Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Integrasi Proses Vol. 7, No.

2 (Desember 2018) 99 - 105

JURNAL INTEGRASI PROSES

Website: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jip

Submitted : 19 Oktober 2018 Revised : 29 November 2018 Accepted : 15 Desember 2018

PENGARUH KECEPATAN ALIR UDARA DAN TEMPERATUR TERHADAP NILAI KOEFISIEN


PERPINDAHAN MASSA PADAT DAN GAS (BOLA NAFTALENA-UDARA)
DALAM SISTEM KOLOM AKRILIK

Martin1*, Lindawati1
1Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Surya

Jl. M.H. Thamrin KM 2.7, Tangerang, Banten, Indonesia


*Email: martinea03@gmail.com, lindawati@surya.ac.id

Abstrak

Fenomena perpindahan massa merupakan fundamental penting dan aplikatif dalam proses industri, tanpa
terkecuali proses industri kimia. Proses sublimasi, adsorpsi, dan pengeringan merupakan contoh proses yang
merepresentasikan proses perpindahan massa fase padat dan gas. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui pengaruh perubahan temperatur dan kecepatan alir udara terhadap nilai koefisien
perpindahan massa fase padat dan gas yang direpresentasikan oleh sistem bola naftalena dan udara. Selain itu,
diharapkan produk hasil penelitian dapat dijadikan modul praktikum yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi. Hasil observasi menunjukkan bahwa
peningkatan temperatur dan kecepatan alir udara akan meningkatkan nilai koefisien perpindahan massa padat
dan gas (KG). Nilai koefisien perpindahan massa padat dan gas tertinggi diperoleh pada variasi temperatur 75 oC
dan kecepatan alir udara 4,98 m/s.

Kata Kunci: Perpindahan Massa, Padat, Gas, Temperatur, Kecepatan Udara

Abstract

Mass transfer phenomenon is one of the fundamental and applicative knowledge in industrial process, including
chemical industrial process. Sublimation, adsorption, and drying are the examples of the processes representing
mass transfer phenomenon of solid and gas. The purpose of this study was to determine the effect of temperature
and air velocity in the solid and gas mass transfer coefficient. Furthermore, the output of this study can be used for
learning purposes concerning solid and gas mass transfer. The research was done by observation method. The
observation result shows that the increase of temperature and air velocity will cause the increasing of solid-gas
mass transfer coefficient (KG). Highest value of solid-gas mass transfer coefficient obtained at 75oC and 4,98 m/s.

Keywords: Mass Transfer, Solid, Gas, Temperature, Air Velocity

1. PENDAHULUAN terjadi perpindahan materi (massa) dari area dengan


Perpindahan massa merupakan salah satu kajian konsentrasi yang lebih tinggi ke area dengan
studi fundamental yang dipelajari di dalam ilmu teknik konsentrasi yang lebih rendah; fenomena ini dikenal
kimia. Jika didefinisikan, perpindahan massa sebagai peristiwa difusi (Treybal, 1980).
merupakan suatu fenomena di mana terjadi Berdasarkan fasenya, perpindahan massa sendiri
perpindahan sejumlah materi (dapat berupa aliran, dapat terjadi dalam berbagai alternatif, salah satunya
fase, fraksi, dan/atau komponen) dari satu lokasi ke adalah perpindahan massa sistem padat dan gas
lokasi lainnya. Secara spesifik, perpindahan massa (Treybal, 1980). Sublimasi kapur barus berbahan
merupakan suatu fenomena yang ditimbulkan oleh dasar naftalena di udara merupakan contoh fenomena
perbedaan konsentrasi di antara kedua titik sehingga perpindahan massa padat dan gas yang dapat diamati

