NIM : 205100207111012
KELOMPOK : U4
2. ROFIATUL HASANAH
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Proses perpindahan panas merupakan suatu wujud transformasi energi yang memiliki peran
penting dalam berbagai bidang teknologi. Seperti contoh pada induustri pertanian, pesawat terbang,
pengeringan, pendinginan, dan berbagai macam industry lain yang memanfaatkan perpindahan panas
dalam pengoprasian mesin atau alat yang di gunakan pada insdustri tersebut. Bisa di bulang
perpindahan panas merupakan suatu proses perpindahan energi dari suatu daerah ke daerah yang lain
yang di akibatkan oleh gradien temperatur. Pada umumnya perpindahan panas dapat di bagi menjadi
tiga bagian yaitu. Perpindahan panas konduksi, perpindahan panas radiasi, dan perpindahan panas
konveksi. Masing masing jenis perpindahan panas memiliki cara yang berbeda-beda dalam proses
menghantarkan panas dari suatu tempat ke tempat lainnya (Luhulima dan Titahelu, 2010).
Perpindahan kalor merupakan suatu ilmu yang di gunakan untuk memperkirakan perpindahan
energi kalor. Perpindahan energi kalor dapat terjadi karena adanya perbedaan temperature diantara
benda atau material. Ilmu perpindahan kalor juga dapat di gunakan untuk memperkirakan laju
perpindahan kalor yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu. Besarnya suatu laju perpindahan kalor per
satuan luas bidang normal terhadap arah umumnya di sebut sebagai Heat flux (Santosa dan Giarno,
2014).
1.2 Tujuan
a. Mempelajari koefisien perpindahan kalor konveksi pada fluida
b. Mempelajari cara penentuan koefisien perdindahan kalor konveksi (h) pada fluida
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
newton 𝑞 ′′ = ℎ(𝑇𝑊 − 𝑇∞ ) dimana h adalah koefisien konveksi, sehingga kedua persamaan menjadi ℎ =
𝜕𝑇
−𝑘( )
𝜕𝑦
.
𝑇𝑤 −𝑇∞
merupakan fluks kalor dengan satuan (W/m2), ℎ merupakan koefisien perpindahan kalor konveksi
dengan satuan (W/m2.K), 𝑇𝑤 merupakan temperature dinding pelat bagian uji heating dengan satuan
(°C), 𝑇∞ merupakan temperatur fluida/ lingkungan dengan satuan (°C), dan ∆𝑇 merupakan nilai 𝑇𝑤 − 𝑇∞
dengan satuan (°C).
Penerapan perpindahan panas konveksi dapat di lihat pada proses pengeringan hasil bahan
pertanian. pada pengeringan konveksi terhadap bahan hasil pertanian mempunyak prinsip bahwa
semua panas yang di gunakan untuk menguapkan air dan mengeringkan makanan berasal dari panas
itu sendiri. Dan udara kering menumpuk pada permukaan bahan secara relatife. Siifat sirkulasi udara
dalam hal ini menjadi faktor yang mempengaruhi laju pengeringan, karena suhu permukaan bahan akan
menjadi lembab dalam arti kandungan air pada bahan akan secara konstan menguao dan
mendinginkan bahan. Proses ppengeringan bertujuan agar kanduungan massa air yang terdapat pada
bahan pertanian berkurang, sehingga pengurangan kadar air dalam suatu bahan pertanian di harapkan
dapat meminimalisir resiko kerusakan bahan akibat aktifitas enzimatis dan biologi, selain itu
pengeringan pada bahan pertanian juga dapat menjaga kualitas bahan pertanian agar tetap bagus
(Hasan et al, 2017).
