Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENALAN ORDO SERANGGA OPT DAN GEJALA


GEJALA KERUSAKAN

Oleh :
Golongan D/Kelompok 8B
1. Muhammad Qasim Zailani 171510501188
2. Moh Waisul Karomi 171510501189
3. Erina Claudia M. M 161510501264

LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman padi merupakan salah satu tanaman yang digunakan untuk sumber
makanan pokok di suatu wilayah tertentu. Tanaman ini biasanya mempunyai masa
tanam 3 kali dalam 1 tahun. Ketika proses pertanaman terjadi dengan siklus yang
sama yaitu dalam 1 tahun menanam 3 kali tanaman padi, maka akan terjadi
kelimpahan hama (Organisme Pengganggu Tanaman), sehingga akan
mengakibatkan penurunan hasil produksi dan penurunan mutu hasil. Oleh karena
itu perlu adanya proses pertanaman berseling dalam setiap tahunnya.
Serangga merupakan salah satu organisme yang banyak ditemukan di
berbagai habitat, baik di darat, air laut, air tawar, pegunungan, dan lainnya.
Serangga terdiri dari beberapa spesies yang jumlahnya melimpah di bumi dan
berasosiasi dengan kehidupan manusia. Daya tahan tubuh serangga yang baik
membuat serangga mudah menyesuaikan diri dengan ligkungannya, sehingga
penyebaran serangga sangat luas. Terdapat kelas-kelas serangga yang dapat juga
merugikan manusia yaitu biasa dikenal dengan OPT (Organisme Pengganggu
Tanaman). Serangga biasanya menyerang tanaman untuk bertahan hidup, sehingga
serangga akan mengambil keuntungan dari tanaman yang dihinggapinya.
Serangan hama yang terjadi pada beberapa tanaman, salah satunya tanaman
padi. Serangga yang menyerang tanaman padi antara lain belalang, walang sangit,
wereng coklat, dan lainnya. Serangga-serangga tersebut memiliki ciri tersendiri
dalam menyerang tanaman padi. Serangga terbagi dari beberapa ordo, terdapat
beberapa ordo serangga yang berperan sebagai hama yang dibedakan berdasarkan
bentuk sayapnya. Ordo pada serangga terbagi menjadi 5 ordo yaitu Orthoptera,
hemiptera, homoptera, lepidoptera, diptera. Sedangkan untuk sub ordo pada
serangga terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu sub ordo dari ordo homoptera
adalah Auchenorrhyncha. Pada sub ordo tersebut hama yang termasuk di dalamnya
yaitu hama wereng coklat (Nilaparvata lugens) dan hama wereng hijau (Nepottetix
sp.). Berbagai macam jenis serangga maka akan susah mengetahui ordo yang
dimiliki oleh serangga yang menyerang tanaman (berperan sebagai Organisme
Pengganggu Tanaman).

1
Adanya macam-macam ordo tersebut membuat perbedaan pada setiap
serangga, sehingga memiliki ordo yang berbeda pula. Perbedaan pada setiap ordo
yang dimiliki oleh serangga dapat dilihat dari sayap serangga itu sendiri. Hal
tersebut membuat tipe sayap berbeda akan memiliki ordo ataupun sub ordo yang
berbeda. Serangan dari hama (Organisme Pengganggu Tanaman) terdapat gejala-
gejala yang muncul pada tanaman. Namun dengan gejala tersebut masih susah
dikarenakan tidak megetahui apakah gejala tersebut diakibatkan oleh serangga atau
hewan lainnya. Oleh karena itu, praktikum “Pengenalan Ordo Serangga OPT dan
Gejala Kerusakan” untuk mengetahui ordo yang dimiliki serangga dan gejala
kerusakan yang diakibatkan oleh serangga tersebut.

