Gambar Siklus hidup Taenia pisiformis (Pritt et al, 2012)

Patogenesis
Cysticercus pisiformis pada kelinci umumnya tidak menunjukkan tanda
klinis, apabila terdapat tanda klinis yang muncul biasanya infeksi C.pisiformis
sudah berat. Tanda klinis awal yang muncul adalah kelemahan dan penurunan
berat badan. Migrasi Cysticercus pisiformis ke hepar dapat menyebabkan hepatitis
kronis dapat berakibat kematian. Cysticercus pisiformis yang menempel pada
dinding intestinum dengan jumlah yang banyak dapat menyebabkan obstruksi
(Pritt et al, 2012).

Gejala Klinis
Infeksi Cysticercus pisiformis pada kelinci umumnya bersifat asimtomatik
dan tidak menunjukkan gejala khusus. Gejala klinis yang timbul antara kelinci
yang satu dengan yang lain berbeda (Bentacourt-Alonso, 2011). Beberapa kasus
sistiserkosis pada kelinci akibat menyebabkan kelemahan, depresi, membran
mukosa pucat, anoreksia, letargi, dan xanthoderma (Mir et al, 2006; Mogalli,
2020). Infeksi berat Cysticercus pisiformis yang ditemukan di mesenterium dapat
menimbulkan gejala rasa sakit pada abdomen dan distensi (Pritt et al, 2012).

Epidemiologi
Sistiserkosis yang disebabkan oleh larva Taenia pisiformis merupakan
penyakit parasit yang penting pada kelinci. Sistserkosis pada kelinci merupakan
salah satu masalah penting bagi negara-negara yang memproduksi daging kelinci
seperti Italia, Prancis, Spanyol, Rusia, India, dan China karena dapat
menyebabkan penurunan produksi dan kerugian ekonomi (Yang et al, 2014).
Kejadian sistiserkosis pada kelinci akibat larva Taenia pisiformis di Indonesia
masih belum ditemukan dan dilaporkan. Sistiserkosis yang menjadi perhatian di
Indonesia adalah sistiserkosis yang disebabkan oleh Taenia saginata dan Taenia
solium yang karena bersifat zoonosis.

Diagnosis
Diagnosa dengan melihat gejala klinis tidak efektif karena tidak ada gejala
khusus. Diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan post mortem dilakukan pada
organ hepar, pulmo, dan peritoneum untuk menemukan Cysticercus pisiformis.
Pemeriksaan peri mortem bisa dilakukan dengan teknik imaging seperti radiografi
dan ustrasonografi untuk melihat perubahan pada hepar (Pritt et al, 2012).

Pemeriksaan
Pemeriksaan parasitologi pada kasus sistiserkosis pada kelinci dilakukan
dengan pemeriksaan organ dan pemeriksaan histopatologis. Sampel yang
digunakan dalam pemeriksaan organ dan histopatologi adalah hepar, pulmo, dan
peritoneum. Pemeriksaan organ dilakukan setelah nekropsi dan dilakukan untuk
mengkonfirmasi adanya sista secara morfologi pada organ yang diperiksa.
Pemeriksaan histopatologi menggunakan potongan jaringan blok parafin dengan
pewarnaan hematoksilin dan eosin. Sampel organ yang telah dipilih, difiksasi
dengan buffer formalin 10% pada pH 7-7,6 selama 24 jam. Sampel ditanam dalam
blok parafin kemudian dipotong setebal 5-7 mikromili. Hasil potongan
selanjutnya diwarnai menggunakan hematoksilin dan eosin (Stancampiano et al,
2019).

Pencegahan dan Pengobatan


Pencegahan terhadap sistiserkosis pada kelinci dilakukan dengan
memperbaiki manajemen pemeliharaan yaitu dengan mencegah adanya
kontaminasi feses dari hewan terinfeksi pada pakan, kandang, dan lingkungan,
mencuci pakan segar seperti rumput, menjauhkan hospes defintif (anjing) dari
area peternakan kelinci serta meningkatkan higiene pada area peternakan dan
sekitarnya (Pritt et al, 2012).
Pengobatan dengan mebendazole dilaporkan dapat membunuh cacing
dewasa Taenia pisiformis maupun Cysticesrcus pisiformis. Praziquantel atau
kombinasi febantel/pyrantel embonate dan praziquantel dilaporkan efektif
melawan infeksi cestoda (Pritt et al, 2012.)
LAPORAN PEMERIKSAAN PARASITOLOGI

Jenis Hewan : Kelinci, 2 tahun


Anamnesa : Kelinci tidak nafsu makan sejak satu minggu yang lalu,
tidak aktif, dan berat badan menurun
Gejala klinis : Pemeriksaan menunjukkan membran mukosa kelinci
pucat, saat palpasi abdomen kelinci menunjukka rasa sakit
dan ada distensi
Sampel Pemeriksaan : hepar, omentum
Hasil Pemeriksaan :
1. Pemeriksaan feses : (-) Negatif
2. Pengamatan apus darah : (-) Negatif
3. Pemeriksaan organ
a. Hepar : (+) Cysticercus pisiformis
b. Omentum : (+) Cysticercus pisiformis
Hasil Pemeriksaan Interpretas Referensi
i
Sista Cysticercus pisiformis pada
Cysticercus omentum berukuran 4-9
pisiformis mm. Bentuk bulat dan
berwarna putih (Brody et al,
2018).

