Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TUMOR OTAK

DI SUSUN OLEH :

DISUSUN
0LEH
NAMA :SRIYANI
NPM : 20142019114.P
KELAS REGULER B2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur selalu penulis panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberi kesehatan, nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan askep
makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tumor Otak ”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan Medikal
Bedah III. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu serta menolong penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis juga berharap
semoga allah memberi yang terbaik atas makalah ini supaya bermanfaat bagi kita semua.

Dengan segala kekurangan penulis, dan saran sangat diharapkan dari pembaca guna
meningkatkan dan memperbaiki makalah ini.
DAFTAR ISI

Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................................2
D. Manfaat....................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Konsep Dasar Medik
1. Pengertian.........................................................................................................3
2. Klarifikasi Tumor Otak................................................................................4
3. Etiologi Tumor Otak………………………………………………6
4. Manisfestasi Klinis Tumor Otak………………………………………………...7
5. Patofisiologi Tumor Otak............................................................................8
6. Pemeriksaan Diagnostik Tumor Otak......................................................9
7. Penatalaksanaan Tumor Otak ....................................................................9
8. Komplikasi Tumor Otak..............................................................................11
9. Prognosis Tumor Otak .................................................................................11

BAB III
Asuhan Keparawatan

BAB IV
Penutup
1.Kesimpulan………………………………………………………………….15
2.Saran…………………………………………………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna)
membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang
belakang (medulla spinalis). Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis
dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan
pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang
benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor,
kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial
serta efek dari masa tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan
destruksi dari jaringan otak.

Jumlah penderita kanker otak masih rendah, yakni hanya enam per 100.000 dari pasien
tumor/kanker per tahun, namun tetap saja penyakit tersebut masih menjadi hal yang
menakutkan bagi sebagian besar orang. Pasalnya, walaupun misalnya tumor yang menyerang
adalah jenis tumor jinak, bila menyerang otak tingkat bahaya yang ditimbulkan umumnya
lebih besar daripada tumor yang menyerang bagian tubuh lain. Tumor susunan saraf pusat
ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan frekuensi 80% terletak
pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di Indonesia data tentang tumor susunan
saraf pusat belum dilaporkan. Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang
pada dewasa pada usia 30-70 dengan pundak usia 40-65 tahun.

Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat
cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak
jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan neurologis
(gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial). Hal ini ditandai dengan
nyeri kepala, nausea, muntah dan papil edema. Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun
ada bukti kuat yang menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa
tipe tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliptu faktor herediter, kongenital, virus, toksin,
dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat
sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan. (Fagan Dubin, 1979; Larson, 1980;
Adams dan Maurice, 1977; Merrit, 1979).

Untuk Penatalaksanaan tumor otak, yang perlu diperhatikan adalah usia, general health,
ukuran tumor, lokasi tumor dan jenis tumor. Metode yang dapat digunakan antara lain:
pembedahan, radiotherapy, dan chemotherapy. Seorang Perawat berperan untuk membuat
asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan tumor otak serta mengimplementasikannya
secara langsung mulai dari pengkajian, diagnosa, hingga intervensi yang harus diberikan.

1
1.2  Rumusan Masalah 

1.     Apa definisi dari tumor otak?

2.     Apa manifestasi klinis dari tumor otak?

3.     Bagaimana etiologi dari tumor otak?

4.     Bagaimana patofisiologi dari tumor otak?

5.     Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada penderita tumor otak?

6.     Bagaimana penatalaksanaan dari tumor otak?

7.      Apa saja komplikasi dari tumor otak?

8.     Bagaimana prognosis dari tumor otak?

9.     Bagaimana woc (web of caution) dari tumor otak?

10.  Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita tumor otak?

1.3 Tujuan 

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan tumor otak.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.     Mengetahui dan memahami definisi tumor otak.

2.     Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari tumor otak.

3.     Mengetahui dan memahami etiologi/ faktor pencetus tumor otak.

4.     Mengetahui dan memahami patofisiologi tumor otak.

5.     Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada tumor otak.

6.     Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan tumor otak.

7.     Mengetahui dan memahami komplikasi dari tumor otak.

2
8.     Mengetahui dan memahami prognosis dari tumor otak.

9.     Mengetahui dan memahami WOC tumor otsk.

10.  Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan tumor otak.

1.4 Manfaat

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan membuat asuhan
keperawatan pada klien dengan tumor otak, serta mampu mengimplementasikannya dalam
proses keperawatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tumor Otak

Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak
maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A. Sylvia, 1995: 1030).
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna)
membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang
belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa
tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri
disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker
paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002).

