Anda di halaman 1dari 6

TEORI BELAJAR 

SOSIO-KULTURAL

Mei 23, 2011

A. DASAR TERBENTUKNYA TEORI SOSIO-KULTURAL


Ada 2 tokoh yang mendasari terbentuknya teori belajar sosio-kultural:
1.Piaget
Piaget berpendapat bahwa belajar ditentukan karena adanya karsa individu artinya pengetahuan
berasal dari individu. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya
dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama terjadinya belajar adalah individu
yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor sekunder.
Keaktifan siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan belajar, sedangkan penataan
kondisi hanya sekedar memudahkan belajar. Perkembangan kognitif merupakan proses genetik
yang diikuti adaptasi biologis dengan lingkungan sehingga terjadi ekuilibrasi. Untuk mencapai
ekuilibrasi dibutuhkan proses adaptasi (asimilasi dan akomodasi).
Pendekatan kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian
berkembang dalam aliran kontruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya. Teori ini bila
dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan implikasi kotraproduktif
dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan idiologi individualisme dan gaya
belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya barat. pendekatan ini kurang sesuai denga
tuntutan revolusi-sosiokultural yang berkembang akhir-akhir ini.

2.Vygotsky
Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan sadarnya
dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya.
Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu sendiri melainkan berasal dari
kehidupan sosial atau kelompoknya.
Kondisi sosial sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan nilai-
nilai sosial budaya. Anak-anak memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui
interaksi sehari-hari baik lingkungan sekolah maupun keluarganya secara aktif. Perolehan
pengetahuan dan perkembangan kognitif sesuai dengan teori sosiogenesis yaitu kesadaran
berinteraksi dengan lingkungan dimensi sosial yang bersifat primer dan demensi individual
bersifat derivatif atau turunan dan sekunder, sehingga teori belajar Vygotsky disebut dengan
pendekatan Co-Konstruktivisme artinya perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan
oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial yang aktif pula.
Menurut Vygotsky perkembangan kognisi seorang anak dapat terjadi melalui kolaborasi antar
anggota dari satu generasi keluarga dengan yang lainnya. Perkembangan anak terjadi dalam
budaya dan terus berkembang sepanjang hidupnya dengan berkolaborasi dengan yang lain. Dari
perspektif ini para penganut aliran sosiokultural berpendapat bahwa sangatlah tidak mungkin
menilai seseorang tanpa mempertimbangkan orang-orang penting di lingkungannya.
Banyak ahli psikologi perkembangan yang sepaham denga konsep yang diajukan Vygotsky.
Teorinya yang menjelaskan tentang potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak
terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Ia menekankan bahwa proses-proses
perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran dengan
orang–orang yang ada di lingkungan sosialnya. Selain itu ia juga menekankan bagaimana anak-
anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam
bidang-bidang tersebut.

B. KONSEP TEORI SOSIO-KULTURAL


Ada 3 konsep penting dalam teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembangan kognitif sesuai
dengan revolusi sosiokoltural dalam teori belajar dan pembelajaran yaitu genetic law of
development, zona of proximal development dan mediasi.
a.Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development)
Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua
tataran, yaitu interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis atau intramental. Pandangan
teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif
terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Sedangkan fungsi
intramental dipandang sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui
penguasaan dan internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.
b.Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
Vygotsky membagi perkembangan proksimal (zone of proximal development) ke dalam dua
tingkat:
(1) Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan
tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri (intramental).
(2) Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan
tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan orang dewasa atau ketika
berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten (intermental).
Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial
ini disebut zona perkembangan proksimal. Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai
fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada dalam proses
pematangan.
c.Mediasi
Menurut Vygotsky, semua perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi dimediasikan
dengan psychologis tools atau alat-alat psikologis berupa bahasa, tanda dan lambang, atau
semiotika.
Ada dua jenis mediasi, yaitu:
(1) Mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk melakukan
self- regulation yang meliputi: self planning, self monitoring, self checking, dan self evaluating.
Mediasi metakognitif ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi.
(2) Mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang
berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subject-domain problem. Mediasi kognitif bisa
berkaitan dengan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin
kebenarannya).

D. APLIKASI TEORI SOSIO-KULTURAL


Aplikasi teori sosio-kultural dalam pendidikan. Penerapan teori sosio-kultural dalam pendidikan
dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu:
a.Pendidikan informal (keluarga)
Pendidikan anak dimulai dari lingkungan keluarga, dimana anak pertama kali melihat,
memahami, mendapatkan pengetahuan, sikap dari lingkungan keluarganya. Oleh karena itu
perkembangan prilaku masing-masing anak akan berbeda manakala berasal dari keluarga yang
berbeda, karena faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dalam keluarga beragam,
misalnya: tingkat pendidikan orang tua, faktor ekonomi keluarga, keharmonisan dalam keluarga
dan sebagainya.

