Anda di halaman 1dari 8

KASUS PEMICU : 1

SISTEM INTEGUMEN : ULKUS DIABETIK

Ny.P, umur 52 th, pendidikan SD, pekerjaan ibu rumah tangga, pasien
datang ke RSMS via IGD dengan keluhan lemes dan terdapat luka di kaki kanan, luka
bernanah dan berdarah, bau, sudah dilakukan perawatan luka sejak 3 bulan yang lalu
tetapi tidak kunjung sembuh malah bertambah parah. Luka makin luas, bengkak,
keluar darah dan nanah, berbau dan kehitaman di jari-jari kakinya. Hasil pengkajian
diperoleh data keadaan luka ukuran luka : panjang 5cm lebar 3 cm, kedalaman 4cm,
tepi luka berbatas tegas, terdapat banyak jaringan nekrotik di dalam luka, eksudat
banyak, bermau, warna kulit sekitar luka pucat dan kehitaman, tampak oedema
disekitar luka, terdapat undurasi dan tanel, luka sejak 3 bulan yang lalu tetapi tidak
kunjung sembuh.

Informasi yang tergali dari keluarga adalah pasien mengetahui dirinya


menderita DM sejak 2 th yang lalu akan tetapi tidak berobat secara teratur. Pasien
mengalami penurunan berat badan sejak 2 th yang lalu ± 20 kg. Pasien rajin
memeriksakan kadar gula darahnya secara rutin melalui program PROLANIS, hanya
pasien tidak rutin untuk minum obat anti diabetes. Bila dirasakan gejala seperti
banyak BAK dan merasakan ingin banyak makan dan minum, maka pasien baru
minum obat anti diabetes. Meskipun pasien tahu kalau dirinya menderita DM namun
pasien mempunyai kebiasaan senang minum teh manis (medang), dalam sehari pasein
bisa minum teh manis sampai 5 gelas. Pola makan pasienpun terbilang tidak sesuai
dengan aturan diet DM. Pasien hanya mengurangi sedikit gula tetapi porsi makan
tetap sama sebelum dia menderita DM itupun hanya dilakukan pasien 3 bulan
terakhir. Keluarga pasien (anaknya) tidak begitu mengetahui tentang penyakit pasien.
Anaknya hanya tahu kalau ibunya kadar gula darahnya tidak stabil (naik turun).
Keluarga pasien juga tidak mengetahui tentang program PROLANIS, obat-obat anti
diabetes, serta diet untuk penderita diabetes.Pasien mengatakan tidak mempunyai
riwayat HT, jantung dan asma.

Pada dasarnya keluarga hanya sebatas mengetahui kalau ibunya menderita


DM, keluarga tidak mengetahui tentang perawatan serta pola diet yang benar untuk
pasien DM. Keluarga menyiapkan makan sehari-hari untuk pasien sama dengan untuk
anggota keluarga lain. Pasien mempunyai riwayat keturunan penyakit diabetes melitus
dan tekanan darah tinggi. Ibu pasien mengalami hal yang sama dengannya (DM dan
ulkus di kakinya hingga meninggal dunia). Di keluarga, pasien makan sesuai dengan
yang

