Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIK PROFESI STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI DESA GROGOL KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

PERIODE : 15 JUNI – 22 JUNI 2020

DISUSUN OLEH :
MAHASISWA PRAKTIK PROFESI NERS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES PEMKAB JOMBANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Lembar pengesahan laporan komunitas mahasiswa Program Studi
Pendidikan Profesi Ners STIKES PEMKAB JOMBANG stase Keperawatan
Komunitas yang dilaksanakan pada tanggal 15 Juni sampai dengan 22 Juni 2020.

Jombang, Juni 2202

1. Desy Siswi AS, S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )

2. Nurul Hidayah, S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )

3. Fitri Firanda, S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )

4. Siswati, S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )

Mengetahui,

Kepala Desa Grogol Kaprodi Pendidikan Profesi Ners

. Pepin Nahariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Kepala Puskesmas Bareng


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya kami dapat
menyelesaikan Laporan Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas
STIKES Pemkab Jombang di Desa Grogol Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang. Dengan terselesaikannya laporan ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat :

1. Bapak dan Ibu dosen STIKES Pemkab Jombang yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dengan sabar kepada kami.
2. Bapak dan Ibu pembimbing lahan yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dengan sabar kepada kami.
3. Semua staf / perangkat desa dan kader baik yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung yang telah mendukung proses kegiatan praktek profesi
ners stase keperawatan komunitas kepada kami.
4. Seluruh teman-teman atas kerjasama dan partisipasinya sehingga praktik
profesi keperawatan berjalan dengan lancar.

Kami menyadari bahwa laporan praktik profesi keperawatan komunitas


yang kami buat ini banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun demi sempurnanya laporan ini.

Jombang, 17 Juni 2020

Penyusun

Mahasiswa Profesi Ners


STIKES PEMKAB JOMBANG
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan upaya
dari seluruh potensi bangsa baik masyarakat, swasta maupun pemerintah
pusat dan daerah. Pembangunan kesehatan untuk mencapai Indonesia Sehat
2015 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dan perubahan paradigma sehat yaitu upaya untuk meningkatkan
kesehatan bangsa Indonesia agar mampu mendorong masyarakat untuk
bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan sendiri melalui kesadaran yang
tinggi yang mengutamakan upaya promotif dan preventif. (Depkes RI, 2006).
Guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal tersebut,
berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satunya adalah upaya
perawatan kesehatan masyarakat yang lebih dikenal dengan upaya
keperawatan komunitas.
Keperawatan komunitas merupakan bentuk pelayanan atau asuhan
langsung yang berfokus kepada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan
dengan kebiasaan atau pola perilaku masyarakat yang tidak sehat,
ketidakmampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan (bio,
psiko, sosial, kultural, maupun spiritual). Intervensi keperawatan komunitas
yang dilakukan difokuskan pada tiga level prevensi atau pencegahan yaitu :
prevensi primer yang pelaksanaan difokuskan pada pendidikan kesehatan
konseling, prevensi sekunder dan prevensi tersier.
Sebagai tenaga profesional, maka perencanaan dalam memberikan
asuhan keperawatan komunitas merupakan hal yang teramat penting disusun
oleh perawat. Rencana asuhan keperawatan disusun dengan memperhatikan
banyak faktor, terutama sekali faktor masyarakat itu sendiri, karena pada
hakekatnya masyarakatlah yang memiliki rencana tersebut, dan perawat
sebaiknya hanyalah sebagai fasilitator dan motivator dalam menggerakkan
dinamika masyarakat untuk dapat menolong dirinya sendiri. (Sutarna Agus,
2003).
Tidak hanya perencanaan tentunya perawat harus mampu pula
memastikan bahwa rencana tersebut merupakan upaya yang paling maksimal,
artinya perawat tidak saja dituntut berperan dilevel pelaksana dimasyarakat
saja (grassroat), namun pula harus merambah kepada level pengambil
keputusan (decision maker), dengan aktif melakukan lobi, negosiasi, serta
advokasi terhadap apa yang telah direncanakan untuk dapat diwujudkan. Hal
ini akan memaksa perawat untuk mampu bekerja sama dengan berbagai pihak
baik dari kalangan birokrat pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat,
maupun kalangan bisnis. Oleh karena itu penting dilakukan pendekatan
strategi yang mantap dengan memanfaatkan berbagai data primer, sekunder
dan tersier sebagai bukti (evidence base). (Sutarna Agus, 2003).
Melihat fenomena tersebut diatas, mahasiswa Program Studi Profesi
Ners merasa perlu untuk praktek keperawatan komunitas, yang dilaksanakan
dari tanggal 15 Juni – 22 Juni 2020 di Desa Grogol Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang. Sebagai output dari praktek keperawatan komunitas
tersebut mahasiswa menyusun laporan “Asuhan Keperawatan Komunitas
Desa Grogol Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Tahun 2020”.