1.1 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami karakteristik ordo-ordo serangga yang
berperanan sebagai OPT.
2. Mengetahui dan memahami gejala kerusakan yang diakibatkan oleh
serangga.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

OPT (Organisme pengganggu tanaman) adaalah organisme yang dapat


merusak dan mengganggu tanaman sehingga dapat menyebabkan kematian pada
tanaman. Hama organisme penggangu tanaman berupa binatang, misalnya
serangga dan tikus tunggau. Serangga adalah binatang yang termasuk kelas insekta
yang memiliki banyak ordo, antara lain Ordo orthoptera yang memiliki tipe mulut
penggigit dan pengunyah, berperan sebagai perusak tanaman dan sebagai sumber
makanan. Ordo homoptera, hemiptera, coleoptera, dan hymenoptera sebagian besar
memiliki peranan sebagai hama tanaman dan berperan sebagai predator dan
memiliki tipe mulut penghisap (Fakhrah 2016).
Serangga merupakan salah satu makhluk hidup yang mempunyai berbagai
macam peranan dan memiliki karakteristik tersendiri. Serangga juga
mempengaruhi ekosistem lain, sehingga serangga sangat penting dan berpengaruh
pada kehidupan manusia. Salah satu ekosistem serangga yang mempengaruhi
ekosistem lain yaitu pada ekosistem sawah. Serangga yang berada di bagian
persawahan berperan penting dalam jaring-jaring makanan. Hal demikian
dikarenakan serangga yang berada di persawahan memiliki peran tersendiri, yaitu
sebagai herbivora, karnivora (seperti predator dan parasitoid), dan detritivora. (Hadi
dan Aminah., 2012).
Gejala serangan oleh hama pada tanaman padi dengan berbagai tipe alat
mulut yang berbeda, ada tipe mulut yang menggigit, merobek, menghisap sehingga
banyak menimbulkan tingkat penurunan pada produksi padi tersebut. Namun ada
upaya meningkatkan produksi padi di Indonesia berhadapan dengan berbagai
masalah dan penghambat berupa factor abiotis dan biotis, factor abiotis yang
terpenting berupan kemunduran kesuburan lahan, kekeringan dan kondisi yang
kurang baik dari factor iklim dan cuaca. Factor biotis berupa organisme
pengganggu tanaman berupa insekta hama yang berbeda dianatara populasi
tanaman padi sebenarnya merupakan bagian dari komunitas ekosistem suatu
pertanian. Ekosistem pertanian semula merupakan ekosistem alami yang bersifat
keseimbangan anatara organisme-organismenya berada dalam keadaan stabil
(Sarwar, 2012).

3
Pada tanaman padi banyak terdapat hama yang menyerang, sehingga
mengakibatkan penurunan pada produksi padi. Hama yang biasa dijumpai pada
tanaman padi adalah belalang. Belalang merupakan salah satu hama yang terkenal
pada tanaman. Hama belalang menyerang pada tanaman muda dan tua dengan
merusak bagian daun dan pucuk daun sehingga menyebabkan daun yang dimakan
menjadi berlubang-lubang. Akibat dari serangan belalang tepi daun pada tanaman
padi pada bagian tepi daunnya bergerigi kasar (Joko 2014).
Kepik merupakan hama yang sering dijumpai dipertanaman padi. Hama
kepik menyerang pada bagin batang padi dengan cara menghisapnya sehingga
menyebabkan daun pada tanaman padi menguning. Hama kepik menyerang pada
fase generatif. Bagian tanaman padi yang diserang berpengaruh pada terhadap
popolasi seranggan hama, sehingga menyebabkan tingginya tingkat serangan pada
tanaman padi (Anggraini dkk., 2014).
Serangga predator yang umumnya ditemukan pada tanaman padi adalah
Arachnuda (laba-laba) dan dari kelas insect. Prodetor merupakam musuh alami
penting dalam menekan populasi hama pada tanaman padi. Serangga predator yang
sering dijumpai adalah famili Carabidae dan staphylinidae. Salah satu contoh
predator dari kelas insect adalah ordo Odanta yaitu capung. Capung berperan
penting sebagai predator berbagai Arthopoda dipertanian, terutama bagi ordo
Lepidoptera, Hymenoptera, Himiptera, Orthoptera, dan Diptera. Capung berperan
penting sebagai jaringan makanan dipertanian. Capung dapat memekan protozoa,
larva nyamuk dan nimfa, sehingga dapat menguntungkan didalam pertanian
(Khodijah et al., 2012).
kumbang merupakan predator bagi hama wereng yang menguntungkan bagi
petani. Kumbang termasuk ordo coleoptera yang bertamorfosis sempurna dari fase
telur, larva, kepompong hingga dewasa. kumbang dikenal sebagai serangga ramah
lingkungan yang mampu pembantu petani dalam mengatasi serangan hama kutu
daun, kumbang dapat memangsa hingga 1000 serangga kecil. Kumbang umumnya
menyerang serangga hama berukuran besar, seperti penggerek batang, penggulung
daun, belalang, orong-orong atau jangkrik (Fox et al., 2012).

