Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

Pengukuran Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi

NAMA : Septyan Angger Pangestu

NIM : 205100207111012

KELOMPOK : U4

ASISTEN : 1. RADITYA HELMI F.

2. ROFIATUL HASANAH

LABORATORIUM PENGOLAHAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNIK BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Proses perpindahan panas merupakan suatu wujud transformasi energi yang memiliki peran
penting dalam berbagai bidang teknologi. Seperti contoh pada induustri pertanian, pesawat terbang,
pengeringan, pendinginan, dan berbagai macam industry lain yang memanfaatkan perpindahan panas
dalam pengoprasian mesin atau alat yang di gunakan pada insdustri tersebut. Bisa di bulang
perpindahan panas merupakan suatu proses perpindahan energi dari suatu daerah ke daerah yang lain
yang di akibatkan oleh gradien temperatur. Pada umumnya perpindahan panas dapat di bagi menjadi
tiga bagian yaitu. Perpindahan panas konduksi, perpindahan panas radiasi, dan perpindahan panas
konveksi. Masing masing jenis perpindahan panas memiliki cara yang berbeda-beda dalam proses
menghantarkan panas dari suatu tempat ke tempat lainnya (Luhulima dan Titahelu, 2010).
Perpindahan kalor merupakan suatu ilmu yang di gunakan untuk memperkirakan perpindahan
energi kalor. Perpindahan energi kalor dapat terjadi karena adanya perbedaan temperature diantara
benda atau material. Ilmu perpindahan kalor juga dapat di gunakan untuk memperkirakan laju
perpindahan kalor yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu. Besarnya suatu laju perpindahan kalor per
satuan luas bidang normal terhadap arah umumnya di sebut sebagai Heat flux (Santosa dan Giarno,
2014).

1.2 Tujuan
a. Mempelajari koefisien perpindahan kalor konveksi pada fluida
b. Mempelajari cara penentuan koefisien perdindahan kalor konveksi (h) pada fluida
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi


Mekanisme perpindahan panas dapat di bagi menjadi tiga yaitu perpindahan panas konduksi,
radiasi, dan konveksi. Perpindahan panas konveksi merupakan perpindahan panas yang terjadi kerja
gabungan dari konduksi panas, penyimpanan energi, dan gerakan mencampur pada proses transport
energi. Jenis perpindahan panas ini dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu konveksi bebas (free
convection) dan konveksi paksa (forced convection). Suatu perpindahan panas konveksi dapat di
katakan konveksi bebas apabila gerakan mencampur berlangsung semata-mata sebagai akibat dari
kerapatan yang di sebabkan oleh gradien temperatur. Sedangkan suatu perpindahan panas dapat di
katakana konveksi paksa apabila gerakan mencampur di sebabkan oleh suatu alat tertentu yang
berasal dari luar (Tatihelu dan Luhulina, 2010).
Perpindahan panas konveksi dapat di kategorikan menjadi dua berdasarkan penyebab aliran
fluida. yaitu perpindahan konveksi paksa (force convection) dan perpindahan panas alam (free
convetion). Konveksi paksa merupakan perpindahan panas yang terjadi apabila aliran yang di timbulkan
berasal dari alat bantu seperti blower, pompa, kompresor, dan lain lain. Sedangkan untuk konveksi
alamiah merupakan perpindahan panas konveksi yang terjadi apabila aliran fluida di sebabkan oleh
adanya perbedaan temperature yang akan menyebabkan terjadinya perbedaan massa jenis fluida (
Hisyam, 2016).

2.2 Prinsip Kerja Perpindahan Kalor Konveksi


Perpindahan panas konveksi memiliki prinsip kerja dimana perpindahan panas ini di dukung
oleh gerakan aca molekuler dan gerakan makroskopik yang berasal dari fluida di antara permukaan
dan lapisan batas. Gerak acak molekuler (difusi) pada umumnya lebih dominan dalam kontribusi pada
daerah dekat permukaan padat yang dimana pada daerah jarak tersebut kecepatan aliran
makroskopiknya nol atau y=0. Lalu pada daerah (y=0) tersebut panas akan di pindahkan melalui gerak
acak molekuler. Gerakan makroskopik fluida akan berperan pada daerah dimana sudah terjadi
pertumbuhan lapisan batas, yang dapat di artikan bahwa kecepatan aliran fluida (kearah sumbu x) akan
meningkat sedikit lebih besar dari nol (Hisyam, 2016).
Menurut Idris dan Novalia, (2018) prinsip perpindahan panas secar konveksi dapat di lihat
penerapan nya pada proses destilasi. Proses ini merupakan suatu proses perpindahan konveksi pada
elemen pemanas yang menyentuh fluida fermentator. Perpindahan panas secara konveksi memiliki
prinsip kerja dimana perpindahan ini memerlukan media fluida untuk menghantarkan panas seperti
contoh pada proses kondensasi tabung kondensor dimana pada proses ini uap akan terpisah akibat
adanya pemanasan. Pemanasan terjadi karena kalor melalui fluida cair yang menyentuh dinding pipa
kondensor.