BAB III
METODE PERCOBAAN
(Amalina, 2020)
Penggaris Untuk mengukur dimensi
bejana
Catat Hasil
3.3 Gambar Rangkaian
2 1
Keterangan :
1. Bejana besar
2. Bejana Kecil dan air
3. Heater
4. Fan/Kipas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Praktikum
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisa Prosedur
Pada praktikum pindah panas kali ini Langkah pertama yang perlu di lakukan adalah
menyiapkan bahan dan alat yang di perlu kan dalam pelaksanaan praktikum di antarnya. Bejana besar
dan kecil sebagai bahan perlakuan, heater air untuk memanas kan air, kompor sebagai pemanas air,
thermogun sebagai pengukur suhu, panci sebagai wadah air yang akan di panaskan menggunakan
kompor, penggaris untuk mengukur dimensi bejana, fan untuk mengatur kipas , stopwatch sebagai
penanda waktu, dan air sebagai bahan perlakuan. Langkah selanjutnya di lakukan pengukuran dimensi
bejana menggunakan penggaris dan bejana kecil di masukan ke dalam bejana besar. Setelah itu air di
tuangkan ke dalam bejana kecil sebanyak 1200 ml dan ukur ketinggian air dengan penggaris . kemudian
di lakukan pengukuran suhu menggunakan thermogun. Setelah itu pindah kan air ke dalam panci dan
panaskan dengan kompor sampai suhu air mencapai 80°C, lalu tuang air kembali kedalam bejana kecil
dan nyalakan stopwatch dengan set time 5 menit, kemudian di lakukan pengukuran suhu dan mencatat
hasil nilai T1 , T2, TA, dan TB, kemudian panas kan air kembali menggunakan heater hingga suhu air
mencapai 80°C, lalu letakkan fan pada tepi bejana, nyalakan kipas dan atur set time selama 5 menit,
kemudian ukur suhu dan catat hasil nilai T1 , T2, TA, dan TB.
Dari data hasil praktikum untuk mencari nilai Qtot (laju pindah panas total) di lakukan dengan
3 metode yaitu untuk menentukan nilai Qtot suhu awal, nilai Qtot pada saat di lakukan percobaan
tanpa fan, dan Qtot pada saat di lakukan percobaan dengan fan. Untuk percobaan untuk
menentukan nilai Qtot suhu awal di hitung menggunakan rumus Qtotal = U x a (TA – TB) kemudian
di dapatkan nilai Qtotal pada suhu awal sebesar -3,631 W. untuk nilai Qtotal tanpa fan
menggunakan rumus yang sama di dapatkan hasil nilai Qtotal sebesar 88,447 W, dan untuk nilai
Qtotal dengan menggunakan fan di dapatkan hasil -12.931 W. Dari hasil perhitungan dapat di
simpulkan bahwa perpindahan panas terjadi dari suatu median bertemperature tinggi menuju
temperature rendah. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa perpindahan panas
merupakan berpindahnya energi panas dari satu zat menuju ke zat lain akibat adanya
perbedaan temperatur (Michael dan Rahmawaty, 2021).
Pada data hasil praktikum di lakukan perhitungan nilai koefisien konveksi udara (h2) dan
nilai koefisien konveksi air (h1). Untuk nilai h2 di hitung menggunakan persamaan h2=Q/A (TA-
T2) dan di dapatkan hasil sebagai berikut. pada suhu awal di dapatkan nilai h2 sebesar
374.4W/m2.°C. untuk pengukuran h2 tanpa fan di dapatkan hasil 42.397 W/m2. °C. dan untuk
pengukuran menggunakan fan di dapatkan hasil h2 -3.397W/m2.°C. lalu untuk menentukan nilai
h1 pada masing masing percobaan menggunakan persamaan h1 = Q/A (T1 – T2). nilai h1 pada
suhu awal di dapatkan hasil 156W/m2.°C, untuk pengukuran tanpa fan di dapatkan hasil
160,11W/m2.°C, dan untuk pengukuran menggunakan fan di dapatkan hasil 84 W/m2.°C.
Pada data hasil praktikum nilai h1 di tentukan dengan menggunakan persamaan h1 = Q/A
(T1 – T2). nilai h1 pada suhu awal di dapatkan hasil 156W/m2.°C, untuk pengukuran tanpa fan di
dapatkan hasil 160,11W/m2.°C, dan untuk pengukuran menggunakan fan di dapatkan hasil 84
W/m2.°C. dari hasil dapat di simpulkan bahwa besar kecilnya nilai koefisien konveksi udara
tergantung pada suhu air dan waktu, hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa
laju aliran kalor, efisiensi dan efektivitas akan berubah-ubah terhadap waktu (Montanus, 2016).
d. Perbandingan nilai h air dengan literatur
Dari hasil perhitungan untuk menentukan nilai koefisien konveksi air didapatkan bahwa
nilai h2 di hitung menggunakan persamaan h2=Q/A (TA-T2) dan di dapatkan hasil sebagai berikut.