4
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikun Bioekologi OPT dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 12
oktober 2017 pukul 08.50 WIB sampai selesai yang bertempat di Agroteknopark
Jubung

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat :
1. Jaring serangga
2. Katong plastik
3. Loupe

3.2.2 Bahan:
1. Serangga
2. Kloroform

3.3.Cara Kerja
3.3.1 Kegiatan I
1. Setiap kelompok mahasiswa mengamati pada lahan tanaman padi dan kedelai
secara bergantian.
2. Menangkap serangga dengan menggunakan jaring serangga dengan metode
ayun.
3. Mengkoleksi semua serangga yang ada dan memisahkan yang bertindak sebagai
hama dan bukan.
4. Mencatat jenis dan jumlah hama yang didapatkan serta mendokumentasikan
dalam bentuk foto.

3.3.2 Kegiatan II
1. Menentukan petakan pengamatan (1 x 1) m2 pada pertanaman padi dan kedelai
2. Mengamati gejala serangan dari hama yang didapatkan pada tanaman

5
3. Mencatat gejala serangan yang ada dan mengkoleksi hama yang didapatkan dan
mendokumentasikan gejala serangan yang didapatkan dan jenis hamanya.

3.4 Variabel Pengamatan


1. Serangga sesuai ordo tertentu
2. Gejala serangan

3.5 Analisis Data


Pada acara praktikum pengenalan Ordo Serangga OPT dan Gejala Kerusakan
menggunakan analisis data deskriptif kualitatif.

6
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil

Hasil Pengamatan Pada Tanaman Padi


6
5
4
3
2
1
0
Walang
Belalang Kepik kumbang Kupu-kupu Capung
Sangit
Orthoptera Hemiptera Coleoptera Lepidoptera Odonata
Jumlah 3 5 1 2 1 1

Grafik 1. Hasil pengamatan populasi serangga pada tanaman padi

4. 2 Pembahasan
Hasil praktikum yang dilakukan di Agrotechnopark jubung didapatkan
beberapa jenis serangga yang memiliki ordo yang berbeda. Menurut (Kurniawati.,
2015) Hasil pengamatan dan identifikasi serangga diperoleh 5 ordo, adapun 7 ordo
tersebut sebagai berikut: ordo Hymenoptera, Coleoptera, Diptera, Orthoptera,
Odonata, Mantodea, dan Hemiptera. Pada masing-masing ordo memiliki ciri
tersendiri yaitu dapat dilihat dari tipe sayapnya. Ordo orthoptera meliputi serangga
belalang, ordo odonata yaitu capung, ordo hemiptera yaitu kepik dan walang sangit,
dan ordo coleoptera adalah kumbang.
Hama yang menyerang tanaman padi dan banyak ditemukan pada areal
persawahan adalah ordo orthoptera dan ordo hemiptera. Ordo orthoptera
merupakan salah satu ordo yang berperan sebagai perusak tanaman, jenis serangga
tersebut memiliki tipe mulut penggigit dan pengunyah. Salah satu contoh ordo
orthoptera yang dijumpai di areal persawahaan pada saat pengamatan praktikum di
Jubung adalah belalang. Belalang merupakan salah satu serangga yang terkenal
sebagai hama pada tanaman. Belalang tersebut memiliki tipe mulut penggigit dan