2.3 Sebut dan Jelaskan Lapis Batas Konveksi


Lapisan batas merupakan lapisan tipis yang berada pada solid surface yang terbatas pada
daerah yang sangat sempit dan berdekatan dengan permukaan kontur dimana kecepatan fluida tidak
uniform. Hal ini karena pengaruh adanya gaya viskos yang muncul akibat viskositas. Lapisan batas
memiliki ketebalan yang terdiri atas lapisan batas kecepatan dan lapisan batas thermal. Lapisan batas
kecepatan (𝛿) merupakan jarak yang di ukur dari permukaan benda sampai ketitik viskositas sudah
tidak berpengaruh lagi. Sedangkan untuk batas thermal (𝛿𝑟 ) merupakan jarak yang di ukur dari
permukaan benda sampai titik efek perpindahan panas sudah tidak berpengaruh (Faruk dan Kamiran,
2012).
Menurut Farid (2012). Lapisan batas thermal atau thermal boundary layer merupakan suatu
daerah yang terdapat gradien suhu dalam aliran. Gradien suhu tersebut ada karena akibat proses
pertukaran panas antara dinding dengan fluida. proses terbentuknya lapisan thermal pada aliran fluida
𝑞 𝜕𝑇
di atas plat rata dapat di rumuskan dengan persamaan berikut 𝐴 = 𝑞 ′′ = −𝑘 𝜕𝑦 dari hukum pendinginan

newton 𝑞 ′′ = ℎ(𝑇𝑊 − 𝑇∞ ) dimana h adalah koefisien konveksi, sehingga kedua persamaan menjadi ℎ =
𝜕𝑇
−𝑘( )
𝜕𝑦
.
𝑇𝑤 −𝑇∞

2.4 Rumus dalam perhitungan konveksi beserta keterangan


Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan transport energi kerja gabungan dari
konduksi panas, penyimpanan energi, dan gerakan campuran. Perpindahan panas konveksi memiliki
peran yang sangat penting sebagai mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat,
cair, maupun gas. Perpindahan panas konveksi dapat di tentukan dengan persamaan umum berikut :
𝑞 = ℎ. 𝐴. (𝑇𝑤 − 𝑇∞ )
Dimana untuk 𝑞 merupakan Laju perpindahan panas dengan satuan Watt, ℎ merupakan koefisien
perpindahan panas konveksi dengan satuan (W/m2°C), 𝐴 merupakan Luasan permukaan benda yang
bersentuhan dengan fluida dengan satuan (m2), 𝑇∞ merupakan suhu fluida dengan satuan (°C), dan 𝑇𝑤
merupakan suhu permukaan benda dengan satuan (°C) (Johan, 2009).
Menurut Santosa dan Giarno (2014). Bahwa laju perpindahan kalor dapat di hitung
𝑞
menggunakan hukum newton. Dapat dilihat pada persamaan berikut 𝑞 ′′ = 𝐴 = ℎ. ∆𝑇. di mana untuk 𝑞′′

merupakan fluks kalor dengan satuan (W/m2), ℎ merupakan koefisien perpindahan kalor konveksi
dengan satuan (W/m2.K), 𝑇𝑤 merupakan temperature dinding pelat bagian uji heating dengan satuan
(°C), 𝑇∞ merupakan temperatur fluida/ lingkungan dengan satuan (°C), dan ∆𝑇 merupakan nilai 𝑇𝑤 − 𝑇∞
dengan satuan (°C).