Setelah dilakukan penkajian lebih lanjut diperoleh data pasien mengatakan dia
senang sekali minum manis (medang), pasien mengatakan dia hanya mengurangi
sedikit gula dalam makannya tanpa mengurangi porsi makan, pasien mengatakan
makan sehari-hari disiapkan oleh anaknya yang juga tidak mengerti tentang diet bagi
penderita diabetes, pasien mengatakan merasa mual, tidak nafsu makan, abdomen
pasien tampak besar, teraba gumpalan-gumpalan feses, suara abdomen redup, bising
usus < 15x/menit, ada penurunan BB ± 10 kg dalam 1 th terakhir, nafsu makan
menurun, mual, selama di RS porsi yang disediakan habis ½ porsi, mukosa bibir
kering,konjungtiva anemis, turgor kulit kurang elastis, diit program RS : diit DM
1650 Kkal. Pasien mengatakan kalau aktivitasnya selalu dibantu oleh keluarga dan
tidak bisa sendiri, aktivitas sehari-hari pasien dapat dilakukan dengan bantuan orang
lain. Pasien mengatakan takut bila luka yang dialami bertambah parah, tidak bisa
melakukan ibadah sholat seperi orang sehat, karena tidak bisa berwudhu, pasien
mengatakan ingin cepat dioperasi, pasien mengatakan malu karena kakinya luka, bau
dan bernanah. pasien tampak ragu-ragu menjawab pertanyaan perawat, pasien tampak
putus asa dengan keadaan penyakitnya. Bila ada petugas lebih sering diam dan
banyak tidur.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Hb = 4,7 , Leukosit= 22.360, GDS 82, HbA1c=10,9, Albumin, 1,56

Pengobatan / terapi :

Cefrazidime Inj : 2 x 1gr, Metronidazol Inj : 3 x 500mg, Ranitidin Inj : 2 x 50 mg,


Keterolak Inj : 2 x 30mg, Albumin Vip 2x
KASUS PEMICU : 2

SISTEM PENGLIHATAN (GLUKOMA)

Tn.S usia 48 tahun pekerjaan sebagai petani pendidikan tamat SD,


mengeluhkan pandangan mata kabur/ngeblur. Tn S datang ke RS pada tanggal 9 April
2020 untuk melakukan pengontrolan rutin pada matanya, dan disarankan untuk
persiapan operasi yang dijadualkan pada tanggal 19 April 2020.
Hasil pemerikssan lanjutan dokter mendiagnosa mengalami glaukoma. Hasil
pemeriksaan yang dilakukan perawat pada tanggal 19 April 2020 diperoleh data :
pandangan ngeblur, silau jika melihat cahaya, sulit mengenali wajah seseorang, gejala
tersebut muncul setelah operasi pengangkatan silikon pada mata kiri. Saat ini pasien
dilakukan operasi trabekulatomi pada mata kiri. Dari pemeriksaan fisik didapatkan:
visus mata OS 1/60 & OD 2/60, lapang pandang menurun, sklera kemerahan, reflek
pupil +/+, diameter pupil 3mm/3mm, TD 110/80 mmHg, N: 78x/mnt, RR: 16x/mnt
dan pandangan semakin tidak jelas yang dirasakan sejak 5 bulan terakhir. Klien
kesulitan melakukan aktivitas seperti biasa, dan merasa tidak bisa berbuat apa-apa.
Klien mengatakan nyeri pada leher skala 6 (Standar skala 1-10), nyeri muncul jika
cuaca sedang terik, nyeri senut-senut, klien tampak meringis.
Riwayat kesehatan dahulu didapatkan data sekitar bulan september tahun
2016 klien didiagnosa ablasio retina, dan pada bulan april tahun 2017 dilakukan
operasi untuk menangani ablasio retina pada mata kiri namun gagal. Pasien dilakukan
operasi kedua pada mata kiri pada bulan mei 2017 dan dinyatakan berhasil, selang
satu bulan kemudian dilakukan operasi pada mata kanan. Tiga bulan berikutnya
terjadi penurunan kondisi mata kiri dan kanan yakni blur dan timbul katarak. Pada
bulan maret tahun 2018 dilakukan tindakan operasi katarak pada mata kiri, selang satu
bulan operasi katarak pada mata kanan. Enam bulan kemudian klien didiagnosa
glaukoma karena TIO fluktuatif dan cenderung meningkat > 20 mmHg.
Pasien sangat cemas dengan keadaan sakitnya yang bolak balik ke RS tetapi
matanya semakin memburuk, hal ini menyebakan pasien takut, cemas tidak bisa
melihat lagi seperti sedia kala. Pasien sering termenung dan tidak memiliki semangat
untuk hidup karena tidak bs pergi kesawah sebagai petani yang merupakan mata
pencaharian utama buat keluarganya. Pasien merupakan kepala keluarga yang gagal
memberikan kebahagiaan untuk keluarganya.
KASUS PEMICU : 3
SISTEM MUSKOLOSKELETAL (RHEMATOID ARTRITIS)