1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Setelah melakukan praktek asuhan keperawatan komunitas,
mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan komunitas dalam mengenali
masalah kesehatan, mengorganisasikan potensi dan sumber daya yang
dimiliki untuk mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya.
1.2.2 Khusus
Setelah melakukan praktek asuhan keperawatan komunitas di
Wilayah DesaGrogol Kecamatan Diwek, mahasiswa mampu :
a. Membina hubungan baik dengan komunitas dan keluarga yang dibina
dengan mengenal wilayah, tokoh-tokoh masyarakat serta masalah
kesehatan yang sedang dihadapi.
b. Bekerjasama dengan komunitas dan keluarga dalam melaksanakan
pendataan kesehatan.
c. Menganalisa data dengan menggunakan pendekatan biostatistik,
demografi dan epidemiologi guna mengidentifikasikan diagnosa
keperawatan komunitas serta faktor penyebab timbulnya masalah.
d. Memfasilitasi komunitas dan keluarga dalam memusyawarahkan
masalah-masalah yang ditemukan dan menyadarkan adanya masalah
kesehatan yang sedang atau akan dihadapinya.
e. Mengorganisasikan potensi yang ada di komunitas untuk
merencanakan dan melaksanakan tindakan pemecahan masalah.
f. Meningkatkan tenaga-tenaga potensial di komunitas (kader) dengan
melatihnya dalam program kerja untuk mengatasi masalah.
g. Bekerjasama dengan tokoh-tokoh di komunitas, sektor yang terkait
dalam memberikan dukungan bagi pemecahan masalah yang sedang
dan akan dihadapi.
h. Mengevaluasi setiap kegiatan dan pencapaian tujuan asuhan
keperawatan komunitas.
i. Mendokumentasikan asuhan keperawatan komunitas dengan benar dan
tepat.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Manfaat Teoritis
Sebagai sumber informasi khususnya bagi mahasiswa program
profesi ners dalam melaksanakan kegiatan praktek belajar klinik
keperawatan komunitas melalui kegiatan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD).
1.3.2 Manfaat Praktis
1. Masyarakat
Diharapkan dapat membantu masyarakat guna mengerti gambaran
status kesehatannya dan menyadari permasalahan kesehatan yang ada
serta mau menyelesaikan permasalahan tersebut.
2. Mahasiswa
Menimba pengalaman belajar mahasiswa untuk peka dalam mengenali
masalah kesehatan dalam masyarakat serta menentukan langkah
penyelesaiannya dengan mengaplikasikan ilmu yang didapatkan pada
masyarakat khususnya tentang kesehatan.
3. Puskesmas
Diharapkan dapat memberikan sumbangan atau masukan
berupainformasi tentang kondisi kesehatan masyarakat yang termasuk
dalamwilayah kerja puskesmas guna membantu program kesehatan
padamasyarakat.

1.4 Sistematika Penulisan


BAB I : Menguraikan pendahuluan yang meliputi; latar belakang, tujuan
umum dan khusus, manfaat serta sistematika penulisan
BAB II : Menguraikan tentang tinjauan teori asuhan keperawatan
Komunitas
BAB III : Menguraikan tentang data tabulasi desabinaan komunitas
BAB IV : Menguraikan implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan
Komunitas
BAB V : Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Asuhan Keperawatan Komunitas


2.1.1 Pengertian
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan
nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di dalam
kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok
anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah
desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat
ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja,
masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh
dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta
masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing
process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal,
sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan
(Wahyudi, 2010).
2.1.2 Asumsi dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas
Menurut ANA (American Nurses Association)
a. Asumsi
1) Sistem pemeliharaan yang kompleks.
2) Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder
dan tersier.
3) Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk
pendidikan dasar praktek penelitian.
4) Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder
dan tersier.
5) Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan
kesehatan primer.
b. Kepercayaan
1) Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua
orang.
2) Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
3) Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen
pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan
individu.
5) Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan
kesehatan.
6) Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka
waktu yang lama.
7) Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
8) Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung
jawab secara mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan
kesehatan.

2.1.3 Falsafah Keperawatan Komunitas


Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar
tersebut, maka dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas
sebagai landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah
keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang
memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-
kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan membrikan prioritas
pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah
yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma
keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan,
lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang
luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi
terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat
pada umumnya.
c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan.
d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan
berlangsung secara berkesinambungan.
f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu
hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam
kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status
kesehatan masyarakat.
g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat
direncanakan secara berkesinambungan dan terus-menerus.
h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas
kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan
berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
Komunitas Dengan Keluarga
Sebagai Unit Pelayanan Dasar

MANUSIA

KEPERAWATAN KESEHATAN
3 Tingkatan Pencegahan (SEHAT-SAKIT)

LINGKUNGAN
(Physic, Biologic,
Psychologist, Social,
Cultural, Dan Spiritual.

