Anda di halaman 1dari 9

EKSTRAKSI

A. PENGERTIAN EKSTRAKSI

Ekstraksi merupakan cara pengambilan zat aktif yang terdapat dalam simplisia
menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses
pemisahan zat aktif dari suatu padatan maupun cairan dengan menggunakan bantuan pelarut.
Pemilihan pelarut diperlukan dalam proses ekstraksi, karena pelarut yang digunakan harus
dapat memisahkan atau mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan zat-zat
lainnya yang tidak diinginkan. Ektraksi pelarut menyangkut distribusi solut di antara dua fasa
cair yang tidak bercampur. Posisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat
bercampur menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analisis.
Ekstraksi pelarut dapat merupakan suatu lngkah penting dalam urutan yang menuju kesesuatu
produk murninya dalam laboratorium organik, anorganik, atau biokimia.

B. MACAM-MACAM EKSTRAKSI

Secara garis besar ekstraksi dibedakan menjadi dua macam, yaitu ekstraksi padat-cair
(leaching) dan ekstraksi cair-cair.

1. Ekstraksi Padat-Cair (leaching)

Ektraksi padat – cair (leaching) adalah proses pemisahan satu atau beberapa komponen
(solute) yang terdapat dalam padatan dengan menggunakan pelarut cair sebagai solvent
sehingga solute yang terdapat dalam padatan larut dalam pelarut (solvent). Proses yang
terjadi didalam ekstraksi padat-cair (leaching) ini biasanya disebut dengan difusi. Beberapa
faktor yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan difusi pada proses leaching, adalah :

a. Ukuran partikel dimana pengaruh ukuran partikel yang semakin kecil maka
memperluas kontak antara permukaan padatan inert dengan pelarut dan semakin
pendek jarak difusi antara solut dengan solvent sehingga kecepatan ekstraksi akan
semakin tinggi.
b. Kecepatan pengadukan semakin cepat laju pengadukan yang digunakan dalam proses
ekstraksi, maka partikel akan terdistribusi dalam luas permukaan kontak akan lebih
luas terhadap pelarut. Selain itu, kecepatan pengadukan berpengaruh terhadap
suspensi partikel yang dapat mencegah terjadinya pengendapan bahan-bahan yang
akan di ekstrak.
c. Waktu ekstraksi merupakan salah satu faktor penentu kecepatan difusi dari sebuah
proses ektraksi padat-cair (leaching). Tetapi, penambahan waktu yang terlalu banyak
tidak sebanding dengan perolehan yield yang diperoleh. Oleh karena itu, dalam
ekstraksi diperlukan optimasi waktu agar proses ekstraksi berjalan secara optimal.
d. Kelarutan sebuah zat aktif dalam padatan inert akan meningkat seiring dengan
kenaikan suhu pelarut. Koefisien difusi akan bertambah tinggi seiring dengan
kenaikan suhu sehingga meningkatkan laju ekstraksi.
e. Semakin banyak pelarut yang digunakan maka kecepatan difusi suatu zat meningkat
dan menyebabkan hasil perolehan yield semakin besar. Tetapi tidak ekonomis jika
kuantitas pelarut yang digunakan terlalu banyak. Dalam pemilihan jenis pelarut perlu
menjadi beberapa faktor seperti selektivitas pelarut, perbedaan titik didih antara
pelarut dengan zat akan diekstrak, dan reaktifitas.

2. Ekstraksi Cair-Cair

Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan suatu komponen dari fasa cair ke fasa cair
lainnya. Operasi ekstraksi cair-cair terdiri dari beberapa tahap, yaitu (Laddha & Degaleesan,
1976):

a. Kontak antara pelarut (solvent) dengan fasa cair yang mengandung zat terlarut
(diluent), kemudian zat terlarut akan berpindah dari fasa diluent ke fasa pelarut.
b. Pemisahan fasa yang tidak saling larut yaitu fasa yang banyak mengandung
pelarut disebut fasa ekstrak dan fasa yang banyak mengandung pelarut asal
disebut fasa rafinat.

Aplikasi ekstraksi cair-cair telah digunakan secara luas dalam industri kimia, yaitu
industri kimia organik dan industri kimia anorganik. Saat ini penelitian-penelitian
menggunakan proses ekstraksi cair-cair ditujukan untuk mengambil senyawa (zat-zat) kimia
baru atau menemukan pelarut baru yang memberikan hasil ekstraksi lebih baik. Untuk
mencapai proses ekstraksi yang baik, pelarut yang digunakan mempunyai sifat-sifat : tidak
toksik, tidak bersifat eksplosif, mempunyai interval titik didih yang sempit, daya melarutkan,
mudah dan murah.
Faktor penting yang berpengaruh dalam peningkatan karakteristik hasil dalam ekstraksi cair-
cair yaitu :

a. Perbandingan pelarut-umpan (S/F)

Kenaikan jumlah pelarut (S/F) yang digunakan akan meningkatan hasil ekstraksi
tetapi harus ditentukan titik (S/F) yang minimum agar proses ekstraksi menjadi lebih
ekonomis.

b. Waktu ekstraksi
Ekstraksi yang efisien adalah maksimumnya pengambilan solut dengan waktu
ekstraksi yang lebih cepat.
c. Kecepatan pengadukan.
Untuk ekstraksi yang efisien maka pengadukan yang baik adalah yang
memberikan hasil ekstraksi maksimum dengan kecepatan pengadukan minimum,
sehingga konsumsi energy menjadi minimum.