Tn.K berusia 58 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan tani saat ini mengeluhkan linu
pada area lutut dan terasa pegal ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Saat ini pasien datang
ke Puskesmas Kalibobor Kulon, setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oelh perawat
diperoleh data : Tn.K sering merasa pegal linu pada bagian lutut hingga hampir setiap hari
minta di pijet dan sempat mengalami kesulitan berjalan karena tiba-tiba terasa kaku. Namun
pada saat pengkajian klien hanya merasakan pegal linu namun masih bisa di kontrol. Q :
seperti tersayat dengan kala nyeri 3(1-10), yang hilang timbul. Hasil pemeriksaan TTV
didapatkan TD 120/80mmHg, Naadi 84x/menit, RR 21x/menit, suhu 36,7 0C, BB : 63 kg,
TB : 163 cm, IMT : 23,3. Terlihat adanya benjolan pada area sendi jempol kaki kiri dan sendi
jari tangan kanan, tidak ada kemerahan disekitar sendi dan area benjolan, teraba tidak
berpindah dan keras. Klien mengatakan benjolan itu sudah ada sejak 1 bulan yang lalu tidak
terasa nyeri namun cukup mengganggu dan tidak nyaman saat beraktivitas. Klien mengatakan
tidak rutin untuk kontrol dan tidak tahu dampak dari pengobatan yang tidak rutin serta tidak
pantang terhadap makanan yang di gemarinya. Pasien mengatakan apabila makan tidak ada
ikan, seafood,atau daging pasien merasa nafsu makannya berkurang dengan frekuensi 2-3
kali sehari namun apabila ada ikan, frekuensi makan pasien sehari bisa sampai 4-5 kali
makan.
Berdasarkan wawancara tentang riwayat penyakit dahulu didapatkan bahwa Tn.K
memiliki riwayat asam urat sejak 3 tahun lalu namun tidak rutin kontrol dan tidak pantang
makanan, serta sangat menyukai ikan daging atau seafood.
Berdasarkan riwayat keluarga pasien mengatakan anggota keluarganya ada yang
pernah mengalami asam urat. Pola makan ayah dan ibu pasien terdahulunya sangat gemar
mengkonsumsi ikan, serta rajin bertani hingga larut malam.
Pasien merupakan seorang yang peiang dan mudah bergaul, selama wawancara pasien
selalu kooperatif menjawab dan bertanya bila ada hal yang belum dipahami. Secara sosial
pasien sangat aktif mengikuti kegiatan di lingkungan RT nya tetapi setelah sakit tidak pernah
lagi, hal ini menyebabkan pasien merasa kurang berguna terhadap lingkungan Rtnya. Pasien
merasa sedih tidak bisa lagi bergi berjama’ah sholat fardhu kemushola karena kakinya tidak
bisa dilipat saat sholat harus duduk. Pasien merasa Allah sedang memberikan ujian untuk
mengurangi dosa yang sudah dilakukan sebelumnya selama kehidupan serta sedang menguji
keikhlasan keluarga dalam merawatnya.
KASUS PEMICU : 4
SISTEM PERSARAFAN : ENCHEPALITIS