Gambar 2.1 Paradigma / Falsafah Keperawatan Komunitas


Berdasarkan gambar di atas, dapat dijabarkan masing-masing unsur
sebagai berikut :
a. Manusia
Komunitas sebagai klien berarti B sekumpulan individu / klien
yang berada pada lokasi atau B batas geografi tertentu yang memiliki
niliai-nilai, keyakinan dan minat yang relatif sama serta adanya
interaksi satu sama lain untuk mencapai Tujuan. Komunitas merupakan
sumber dan lingkungan bagi keluarga, komunitas, Komunitas sebagai
klien yang dimaksud termasuk kelompok resiko tinggi antara lain:
daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.
b. Kesehatan
Sehat adalahsuatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar klien / komunitas. Sehat merupakan keseimbangan
yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.
c. Lingkungan
Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien
yang bersifat biologis, psikologis, social, cultural dan spiritual.

d. Keperawatan
Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor,
melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier.

2.2 Tujuan dan Fungsi Keperawatan Kesehatan Komunitas


2.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi
kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.

2.2.2 Tujuan Khusus


Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok
khusus dan masyarakat dalam hal:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/
keperawatan.
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi.
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/
keperawatan.
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan/keperawatan.
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri (self care).
h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
i. Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian
bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan
sejahtera.
j. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap
masalah kesehatan.

2.2.3 Fungsi Keperawatan Komunitas


1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah
klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan
dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat
proses penyembuhan (Mubarak, 2006).

2.3 Sasaran Keperawatan Komunitas


Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang
mempunyai masalah kesehatan/perawatan.
1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan
merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat
mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental
maupun sosial.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam
suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau
adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah
satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang aada di sekitarnya.

3. Kelompok Khusus
Kelompok hkusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang
sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti :
1) Ibu hamil
2) Bayi baru lahir
3) Balita
4) Anak usia sekolah
5) Usia lanjut
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan
dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit
kelamin lainnya.
2) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit
diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental
dan lain sebagainya.
c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
1) Wanita tuna susila
2) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
3) Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
1) Panti wredha
2) Panti asuhan
3) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
4) Penitipan balita
4. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan
bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka
dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-
batas yang telah ditetapkan dengan jelas.Masyarakat merupakan
kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan
bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama anggota
masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan
sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.

2.4 Strategi
Strategi intervensi keperawatan komunitas meliputi :
1. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan
yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan
masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya
gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya
sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang
mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat
individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas
penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-
pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.
2. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,
dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer
materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran
dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan
tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan
No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan;
baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi
maupun secara sosial.
3. Kerja sama (partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan
komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

2.5 Ruang Lingkup Perawatan Komunitas


Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang
ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan
upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas
maupun kunjungan rumah
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas
ataupun di rumah
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau
masalah kesehatan, melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari
puskesmas dan rumah sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin
dan nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-
kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta,
TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita
kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit
tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke:
fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah
kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita
suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok
masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan
lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat
untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah
kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang
mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan
pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