(Brody et al, 2018)


Sista Sista Cysticercus pisiformis
Cysticercus pada permukaan hepar
pisiformis (Stancampiano et al, 2019)

(Stancampiano et al, 2019)


Sista Pada setiap sista terdapat
Cysticercus larva cestoda Taenia
pisiformis pisiformis dengan skoleks
yang terinvaginasi dan
kutikula yang tebal (Brody
et al, 2018)
(Brody et al, 2018)
Cysticercus Cysticercus pisiformis
pisiformis dewasa menunjukkan
skoleks (Su) dan kait (H)
(Radwan et al, 2013)

(Radwan et al, 2013)

Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan parasitologi pada omentum dan hepar
menunjukkan bahwa kelinci tersebut terinfeksi Cysticercus pisiformis.

Mengetahui
Dosen Pembimbing Parasitologi Mahasiswa Koasistensi
Diagnosa Laboratorik

Dr. drh. Dwi Priyowidodo, M.P Mirza


Astiyani Agustina, S. K. H
DAFTAR PUSTAKA
Betancourt-Alonso, M.A., Aguirre, O. A., Vazquez, R., Flores-Perez, I. 2011.
Changes in Behavioral and Physiological Parameters Associated with
Taenia pisiformis Infection in Rabbits (Oryctolagus cuniculus) that may
Improved Early Detection of Sick Rabbits. World Rabbit Sci 19 : 21-30.
Brody, A., Kloer, T. B., Rush, R. T., Harris, L. J., Griffin, L. R., & Sadar, M. J.
(2019). Ultrasonographic Features of Mesenteric Cysticercosis in a
Domestic Rabbit (Oryctolagus cuniculus ). Veterinary Radiology &
Ultrasound: 1-4.
Lavikainen, A. 2014. A Toxonomic Revision of the Taeniidae Ludwid, 1886 based
on Molecular Phylogenies. Finlandia: Haartman Institute.
Mehlhorn, H. (2015). Taenia Species of Dogs and Cats. Encyclopedia of
Parasitology, 1–5. 
Mir, M.S., Darzi, M. M., Kamil, S. A., Nashiruddullah, N., Iqbal, S. 2006.
Pathology of Taenia pisiformis infestation in Angora Rabbits. Journal of
Veterinary Parasitology 20 (2): 129-132.
Mogalli, N. M. 2020. First Report of Taenia pisiformis Cysticercus Infestation in
Domestic Rabbits in Hajjah City Yemen. International Journal of
Veterinary Science and Research 6 (2): 159-163.
Praag, E. V. 2015. Cysticercosis and Hydatid Echinococcosis, Dangerous
Parasitic Larval Forms in Rabbits. medirabbit.com
Pritt , S., Cohen, K., dan Sedlacek, H. . The Laboratory Rabbit, Guinea Pig,
Hamster, and Other Rodents: Netherland: Elsevier
Radwan, N. A., Sefy, M. N. E., Din, S. A. N., Shafeey, H. E. A., Sharaf, S, E.,
Khalil, A. I. 2013. Cysticercus pisiformis: Ultrastructural Transformation
of the Tegument during Development from Enchosphere to Cysticercus.
Parasitologists United Journal 7: 13-26.
Stancampiano, L., Ravagnan, S., Capelli, G., dan Militerno, G. 2019.
Cysticercosis by Taenia pisiformis in Brown Hare (Lepus europaeus) in
Northern Italy: Epidemiologyc and Pathologic Features. IJP Parasites and
Wildlife 9: 139-143.
Yang, D., Chen, L., Wu, X., Zhou, X., Li, M., Chen, Z., Nong, X., Gu, X., Peng,
X., dan Yang, G. 2014. Expression of the Tpanxb1 Gene from Taenia
pisiformis and Its Potential Diagnostic Value by Dot-ELISA. Journal of
Parasitology 100 (2): 246-250.
Zhang, S. 2019. Comparative Transcriptomic Analysis of the Larval and Adult
Stages of Taenia pisiformis. Genes

Anda mungkin juga menyukai