Aplikasi ekstraksi cair-cair telah digunakan secara luas dalam industri kimia, yaitu
industri kimia organik dan industri kimia anorganik (Laddha & Degaleesan, 1976).Saat ini
penelitian-penelitian menggunakan proses ekstraksi cair-cair ditujukan untuk mengambil
senyawa (zat-zat) kimia baru atau menemukan pelarut baru yang memberikan hasil ekstraksi
lebih baik.

Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang menyatakan
bahwa ”pada konsentrasi dan tekanan yang konstan, analit akan terdistribusi dalam proporsi
yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling tidak campur”. Perbandingan konsentrasi
pada keadaan setimbang di dalam 2 fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien
partisi (KD).

C. TEKNIK EKSTRAKSI

Teknik ekstraksi ada dua cara yaitu cara tanpa pemanasan dan cara dengan pemanasan.
Cara dingin meliputi maserasi dan perkolasi, sedangkan cara panas diantaranya refluks,
soxhletasi, digesti, dekokta dan infusa.

1. Cara Dingin

a. Maserasi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel pelarut organik yang digunakan
pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa
bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan
dinding sel akibat pebedaan tekanan antara didalam dan diluar sel sehinggah
metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik
dan ekstrak senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang
dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektifitas yang
tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam pelarut tersebut. Secara
umum pelarut metanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam
proses isolasi senyawa organik bahan alam, karena dapat melarutkan seluruh
golongan metabolit sekunder.

Prinsip dari ekstraksi maserasi adalah penyarian zat aktif yangdilakukan dengan
cara merendam serbuk dalam caira penyari yang sesuai selam sehari atau beberapa
pada temperatur kamar terlindungi dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam
sel melewati dindig sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsetrasinya tinggi akan
terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses
difusi). Peristiwa tersebut berlangsung sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan
pengaduk dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh
dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Keuntungan dari metode ini ialah peralatannya
yang sederhana, sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk
mengestrak sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyk, tidak
dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin,
tiraks, dan lilin.
Gambar rangkaian alat ekstraksi maserasi

b. Perkolasi

Perkolasi merupakan proses melewatkan pelarut organik pada sampel sehingga


pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama pelarut. Tetapi efektifitas dari
proses ini hanya akan lebih besar untuk senyawa organik yang sangat mudah larut
dalam pelarut yang digunakan.
Gambar rangkaian alat ekstraksi perkolasi

2. Cara Panas

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama
waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.

Gambar rangkaian alat ekstraksi refluks

b. Sokletasi

Menggunakan soklet dengan pemanasan dan pelarut akan dapat dihemat karena
terjadinya sirkulasi pelarut yang selalu membasahi sampel. Proses ini sangat baik
untuk senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas.
Gambar rangkaian alat sokhletassi

c. Digesti

Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih
tinggi dari temperatur kamar yaitu pada suhu 40-50°C.
Gambar rangkaian alat ekstraksi digesti

d. Dekokta

Dekokta adalah ekstrasi dengan pelarut air pada temperatur 90°C selama 30
menit.

e. Infusa

Infusa adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 90°C) selama
15 menit.
Gambar rangkaian alat ekstraksi infusa

DAFTAR PUSTAKA

Fernianti, D., Handayani, A., Adinda, N. D. 2020. Koefisien Perpindahan Massa dan
Karakteristik Gelatin Dengan Proses Leaching. Prosiding Nasional Rekayasa Teknologi
Industri dan Informasi (ReTII) XV : 7-12

Isnawati, A., Retnaningsih, A. 2018. Perbandingan Teknik Ekstraksi Maserasi Dengan Infusa
Pada Pengujian Aktivitas Daya Hambat Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap
Escherichia coli. Jurnal Farmasi Malahayati. 1 (1) : 19-24

Handayani, D., Paramita, V., Faizah, L. 2015. Peningkatan Kadar Zingiberen Dalam Minyak
Jahe Dengan Ekstralsi Cair-cair. Prosiding SNST ke-6 : 44-50

Hasrianti, Nururrahmah, Nurasia. 2016. Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah Dan Asam
Asetat Sebagai Pengawet Alami Bakso. Jurnal Dinamika. 7 (1) : 9-30

Prayudo, A. N., Novian, O., Setyadi, Antaresti. 2015. Koefisien Transfer Massa Kurkumin
Dari Temulawak. Jurnal Ilmiah Widya Teknik. 14 (1) : 26-31

Anda mungkin juga menyukai