b.Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan
pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku pada anak, misalnya kursus membatik. Pendidikan ini
diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang berkembang di lingkungan sosial
masyarakatnya.
c.Pendidikan formal
Aplikasi teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi antara lain:
1). Kurikulum.
Khususnya untuk pendidikan di Indonesia pemberlakuan kurikulum pendidikan sesuai Peraturan
Menteri nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan KTSP, Peraturan Menteri nomor 23 tahun
2006 tentang standar kompetensi, dan Peraturan Menteri nomor 22 tahun 2006 tentang standar
kompetensi dan kompetensi dasar, jelas bahwa pendidikan di Indonesia memberikan
pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap kepada anak untuk mempelajari sosio-kultural
masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional melalui beberapa mata pelajaran yang
telah ditetapkan, di antaranya: pendidikan kewarganegaraan, pengetahuan sosial, muatan lokal,
kesenian, dan olah raga.
2). Siswa
Dalam pembelajaran KTSP anak mengalami pembelajaran secara langsung ataupun melalui
rekaman. Oleh sebab itu pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap bukan sesuatu yang verbal
tetapi anak mengalami pembelajaran secara langsung. Selain itu pembelajaran memberikan
kebebasan anak untuk berkembang sesuai bakat, minat, dan lingkungannya pencapaiannya sesuai
standar kompetensi yang telah ditetapkan.
3). Guru
Guru bukanlah narasumber segala-galanya, tetapi dalam pembelajaran lebih berperanan sebagai
fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran dan tutor. Masih banyak peran
yang lain, oleh karenanya dalam pembelajaran ini peran aktif siswa sangat diharapkan,
sedangkan guru membantu perilaku siswa yang belum muncul secara mandiri dalam bentuk
pengayaan, remedial pembelajaran.

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI SOSIO-KULTURAL


Berdasarkan teori Vygotsky akan diperoleh beberapa keuntungan:
1.Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan
proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang;
2.Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada
tingkat perkembangan aktualnya;
3.Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan
intermentalnya daripada kemampuan intramental;
4.Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah
dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau
pemecahan masalah;
5.Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan kokonstruksi,
yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersama-sama antara semua
pihak yang terlibat di dalamnya.

Kelemahan dari teori sosio-kultural yaitu terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses
belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep, belajar dari berbagai sumber belajar,
pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara langsung oleh karena itu
diteliti oleh para teoriwan perilaku.

http://renataliaa.wordpress.com/2011/05/23/teori-belajar-sosio-kultural/

TEORI BELAJAR SOSIO-KULTURAL


1.       
     Teori Belajar Piagetian

Di dalam kegiatan belajar piaget lebih mementingkan interaksi antara siswa dengan
kelompoknya. Perkembangan kognitif akan terjadi dalam interaksi antara siswa dengan
kelompok sebayanya dari pada dengan orang yang lebih dewasa.

2.      Teori Vigotsky

Ia menyatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan
sejarahnya. Memahami pikiran seseorang dapat dilakukan dari asal-usul tindakan sadarnya, dari
interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya.(Moll & Greenberg, 1990).
Menurut Vygotsky, perolehan pengetahauan dan perkembangan kognitif seseorang seturut
dengan teori sociogenesis. Dimensi kesadaran sosial bersifat primer, sedangkan dimensi
individualnya bersifat derivatif atau merupakan turunan dan bersifat sekunder (Palincsar,
Wertsch & Tulviste, dalam Supratiknya,2002).
Teori vygotsky lebih tepat disebut dengan pendekatan konstruktivistikme. Maksudnya,
erkembangan konstruktivistikme. Maksudnya perkembangan kognitif seseorang disamping
ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, jika oleh lingkungan sosial yang aktif pula.
 
a.      Hukum genetika tentang perkembangan (genetic law of development)

Menurut vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati
dua tataran, yaitu tataran sosial tempat orang-orang membentuk lingkungan sosialnya (dapat
dikategorikan sebagai interpesikologis atau intermental) dan tataran psikologis di dalam diri
orang yang bersangkutan (dapat dikategorikan sebagai intrapsiologis atau intramental).

b.      Zona perkembangan proksinal (zone of proximal development)


 
Menurut vygotsky perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan menjadi dua
tempat ke dalam dua tingkat, yaitu tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan
aktual tampak dari kemampuan seseorang untuk mnyeleseikan tugas-tugas atau memecahkan
berbagai masalah secara mandiri. Ini disebut dengan kemampuan intermental. Sedangkan tingkat
perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas
dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi
dengan teman sebaya yang lebih kompeten. Ini disebut sebagai kemampuan intermental. Jarak
antara kdeuanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial ini
disebut zona perkembangan proksimal.

c.       Mediasi

Kunci utama untuk memahami proses-proses sosial dan psikologis adalah tanda-tanda atau
lambang-lambang yang berfungsi sebagai mediator. Tanda-tanda atau lambang-lambang tersebut
merupakan produk dari lingkungan sosio-kultural dimana seseorang berada.

1.      Aplikasi Teori Belajar Revolusi-Sosiokultural Dalam Pembelajaran


Perhatian guru harus di tempatkan kepada kelompok anak yang tidak dapat menyelesaikan
maslah, guru dapat memberikan bantuan dengan berbagai cara yang dapat memfasilitasi anak
agar anak dapat memecahkan masalahyang dihadapi. Bantuan tersebut dapat berupa panduan
cara mengerjakan, bagan/alur, langkah-langkah atau prosedur melakukan tugas, pemberian
balikan, dan sebagainya.
http://desyrahmawati48.blogspot.com/2012/06/teori-belajar-sosio-kultural1.html

Anda mungkin juga menyukai