Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN POPULASI RENTAN

PADA BENCANA

Disusun Oleh

Putri Indriani

1814201247

Dosen Pembimbing :

Ns. Maidaliza,M.kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

T.A 2020-2021
Kelompok rentan dikatakan rentan karena Kelompok rentan dikatakan rentan

karena kelompok ini memiliki keterbatasan dan kebutuhan khusus sehingga

berisiko tinggi terhadap bencana atau ancaman bencana. Kelompok rentan

membutuhkan perlakuan dan perlindungan khusus supaya bisa bertahan

menghadapi situasi pascabencana, karena kelompok ini merupakan kelompok

yang paling besar menanggung dampak bencana . Menurut Undang-undang

Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana pada pasal 55

menyebutkan bahwa yang termasuk kedalam kelompok rentan adalah bayi,

balita, dan anak anak, ibu yang sedang mengandung atau menyusui,

penyandang cacat dan orang lanjut usia.

a. Penyakit kronik

Bencana akan memberi pengaruh besar pada kehidupan dan lingkungan

bagi orang-orang dengan penyakit kronik. Terutama dalam situasi yang

terpaksa hidup di tempat pengungsian dalam waktu yang lama atau

terpaksa memulai kehidupan yang jauh berbeda dengan pra-bencana,

sangat sulit mengatur dan memanajemen penyakit seperti sebelum

bencana Penyakit Kronik  Bencana akan memberi pengaruh besar pada

kehidupan dan lingkungan bagi orang-orang dengan penyakit kronik.

Terutama dalam situasi yang terpaksa hidup di tempat pengungsian dalam

waktu yang lama atau terpaksa memulai kehidupan yang jauh berbeda

dengan pra-bencana,sangat sulit mengatur dan memanajemen penyakit

seperti sebelum bencana. Keperawatan pada Penyakit Kronis saat

Bencana yaitu pada fase akut bencana ini, bisa dikatakan bahwa suatu

hal yang paling penting adalah berkeliling antara orang-orang untuk


menemukan masalah kesehatan mereka dengan cepat dan mencegah

penyakit mereka memburuk. Perawat harus mengetahui latar belakang dan

riwayat pengobatan dari orang-orang yang berada di tempat dengan

mendengarkan secara seksama dan memahami penyakit mereka yang

sedang dalam proses pengobatan, sebagai contoh diabetes dan gangguan

pernapasan.

b. Penyakit Mental

Dari berbagai jenis gangguan jiwa, Post-traumatic Stress Disorder (PTSD)

merupakan salah satu jenis gangguan yang paling banyak dialami oleh

korban bencana. PTSD adalah kondisi mental ketika seseorang mengalami

serangan panik yang dipicu oleh trauma pengalaman masa lalu.

Mengerikannya bencana alam yang dialami dapat menjadi salah satu hal

yang mungkin membekas di pikiran para korban.

Salah stau bentuk layanan kesehatan trauma healing yang dapat

diimplementasikan oleh perawat untuk mengatasi masalah psikososial atau

gangguan mental yaitu :

mindfulness spiritual,berdasarkan hasil studi literature, Mindfulness mampu

mendorong perilaku yang positif dan dapat menurunkan masalah psikologis

diantaranya; stress, kecemasan dan depresi (Walker, 2016). Sebuah

penelitian tentang Mindfullness menunjukkan bahwa klien yang

mendapatkan terapi mindfulness dengan pendekatan spiritual dapat

mengontrol marah dan menenangkan hati klien, serta mampu

meningkatkan kemandirian pasien dalam menjalankan fungsi kehidupannya

(Dwidiyanti, 2017).

c. Penyakit Rentan Disabilitas


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penyandang diartikan dengan

orang yang menyandang (menderita) sesuatu1.

Sedangkan disabilitas berarti keadaan (seperti sakit atau cedera) yang

merusak atau membatasi kemampuan mental dan fisik seseorang; atau

keadaan tidak mampu melakukan hal-hal dengan cara yang biasa.

Kelompok rentan tersebut antara lain adalah orang lanjut usia, anak-anak,

fakir miskin, wanita hamil, dan penyandang cacat.

Pengurangan Risiko Bencana Inklusif bagi Penyandang Disabilitas PRB

Inklusif merupakan PRB yang dirancang secara khusus untuk

meningkatkan partisipasi dan melindungi hak kelompok rentan bencana.

Kelompok rentan bencana tersebut adalah penyandang disabilitas, lansia,

ibu hamil, perempuan, dan anak-anak, hal tersebut diungkapkan oleh,

Andriani (2014, h.1).

Permasalahan penyandang disabilitas dalam mengakses manajemen

bencana antara lain:

1. Kurang adanya program persipan bencana yang sensitif bagi

penyandang disabilitas

2. Kurangnya aksesabilitas informasi dan materi ajar/belajar terkait

dengan PRB. Informasi yang tersedia kurang dapat diakses oleh

penyandang disabilitas dengan kriteria tertentu seperti, tuna netra,

gangguan intelektual, dan tuna rungu

3. dalam tindakan penyelamatan ketika terjadi bencana, lingkungan

terdekat penyandang disabilitas kurang cepat dan tepat dalam

membantu evakuasi
4. Kurangnya pendataan yang spesifik mengenai identitas dan kondisi

penyandang disabilitas hal tersebut diungkapkan dalam Konsorsium

Nasional untuk Hak Difabel (2012, h.23-27).


Referensi

file:///C:/Users/Acer/Downloads/3084-6336-2-PB.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/83165-ID-disabilitas-dan-

bencana-studi-tentang-ag.pdf

file:///C:/Users/Acer/Downloads/3419-10097-1-SM.pdf

file:///C:/Users/Acer/Downloads/129-File%20Utama%20Naskah-208-1-10-

20210102.pdf

Anda mungkin juga menyukai