99
Jurnal Integrasi Proses Vol. 7, No. 2 (Desember 2018) 99 - 105

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam peristiwa ini, Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
naftalena akan berpindah (berdifusi) secara kontinu kapur barus berbahan dasar naftalena merek Swallow
dari bola kapur barus dengan konsentrasi naftalena dengan geometri berbentuk bola dan berwarna putih.
yang tinggi menuju udara dengan konsentrasi Metode penelitian yang dilakukan adalah metode
naftalena yang rendah sehingga pada suatu titik, eksperimental. Di dalam penelitian ini dilakukan
kandungan naftalena di dalam kapur barus akan habis. eksperimen untuk mengetahui pengaruh perubahan
Koefisien perpindahan massa merupakan suatu kecepatan alir udara dan temperatur sistem terhadap
parameter yang dapat digunakan sebagai basis untuk nilai koefisien perpindahan massa padat dan gas dari
menggambarkan fenomena perpindahan massa secara sistem bola naftalena-udara dengan menggunakan
matematis, termasuk fenomena difusi naftalena dari kolom akrilik.
kapur barus ke udara. Rodriguez, dkk. (1998) dalam Variabel yang divariasikan dalam eksperimen ini
jurnalnya “A Simple Experiment of Mass Transfer” dan adalah kecepatan alir udara dan temperatur. Untuk
Utgikar (2015) dalam jurnalnya “Facilitating Active variasi kecepatan alir udara, digunakan kecepatan alir
Learning of Concepts in Transport Phenomena: udara 1,84 m/s, 3,62 m/s, dan 4,98 m/s sedangkan
Experiment with a Subliming Solid” merupakan contoh untuk variasi temperatur, digunakan temperatur 45oC,
penelitian yang telah melakukan kajian terhadap 57oC, dan 75oC.
variabel-variabel yang mampu memengaruhi nilai Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi
koefisien perpindahan massa (naftalena-udara). massa dan diameter sampel bola naftalena,
Teknik yang digunakan di dalam dua penelitian temperatur kolom, dan kecepatan alir udara. Data
tersebut adalah memodelkan fenomena perpindahan kemudian diolah dengan menggunakan persamaan di
massa naftalena-udara di dalam suatu kolom yang bawah ini (Rodriguez, Henriquez, & Macias-Machin,
telah dilengkapi serangkaian instrumen dengan tujuan 1998):
untuk memvariasikan variabel-variabel yang dinilai
mampu memengaruhi nilai koefisien perpindahan (1)
massa. Adapun fokus dari kedua penelitian tersebut
adalah mengetahui pengaruh massa awal dan
diameter sampel bola naftalena terhadap nilai 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
koefisien perpindahan massa padat-gas tanpa 3.1 Modifikasi Alat
mempertimbangkan pengaruh kecepatan alir udara Konsep awal sistem kolom akrilik didesain
dan temperatur; kecepatan alir udara dan temperatur dengan menggunakan kompresor sebagai penyuplai
dijaga konstan. Padahal, kecepatan alir udara dan udara dan hair dryer sebagai penyuplai panas ke
temperatur merupakan contoh variabel yang mampu dalam kolom. Setelah dilakukan percobaan dengan
memengaruhi nilai koefisien perpindahan massa desain konsep awal, ditemukan berbagai kendala yang
padat-gas (Treybal, 1980). menyebabkan desain ini tidak reliabel untuk
Penelitian ini didesain untuk tidak hanya diaplikasikan dalam penelitian ini. Pertama,
mengetahui pengaruh kecepatan alir udara dan kompresor tidak mampu memberikan suplai udara
temperatur terhadap nilai koefisien perpindahan secara stabil selama 180 menit karena pada titik
massa saja melainkan juga untuk menciptakan sebuah tertentu, kompresor akan melakukan proses
unit operasi teknik kimia yang dapat digunakan untuk pengambilan udara sehingga dikhawatirkan data yang
keperluan pembelajaran mengenai konsep diperoleh menjadi tidak akurat dan valid.
perpindahan massa sistem padat-gas, terutama Kedua, perbedaan diameter selang sebagai
perpindahan massa bola naftalena-udara. Di dalam lintasan udara dari kompresor menuju kolom akrilik
penelitian ini, sebuah kolom akrilik akan dimodifikasi (0,90 cm) terhadap diameter kolom akrilik yang relatif
sedemikan rupa dengan menggunakan instrumen dan besar, yaitu 4,95 cm (pengukuran dengan jangka
peralatan yang tersedia sehingga didapatkan sebuah sorong) menimbulkan fenomena bottleneck.
unit operasi yang reliabel untuk keperluan Fenomena ini menyebabkan aliran udara dari
pembelajaran mengenai fenomena perpindahan massa kompresor kehilangan sejumlah energi internalnya
sistem padat-gas, terkhusus pengaruh kecepatan alir dan berimplikasi kepada penurunan kecepatan
udara dan temperatur terhadap nilai koefisien kecepatan alir udara. Akibat yang ditimbulkan dari
perpindahan massa bola naftalena-udara. Diharapkan, fenomena ini adalah udara yang masuk ke dalam
penelitian ini dapat memfasilitasi proses sistem tidak dapat terukur oleh rotameter karena
pembelajaran mengenai fenomena perpindahan massa kecepatan alir udara yang terlalu kecil.
padat dan gas yang murah, cepat, dan aman. Ketiga, penggunaan cone pada bagian atas kolom
akrilik berimplikasi kepada akumulasi panas di dalam
sistem. Penyebabnya, laju alir panas keluar melalui
2. BAHAN DAN METODE ujung cone tidak sebanding dengan laju alir panas
Peralatan yang digunakan di dalam penelitian ini yang masuk ke dalam kolom melalui hair dryer.
adalah sistem kolom akrilik yang telah dimodifikasi, Akumulasi panas di dalam kolom menyebabkan
blower, hair dryer (Phillips), thermocouple, peningkatan temperatur sistem secara signifikan dan
anemometer, jangka sorong, stopwatch, dan neraca pada waktu yang bersamaan hair dryer yang
analitik (Kern). dilengkapi dengan thermosetting akan ternonaktifkan