7
pengunyah, mempunyai sepasang mata majemuk yang jelas dan metamorfosis
paurometabola. Belalang menyerang bagian daun yaitu dengan gejala bekas gigitan
pada daun, sehingga menyebabkan daun pada tanaman padi menjadi berlubang-
lubang. Hal serupa juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Joko (2014),
bahwa hama belalang menyerang bagian daun sehingga menyebabkan daun
berlubang-lubang dan lubang akibat seranggan belalang tepi daun menjadi bergerigi
kasar tidak beraturan. Hama belalang menyerang tanaman pada saat muda dan tua
dengan merusak bagaian daun dan pujuk daun.
Ordo hemiptera merupakan ordo yang berperan sebagai perusak tanaman.
Salah satu ordo homoptera yang dijumpai pada saat pengamatan pada tanaman padi
adalah kepik dan walang sangit. Kepik merupakan hama penting pada tanaman
padi. Kepik dan walang sangit memiliki tipe mulut pencucuk dan penghisap, pada
sayap bagaian depan mengeras dan bagian sayap belakang terlipat dibawah sayap
depan. Kepik menyerang pada fase geneneratif. Kepik menyerang pada bagian
batang dengan cara menghisap batang tanaman padi sehingga menyababkan daun
menguning akibat batang tanaman padi sudah terganggu. Walang sangit merupakan
salah satu kelompok kepik yang sering dijumpai dipertanaman padi dan merupakan
hama yang berperan sebagai perusak tanaman. walang sangit mulai menyerang
tanaman pada saat mulai berbungga hingga matang susu dengan cara menghisap
cairan pada bulir padi sehingga menyebabkan bulir padi menjadi hampa. Anggraini
dkk (2014), menyebutkan bahwa serangan walang sangit dan kepik terjadi pada fase
generatif dan tidak terjadi pada fase vegetatif. Serangan akibat walang sangit pada
bulir padi berubah menjadi berwarna coklat kehitaman pada bekas hisapan dan bulir
padi menjadi hampa. Bagian tanaman yang diserang berpengaruh terhadap
populasi serangga, sehingga menyebabkan tingginya tingkat seranggan pada
tanaman padi.
Peredator yang ditemukan diareal persawahan tanaman padi pada saat
pengamatan adalah ordo coleoptera dan ordo odenta. Salah satu peredator
coleoptera yang ditemukan pada saat pengamatan adalah kumbang. Kumbang
merupakan ordo coleoptera yang berperan sebagai predator. kumbang memiliki tipe
mulut penggigit dan pengunya, tipe sayap seperti perisai, bagian sayap depan
mengeras dan sayap bagian belakang membranus, dan memiliki tipe metamorfosis

8
holometabola. Kumbang pada umumnya dikenali sebagai serangga berukuran mini
yang bulat kecil dengan punggungnya yang mimiliki berbagai warna. Kumbang
merupakan serangga predator yang dapat menekan meningkatnya ledakan populasi
hama dilapang. Kumbang serangga yang aktif di tajuk tanaman memiliki
keanekaragaman yang berbeda pada setiap ordonya sehingga pada saat kumbang
memangsa serangganya memiliih yang lebih kecil seperti bangsa kutu-kutuan
(Herlinda dkk., 2014)
Ordo odonata merupakan predator yang ditemukan diareal persawahan.
Salah satu ordo odenta yang ditemukan pada saat pengamatan adalah capung.
Capung memiliki tipe mulut penggigit dan pengunyah, memiliki 2 pasang
sayap yang memenjang, memiliki tipe mata majemuk, dan memiliki tipe
metamorfosis hemimetabola. Capung merupakan serangga yang berperan
penting dalam keseimbangan ekosistem. Capung mempunyai peran yang besar
dalam menjaga keseimbanagan rantai makanan, capung beperan sebagai
predator serangga kecil lainya bahkan kanibal terhadap jenisnya. Capung
dalam konteks pertanian dapat menekan pupulasi serangga dilapang yang
berpotensi sebagai hama pertanian dan mangsanya (Pamungkas, 2015). Dalia
dan Leksono (2014) juga menyebutkan bahwa capung berperan sebagai
predator berbagai Arthopoda, terutama bagi ordo lepidoptera, hymenoptera,
hemiptera, orthoptera dan diptera. Capung termasuk serangga polifag yaitu
pemakan banyak jenis sehingga dalam jaring-jaring makanan capung memiliki
hubungan dengan banyak serangga yang menjadi mangsanya. Capung
merupakan serangga yang berperan sebagai predator. Pada praktikum lapang
ditemukan serangga ini berada disekitar pertanaman padi. Serangga ini
memiliki ordo odonata yaitu memiliki 2 pasang sayap yang memanjang dan
terlihat tebal jika dilihat dari samping. Ordo odonata ini memiliki peranan
sebaga serangga yang mempunyai keindahan dan seni tersendiri sehingga nilai
estetikanya juga tinggi. Serangga ini biasanya memangsa nyamuk, lalat atau
serangga kecil lainnya. Capung mungkin juga dapat mengurangi serangan
hama pada tanaman padi yang lebih kecil dari ukuran capung (Fakhrah., 2016)