2.5 Aplikasi Bidang Keteknikan Pertanian

Penerapan perpindahan panas konveksi dapat di lihat pada proses pengeringan hasil bahan
pertanian. pada pengeringan konveksi terhadap bahan hasil pertanian mempunyak prinsip bahwa
semua panas yang di gunakan untuk menguapkan air dan mengeringkan makanan berasal dari panas
itu sendiri. Dan udara kering menumpuk pada permukaan bahan secara relatife. Siifat sirkulasi udara
dalam hal ini menjadi faktor yang mempengaruhi laju pengeringan, karena suhu permukaan bahan akan
menjadi lembab dalam arti kandungan air pada bahan akan secara konstan menguao dan
mendinginkan bahan. Proses ppengeringan bertujuan agar kanduungan massa air yang terdapat pada
bahan pertanian berkurang, sehingga pengurangan kadar air dalam suatu bahan pertanian di harapkan
dapat meminimalisir resiko kerusakan bahan akibat aktifitas enzimatis dan biologi, selain itu
pengeringan pada bahan pertanian juga dapat menjaga kualitas bahan pertanian agar tetap bagus
(Hasan et al, 2017).
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat, Bahan, Fungsi, dan Gambar dengan 1 sitasi


Alat dan Bahan Fungsi Gambar (1 sitasi)
Bejana kaca besar dan kecil Sebagai bahan perlakuan

(Fadiawati et al, 2016)


Heater air Untuk memanaskan air

(Permata dan Febri, 2021)


Kompor Untuk memanaskan air

(Kusnandar et al, 2020)


Thermogun Untuk mengukur suhu

(Pramudita et al, 2021)


Wadah/panci Sebagai wadah air yang akan di
panaskan pada menggunakan
kompor

(Amalina, 2020)
Penggaris Untuk mengukur dimensi
bejana

Fan/kipas Untuk mengatur angin

(Permata dan Febri, 2021)


stopwatch Untuk mengukur waktu

(Hapiddin et al, 2018)


Air Sebagai bahan perlakuan
3.2 Cara Kerja

Siapkan alat dan bahan

`Ukur dimensi bejana , masukan


bejana kecil ke besar

Masukan air 1200 ml ke bejana kecil

Ukur ketinggian air dengan penggaris

Ukur T1 , T2, TA, dan TB

Pindah kan air dari bejana kecil kedalam panci


lalu panaskan di kompor

Pindahkan air panas kedalam bejana kecil

Tunggu waktu selama 5 menit


Ukur suhu dan catat T1 , T2, TA, dan TB

Masukan Heater ke dalam air sampai suhu 80°C

Tempatkan kipas pada tepi bejana dan nyalakan

Atur waktu pada stopwatch salama 5 menit


Dalam kondisi kipas menyala

Ukur suhu dan catat T1 , T2, TA, dan TB

Catat Hasil
3.3 Gambar Rangkaian

2 1

Keterangan :
1. Bejana besar
2. Bejana Kecil dan air
3. Heater
4. Fan/Kipas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Praktikum
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisa Prosedur

Pada praktikum pindah panas kali ini Langkah pertama yang perlu di lakukan adalah
menyiapkan bahan dan alat yang di perlu kan dalam pelaksanaan praktikum di antarnya. Bejana besar
dan kecil sebagai bahan perlakuan, heater air untuk memanas kan air, kompor sebagai pemanas air,
thermogun sebagai pengukur suhu, panci sebagai wadah air yang akan di panaskan menggunakan
kompor, penggaris untuk mengukur dimensi bejana, fan untuk mengatur kipas , stopwatch sebagai
penanda waktu, dan air sebagai bahan perlakuan. Langkah selanjutnya di lakukan pengukuran dimensi
bejana menggunakan penggaris dan bejana kecil di masukan ke dalam bejana besar. Setelah itu air di
tuangkan ke dalam bejana kecil sebanyak 1200 ml dan ukur ketinggian air dengan penggaris . kemudian
di lakukan pengukuran suhu menggunakan thermogun. Setelah itu pindah kan air ke dalam panci dan
panaskan dengan kompor sampai suhu air mencapai 80°C, lalu tuang air kembali kedalam bejana kecil
dan nyalakan stopwatch dengan set time 5 menit, kemudian di lakukan pengukuran suhu dan mencatat
hasil nilai T1 , T2, TA, dan TB, kemudian panas kan air kembali menggunakan heater hingga suhu air
mencapai 80°C, lalu letakkan fan pada tepi bejana, nyalakan kipas dan atur set time selama 5 menit,
kemudian ukur suhu dan catat hasil nilai T1 , T2, TA, dan TB.