2.6 Kegiatan Praktik Keperawatan Komunitas


Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat
mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat
pelayanan kesehatan, wilayah kerja perawat tetapi secara umum kegiatan
praktek keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
A. Tahap Persiapan
a. Pembekalan dari departemen komunitas dan dinas kesehatan
tentang program praktek.
b. Penjajakan ke daerah, meliputi wilayah, sistem dalam komunitas,
masalah dan kesehatan utama.
c. Penyusunan instrumen data.
d. Uji coba instrumen pengumpulan data.
e. Pertemuan awal dengan komunitas dan keluarga untuk perkenalan,
penjelasan program praktek dan mengadakan kontrak dengan
komunitas.
f. Melaksanakan pendataan dengan melibatkan tokoh-tokoh dan
kader kesehatan setempat.
g. Melakukan tabulasi data, menganalisa data dengan pendekatan
demografi, epidemiologi dan statistik serta membuat
visualisasi/penyajian data.
h. Mengidentifikasi pra musyawarah komunitas: menyusun
kepanitiaan, menyiapkan dan melatih masyarakat yang akan terlibat
dalam musyawarah dan menyebarkan undangan.
i. Melaksanakan musyawarah komunitas tingkat RW:
1) Penyajian data hasil pengkajian kesehatan masyarakat
2) Diskusi kelompok untuk menetapkan hasil masalah, prioritas
masalah, garis besar rencana kegiatan
3) Membentuk kelompok kerja kesehatan sesuai dengan masalah
yang telah ditetapkan.
4) Tanggapan-tanggapan dari tokoh-tokoh masyarakat dan
petugas kesehatan dari instansi terkait.
B. Tahap Pelaksanaan
a. Menyusun kembali rencana kerja hasil musyawarah bersama
dengan kelompok kerja kesehatan.
b. Melaksanakan kegiatan di komunitas bersama-sama dengan
kelompok kerja kesehatan:
1) Pelatihan kader kesehatan
2) Penyuluhan kesehatan
3) Simulasi/demonstrasi
4) Pembuatan model/percontohan
5) Kunjungan rumah (home health care)
6) Kerja bakti, daan lain-lain.
c. Berkoordinasi dengan puskesmas dan instansi terkait dalam
pelaksanaan kegiatan.
C. Tahap Evaluasi
a. Mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan di komunitas dalam
hal kesesuaian, kefektifan dan keberhasilan kegiatan serta aktivitas
dari komunitas.
b. Mengevaluasi seluruh kegiatan di komunitas dalam hal pencapaian
tujuan, keberhasilan pemecahan masalah dan kemampuan
komunitas dalam pemecahan masalah.

2.7 Tahap Asuhan Keperawatan Komunitas


A. Mengunakan pendekatan proses keperawatan, dengan langkah-
langkah :
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi

Gambar 2.2 Tahapan Dalam Asuhan Keperawatan Komunitas

B. Menggunakan Pendekatan Pengorganisasian Masyarakat


a. Tujuan Pengorganisasian Komunitas
Diharapkan mampu berproses dalam mengidentifikasikan
kebutuhannya, mengembangkan keyakinan untuk memenuhi
kebutuhan dengan menggunakan potensi dan sumber daya yang ada
di dalam komunitas dan di luar komunitas. Pendekatan yang
digunakan menggunakan prinsip, landasan dan langkah dasar seperti
tertera pada gambar 2.2
b. Langkah-langkah pengorganisasian Masyarakat :
1) Persiapan :
a) Pengenalan komunitas
 Pendekatan Jalur Formal
Dilakukan terhadap instansi birokrasi yang bertanggung
jawab pada wilayah komunitas dengan cara ;
1. Pengajuan proposal dan perijinan
2. Penjelasan tujuan dan program
àhasil : surat ijin/persetujuan
 Pendekatan Jalur Informal
Dilakukan setelah adanya ijin/persetujuan dari institusi
dari birokrasi dengan melakukan pendekatan kepada :
1. Tokoh-tokoh masyarakat
2. Ketua RW, RT
3. Kader kesehatan

2.8 Dengan Menjelaskan Tujuan, Program Kegiatan, Meminta Dukungan


dan Partisipasi serta Kontrak Kerjasama

Gambar 3 Prinsip Pendekatan dalam Asuhan Keperawatan Komunitas

2.8.1 Pengenalan Masalah


Tujuan : untuk mengetahui masalah kesehatan secara menyeluruh yang
benar-benar menjadi kebutuhan komunitas saai ini.
Tahap pengenalan masalah :
a. Membuat instrumen pengkajian/pengumpulan data
1) Diawali dengan survey awal pada komunitas yang menjadi sasaran,
meliputi :
 Survey wilayah
 Survey populasi
 Survey masalah utama dan faktor penyebab
 Survey kebijakan program dan frasilitas layanan
kesehatan.
 Survey potensi-potensi, sumber pendukung di komunitas.
b. Membuat instrument pengumpulan data
1) Tabulasi Data:
 Membuat table tabulasi data
 Menghitung frekuensi distribusi
 Membuat table, diagram, grafik frekuensi distribusi
c. Analisa Data
1) Analisa Deskriptif
Membuat gambaran suatu keadaan dari obyek yang diteliti.
d. Analisa Korelasi
Menganalisa tingkat hubungan pngaruh dari dua atau lebih subvariabel
yang diteliti dengan menggunkan perhitungan statistik.
e. Perumusan Masalah
1) Adalah merumuskan diagnosa keperawatan pada komunitas
yang dikaji dengan berdasarkan hasil analisa data.
2) Mengunakan klarifikasi masalah OMAHA
3) Formulasi :
 Problem
 Etiologi
 Data yang menyokong