9
Kupu-kupu merupakan ordo lepidoptera. Kupu-kupu termasuk serangga
penting dalam mempertahankan ekosistem yaitu sebagai pollinator serta berperan
penting sebagai bioindicator untuk menjaga lingkungan. Kupu-kupu memiliki tipe
mulut penjilat dan penghisap, memiliki tipe sayap bersisik dan memiliki
metamorfosis holometabola. Septianella dkk (2015), menyebutkan bahwa kupu-
kupu pada saat hujan aktif tidak dapat terbang secara aktif, akan tetapi bersembunyi
di balik daun dan pohon-pohon. Kupu-kupu merupakan serangga penting dalam
menjaga suatu ekosistem. Kupu-kupu berperan sebagai pollinator pada tanaman
sehingga menguntungkan bagi petani serta suka memangsa hama yang berukuran
mini seperti sebangsa kutu-kutuan.
Gejala kerusakan pada tanaman padi yang ditemui saat praktikum lapang
yang bertempat di Agrotechnopark Jubung terdiri dari 3 bagian yang terserang oleh
serangga yaitu malai, daun dan batang. Pada bagian malai terdapat bercak berwarna
coklat dan saat ditekan malai tersebut tidak bernas. Hal tersebut dikarenakan malah
terserang oleh serangga walang sangit (Leptocorisa acuta) dengan tipe mulut
pencucuk penghisap. Walang sangit akan menyerap cairan yang berada pada malai
sehingga terdapat bintik coklat pada bagian tertentu. Walang sangit menyerang biji
padi yang masih muda atau dapat dikatakan masak susu sehingga akan berakibat
biji tidak bernas. Serangga dewasa (imago) walang sangit biasanya berwarna hijau
kuning kecoklatan dengan panjang 1,5 - 3 cm. Pada umumnya kulit bekas tusukan
walang sangit berawal dengan adanya bercak titik berwarna putih sehingga dengan
beberapa waktu kemudian akan berubah menjadi coklat kehitaman. (Leatemia dan
Rumthe, 2011)
Gejala serangan pada bagian batang tanaman padi dapat diketahui bahwa
terdapat warna coklat atau gosong pada bagian tertentu, dan daun nya berubah
menjadi warna kuning. Hal tersebut di akibatkan oleh hama penggerek batang pada
tanaman tersebut yang menyerang dengan menggorok bagian batang. Dengan
demikian bagian batang pada tanaman padi bagaikan disiram dengan air panas
sehingga berwarna kuning kecoklatan dan mengering atau hopperburn (Sianipar
dkk., 2015). Penggerek batang padi biasanya menyerang proses pertanaman padi
mulai dari masa persemaian sampai pada waktu tanaman sudah tumbuh bunga.
Gejala pada proses pertanaman terbagi menjadi 2 yaitu gejala yang ditimbulkan

10
pada fase vegetatif yaitu disebut sundep sedangkan gejala yang ditimbulkan pada
fase generatif disebut beluk (SE. Baehaki., 2013) Gejala serangan pada daun yaitu
terdapat bekas gigitan dan biasanya bentuk daun berbeda dengan bentuk semula,
sehingga berubah menjadi bergerigi dan dapat mengakibatkan daun berlubang
bahkan patah.hal tersebut disebabkan oleh belalang, karena belalang yang memiliki
peran sebagai hama juga sebagai serangga herbivora sehinggga akan memakan
bagian tanaman yaitu berupa daun.