Seorang perempuan, umur 49 th pendidikan SD pasien rujukan dari RS


Wiradadi Husada dengan ensefalitis datang ke IGD RSMS tgl 18 April 2020 dengan
keluhan sakit kepala sejak 5 hari yang lalu, kejang 1 kali, riwayat muntah – muntah.
Pada saat pengkajian tgl 23 April 2018, pasien mengeluh masih sakit kepala. P :
tekanan intra kranial Q : seperti di tusuk – tusuk R : Kepala S : Skala 7 T : terus
menerus, pasien mengeluh tenggorokan sakit saat menelan, terpasang NGT, terdapat
mual dan muntah serta tersedak saat di berikan makan, reflek menelan melemah.
Hasil wawancara di dapatkan data pasien sebelum masuk RSMS pasien di
rawat di RS Wiradadi karena sakit lambung tetapi sempat kejang dan akhirnya di
rujuk ke RSMS. Hasil wawancara dengan keluarga pasien sebelumnya tidak pernah
mengeluhkan sakit kepala atau sakit yang harus dirawat di RS, kejadiannya tiba-tiba
setelah pasien mengangkat 1 ember air tiba-tiba pandangan pasien kabur sehingga
pasien terjatuh di dapur, tetapi kepala tidak terbentur.
Riwayat penyaklit keluarga tidak ada yang sakit seperti pasien sekarang tidak
ada riwayat HT, DM dan penyakit menular lainnya. Pola komunikasi keluarga pasien
sangat kooperatif.
Hasil pemeriksaan fisik
Keluarga pasien mengatakan tenggorokan sakit saat menelan saat diberikan
minum, reflek menelan melemah, terpasang NGT sounde masuk 250 cc/5 jam,
terdapat mual dan muntah serta tersedak saat di berikan makan, membran mukosa
kering, turgor kulit kering,terpasang infus RL 20 Tpm. Badan pasien lemas, ADL di
bantu keluarga, tidak bisa berjalan sendiri, mobilisasi terbatas hanya berbaring di
tempat tidur, BAK BAB di tempat tidur pasien terlihat gelisah serta terdapat tremor,
terdapat kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan otot tangan 4, kekuatan otot
kaki 4, Tingkat kedasaran apatis, kontak mata kurang , istirahat kurang. pasien tidak
melakukan ibadah semenjak sakit, BB sebelum sakit 43 kg BB saat ini : 40 kg , gigi
sudah ompong. Pasien mengatakan badannya lemas, ADL di bantu keluarga, pasien
terlihat gelisah pasien tidak melakukan ibadah semenjak sakit, keluarga terlihat cemas
dan menanyakaan terus menerus tentang penyakit pasien dan kondisinya saat ini. TD :
100/80 N : 89 RR : 24 S : 36,5

Hasil Pemeriksaan Penunjang :


a. Laboratorium :
HB : 11,0 LEUKOSIT : 11820 TROMBOSIT : 363.000 UREUM : 15,1
KREATININ : 0,58 GDS : 104
b. CT SCAN : - Tampak infract, perdarahan SOL INTRACRANIAL
- Tampak tanda peningkatan tekanan intrakranial
KASUS PEMICU : 5

SISTEM MUSKULOSKELETAL (PRE OP ORIF et Causa Fraktur ulna)

Ny. H, mur : 32 tahun, agama : islam, pendidikan : SMA, pekerjaan ibu rumah
tangga. Saat ini mengeluhkan nyeri di bagian lengan tangan kanan nyeri saat di gerakan dan
mengangkat benda berat. Pasien datang ke RSUD. Prof. Dr. Margono soekarjo purwokerto
pada tanggal 9 April 2020 dengan keluhan nyeri pada pergelangan tangan kanan setelah
jatuh dari kamar mandi, klien mengatakan pada saat jatuh lengan tangan kanan menahan
tubuhnya sehingga klien merasa kesakitan pada daerah tersebut pada saat terpleset klien
masih sadar tidak merasa pusing dan masih mampu untuk berkomunikasi dengan orang
sekitar. Kemudian pasien mengatakan skit di bagian lengan bawah kanan dan sulit di
gerakan.