2.8.2 Penyadaran Komunitas


a) Tujuan
1. Mengenalkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi
oleh komunitas
2. Mengikutsertakan komunitas dalam pemecahan masalah
3. Menumbuhkan kesadaran komunitas untuk terlibat aktif
menjadi tenaga potensial dalam kegiatan pemecahan masalah.
b) Kegiatan
Mengadakan musyawarah komunitas dengan metode lokakarya mini,
dengan langkah :
1) Penyajian data hasil survey
2) Diskusi kelompok :
 Perumusan masalah dan faktor penyebab
 Menyusun rencana pemecahan masalah (bentuk masalah,
waktu, tempat, penanggung jawab dan biaya)
 Pembentukan kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) dari
anggota komunitas yang merupakan calon kader kesehatan
yang bertanggung jawabterhadap kegiatan yang direncanakan.
3) Penyajian hasil diskusi kelompok
4) Tangapan-tanggapan dari tokoh formal, informal,
puskesmas.
c) Pelaksanaan
Adalah tahap pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah direncanankan
dengan melihat aktifitas kelompok kerja yang telah terbentuk melalui
kerja sama dengan aparat desa/kelurahan, puskesmas/dinkes yang
meliputi kegiatan :
1) Pelatihan Kader
2) Penyuluhan kesehatan
3) Pelayanan kesehatan langsung
4) Home care
5) Rujukan

Gambar 2. 4 Perawat Bekerja Bersama Masyarakat (Kader Kesehatan)


d) Evaluasi
Hal-hal yang harus dievaluasi :
1) Perkembangan masalah kesehatan yang ditemukan
2) Pencapaian tujuan perawatan (terutama tujuan jangka pendek)
3) Efektifitas dan efisiensi tindakan/kegiatan yang telah dilakukan
4) Rencana tindak lanjut.

Gambar 2.5 Siklus Pemberdayaan Masyarakat dalam Asuhan Keperawatan


Komunitas

Perubahan ini dapat diamati seperti gambar di bawah ini:

Keterangan:

: Peran masyarakat
: Peran perawat
Gambar 2.6 Peranan Perawat dan Masyarakat dalam Mencapai Tujuan Perawatan
Kesehatan Komunitas

Pada gambar di atas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien
dalam menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat lebih besar
dari pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar daripada perawat.
Atau dapat digambarkan peralihan basarnya peran antara perawat dan masyarakat

Tahapan Peran perawat Peran Masyarakat


Pengenalan masyarakat +++ +
Pengenalan masalah +++ ++
Penyadaran masyarakat ++ +++
Pelaksanaan + ++++
Penilaian + ++++
Perluasan + ++++
Tujuan akhir perawat komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait
dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan
lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan
yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses
keperawatan.
BAB III
TABULASI PENGKAJIAN ASUHAN KPERAWATAN KOMUNITAS

3.1 DATA DEMOGRAFI


A. Profil Desa
1. Karakteristik wilayah
Desa Grogol merupakan salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Secara umum karakteristik
wilayah Desa Grogol dapat dilihat dari aspek fisik yang meliputi :
a. Letak
Secara administrative batas-batas Desa Grogol adalah sebagai
berikut :
1. Sebelah Utara : Desa Bandung
2. Sebelah Selatan : Desa Mojowarno
3. Sebelah Barat : Desa Cukir
4. Sebelah Timur : Desa Jombang

Desa Grogol terdiri dari 5 Dusun dengan perincian perdusun


sebagai berikut :
a. Dusun Dempok : RT dan RW
b. Dusun Bongsorejo : RT dan RW
c. Dusun Grogol : RT dan RW
d. Dusun Bogem : RT dan RW
e. Dusun Purjo : RT dan RW

2. Potensi Sumber Daya Alam


Faktor fisik yang diperlukan dalam merencanakan suatu
kawasan adalah topografi, geologi, hidrografi, dan kendala-kendala
fisik. Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi
umumnya menyuguhkan relief permukaan. Topografi Desa Grogol
sebagian besar terdiri dari Wilayah datar. Iklim adalah nilai rata-rata
dari keadaan alam di udara pada suatu tmpat dalam waktu yang cukup
lama. Iklim merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
kehidupan di bumi. Sebagai penentu dalam bidang pertanian, iklim
mempunyai pengaruh yang cukup besar, misalnya untuk penentuan
masa tanam. Desa Grogol secara umum beriklim tropis.
3. Karakteristik Penduduk/Demografi
Sumber daya manusia yang tersedia bisa dilihat dari data jumlah
penduduk, baik menurut golongan umur, tingkat pendidikan maupun
mata pencaharian. Jumlah penduduk di Desa Grogol sebanyak…
4. Potensi Unggulan Desa
Secara topografi Desa Grogol sebagian besar berupa tanah
dataran dengan struktur tanah lempung. Dengan kondisi tanah seperti
ini banyak sekali dimanfaatkan masyarakat Desa Grogol untuk
bercocok tanam padi maupun tanaman semusim lainnya. Transportasi
antar daerah di Desa Grogol juga cukup lancar.
5. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pmerintah Desa Grogol
6. Organisasi Lembaga Kemasyarakatan Desa
Lembaga kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama lain
adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan
kebutuhan dan merupakan mitra pemeintah Desa dalam
mmberdayakan masyarakat. Lembaga kemasyarakatan mempunyai
tugas membantu pemerintah Desa dan merupakan mitra dalam
memberdayakan masyarakat Desa. Pembentukan lembaga
kemasyarakatan ditetapkan dengan peraturan Desa. Hubungan kerja
antara lembaga kemasyarakatan dengan pemerinthan Desa bersifat
kemitraan, konsultatif, koordinatif.
B. Data Inti
1. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