4.2.2 Analisa Data Hasil Percobaan

Dari praktikum pengukuran koefisien perpindahan kalor konveksi. Setelah di lakukan


pengukuran pada masing masing bejana kecil dan besar di ketahui nilai sebagai berikut. untuk nilai
tinggi (t) sebesar 0,15m, untuk nilai lebar (l) sebesar 0,15m, untuk nilai tebal (x) sebesar 0,005, untuk
nilai Kkaca sebesar 0,78, dan untuk nilai Aalas sebesar 0,0225 m2. Kemudian juga di ketahui nilai TA(suhu
dinding dalam bejana kecil) untuk suhu awal sebesar 26,5 °C, untuk suhu akhir tanpa fan sebesar 64,
5°C, dan untuk suhu akhir dengan fan sebesar 62°C. nilai TB(suhu antara bejana kecil dan besar) untuk
suhu awal sebesar 27 °C, untuk suhu akhir tanpa fan sebesar 36,3°C, dan untuk suhu akhir dengan fan
sebesar 34°C. nilai T1(suhu dinding dalam bejana kecil) untuk suhu awal sebesar 25,8 °C, untuk suhu
akhir tanpa fan sebesar 43,9°C, dan untuk suhu akhir dengan fan sebesar 32,7°C. nilai T2(suhu dinding
luar bejana kecil) untuk suhu awal sebesar 27°C, untuk suhu akhir tanpa fan sebesar 36,1°C, dan untuk
suhu akhir dengan fan sebesar 33.4°C.
4.2.3 Analisa Data Hasil Perhitungan
a. Perbandingan nilai Qtot dengan Fan atau Tanpa Fan

Dari data hasil praktikum untuk mencari nilai Qtot (laju pindah panas total) di lakukan dengan
3 metode yaitu untuk menentukan nilai Qtot suhu awal, nilai Qtot pada saat di lakukan percobaan
tanpa fan, dan Qtot pada saat di lakukan percobaan dengan fan. Untuk percobaan untuk
menentukan nilai Qtot suhu awal di hitung menggunakan rumus Qtotal = U x a (TA – TB) kemudian
di dapatkan nilai Qtotal pada suhu awal sebesar -3,631 W. untuk nilai Qtotal tanpa fan
menggunakan rumus yang sama di dapatkan hasil nilai Qtotal sebesar 88,447 W, dan untuk nilai
Qtotal dengan menggunakan fan di dapatkan hasil -12.931 W. Dari hasil perhitungan dapat di
simpulkan bahwa perpindahan panas terjadi dari suatu median bertemperature tinggi menuju
temperature rendah. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa perpindahan panas
merupakan berpindahnya energi panas dari satu zat menuju ke zat lain akibat adanya
perbedaan temperatur (Michael dan Rahmawaty, 2021).

b. Perbandingan Nilai H1 dan H2 dan setiap perlakuan

Pada data hasil praktikum di lakukan perhitungan nilai koefisien konveksi udara (h2) dan
nilai koefisien konveksi air (h1). Untuk nilai h2 di hitung menggunakan persamaan h2=Q/A (TA-
T2) dan di dapatkan hasil sebagai berikut. pada suhu awal di dapatkan nilai h2 sebesar
374.4W/m2.°C. untuk pengukuran h2 tanpa fan di dapatkan hasil 42.397 W/m2. °C. dan untuk
pengukuran menggunakan fan di dapatkan hasil h2 -3.397W/m2.°C. lalu untuk menentukan nilai
h1 pada masing masing percobaan menggunakan persamaan h1 = Q/A (T1 – T2). nilai h1 pada
suhu awal di dapatkan hasil 156W/m2.°C, untuk pengukuran tanpa fan di dapatkan hasil
160,11W/m2.°C, dan untuk pengukuran menggunakan fan di dapatkan hasil 84 W/m2.°C.

c. Perbandingan nilai h udara dengan literatur

Pada data hasil praktikum nilai h1 di tentukan dengan menggunakan persamaan h1 = Q/A
(T1 – T2). nilai h1 pada suhu awal di dapatkan hasil 156W/m2.°C, untuk pengukuran tanpa fan di
dapatkan hasil 160,11W/m2.°C, dan untuk pengukuran menggunakan fan di dapatkan hasil 84
W/m2.°C. dari hasil dapat di simpulkan bahwa besar kecilnya nilai koefisien konveksi udara
tergantung pada suhu air dan waktu, hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa
laju aliran kalor, efisiensi dan efektivitas akan berubah-ubah terhadap waktu (Montanus, 2016).
d. Perbandingan nilai h air dengan literatur