11
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada acara “Pengenalan ordo
serangga OPT dan gejala gejala kerusakan dapat disimpulkan bahwa:
1. Hama yang menyerang dan banyak ditemukan diareal persawahan tanaman
padi adalah ordo orthoptera yaitu belalang, ordo hemiptera yaitu kepik dan
walang sangit, ordo coleoptera yaitu kumbang, dan ordo odonata yaitu
capung.
2. Gejala yang ditemukan diareal persawahan yaitu pada malai dengan ciri malai
terdapat bercak coklat dan tidak bernas, yang disebabkan oleh walang sangit.
Pada daun yaitu dengan ciri daun bergerigi sehingga bisa berakibat fatal
menjadi patah. Pada batang yaitu dengan ciri batang berwarna coklat terdapat
bekas gorokan dan daunnya menguning, hal tersebut diakibatkan oleh
penggerek batang.

5. 2 Saran
Praktikum yang dilakukan berjalan dengan lancar. Akan tetapi alat yang kurang
memadai menghambat jalannya praktikum. Sehingga perlu adanya penambahan
alat agar praktikum tidak terlalu lama

12
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini.S, Herlinda. S, Irsan. C, Umayah. A. 2014. Serangan Hama Wereng dan


Kepik pada Tanaman Padi di Sawah Lebak Sumatera Selatan. (September).
PP: 46–53.

Fakhrah. 2016. Inventarisasi Permukaan Tanah di Gampong Krueng Simpo


Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Pendidikan Almuslim. 4 (1) : 48-52

Fox, C. W. et al. 2012. Effects of seed beetles on the performance of desert legumes
depend on host species, plant stage, and beetle density’, Journal of Arid
Environments. Elsevier Ltd, 80, pp. 10–16. doi:
10.1016/j.jaridenv.2011.12.008.

Hadi dan Aminah. 2012. Keragaman Serangga dan Peranannya di Ekosistem


Sawah (Insect Diversity and its Role in Wetland Ecosystems). Sains dan
Matematika. 20(3) : 54-57.

Herlinda, S., Septiana, S. and Wijaya, A. 2014. Kelimpahan dan Keanekaragaman


Spesies Serangga Predator Selama Satu Musim Tanam Padi Ratun di Sawah
Pasang Surut. (September), pp. 736–742.

Joko, S. 2014. Inventarisasi Hama Dan Patogen Pada Uji Jarak Tanam Dan Dosis
Pupuk Kandang Pada Tanaman Garut (Inventaritation Pest and Pathogen on).
(1) PP: 222–229.

Kurniawati, N. 2015. Keragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Hama pada


Habitat Padi yang Dimanipulasi dengan Tumbuhan Berbunga. Ilmu
Pertanian. 18 (1) : 31-36

Laetemia, J. A., dan R. Y. Rumthe. 2011. Studi Kerusakan Akibat Serangan Hama
Pada Tanaman Pangan di Kecamatan Bula, Kabupaten Seram Bagian
Timur, Propinsi Maluku. Agroforestri. 6 (1) : 52-56

Dalia BPI dan Leksono AS. 2014. Interaksi antara capung dengan arthropoda dan
vertebrata predator di kepanjen kabupaten malang. pp. 26–30.

Khodijah et al. 2012. Predatory Arthropods InhabitingFresh Swamp and Tidal


Lowland Ecosystem in South Sumatra’, Jurnal Lahan Suboptimal. 1(1), pp.
57–63.
Pamungkas, D. W. 2015. Keragaman jenis capung dan capung jarum (Odonata) di
beberapa sumber air di Magetan, Jawa Timur’, 1(September), pp. 1295–1301.
Sarwar, M. 2012. Effects of potassium fertilization on population build up of rice

13
stem borers (lepidopteron pests) and rice (Oryza sativa L .) yield’, Journal of
Cereals and Oil seeds, 3(1). PP 6-9.