70

68

66

64

62
Jumlah

60

58

56

54
Pria Wanita

Diagram 1. Diagram batang jenis kelamin

Berdasarkan data diagram diatas didapatkan jumlah penduduk dengan


jenis kelamin laki-laki 69 jiwa(53%) dan jenis kelamin perempuan 60 jiwa (47%)

2. Jumlah penduduk berdasarkan usia

Jumlah penduduk berdasarkan usia


100
90
80
70
60
Jumlah
50
40
30
20
10
0
<20 tahun 20-60 tahun >60 tahun

Diagram 2. Diagram batang usia


Berdasarkan data diagram diatas didapatkan jumlah penduduk dengan usia
<20 tahun sejumlah 30 jiwa (23%), usia 20-60 tahun sejumlah 88 jiwa (68%) dan
penduduk dengan usia lebih dari 60 tahun sejumlah 11 jiwa (9%).
3. Jumlah penduduk berdasarkan agama

140

120

100

80 Jumlah

60

40

20

0
islam kristen
Diagram 3. Diagram batang agama
Berdasarkan data diagram diatas didapatkan yang beragama
Islam sebanyak 125 Jiwa (97%) dan sisanya Kristen sebanyak 4 jiwa
(3%).
4. Jumlah penduduk berdasarkan suku

140

120

100

80

Jumlah
60

40

20

0
jawa lainya

Diagram 4. Diagram batang suku


Berdasarkan data diagram diatas didapatkan bahwa masyarakat yang
berasal dari suku Jawa sebanyak 100%.

5. Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan


70

60

50

40

jumlah
30

20

10

0
SD SMP SMA D3 S1 S2
Diagram 5. Diagram batang pendidikan
Berdasarkan data diagram diatas didapatkan bahwa lulusan SD sejumlah 23
jiwa (18%), SMP sejumlah 18 jiwa (14%), SMA/SMK sejumlah 59 jiwa (45%),
D3 sejumlah 3 jiwa (2%) , S1 sejumlah 25 jiwa (19%) dan lainya/belum sekolah
dan tidak sekolah sejumlah 1 jiwa (1%).
6. Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan
50

45

40

35

30

25
jumlah
20

15

10

0
PNS Swasta Wiraswasta Petani pelajar lainya
Diagram 6. Diagram batang pekerjaan
Berdasarkan data diagram diatas didapatkan bahwa masyarakat
memiliki pekerjaan sebagai PNS 6 jiwa (5%), Swasta 13 jiwa (10%),
wiraswasta 19 jiwa (15%), petani 5 jiwa (4%), pelajar 39 (30%) dan
lainya (IRT dan tidak bekerja) 47 jiwa (36%).
7. Jumlah penduduk berdasarkan status kesehatan

status kesehatan 6 bulan terkahir


12

10

8
Jumlah Penderita 6 bulan terkahir
6

0
Ht DM stroke gastritis athritis
Diagram 7. Diagram batang status kesehatan
Berdasarkan data diagram diatas didapatkan bahwa masyarakat memiliki
penyakit hipertensi 10 orang sebesar 28,6%, DM 5 orang sebesar 14,3%, arthritis
3 orang 11,4%, stroke 3 orang sebesar 8,6%, dan gastritis 8,6%.

8. Jumlah penduduk berdasarkan pasangan usia subur (PUS)

20

18

16

14

12

10
jumlah KB
8

0
pil KB suntik IUD Lainnya

Diagram 8. Diagram batang keluarga berencana (KB)


Berdasarkan data diagram diatas didapatkan bahwa masyarakat
pasangan usia subur sejumlah 10 jiwa dengan menggunakan KB
suntik (29%), KB pil 3 jiwa (9%), IUD 3 jiwa (9%) dan 18 jiwa
lainnya (53%) tidak menggunakan KB atau tidak pasangan usia subur.
9. Penyakit Kelamin
1

0.9

0.8

0.7

0.6

0.5
Jumlah penderita
0.4

0.3

0.2

0.1

0
Go Sifils HIV Category 4

Diagram 3. Diagram penyakit kelamin


Berdasarkan data diagram diatas didapatkan bahwa masyarakat tidak memiliki
penyakit kelamin.