100
Jurnal Integrasi Proses Vol. 7, No. 2 (Desember 2018) 99 - 105

secara otomatis. Jika desain ini dipertahankan, 2. Menggunakan pipa PVC sebagai lintasan udara
pengaruh perubahan temperatur terhadap nilai Pipa PVC dengan diameter yang lebih besar
koefisien perpindahan massa bola naftalena-udara dibandingkan dengan selang mampu mencegah
tidak dapat dikaji. terjadinya fenomena bottleneck pada aliran udara
Meninjau desain awal alat yang tidak reliabel 3. Menggunakan valve pada pipa
untuk digunakan dalam eksperimen, dilakukan Penggunaan valve bertujuan untuk melakukan
modifikasi sebagai berikut: variasi terhadap kecepatan alir udara yang
1. Mengganti unit kompresor dengan blower diumpankan ke dalam kolom dengan cara mengatur
Blower memiliki tingkat stabilitas yang lebih baik bukaan valve sehingga jumlah aliran udara dapat
dalam menyuplai udara ke dalam sistem kolom akrilik ditambahkan atau dikurangi sesuai dengan variasi
jika dibandingkan dengan kompresor. yang diharapkan.

Gambar 1. Desain awal sistem kolom akrilik

Gambar 2. Desain alat tanpa hair dryer

101
Jurnal Integrasi Proses Vol. 7, No. 2 (Desember 2018) 99 - 105

Gambar 3. Desain alat dengan hair dryer

Desain alat tanpa hair dryer (gambar 2) Secara matematis, perhitungan W dapat didekati
digunakan untuk melakukan analisis nilai koefisien dengan menggunakan persamaan matematis
perpindahan massa padat dan gas untuk temperatur sederhana untuk geometri bola, yaitu sebagai berikut:
45oC pada berbagai kecepatan alir udara sedangkan W = πr3ρs (6)
desain alat dengan hair dryer (gambar 3) digunakan
untuk melakukan analisis nilai koefisien perpindahan Kemudian, luasan area interfasial untuk sampel
massa padat dan gas untuk temperatur 57 oC dan 75oC bola naftalena dapat dinyatakan sebagai berikut:
pada berbagai kecepatan alir udara. A = 4πr2 (7)
Menggabungkan kedua persamaan sebelumnya
3.2 Analisis Pengaruh Kecepatan Alir Udara dan diperoleh persamaan baru sebagai berikut:
Temperatur Sistem terhadap Nilai Koefisien A= (8)
Perpindahan Massa Bola Naftalena-Udara
Menurut Rodriguez, dkk. (1998), laju Setelah persamaan (8) diperoleh, persamaan ini
perpindahan massa padat dan gas (laju sublimasi) dapat disubstitusikan ke dalam persamaan (5)
memiliki hubungan matematis dengan koefisien sehingga didapatkan:
perpindahan massa padat dan gas yang dapat
dinyatakan melalui persamaan berikut (Rodriguez, (9)
Henriquez, & Macias-Machin, 1998): Melakukan integrasi terhadap persamaan di atas,
= KG ·A·(Cs - Cg) (2) didapatkan persamaan (1) sebagai berikut:
Menjabarkan konsentrasi pada permukaan
partikel (Cs) sebagai fungsi molekul didapatkan: (1)
= KG·A· (3) Untuk masing-masing variasi temperatur dan
Pada kasus sublimasi bola naftalena, Rodriguez, kecepatan alir udara, sampel massa bola naftalena
dkk. (1998) menyatakan tekanan uap jenuh senyawa ditimbang dengan menggunakan neraca analitik
naftalena ditentukan melalui persamaan berikut selama 180 menit dengan interval 15 menit.
(Rodriguez, Henriquez, & Macias-Machin, 1998): Kemudian, data massa sampel bola naftalena yang
log(Ps) = 13,575 - (4) telah diperoleh, dikonversikan menjadi data rasio
massa sampel terhadap waktu. Data rasio massa
Menyatakan persamaan (4) dalam neraca massa sampel terhadap waktu diplot ke dalam grafik
diperoleh (Rodriguez, Henriquez, & Macias-Machin, sehingga terbentuk sebuah persamaan linear dengan
1998): nilai slope tertentu.
(5)