Setalah dilakukan pemeriksaan fisik diperoleh data klien mengatakan nyeri di


bagian tangan kanan nyeri saat di gerakan dan mengangkat benda berat. Pasien terlihat
menahan nyeri, sesekali memegangu bagian yg sakit, nyeri dirasakan setiap kali di gerakan
dan mengankat benda berat, seperti di tusuk-tusuk, dirasakan sampai ke lengan kanan bawah
nyeri dirasakan dengan skala 7 (standar skala 1-10), nyeri ilang timbul, nyeri akan terasa bila
ada pergerakan lengan, nyeri berkurang bila di istirahatkan. Klien mengatakan merasa takut
dan khawatir akan tindakan op besok pasien tidak bisa tidur dan sering terbangun, TD
140/80 N 88 RR 20x s:36, Terlihat pasien menunjukan perilaku gelisah,, terlihat pada jam
tidur pasien belum tidur. Ini merupakan pengalaman pertama klien masuk RS apalagi akan
dilakukan operasi. Klien cemas, keringat pada telapak tangan ketika jabatan tangan dengan
perawat, klien mempunyai 3 orang anak yang masih kecil kecil dan dirumah tidak ada yang
menemani, sehingga suami klien dirumah klien di RS sendirian, segara bergantian antara
suami dengan adik laki-lakinya yang terkadang menemani klien di RS.
KASUS PEMICU : 6

SISTEM PENGLIHATAN (KATARAK)

Ny .G usia 55 tahun, pekerjaan guru, pendidikan D.3, saat ini mengeluhkan


penglihatan buram pada mata sebelah kanan. 3 bulan sebelum masuk RSUD Margono
Soekarjo pasien mengeluhkan penglihatan kabur dan tidak jelas pada kedua matanya,
penglihatan semakin buram dan tidak jelas, pasien memutuskan untuk Op pertama pada
mata sebelah kiri di Rs Dadi Keluarga, kemudian 1 bulan terakhir penglihatan pada mata
sebelah kanan semakin tidak jelas dan kadang pasien merasa pusing. Pada hari senin 17
februari 2020 pasien datang kepoli mata dengan keluhan penglihatan bertambah buruk,
tidak dapat melihat objek dengan jelas, lalu dokter menyarankan untuk dilakukan operasi
katarak pada mata sebelah kanan. Pasien dirawat diruang seruni untuk persiapan operasi
dan penanganan lebih lanjut.

Hasil pengkajian lanjutan diperolah data penglihatan buram dan tidak jelas , kesulitan
melihat pada jarak jauh atau jarak pendek, pandangan ganda, pasien juga merasa cemas,
dan takut akan dilakukan operasi, pasien takut bila pada operasinya terjadi suatu hal yang
tidak diinginkan, namun pasien berharap bisa melihat dengan jelas setelah operasi. Td :
130/70 mmHg, N : 100, RR : 20x/m. S : 36,5, Pasien mengatakan merasa takut dan
khawatir karena matanya akan di operasi, pasien takut bila pada operasinya terjadi suatu
hal yang tidak diinginkan, Pasien berharap dapat melihat dengan baik setelah dilakukanya
operasi, Pasien tampak gelisah dan gugup, Pasien mengeluhkan mata penglihatanya tidak
jelas/ kabur, buram, dan seperti ada kabut serta terkadang pasien merasa silau saat melihat
cahaya. Pasien juga mengalami kesulitan melihat pada jarak jauh ataupun dekat,
pandangan ganda, susah melihat pada malam hari. pupil berwarna putih dan ada dilatasi
pupil,lensa keruh menyeluruh. Mata sebelah kanan tidak dapat melihat objek dengan jelas
hingga jarak < 20 cm, mata sebelah kiri dapat melihat jelas dengan jarak 3 meter. Terapi
yang diperoleh : cefrodroxil : 2 x 500 mg IV, Asam afenemat 2 x 500mg Oral, polidemicin
500mg setiap 6jam sekali sampai pasien operasi.

Anda mungkin juga menyukai