Tekanan intra kranial ( TIK ) adalah suatu fungsi nonlinier dari fungsi otak, cairan
serebrospinal (CSS) dan volume darah otak sehingga. Sedangkan peningkatan intra kranial
(PTIK) dapat terjadi bila kenaikan yang relatif kecil dari volume otak, keadaan ini tidak akan
cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial, sebab volume yang meninggi ini dapat
dikompensasi dengan memindahkan cairan serebrospinal dari rongga tengkorak ke kanalis
spinalis dan volume darah intrakranial akan menurun oleh karena berkurangnya peregangan
durameter. Hubungan antara tekanan dan volume ini dikenal dengan complience. Jadi jika
otak, darah dan cairan serebrospinal volumenya terus menerus meninggi, maka mekanisme
penyesuaian ini akan gagal dan terjadi peningkatan intrakranial yang mengakibatkan herniasi
dengan gagal pernapasan dan gagal jantung serta kematian.

3
2.2 Klasifikasi Tumor Otak

      Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

2.2.1 Berdasarkan Jenis Tumor

a. Jinak

1.     Acoustic neuroma

2.     Meningioma

      Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi jaringan
sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya. Pasien usia tua sering terkena
dan perempuan lebih sering terkena dari pada laki-laki. Tumor ini sering kali memiliki
banyak pembuluh darah sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat dilakukan
pemeriksaan CT scan otak.

1.     Pituitary adenoma

2.     Astrocytoma (grade I)

b. Malignant

1.     Astrocytoma (grade 2,3,4)

2.     Oligodendroglioma

Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat muncul hingga 10 tahun.
Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan
tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat
kemosensitif.

1.     Apendymoma

Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada ependim yang menutup
ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa
ventrikularis. Tumor ini lebih sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Dua faktor
utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan hidup
jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin
buruk progmosisnya.

2.2.2 Berdasarkan Lokasi

a. Tumor Supratentorial

4
Hemisfer otak, terbagi lagi :

1.     Glioma :

                                   i)      Glioblastoma multiforme

   Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi di hemisfer otak dan sering
menyebar kesisi kontra lateral melalui korpus kolosum.

                                 ii)      Astroscytoma

                               iii)      Oligodendroglioma

   Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma tetapi terdiri dari sel-sel
oligodendroglia. Tumor relative avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi biasanya
dijumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.

1.     Meningioma

Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan duramater yang lebar
(broad base) berbatas tegas karena adanya psedokapsul dari membran araknoid. Pada
kompartemen supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang dan kadang
disertai reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena merupakan massa ekstraaksial lokasi
meningioma disebut sesuai dengan tempat perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%),
Sphenoid ridge (20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove (10%), Tuberculum sellae
(10%), Konveksitas serebellum (5%), dan Cerebello-Pontine angle. Karena tumbuh lambat
defisit neurologik yang terjadi juga berkembang lambat (disebabkan oleh pendesakan struktur
otak di sekitar tumor atau letak timbulnya tumor). Pada meningioma konveksitas 70% ada di
regio frontalis dan asimptomatik sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di basis kranii
sekitar sella turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi medial sphenoid ridge)
tumor akan segera mendesak saraf optik dan menyebabkan gangguan visus yang progresif.

1.     Tumor Infratentorial

2.     Schwanoma akustikus

3.     Tumor metastasisc

     Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari seluruh tumor otak dan dapat
berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer paling sering berasal dari paru-paru dan
payudara. Namun neoplasma dari saluran kemih kelamin, saluran cerna, tulang dan tiroid
dapat juga bermetastasis ke otak.

5
1.     Meningioma

               Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari meningen, sel-sel
mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura.

1.     Hemangioblastoma

               Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling sering
dijumpai dalam serebelum.

2.3 Etiologi Tumor Otak

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah banyak
penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:

1.     Herediter

          Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weberyang dapat dianggap sebagai
manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis
neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor
hereditas yang kuat pada neoplasma.

1.     Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

          Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang


mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari
bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma
intrakranial dan kordoma.

1.     Radiasi

          Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma.
Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

1.     Virus

          Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma
tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan
tumor pada sistem saraf pusat.

6
1.     Substansi-substansi karsinogenik

          Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik sepertimethylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea.
Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

1.     Trauma Kepala

2.4 Manifestasi Klinis Tumor Otak

1.     a.     Nyeri Kepala  

Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian berkembang
menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat
oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan
bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial
sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan
nyeri alih ke oksiput dan leher. 

