Anda di halaman 1dari 2

Meskipun aset adalah subyek dari beberapa standar akuntansi dan sejumlah referensi yang

dibuat dalam hukum perusahaan, hal tersebut tidak sampai pengembangan kerangka kerja
konseptual pada tahun 1980-an yang mana definisi otoritatif dari term "aset". Istilah IASB
(AASB)

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (paragraf 49)


mendefinisikan aset sebagai berikut: “Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh
entitas sebagai akibat peristiwa masa laludan di mana ada manfaat ekonomi masa depan
yang diharapkan mengalir ke entitas”.

Bab ini membahas definisi aset dalam kaitannya dengan tiga karakteristik asset yang paling
utama yang harus dipenuhi agar suatu objek atau pos dapat disebut asset adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat ekonomi masa yang akan datang
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat e konomi di
masa datang yang cukup pasti (probable). Ini mengisyaratkan bahwa manfaat tersebut
terukur dan dapat dikaitkan dengan kemampuannya untuk mendatangkan pendapatan atau
aliran kasa di masa datang.
Aset adalah sumber ekonomi karena potensi jasa atau utilitas yang melekat di dalamnya.
Yaitu suatu daya atau kapasitas langka yang dapat dimanfaat kan perusahaan dalam
upayanya untuk mendatangkan pendapatan melalui aktivitas ekonomi, yaitu: konsumsi,
produksi, dan pertukaran. Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa karena daya
tukarnya. Daya beli uang menjadi pengukur manfaat ekonomi masa datang. Sumber selain
kas mempunyai manfaat ekonomi karena dapat ditukarkan dengan kas, barang, atau jasa
yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa atau karena dapat digunakan
untuk melunasi kewajiban.

2. Kontrol oleh entitas


Untuk dapat disebut sebagai asset suatu obyek atau pos tidak harus dimiliki oleh entitas
tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Pemilikan mempunyai makna yuridis atau legal artinya,
untuk memiliki suatu obyek diperlukan proses yang disebut transfer hak milik. Bila pemilikan
menjadi kriteria aset, maka akan banyak pos yang tidak masuk sebagai aset sehingga tidak
dapat dilaporkan dalam neraca. Dengan kata lain, pemilikan sebagai kriteria akan
mengakibatkan banyak pos dilaporkan di luar neraca. Oleh karena itu, konsep penguasaan
(kendali) lebih penting daripada konsep pemilikan. Hal ini dilandasi oleh konsep dasar
mengungguli bentuk yuridis. Substansi atau tujuan dari pemilikan adalah penguasaan.
Penguasaan di sini berarti kemampuan entitas untuk mendaptkan, memelihara,

3. Peristiwa masa lalu


Kriteria ketiga ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus sebagai
kriteria. Atau tes pertama pengukuran obyek sebagai aset tetapi tidak cukup untuk
mengakui
secara resmi dalam sistem pembukuan. Aset harus timbul akibat transaksi atau kejadian masa
lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi, tapi bukan kriteria untuk pangakuan. Jadi,
manfaat ekonomi dan penguasaan adalah hak atas manfaat saja tidak cukup untuk
memasukkan suatu objek ke dalam aset perusahaan untuk dilaporkan dalam neraca. Kriteria
pengakuan yang lain harus dipenuhi, yaitu keterandalan, keberpautan, dan keterukuran.

Sumber: https://manajemenkeuangan.net/

Anda mungkin juga menyukai