10. Status Rumah


40

35

30

25

20
status rumah

15

10

0
sendiri sewa

Diagram 10. Diagram batang status rumah


Berdasarkan data diagram diatas didapatkan bahwa 34 penduduk
rumah sendiri (100%) rumah sendiri dan 0% rumah sewa.
11. Jenis Rumah

40

35

30

25

20
jumlah jenis rumah

15

10

0
permanen semi permanen tidak permanen
Diagram 11.Jenis rumah

Berdasarkan diagram diatas didapatkan jenis rumah permanen


sebanyak 34 rumah (100%) dan semi permanen sejumlah 0 rumah (0%).

12. Ventilasi Rumah

35

30

25

20

15 jumlah

10

0
>10% <10%

Diagram 12.Prosentase Ventilasi rumah

Berdasarkan data diatas rumah dengan ventilasi <10% sebesar 6% dan


rumah dengan ventilasi >10% sebesar 94%
13. Jenis Jamban
35

30

25

20

jumlah
15

10

0
Jongkok duduk tidak ada

Diagram 13.jenis jamban penduduk


Berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan penduduk memiliki jamban
dengan jenis jamban Jongkok sebanyak 30 (88%), dan 4 penduduk (12%) dengan
jenis jamban duduk.

14. Sumber air


30

25

20

15
Sumber Air

10

0
PAM/PDAM Sumur lainya

Diagram 14.jenis sumber air yang digunakan

Berdasarkan data tersebut didapatan penduduk desa menggunkan sumber


air dari PDAM/PAM sejumlah 4 rumah (12%), sedangkan sumber air dari sumur
sejumlah 6 rumah (18%), dan sisanya 24 rumah dengan sanyo (70%).
15. Tempat BAB
40

35

30

25

20
jumlah

15

10

0
WC Sungai kebun/ladang

Diagram 15. Tempat BAB penduduk

Berdasarkan diagram diatas penduduk tempat BAB berada di WC sebesar


100%.

16. Jentik
35

30

25

20

jentik BAK Mandi


15

10

0
Ada tidak

Diagram 16.jentik pada BAK mandi


Berdasarkan data diagram diatas 32 rumah (94%) tidak terdapat jentik dan
2 rumah (6%) terdapat jentik
17. Kandang ternak
18.2

18

17.8

17.6

17.4
kandang ternak
17.2

17

16.8

16.6

16.4
Ada Tidak ada

Diagram 17.Kandang Ternak


Berdasarkan diagram diatas diperoleh data penduduk memiliki kandang
ternak sejumlah 18 penduduk 53%, dan yang tidak memilki kandang ternak
sejumlah 16 penduduk (47%)

18. Pemanfaatan YANKES


25

20

15

faskes
10

0
RS PKM Klinik Lainya

Diagram 18.Fasilitas Kesehatan penduduk


Berdasarkan data diatas dapat disipulkan 20 penduduk (59%)memilih
untuk berkunjung ke PKM, dan 4 penduduk (12%) ke RS dan 6 penduduk (18%)
berkunjung ke klinik dan 1 penduduk (3%) lainnya ke dokter pribadi.
19. Tempat Sampah
25

20

15

pengelolahan tempat sampah


10

0
ditimbun dibakar TPS

Diagram 19.Pengelolahan tempat sampah


Berdasarkan data diatas disimpulkan pengelolah sampah masyarkat
dibakar 68% serta ke TPS sebesar 32% dan ditumbun sebesar 0%.

20. Saluran limbah


35

30

25

20

jumlah
15

10

0
GOT Sungai Lainya

Diagram 20. Saluran Limbah


Berdasarkan data diagram tersebut penduduk memiliki saluran limbah di
GOT sejumlah 29 rumah (85%), sungai sejumlah 3 rumah (9%) dan lainya
sejumlah 2 rumah (6%)
21. Konsumsi bua/sayur/hari
140

120

100

80
mengkonsumsi buah dan
sayur/hari
60

40

20

0
ya tidak

Diagram 21. Mengkonsumsi Buah/sayur/hari


Berdasarkan data diatas didapatkan penduduk mengkonsumsi buah/sayur 99% dan
tidak mengkonsumsi buah sayur 1%.