1.     b.    Perubahan Status Mental

Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan


berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor lobus frontal
atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat menyebabkan
terjadinya somnolen hingga koma.

1.     c.     Seizure

Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti astrositoma,
oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada tumor di lobus frontal baru
kemudian tumor pada lobus parietal dan temporal.

1.     d.    Edema Papil

Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik
neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak menimbulkan
gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang berkelanjutan dapat
menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang perifer dan
menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.

1.     Muntah

Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor tersebut juga
mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada pagi dan malam hari,
dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan adanya massa
intracranial.

7
1.     Vertigo

Pasien merasakan pusing yang berputar dan mau jatuh.

2.5 Patofisiologi Tumor Otak

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini
menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya sebaiknya
dibicarakan dalam suatu perspektif waktu. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya
dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan
intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja
disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.  Perubahan suplai
darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan
otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi
secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer.

Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan


kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapatumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan
neurologis fokal. Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan
sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa, karena
tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menimbulkan oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami,
namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena
dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan
volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinaldari ventrikel laseral ke ruang
sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.

Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat akibat
salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oelh karena itu
tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara
lain bekerja menurunkan volume darahintra kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan
cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus
temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.
Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf
ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum
oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat.
Intrakranialyang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan
nadi dan gangguan pernafasan).

8
2.6 Pemeriksaan Diagnostik Tumor Otak

1.     CT scan dan MRI

      Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika
penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau
fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit
membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.

1.     Foto polos dada

      Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan
memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.

1.     Pemeriksaan cairan serebrospinal

      Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar.
Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai
cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).

1.     Biopsi stereotaktik 

      Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.

1.     Angiografi Serebral

      Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.

1.     Elektroensefalogram (EEG)

       Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.

2.7 Penatalaksanaan Tumor Otak

Faktor –faktor Prognostik sebagai Pertimbangan Penatalaksanaan

1.     Usia

2.     General Health

3.     Ukuran Tumor

4.     Lokasi Tumor

9
5.     Jenis Tumor

      Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya, yaitu

a. Surgery

           Terapi Pre-Surgery :

           Steroid ® Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone

Anticonvulsant ® Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti carbamazepine

           Shunt ® Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal

                        Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor. Pembedahan


pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan dekompresi dengan cara mereduksi efek
massa sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi. Dengan
pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan hipoksik akan terikut
serta sehingga akan diperoleh efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor
akan memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis patologi anatomi diharapkan
akan menjadi lebih sempurna. Namun pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali
menghilangkan gejala-gelaja yang ada pada penderita.

b. Radiotherapy

                  Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan


proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa modalitas terapi
pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi
dengan kemoterapi dan radioterapi.

                  Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately sensitive), sehingga
pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi radiasi diharapkan dapat
mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi
jaringan sehat disekitarnya. Semakin dikit jaringan sehat yang terkena maka makin tinggi
dosis yang diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan metode serta teknik
pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi.

                  Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor sementara
metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi jyga digunakan dalam tata
laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis.

c. Chemotherapy

                        Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu
atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel tumor pada
klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan dalam

10
siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti waktu

istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien
dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi yang dilakukan
ataukah tidak.

2.8 Komplikasi Tumor Otak

a. Edema Serebral

Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga menambah
efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel
(vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).

b. Hidrosefalus

Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga cranium yang
tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat
massa.

c. Herniasi Otak

Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.

d. Epilepsi

f. Metastase ketempat lain

2.9 Prognosis Tumor Otak

Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan hidup setelah 2
tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma, dimana
kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan. Sekitar 50%
penderita meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun. Pengobatan untuk
kanker otak lebih efektif dilakukan pada:

1.     a.      Penderita yang berusia dibawah 45 tahun.

2.     b.      Penderita astrositoma anaplastik.

3.     c.       Penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui
pembedahan.

11
 BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

N DiagnosaKeperawatan Tujuan Dan KriteriaHasil Intervensi


o
1 Perfusi jaringan serebral tidak NOC : NIC :
efektif b/d edema Circulation status
Intrakranial Pressure
serebral/penyumbatan aliran Tissue Prefusion :
(ICP) Monitoring (Monitor
darah cerebral
tekananintrakranial)