SE, Baehaki. 2013. Hama Penggerek Batang Padi dan Teknologi Pengendalian.
IPTEK Tanaman Pangan. 8 (1) : 1-14

Septianella, G., D. Peggie and H. Y. Sasaerila. 2015. Keanekaragaman kupu-kupu


(Lepidoptera) di kawasan Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bandung Barat, Jawa Barat’, Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 1, pp. 1816–
1820.

Sianipar, M. S., L. Djaya, dan D. P. Simarmata. 2015. Keragaman dan Kelimpahan


Serangga Hama Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Dataran Rendah Jatisari,
Karawang, Jawa Barat. Agrin. 19 (2) : 89-96

14
LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel pengamatan pada serangga dan gejala yang ditemui pada
tanaman padi.

Jum
No. Gambar Ordo Keterangan
lah
1. Walang sangit Hemiptera 5 -tipe mulut : pencucuk
penghisap
- tipe sayap : ⅔ bagian sayap
depan mengeras dan sisanya
seperti membran sedang, dan
bagian belakang berbentuk
membran, terlipat di bawah
sayap depan.
- Menyerang bagian malai padi
- Gejala yang ditimbulkan
malai menjadi tidak
bernas/kosong.
2. Kumbang Coleoptera 2 - berperan sebagai predator
- tipe sayap : seperti perisai,
sayap depan mengeras dan
sayap belakang membranus
- tipe mulut : penggigit
pengunyah
- tipe metamorfosis :
Holometabola

3. Belalang Orthoptera 3 - tipe mulut : penggigit


pengunyah
- tipe sayap : tegmina
- Sayap : membranus
(belakang) sayap depan
menebal dan kasar
- mempunyai sepasang mata
majemuk yang jelas, memiliki 2
atau 3 mata ocelli
- menyerang bagian daun padi
yaitu dengan gejala bekas
gigitan pada bagian daun
- tipe metamorfosis :
Paurometabola
- berperan sebagai hama
4. Capung Odonata 1 - sayap : 2 pasang memanjang
- tipe mata : majemuk
- tipe mulut : penggigit
pengunyah
- berperan sebagai predator
- sayap terlihat tebal jika
dilihat dari samping
- tipe metamrfosis :
Hemimetabola

5. Kupu-kupu Lepidopter 1 - tipe sayap : bersisik


a - tipe mulut : penjilat
Penghisap
- berperan sebagai
Polinator
- sayap terlihat tipis jika dilihat
dari samping
- tipe metamorfosis :
Holometabola
Telur → larva → kepompong
→ kupu-kupu dewasa
6. Kepik Hemiptera 1 - termasuk hama yang polifag,
biasanya menyerang pada
tanaman dengan menghisap
cairan pada tanaman polong.
- tipe mulut : pencucuk
penghisap
- tipe sayap : ⅔ bagian sayap
depan mengeras, sisanya
seperti membran. Sayap
belakang seperti membran dan
terlipat di bawah sayap depan
- berperan sebagai hama
- menyerang tanaman padi
pada bagian batang dengan
menghisap batang.
Lampiran 2. Lanjutan tabel pengamatan gejala pada tanaman padi

No. Gambar Keterangan

1. Malai
- malai padi tidak bernas karena saat ditekan
kosong
- terdapat warna coklat pada malai
- bulir padi berbintik-bintik berwarna coklat
kehitaman
- disebabkan oleh serangga : Walang sangit
(leptocorisa Acuta)
- tipe mulut dari walang sangit : pencucuk
penghisap
- walang sangit biasanya menyerang biji padi
yang masih muda (masak susu) sehingga
mengakibatkan padi tidak bernas
2. Daun
- pada daun terdapat bekas gigitan serangga dan
biasanya diserang oleh serangga belalang
- daun padi rusak dan dari bagian tangkai
pinggir dengan tepian bergerigi
- belalang hijau menyerang daun padi yang
masih muda sehingga menyebabkan adanya
lubang pada daun dan mengakibatkan daun
patah
- disebabkan oleh belalang hijau