22. Jaminan kesehatan


60

50

40

30
jumlah

20

10

0
BPJS PBI BPJS NPBI Lainya tidak ada

Diagram 23.Jaminan Kesehatan penduduk


Berdasarkan diagram diatas disimpulkan penduduk memiliki BPJS PBI
sebesar 22%, BPJS NPBI 40%, lainya 9% dan tidak memiliki jaminan kesehatan
sebesar 30%
23. Merokok

27.5

27

26.5

26

25.5

25
merokok
24.5

24

23.5

23

22.5
YA Tidak

Diagram 23.Merokok

Berdasarkan diagram tersebut ditemukan penduduk yang merokok 27 jiwa


(53%) dan yang tidak merokok sejumlah 24 jiwa (47%).

24. olahraga
80

70

60

50

40
Olaraga

30

20

10

0
Ya Tidak

Diagram 24. Olahraga

Berdasarkan diagram diatas disimpulkan penduduk warga Bandung


memilki kebiasaan berolarga sebanyak 57 jiwa (44%), sedangkan tidak dengan
kebiasaan berolaraga sejumlah 72 jiwa (56%)
3.2 ANALISA DATA
Skoring diagnosa keperawatan komunitas (Ervin, 2002)
Masalah Pentingnya Kemungkinan Peningkatan Total
masalah perubahan terhadap
untuk positif jika kualitas hidup
dipecahkan : diatasi : :
1 : rendah 0 : tidak ada 0 : tidak ada
2 : sedang 1 : rendah 1 : rendah
3 : tinggi 2 : sedang 2 : sedang
3 : tinggi
Defisiensi kesehatan
komunitas
Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan
Ketidakefektifan
manajemen
kesehatan

Analisa data
No Data Problem Etiologi
.
Status kesehatan Defisiensi Kurang
DS : kesehatan pengetahuan
 Berdasarkan hasil komunitas terkait faktor
wawancara dengan 10 keluarga, pada agregat risiko
sebagian masyarakat mengatakan orang dewasa hipertensi
bahwa mereka mengetahui jika di Desa
menderita hipertensi Grogol.
 Berdasarkan hasil
wawancara dengan 10 keluarga,
masyarakat mengatakan bahwa
tidak tersedia program atau
pelayanan untuk mencegah
hipertensi
DO :
 Berdasarkan hasil survey
door to door, sebanyak 10 orang
(28,6%) menderita hipertensi
 Berdasarkan hasil
wawancara terhadap 10 keluarga
dengan penderita hipertensi,
didapatkan bahwa masyarakat
kesulitan dalam meluangkan waktu
untuk memeriksakan kesehatan
 Berdasarkan hasil
wawancara terhadap 10 keluarga
dengan penderita hipertensi,
didapatkan bahwa masyarakat tidak
menjalankan pengobatan terkait
hipertensi
Perilaku terhadap kesehatan Ketidakefektif Kurang
DS : an pengetahuan
 Berdasarkan hasil pemeliharaan mengenai
wawancara terhadap 10 keluarga kesehatan pada hipertensi
dengan penderita hipertensi, agregat orang
sebagian masyarakat mengatakan dewasa di
tidak mengetahui tentang Desa Grogol.
penyebab, tanda gejala, dan
 Berdasarkan hasil
wawancara terhadap 10 keluarga
dengan penderita hipertensi,
sebagian masyarakat mengatakan
tidak mengetahui tentang diet yang
tepat pada penderita hipertensi
 Berdasarkan hasil
wawancara terhadap 10 keluarga
dengan penderita hipertensi,
sebagian masyarakat mengatakan
bahwa mereka tidak memisahkan
makanan untuk anggota keluarga
yang menderita hipertensi
 Berdasarkan hasil
wawancara terhadap 10 keluarga
dengan penderita hipertensi,
sebagian masyarakat mengatakan
bahwa mereka tidak berolahraga
rutin setiap hari
DO :
 Berdasarkan hasil observasi
terhadap 10 keluarga dengan
penderita hipertensi, didapatkan
bahwa sebagian masyarakat tidak
memisahkan makanan untuk
anggota keluarga yang menderita
hipertensi
Lingkungan Ketidakefektif Kurang
DS : an manajemen petunjuk
 Berdasarkan hasil kesehatan pada tentang diet
wawancara terhadap 10 keluarga agregat orang dan pola
dengan penderita hipertensi, dewasa di pengobatan
sebagian masyarakat mengatakan Desa Grogol. pada
bahwa mereka kesulitan dalam penderita
menerapkan diet pada penderita hipertensi
hipertensi
 Berdasarkan hasil
wawancara terhadap 10 keluarga
dengan penderita hipertensi,
sebagian masyarakat mengatakan
bahwa penderita sudah tidak
minum obat hipertensi karena
merasa sudah sehat
DO :
 Berdasarkan hasil observasi
terhadap 10 keluarga dengan
penderita hipertensi, didapatkan
bahwa sebagian masyarakat tidak
memisahkan makanan untuk
anggota keluarga yang menderita
hipertensi

Anda mungkin juga menyukai