pada suhu awal di dapatkan nilai h2 sebesar 374.4W/m2.°C. untuk pengukuran h2 tanpa fan di
dapatkan hasil 42.397 W/m2. °C. dan untuk pengukuran menggunakan fan di dapatkan hasil h2
-3.397W/m2.°C. dari hasil perhitungan dapat di simpulkan bahwa besarnya koefisien konveksi
air tergantung pada suhu dan waktu setelah air yang di tuangkan ke dalam bejana kecil. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa laju aliran kalor, efesiensi dan efektivitas akan
mengalami perubahan terhadap waktu (Montanus, 2016)
Pada praktikum pindah panas yang di lakukan. Dapat di ketahui bahwa nila h2 dan nilai
h1 pada hasil percobaan. Menentukan nilai h di lakukan dengan menggunakan 3 metode
pengujian yaitu suhu awal, suhu tanpa fan, dan suhu ketika menggunaka fan. Pada 3 metode
pengujian pada pengujian suhu awal di dapatkan nilai h yang rata rata relatif besar, sedangkan
untuk nilai h pada saat air setelah di panaskan baik di lakukan pengujian menggunakan fan
ataupun tidak menggunakan fan di dapatkan hasil pengukuran h yang berbeda satu sama lain,
sehingga dapat di simpulkan bahwa nilai h sangat bergantung pda faktor di antaranya suhu air
dan waktu setelah air panas di tuangkan kedalam bejana yang kemudian di lakukan pengukuran
menggunakan thermogun. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa laju suatu aliran kalor, efesiensi,
dan juga evektivitas akan mengalami perubahan terhadap waktu (Montanus, 2016).
Sedangkan menurut Hakim L, (2016). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
luas
perpindahan panas konveksi. diantaranya luas permukaan benda, apabila semakin
permukaan suatu benda yang bersentuhan dengan fluida atau air maka kalor akan semakin
cepat mengalami perpindahan. Selain itu perbedaan suhu (∆T), dimana apabila sebuah bnda
memiliki perbedaan suhu yang semakin besar dengan permukaan fluida maka semakin cepat
kalor proses perpindahan kalor, yang terakhir merupakan koefisien konveksi (h) untuk faktor ini
berbergantung pada bentuk, kedudukan permukaan yang di peroleh dengan percobaan adalah
7,1 Js-1m-2K-1
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Praktikum pindah panas di laksanakan pada 8 maret 2022. Praktikum ini di laksanakan dengan
secara daring menggunakan gcr dan zoom. Materi yang di ujikan pada praktikum kali ini adalah materi
tentang pengukuran koefisien perpindahan kalor konveksi. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari
koefisien perpindahan kalor konveksi pada fluida dan mempelajari cara penentuan koefisien
perpindahan kalor konveksi (h) pada fluida. pada praktikum ini di dapatkan kesimpulan bahwa
perpindahan kalor konveksi merupakan suatu perpindahan panas yang terjadi kerja gabungan dari
konduksi panas, penyimpanan energi, dan gerakan mencampur pada proses transport energi.
Perpindahan panas konveksi dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu konveksi bebas dan konveksi
paksa. pada perpindahan kalor konveksi terdatat lapis batas konveksi lapis batas ini berada pada solid
surface yaitu lapis batas kecepatan dan lapis batas thermal pada daerah yang sangat sempit dan
berdekatan dengan permukaan kontur dimana kecepatan fluida tidak uniform. Pada hasil praktikum
koefisien perpindahan kalor konveksi di lakukan 3 kali pengukuran yaitu ketika air pada suhu awal,
ketika air pada suhu setelah di panaskan, dan ketika air pada suhu setelah di panaskan dan di letakkan
fan selama 5 menit. Dalam hasil pengukuran dapat di ketahui bahwa di dapatkan nilai h dan Qtot yang
bervariasi hal ini karena di pengaruhi oleh suhu, dan pengukuran air terhadap waktu.
5.2 Saran
Pada praktikum pindah panas kali ini sudah berjalan dengan baik dan lancar sesuai jadwal. Di
harapkan bahwa praktikan dapat dengan teliti dalam menonton video materi yang sudah di share pada
gcr, agar praktikan dapat memahami Langkah – Langkah pengujian dan perhitungan sesuai dengan
video materi yang telah di sampaikan oleh asisten praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Farid A. 2012. Pengaruh Tebal Rusuk Terhadap Laju Perpindahan Panas Konveksi Pada Ribbed
Square Channel. Widya Teknika 20(1):6-10.