102
Jurnal Integrasi Proses Vol. 7, No. 2 (Desember 2018) 99 - 105

Gambar 4. Grafik perubahan rasio massa sampel pada 45oC

Gambar 5. Grafik perubahan rasio massa sampel pada 57oC

Gambar 6. Grafik perubahan rasio massa sampel pada 75oC

103
Jurnal Integrasi Proses Vol. 7, No. 2 (Desember 2018) 99 - 105

Dengan menggunakan persamaan (1), nilai slope peningkatan bilangan Sherwood yang disebabkan oleh
yang diperoleh dari masing-masing persamaan linear peningkatan kecepatan alir udara akan meningkatan
dapat dioperasikan secara matematis untuk nilai koefisien perpindahan massa.
mendapatkan nilai koefisien perpindahan massa padat Untuk pengaruh temperatur, semakin tinggi
dan gas untuk bola naftalena-udara (KG). Nilai KG yang temperatur yang digunakan maka akan semakin besar
diperoleh dirangkum melalui tabel berikut: pula nilai KG yang diperoleh. Kecenderungan ini dapat
dibuktikan dengan memodifikasi persamaan (3)
Tabel 1. Data nilai KG pada berbagai variasi
sebagai berikut:
Temperatur = · (13)
v (m/s)
45oC 57oC 75oC
Dari persamaan di atas, dapat diamati bahwa
1,84 0,0216 0,0438 0,1714 variabel temperatur dan nilai KG memiliki hubungan
3,62 0,0323 0,1104 0,2566 yang saling berbanding lurus.
4,98 0,0427 0,1413 0,3641 Tidak hanya itu, pengaruh temperatur terhadap
nilai koefisien perpindahan massa padat dan gas juga
Dari tabel di atas, dapat diambil simpulan bahwa dapat dianalisis melalui pendekatan tidak langsung
untuk temperatur yang sama, nilai koefisien dengan menggunakan persamaan Wilke-Lee (Treybal,
perpindahan massa akan semakin meningkat seiring 1980):
dengan meningkatnya kecepatan alir udara yang
diumpankan ke dalam kolom. Jika ditinjau secara (14)
fisika, peningkatan kecepatan alir udara akan
mendorong kecenderungan fluida untuk mengalir Dari persamaan di atas, dapat dinyatakan bahwa
secara turbulen. Dengan sifat aliran fluida yang peningkatan temperatur akan meningkatkan nilai
turbulen, lapisan film gas yang terbentuk selama difusivitas (DAB) karena kedua parameter tersebut
proses perpindahan massa berlangsung akan semakin saling berbanding lurus. Secara fisik, peningkatan nilai
tipis sehingga proses perpindahan massa (difusi) difusivitas akan mengakibatkan proses perpindahan
antara senyawa naftalena berlangsung dengan lebih massa antara bola naftalena dengan udara berjalan
intens. dengan frekuensi yang lebih intens yang pada
Selain itu, untuk kecepatan alir udara yang sama, akhirnya akan meningkatkan nilai koefisien
peningkatan temperatur memberikan implikasi perpindahan massa bola naftalena-udara secara
kepada peningkatan nilai koefisien perpindahan signifikan.
massa. Secara fisik, peningkatan temperatur akan
meningkatkan energi internal molekul (terutama 4. KESIMPULAN
energi kinetik) yang menyebabkan partikel-partikel Berdasarkan hasil penelitian yang telah
padatan bergerak dengan frekuensi yang lebih tinggi. dilakukan, dapat diambil simpulan sebagai berikut:
Sebagai akibatnya, proses perpindahan massa pada 1. Nilai koefisien perpindahan massa padat dan gas
temperatur tinggi akan semakin intens jika (bola naftalena-udara) memiliki hubungan yang
dibandingkan dengan proses perpindahan massa pada berbanding lurus terhadap perubahan
temperatur menengah atau rendah. temperatur sistem dan kecepatan alir udara di
Kecenderungan yang diperoleh juga dapat mana peningkatan kedua variabel tersebut akan
dianalisis dengan menggunakan pendekatan berimplikasi kepada peningkatan nilai koefisien
matematis melalui bilangan Reynolds dan Sherwood. perpindahan massa bola naftalena-udara
Dari bilangan Reynolds (Cengel & Ghajar, 2015): 2. Modifikasi unit eksperimen serta metode
(10) penelitian dapat digunakan sebagai dasar untuk
penerbitan modul praktikum yang dapat
dapat diamati bahwa parameter kecepatan udara dan digunakan untuk kepentingan pembelajaran
bilangan Reynolds memiliki hubungan yang saling mengenai prinsip perpindahan massa padat dan
berbanding lurus. Artinya, peningkatan kecepatan alir gas.
udara akan meningkatkan nilai bilangan Reynolds
secara signifikan. 5. ACKNOWLEDGMENT/UCAPAN TERIMA KASIH
Peningkatan bilangan Reynolds akan Penulis mengucapkan terima kasih kepada
memberikan dampak terhadap peningkatan bilangan Hilman Daniswara, S.Si. selaku laboran Laboratorium
Sherwood, seperti yang digambarkan melalui Teknik Kimia Universitas Surya. Kepada Cindy,
persamaan (11) (Cengel & Ghajar, 2015): Pauline, dan Betsy yang telah mengerjakan rancangan
(11) alat awal untuk keperluan eksperimen ini. Kepada
Perubahan bilangan Sherwood kemudian Program Studi Teknik Fisika Universitas Surya yang
memberikan pengaruh terhadap perubahan nilai telah menyumbangkan kolom akrilik dan blower untuk
koefisien perpindahan massa, seperti yang keperluan penelitian ini.
digambarkan melalui persamaan (12):
(12)
Melalui persamaan di atas, dapat dinyatakan
suatu kecenderungan di mana pada temperatur tetap,
104
Jurnal Integrasi Proses Vol. 7, No. 2 (Desember 2018) 99 - 105