Dari hasil perhitungan untuk menentukan nilai koefisien konveksi air didapatkan bahwa
nilai h2 di hitung menggunakan persamaan h2=Q/A (TA-T2) dan di dapatkan hasil sebagai berikut.
pada suhu awal di dapatkan nilai h2 sebesar 374.4W/m2.°C. untuk pengukuran h2 tanpa fan di
dapatkan hasil 42.397 W/m2. °C. dan untuk pengukuran menggunakan fan di dapatkan hasil h2
-3.397W/m2.°C. dari hasil perhitungan dapat di simpulkan bahwa besarnya koefisien konveksi
air tergantung pada suhu dan waktu setelah air yang di tuangkan ke dalam bejana kecil. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa laju aliran kalor, efesiensi dan efektivitas akan
mengalami perubahan terhadap waktu (Montanus, 2016)

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai-nilai h

Pada praktikum pindah panas yang di lakukan. Dapat di ketahui bahwa nila h2 dan nilai
h1 pada hasil percobaan. Menentukan nilai h di lakukan dengan menggunakan 3 metode
pengujian yaitu suhu awal, suhu tanpa fan, dan suhu ketika menggunaka fan. Pada 3 metode
pengujian pada pengujian suhu awal di dapatkan nilai h yang rata rata relatif besar, sedangkan
untuk nilai h pada saat air setelah di panaskan baik di lakukan pengujian menggunakan fan
ataupun tidak menggunakan fan di dapatkan hasil pengukuran h yang berbeda satu sama lain,
sehingga dapat di simpulkan bahwa nilai h sangat bergantung pda faktor di antaranya suhu air
dan waktu setelah air panas di tuangkan kedalam bejana yang kemudian di lakukan pengukuran
menggunakan thermogun. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa laju suatu aliran kalor, efesiensi,
dan juga evektivitas akan mengalami perubahan terhadap waktu (Montanus, 2016).

Sedangkan menurut Hakim L, (2016). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
luas
perpindahan panas konveksi. diantaranya luas permukaan benda, apabila semakin
permukaan suatu benda yang bersentuhan dengan fluida atau air maka kalor akan semakin
cepat mengalami perpindahan. Selain itu perbedaan suhu (∆T), dimana apabila sebuah bnda
memiliki perbedaan suhu yang semakin besar dengan permukaan fluida maka semakin cepat
kalor proses perpindahan kalor, yang terakhir merupakan koefisien konveksi (h) untuk faktor ini
berbergantung pada bentuk, kedudukan permukaan yang di peroleh dengan percobaan adalah
7,1 Js-1m-2K-1
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Praktikum pindah panas di laksanakan pada 8 maret 2022. Praktikum ini di laksanakan dengan
secara daring menggunakan gcr dan zoom. Materi yang di ujikan pada praktikum kali ini adalah materi
tentang pengukuran koefisien perpindahan kalor konveksi. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari
koefisien perpindahan kalor konveksi pada fluida dan mempelajari cara penentuan koefisien
perpindahan kalor konveksi (h) pada fluida. pada praktikum ini di dapatkan kesimpulan bahwa
perpindahan kalor konveksi merupakan suatu perpindahan panas yang terjadi kerja gabungan dari
konduksi panas, penyimpanan energi, dan gerakan mencampur pada proses transport energi.
Perpindahan panas konveksi dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu konveksi bebas dan konveksi
paksa. pada perpindahan kalor konveksi terdatat lapis batas konveksi lapis batas ini berada pada solid
surface yaitu lapis batas kecepatan dan lapis batas thermal pada daerah yang sangat sempit dan
berdekatan dengan permukaan kontur dimana kecepatan fluida tidak uniform. Pada hasil praktikum
koefisien perpindahan kalor konveksi di lakukan 3 kali pengukuran yaitu ketika air pada suhu awal,
ketika air pada suhu setelah di panaskan, dan ketika air pada suhu setelah di panaskan dan di letakkan
fan selama 5 menit. Dalam hasil pengukuran dapat di ketahui bahwa di dapatkan nilai h dan Qtot yang
bervariasi hal ini karena di pengaruhi oleh suhu, dan pengukuran air terhadap waktu.