3. Batang
- Pada bagian batang padi terdapat bekas
gorokan, pada batang padi terdapat warna coklat
atau gosong, dan daunnya berwarna kuning
- disebabkan oleh penggerek batang
- penggerek batang memiliki tipe mulut
penggigit pengunyah
- penggerek batang menyerang tanaman padi
pada bagian batang
Lampiran 3. Flowchart
Lampiran 4. Tabel Acc pengamatan
Lamnpiran 5. Lanjutan tabel Acc pengamatan
Lampiran 6. Kutipan dari jurnal dan buku

Joko, S. 2014. Inventarisasi Hama Dan Patogen Pada Uji Jarak Tanam Dan
Dosis Pupuk Kandang Pada Tanaman Garut

Anggraini.S, Herlinda. S, Irsan. C, Umayah. A. 2014. Serangan Hama Wereng


dan Kepik pada Tanaman Padi.
Lampiran 7. Lanjutan kutipan jurnal

Hadi., M, Aminah. 2012. Keragaman Serangga dan Peranannya di Ekosistem


Sawah.

Fakhrah. 2016. Inventarisasi insekta permukaan tanah di gampong krueng


simpo kecamatan juli kabupaten bireuen.
Lampiran 8. Lanjutan kutipan jurnal

Khodijah et al. (2012) ‘Predatory Arthropods InhabitingFresh Swamp and


Tidal Lowland Ecosystem in South Sumatra’, Jurnal Lahan Suboptimal,
1(1), pp. 57–63.
Fox, C. W. et al. (2012) ‘Effects of seed beetles on the performance of desert
legumes depend on host species, plant stage, and beetle density.

Lampiran 9. Lanjutan kutipan jurnal

Herlinda, Dkk,. (2014) ‘Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Serangga


Predator Selama Satu Musim Tanam Padi
Pamungkas, D. W. (2015) ‘Keragaman jenis capung dan capung jarum

Lampiran 10. Lanjutan kutipan jurnal

Septianella, G., D. Peggie and H. Y. Sasaerila (2015) ‘Keanekaragaman kupu-


kupu (Lepidoptera)
Kepanjen, P. D. I. and Malang, K. (2013) ‘Interaksi antara capung dengan
arthropoda dan vertebrata predator di kepanjen, kabupaten malang’,
pp. 26–30.
Lampiran 11. Lanjutan kutipan jurnal

Sarwar, M. (2012) ‘Effects of potassium fertilization on population build up of


rice stem borers (lepidopteron pests) and rice (Oryza sativa L .)
Lampiran 12. Lanjutan kutipan jurnal
Laetemia, J. A., dan R. Y. Rumthe. 2011. Studi Kerusakan Akibat Serangan
Hama Pada Tanaman Pangan di Kecamatan Bula, Kabupaten Seram
Bagian Timur, Propinsi Maluku. Agroforestri. 6 (1) : 52-56

Lampiran 13. Lanjutan kutipan jurnal


Fakhrah. 2016. Inventarisasi Permukaan Tanah di Gampong Krueng Simpo
Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Pendidikan Almuslim. 4 (1) : 48
52

Lampiran 14. Lanjutan kutipan jurnal


Kurniawati, N. 2015. Keragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Hama pada
Habitat Padi yang Dimanipulasi dengan Tumbuhan Berbunga. Ilmu
Pertanian. 18 (1) : 31-36

Lampiran 15. Lanjutan kutipan jurnal

Sianipar, M. S., L. Djaya, dan D. P. Simarmata. 2015. Keragaman dan


Kelimpahan Serangga Hama Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di
Dataran Rendah Jatisari, Karawang, Jawa Barat. Agrin. 19 (2) : 89-
96

Lampiran 16. Lanjutan kutipan jurnal


SE, Baehaki. 2013. Hama Penggerek Batang Padi dan Teknologi
Pengendalian. IPTEK Tanaman Pangan. 8 (1) : 1-14

Anda mungkin juga menyukai