TUGAS MANDIRI
KONSTITUSI
NPM : H1A020069
TAHUN 2020
A. Pengertian Konstitusi
Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu negara berupa kumpulan
peraturan-peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah dalam pemerintahan suatu
Negara (K.C. Wheare, 1975).
Pengertian konstitusi dari asal kata bahasa Prancis, yaitu “Constituer” yang berarti
membentuk (Soemantri, 1993:29). Dalam bahasa latin, kata konstitusi merupakan gabungan dari
dua kata, yaitu “cume” dan “statuere”. Cume adalah preposisi yang berarti bersama dengan,
sedangkan statuere mempunyai arti membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan/menetapkan
(Soetoprawiro, 1987:28–29). Sedangkan dalam istilah Bahasa Inggris pengertian konstitusi
adalah “constitution” atau dalam Bahasa belanda "constitutie” secara etimologi sering di
terjemahkan dalam Bahasa Indonesia Undang-Undang Dasar. Permasalahannya penggunaan
istilah seperti halnya langsung membayangkan suatu naskah tertulis. Padahal istilah konstitusi
sendiri memiliki pengertian lebih luas, yaitu peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak
tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintahan diseenggarakan
dalam suatu pemerintahan.
Pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan memiliki dua arti utama, seperti
berikut:
1. Lebih luas daripada undang-undang dasar
2. Sama dengan pengertian Undang-Undang Dasar
Kata konstitusi memiliki arti lebih luas daripada undang-undang dasar, karena pengertian
undang-undang dasar hanya meliputi naskah tertulis, sedangkan pengertian konstitusi lebih
menyeluruh, yaitu adanya naskah tertulis maupun tidak tertulis yang tidak tercakup dalam
undang-undang. Para penyusun Undang-Undang Dasar 1945 menganut arti konstitusi lebih luas
daripada Undang-Undang Dasar, sebab penjelasan dalam Undang-Undang Dasar 1945
dikatakan: “Undang-undang suatu negara ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar negara itu.
Undang-Undang dasar adalah hukum tertulis, sedang disampingnya Undang-Undang Dasar
berlaku juga Hukum Dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis”. Namun dalam masa
Republik Indonesia Serikat 27 Desember 1949 hingga 17 Agustus 1950, penyusun konstitusi RIS
menerjemahkan secara sempit istilah konstitusi sama dengan Undang-Undang Dasar.
Sehingga secara sederhana konstitusi bisa dimaknai secara sempit maupun secara luas.
Konstitusi dalam arti sempit hanya mengandung norma-norma hukum yang membatasi
kekuasaan yang ada dalam Negara. Sedangkan Konstitusi dalam arti luas adalah keseluruhan dari
ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar, baik yang tertulis atau pun tidak tertulis maupun
campuran keduanya tidak hanya sebagai aspek hukum melainkan juga non-hukum (Utomo,
2007:12).
Sebenarnya, konstitusi berbeda dengan Undang-Undang Dasar dikarenakan suatu
kekhilafan dalam pandangan orang mengenai konstitusi pada negara-negara modern sehingga
pengertian konstitusi itu kemudian disamakan dengan Undang-Undang Dasar. Kekhilafan ini
disebabkan oleh pengaruh paham kodifikasi yang menghendaki agar semua peraturan hukum
ditulis, demi mencapai kesatuan hukum, kesederhanaan hukum dan kepastian hukum. Begitu
besar pengaruh paham kodifikasi, sehingga setiap peraturan hukum karena penting itu harus
ditulis, dan konstitusi yang ditulis itu adalah Undang-Undang Dasar.
Menurut Herman Heller (Syahuri, 2004:32) membagi pengertian konstitusi menjadi tiga
yaitu:
1. Die Politische verfassung als geselschaftlich wirk lichkeit. Konstitusi adalah
mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan. Jadi,
mengandung pengertian politis dan sosiologis.
2. Die Verselbtandigte revhtsverfassung. Konstitusi merupakan suatu kesatuan yang hidup
dalam masyarakat. Jadi, mengandung pengertian yuridis.
3. Die geshereiben verfassung. Konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-
undang yang tertinggi yang berlaku dalam suatu negara.
Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas
kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara itu
menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika
yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya suatu
konstitusi, hal inilah yang disebut oleh para ahli sebagai constituent power yang merupakan
kewenangan yang berada di luar dan sekaligus di atas sistem yang diaturnya. Karena itu, di
lingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah yang dianggap menentukan berlakunya suatu
konstitusi (Utomo, 2007:7).
B. Jenis-jenis Konstitusi
Hampir semua negara di dunia memiliki konstitusi tertulis atau Undang-Undang Dasar
(UUD) yang pada umumnya mengatur mengenai pembentukan, pembagian wewenang dan cara
bekerja berbagai lembaga kenegaraan serta perlindungan hak azasi manusia. K.C. Wheare (1975)
membagi konstitusi menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak dalam bentuk tertulis. Konstitusi tertulis adalah
suatu konstitusi (UUD) yang dituangkan dalam dokumen formal. Sedangkan konstitusi
yang bukan dalam bentuk tertulis adalah suatu konstitusi yang tidak dituangkan dalam
dokumen formal, contohnya konstitusi yang berlaku di Inggris, Israel, New Zaeland.
2. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid. Konstitusi fleksibel bersifat elastis, diumumkan
dan diubah dengan cara yang sama seperti undang-undang. Sedangkan konstitusi rigid
mempunyai kedudukan dan derajat yang jauh lebih tinggi dari peraturan perundang-
undangan yang lain, hanya dapat diubah dengan cara yang khusus atau istimewa atau
dengan persyaratan yang berat.
3. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi. Konstitusi derajat
tinggi adalah suatu konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara.
Sedangkan konstitusi derajat tidak derajat tinggi adalah suatu konstitusi yang tidak
mempunyai kedudukan seperti derajat tinggi, sehingga persyaratan mengubah konstitusi
ini tidak sesulit mengubah konstitusi derajat tinggi, melainkan sama dengan pengubahan
undang-undang.
4. Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan. Negara serikat didapatkan sistem
pembagian kekuasaan antara pemerintah negara serikat dengan pemerintah negara
bagian. Pembagian tersebut diatur dalam konstitusinya atau Undang-Undang Dasar.
Dalam negara kesatuan pembagian kekuasaan tersebut tidak dijumpai, karena seluruh
kekuasaannya tersentralkan di pemerintah pusat, walaupun dikenal juga dalam
desentralisasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arifah, fadila. 2020. “Pengertian dan Konsep Dasar Konstitusi Negara”
https://www.kompasiana.com/fadilaza/5e6b2c75097f36169c1c3872/pengertian-dan-
konsep-dasar-konstitusi-negara-republik-indonesia
2. Mahkamah Konstitusi RI. 2015. “Sejarah dan Perkembangan Konstitusi di Indonesia”
https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11776
3. Indotesis.com. 2017. “Jenis, Fungsi, dan Tujuan Konstitusi”
https://medium.com/@indotesis/jenis-fungsi-dan-tujuan-konstitusi-af0c684392b5