Hasan et al. 2017. Perancangan Mesin Pengering Hasil Pertanian Secara Konveksi dengan elemen
Pemanas Infrared Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno dengan Sensor DS18B20. Jurnal Online
Teknik Elektro 2(3):16-20.
Hisyam A. 2016. Analisis Perpindahan Panas Pada Oven Menggunakan Pemanas Listrik Untuk Proses
Pengeringan Daun Kelor. Tugas Akhir. Progam Studi Diploma III, Jurusan Teknik Mesin,
Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 2016.
Idris dan Novalia. 2018. Analisis Perpindahan Kalor Kondensor Pada Proses Distilasi Bioeranol Sebagai
Biofuel dari Campuran Limbah Buah Salak dengan Limbah Air Kelapa. JMEMME 2(2): 43-50.
http://ojs.uma.ac.id/index.php/jmemme.
Johan CY. 2009. Efektivitas pipa Berprofil Segiempat Dengan Sirip di Bagian Dalam Pada Kasus 2
Dimensi Keadaan Tak Tunak. Tugas Akhir. Progam Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Kamiran dan Faruk. 2012. Analisis pengaruh Aliran Turbulen Terhadap Karateristik Lapisan Batas pada
Pelat Datar Panas. Jurnal Sains dan Seni ITS 1(1). DOI: 2301-928X.
Luluhima dan Titahelu, 2010. Studi Eksperimen Pengaruh Panjang Karateristik (Le) Terhadap
Karateristik Perpindahan Panas Konveksi Natural Pada Pelat Datar. Jurnal TEKNOLOGI 7(1):
740-743.
Santosa dam Giarno. 2014. Inovasi Teknik Pengukuran Fluks Kalor Pada Untai Uji Beta. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014. DOI: 2355-27524.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Amalina. 2021. Pembelajaran Matematika Anak Usia Dini di Masa Pandemi Covid – 19 Tahun 2020.
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 5(1):538-548. DOI: 10.31004/obsesi.v5i1.592
Fadiawati et al. 2016. Alat Penentuan Jenis-Jenis Sistem Berbasis Gelas. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Kimia 5(1):38-49.
Hakim L. 2016. Analisa Teoritis Laju Aliran Kalor Pada Ketel Uap Pipa Api Mini Industri Tahu di Tinjau
Dari Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh. SURYA TEKNIKA 1(4):50-55
Kusnandar et al. 2020. Karateristik Kinerja Kompor Gas LPG Menggunakan bahan Bakar DME Dengan
Variasi Diameter Nozzle dan Tekanan Kerja Kompor. Jurnal Standarisasi 22(3):199-210.
Michael dan Rahmawati. 2021. Analisis Perpindahan Panas dan Efektivitas Economizer Pada Boiler
Unit 4 PLTU Pangkalan Susu. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin SINERGI Polmed 2(1):10-15.
Michael dan Rahmawati. 2021. Analisis Perpindhaan Panas dan Efektivitas Economizer Pada Boiler
Unit 4 PLTU Pangkalan Susu. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Polmed 2(1):11-15
Montanus D A. 2016. Pengaruh Koefisien Perpindahan kalor Konveksi dan Bahan Terhadap Laju Aliran
Kalor, Efektivitas dan Efesiensi Sirip Dua Dimensi Keadaan Tak Tunak. Tugas Akhir. Progam
Studi Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains Sanata Dharma, Yogyakarta, 2016.
Paramudita et al. 2021. Pengaruh Jarak Ukur dan Jenis Termometer Inframerah Pada hasil Pengukuran
Suhu Tubuh Sebagai Skrining Awal Covid – 19. Jurnal Standarisasi 23(2) : 133-140.
Permata dan Febri. 2021. Memantau dan Mengontrol Suhu Akuarium Ikan Arwana Berbasis IoT
(Internet of Things). Proyek Akhir. Politeknik Manufaktur Negeri, Bangka Belitung, 2021.
LAMPIRAN
LAMPIRAN TAMBAHAN
LAMPIRAN ACC DHP