5.2 Saran
Pada praktikum pindah panas kali ini sudah berjalan dengan baik dan lancar sesuai jadwal. Di
harapkan bahwa praktikan dapat dengan teliti dalam menonton video materi yang sudah di share pada
gcr, agar praktikan dapat memahami Langkah – Langkah pengujian dan perhitungan sesuai dengan
video materi yang telah di sampaikan oleh asisten praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Farid A. 2012. Pengaruh Tebal Rusuk Terhadap Laju Perpindahan Panas Konveksi Pada Ribbed
Square Channel. Widya Teknika 20(1):6-10.

Hasan et al. 2017. Perancangan Mesin Pengering Hasil Pertanian Secara Konveksi dengan elemen
Pemanas Infrared Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno dengan Sensor DS18B20. Jurnal Online
Teknik Elektro 2(3):16-20.

Hisyam A. 2016. Analisis Perpindahan Panas Pada Oven Menggunakan Pemanas Listrik Untuk Proses
Pengeringan Daun Kelor. Tugas Akhir. Progam Studi Diploma III, Jurusan Teknik Mesin,
Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 2016.

Idris dan Novalia. 2018. Analisis Perpindahan Kalor Kondensor Pada Proses Distilasi Bioeranol Sebagai
Biofuel dari Campuran Limbah Buah Salak dengan Limbah Air Kelapa. JMEMME 2(2): 43-50.
http://ojs.uma.ac.id/index.php/jmemme.

Johan CY. 2009. Efektivitas pipa Berprofil Segiempat Dengan Sirip di Bagian Dalam Pada Kasus 2
Dimensi Keadaan Tak Tunak. Tugas Akhir. Progam Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Kamiran dan Faruk. 2012. Analisis pengaruh Aliran Turbulen Terhadap Karateristik Lapisan Batas pada
Pelat Datar Panas. Jurnal Sains dan Seni ITS 1(1). DOI: 2301-928X.

Luluhima dan Titahelu, 2010. Studi Eksperimen Pengaruh Panjang Karateristik (Le) Terhadap
Karateristik Perpindahan Panas Konveksi Natural Pada Pelat Datar. Jurnal TEKNOLOGI 7(1):
740-743.

Santosa dam Giarno. 2014. Inovasi Teknik Pengukuran Fluks Kalor Pada Untai Uji Beta. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014. DOI: 2355-27524.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Amalina. 2021. Pembelajaran Matematika Anak Usia Dini di Masa Pandemi Covid – 19 Tahun 2020.
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 5(1):538-548. DOI: 10.31004/obsesi.v5i1.592

Fadiawati et al. 2016. Alat Penentuan Jenis-Jenis Sistem Berbasis Gelas. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Kimia 5(1):38-49.

Hakim L. 2016. Analisa Teoritis Laju Aliran Kalor Pada Ketel Uap Pipa Api Mini Industri Tahu di Tinjau
Dari Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh. SURYA TEKNIKA 1(4):50-55

Kusnandar et al. 2020. Karateristik Kinerja Kompor Gas LPG Menggunakan bahan Bakar DME Dengan
Variasi Diameter Nozzle dan Tekanan Kerja Kompor. Jurnal Standarisasi 22(3):199-210.

Michael dan Rahmawati. 2021. Analisis Perpindahan Panas dan Efektivitas Economizer Pada Boiler
Unit 4 PLTU Pangkalan Susu. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin SINERGI Polmed 2(1):10-15.

Michael dan Rahmawati. 2021. Analisis Perpindhaan Panas dan Efektivitas Economizer Pada Boiler
Unit 4 PLTU Pangkalan Susu. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Polmed 2(1):11-15

Montanus D A. 2016. Pengaruh Koefisien Perpindahan kalor Konveksi dan Bahan Terhadap Laju Aliran
Kalor, Efektivitas dan Efesiensi Sirip Dua Dimensi Keadaan Tak Tunak. Tugas Akhir. Progam
Studi Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains Sanata Dharma, Yogyakarta, 2016.

Paramudita et al. 2021. Pengaruh Jarak Ukur dan Jenis Termometer Inframerah Pada hasil Pengukuran
Suhu Tubuh Sebagai Skrining Awal Covid – 19. Jurnal Standarisasi 23(2) : 133-140.

Permata dan Febri. 2021. Memantau dan Mengontrol Suhu Akuarium Ikan Arwana Berbasis IoT
(Internet of Things). Proyek Akhir. Politeknik Manufaktur Negeri, Bangka Belitung, 2021.
LAMPIRAN
LAMPIRAN TAMBAHAN
LAMPIRAN ACC DHP

Anda mungkin juga menyukai