6. DAFTAR PUSTAKA
Cengel, Y. A., & Ghajar, A. J. 2015. Heat and Mass
Transfer: Fundamentals and Applications 5th
Edition. McGraw-Hill, New York.
Goldstein, R. J., & Cho, H. H. 1995. A Review of Mass
Transfer Measurements Using Naphthalene
Sublimation. Experimental Thermal and Fluid
Science 10(4): 416-434.
Merck. 2018. Naphthalene. www.sigmaaldrich.com.
Rodriguez, J. M., Henriquez, V., & Macias-Machin, A.
1998. A Simple Experiment for Mass Transfer.
Chemical Engineering Education: 142-145.
Treybal, R. E. 1980. Mass-Transfer Operations 3rd
Edition. McGraw-Hill, New York.
Utgikar, V. P. 2015. Facilitating Active Learning of
Concepts in Transport Phenomena: Experiment
with a Subliming Solid. Chemical Engineering
Education 49(4): 215-220.

7. NOMENKLATUR
A : Luas Permukaan (m2)
ρs : Densitas Naftalena (kg/m3)
Cs : Konsentrasi pada Permukaan (kg/m3)
Cg : Konsentrasi pada Udara (kg/m3)
: Laju Sublimasi (kg/detik)
KG : Koefisien Perpindahan Massa (m/s)
P : Tekanan Kolom (N/m2)
Ps : Tekanan Uap Jenuh Naftalena (N/m2)
W0 : Massa Sampel Awal (kg)
W : Massa Sampel Setiap Saat (kg)
R : Konstanta Gas (8,314 J/mol.K)
Ts : Temperatur Permukaan (K)
T : Temperatur Absolut (K)
t : Waktu (menit)
DAB : Difusivitas (m2/s)
Ms : Berat Molekul Naftalena (kg/mol)
MA, MB : Berat Molekul A dan B (kg/kmol)
rAB : Molecular Separation at Collision (nm)
: Energi Gaya Tarik Molekul
k : Konstanta Boltzmann’s

105

Anda mungkin juga menyukai