 Berikan informasi
KriteriaHasil :
kepada keluarga
1. mendemonstrasikan
 Set alarm
status sirkulasi yang
 Monitor tekanan
ditandai dengan :
perfusi serebral
 Te
 Catat respon pasien
kanan systole
terhadap stimuli
dan diastole
 Monitor tekanan
dalam rentang
intra kranial pasien dan
yang
respon neurology
diharapkan
terhadap aktivitas
 Tid
 Monitor jumlah
ak ada
drainage cairan
ortostatik
serebrospinal
hipertensi
 Monitor intake dan
 Tid
output cairan
ak ada tanda
 Restrain pasien jika
tanda
perlu
peningkatan
tekanan intra
 Monitor suhu dan
angka WBC
kranial (tidak
lebih dari 15  Kolaborasi

mmHg) pemberian antibiotik

2. Mendemonstrasikan  Posisikan pasien

kemampuan kognitif pada posisi semi fowler

yang ditandai  Minimalkan stimuli

dengan: dari lingkungan

 Berkomunikasi
dengan jelas
dan sesuai
Peripheral Sensation
dengan
Management (Manajemen
kemampuan
sensasi perifer)
 Menunjukkan
perhatian,  Monitor adanya daerah

konsentrasi tertentu yang hanya

dan orientasi peka terhadap


panas/dingin/tajam/tum
 Memproses
pul
informasi
 Membuat  Monitor adanya
paretese
keputusan
dengan benar  Instruksikan keluarga
untuk mengobservasi
3. Menunjukkan fungsi
kulit jika ada lesi atau
sensori motori
laserasi
cranial yang utuh :
tingkat kesadaran
 Gunakan sarung tangan
untuk proteksi
membaik, tidak ada
gerakan gerakan  Batasi gerakan pada

involunter kepala, leher dan


punggung
 Monitor kemampuan
BAB
 Kolaborasi pemberian
analgetik
 Monitor adanya
tromboplebitis
 Diskusikan mengenai
penyebab perubahan
sensasi

Defisit perawatan diri b.d Setelah dilakukan tindakan Self Care Assistence
kelemahan keperawatan selama 2x24 1. Bantu ADL klien selagi
jam, klien mampu klien belum mampu
Definisi : melakukan perawatan diri mandiri
Gangguan kemampuan mandiri. 2. Pahami semua
melakukan aktivitas perawatan Self Care : Activities kebutuhan ADL klien
diri sehari-hari Daily Living (ADL) 3. Pahami bahasa-bahasa
Kriteria : atau pengungkapan non
1. Makan : 5 verbal klien akan
2. Berpakaian : 5 kebutuhan ADL

3. Toileting : 5 4. Libatkan klien dalam


4. Mandi : 5 pemenuhan ADLnya

5. Berhias : 5 5. Libatkan orang yang


berarti dan layanan
6. Higiene : 5
pendukung bila
7. Kebersihan mulut :
dibutuhkan
5
6. Gunakan sumber-
8. Ambulasi : kursi
sumber atau fasilitas
roda : 5
yang ada untuk
9. Ambulasi : berjalan
mendukung self care
:5
7. Ajari klien untuk
10. Berpindah : 5
melakukan self care
secara bertahap
Keterangan :
8. Ajarkan penggunaan
1 : Tergentung, tidak ada
modalitas terapi dan
partisipasi
bantuan mobilisasi
2 : Memerlukan bantuan
secara aman (lakukan
orang dan alat
supervisi agar
3 : Memerlukan bantuan
keamnanannya terjamin)
orang
9. Evaluasi kemampuan
4 : Tidak tergantung,
klien untuk melakukan
dengan bantuan alat
self care di RS
5 : Tidak tergantung
10. Beri reinforcement atas
sempurna/mandiri
upaya dan keberhasilan
dalam melakukan self
care
14

BAB IV

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

Otak manusia  adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc atau
sekitar 2% dari berat orang dewasa dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron.
Metabolisme otak digunakan kira – kira 18% dari total konsumsi oksigen oleh tubuh. Berat
otak hanya 2,5 % dari berat badan seluruhnya tapi otak merupakan organ yang paling banyak
menerima darah dari jantung yaitu   20% dari seluruh darah yang mengalir ke seluruh bagian
tubuh (Lumantobing, 2001). 

Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak
maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A. Sylvia, 1995: 1030).
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui, tetapi sekarang telah diadakan
penelitian mengenai herediter, sisa-sisa embrional, radiasi, virus, substansi-substansi zat
karsinogenik, trauma kepala. Penatalaksaan pasien dengan tumor otak dapat dilakukan
pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi.

4.2  Saran

1.     Perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tumor
otak secara holistik didasari dengan pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit
tersebut.

2.     Klien dan keluarganya hendaknya ikut berpartisipasi dalam penatalaksaan serta
meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak yang dideritanya.

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diace C dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Vol 2. Jakarta: EGC

Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto

15

Anda mungkin juga menyukai