1 PENGERTIAN
Pengertian motivasi menurut beberapa para ahli :
a. T. Hani Handoko
“Keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan tertentu guna mencapai tujuan”.
b. H. Hadari Nawawi
“Suatu keadaan yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu
perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar”.
c. Anwar Prabu Mangkunegara
“kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara prilaku
yang berubungan dengan lingkungan kerja”.
d. Henry Simamora
“Sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu akan
menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan membuahkan imbalan atau
hasil yang dikehendki”.
e. Chung dan Megginson yang dikutip oleh Faustino Cardoso Gomes
“Tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang yang mengejar suatu tujuan dan
berkaitan dengan kepuasan kerja dan perfoman pekerjaan”.
Dari pengertian-pengertian motivasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau
menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya
sehingga ia dapat mencapai tujuannya (Cristian pradana. 2017
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI Motivasi sebagai
proses batin atau proses psikologis dalam diri seseorang, sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1 Faktor Ekstern
a. Lingkungan social
b. Pemimpin dan kepemimpinannya
c. Tuntutan perkembangan organisasi atau tugas
d. Dorongan atau bimbingan atasan
2 Faktor Intern
a. Pembawaan individu
b. Tingkat pendidikan
c. Pengalaman masa lampau
d. Keinginan atau harapan masa depan. (Robbins P, Stephen. 2007)
3 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi Menurut para ahli:
a. Muhidin Syah
a) Faktor internal adalah faktor ynag ada dalam diri manusia itu sendiri yang
berupa sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman dan cita-cita.
b) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiri
yang terdiri dari :
1) Lingkungan sosial, yang meliputi lingkungan masyarakat, tetangga,
teman, orangtua/keluarga dan teman sekolah.
2) Lingkungan non sosial meliputi keadaan gedung sekolah, letak sekolah,
jarak tempat tinggal dengan sekolah, alat-alat belajar, kondisi ekonomi
orangtua dan lain-lain.
b. Sumanto
Menggolongkan faktor yang mempengaruhi belajar anak menjadi tiga macam,
yaitu:
a) Faktor-faktor stimulasi belajar
Yang dimaksud faktor stimulasi belajar adalah segala hal di luar
individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulasi dalam
penelitian ini mencakup materiil serta suasana lingkungan yang ada di sekitar
siswa.
b) Faktor metode belajar
Metode yang dipakai guru sangat mempengaruhi belajar siswa. Metode
yang menarik dapat menimbulkan rangsangan dari siswa untuk meniru dan
mengaplikasikannya dalam cara belajarnya.
c) Faktor-faktor individual
Faktor ini menyangkut hal-hal berikut: kematangan, faktor usia, jenis
kelamin, pengalaman, kapasitas mental, kondisi kesehatan fisik dan psikis,
rohani serta motivasi.
2.3 FUNGSI MOTIVASI
Adapun fungsi motivasi ada tiga, yaitu:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi.
2. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
3. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan menyisihkan perbuatan-
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut
2.4 KONSEP MOTIVASI
Konsep motivasi yang dijelaskan oleh Soekanto,Soerjono. 2005 adalah sebagai
berikut:
1. Model Tradisional
Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerja meningkat perlu diterapkan
sistem insentif dalam bentuk uang atau barang kepada pegawai yang berprestasi.
2. Model Hubungan Manusia
Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerjanya meningkat adalah dengan
mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna dan
penting.
3. Model Sumber Daya Manusia
Pegawai dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang atau barang tetapi
juga kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti.
2.5 JENIS-JENIS MOTIVASI
1. Motivasi Biogenetis
Motivasi biogenetis yaitu motivasi yang berasal dari diri manusia yang
dilakukan untuk kelangsungan hidupnya. Contoh makan, minum, bernafas, dan lain-
lain.
2. Motivasi Sosiogenetis
Motivasi ini dipelajari orang dan berasal dari lingkungan di mana orang
tersebut berada. Contoh ingin tahu, konferensi, cinta, harga diri, motivasi akan nilai
dan makna kehidupan, dan motivasi pemenuhan diri.
3. Motivasi Teogenesis
Motivasi teogenesis adalah berasal dari hubungan antara manusia dan
Tuhannya. Contoh : beribadah, berdo’a, shalat, dan sebagainya.
2.6 TEORI MOTIVASI
1. Teori Motivasi ABRAHAM MASLOW (Teori Kebutuhan)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua
manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang
berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat
kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari
kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya
akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat
paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya
menjadi penentu tindakan yang penting;
a. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
b. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain,
diterima, memiliki)
d. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan
dukungan serta pengakuan)
e. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan
menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan;
kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari
potensinya).
2. Teori Motivasi HERZBERG (Teori dua faktor)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang
untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua
faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor
intrinsik).
a. Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk
didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan
sebagainya (faktor ekstrinsik)
b. Faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan,
yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat
kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
3. Teori Motivasi DOUGLAS McGREGOR
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori y
(positif), Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajer
a. Karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
b. Karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan
hukuman untuk mencapai tujuan.
c. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
d. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan
dengan kerja.
e. Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat
teori Y :
a. Karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat
dan bermain.
b. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka
komit pada sasaran.
c. Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
d. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.
4. Teori Motivasi VROOM (Teori Harapan )
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan
mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat
melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut
Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
a. Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas.
b. Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam
melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome
tertentu).
c. Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau
negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan.
Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan.
5. Teori Motivasi ACHIEVEMENT Mc CLELLAND (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Teori yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada
tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
a. Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
b. Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan
soscialneed-nya Maslow)
c. Need for Power (dorongan untuk mengatur).
6. Teori Motivasi CLAYTON ALDERFER (Teori “ERG)
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada
kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan
pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder
mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat
dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari pemenuhan
kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.
7. Teori Penetapan Tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat
macam mekanisme motivasional yakni :
a. Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian
b. Tujuan-tujuan mengatur upaya
c. Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi
d. Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat
digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan
seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat
subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak
seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan
tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan
sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang
menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai
konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang
mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang
merugikan.Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu
menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut
mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang
dipercepat. Karena juru tik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu
terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan
berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan
komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya
diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.
Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali
mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi
indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif
perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat
pada waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk
modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus
selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang
manusiawi pula.
2.7 PENGERTIAN PERILAKU SOSIAL
Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku
adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh
sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-
tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai
aktifitas masing – masing. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang atau
organisme terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan.( Koentjaraningrat. 2006).
.Menurut teori tentang perilaku :
a. Secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai suatu respons organisme atau
seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut (Soekidjo,1993).
b. Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai sebagai suatu aksi-reaksi organisme
terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan
untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan
tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoatmodjo,1997).
c. Robert Kwick (1974), perilaku adalah tindakan suatu organisme yang dapat diamati
dan bahkan dapat dipelajari.
d. Umum, perilaku manusia pada hakikatnya adalah proses interaksi individu dengan
lingkungannya sebagai manifestasi hayati dari bahwa dia adalah makhluk hidup
(Kusmiyati & Desminiarni, 1990).
e. Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku
Manusia”, menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar,
seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk
aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan
pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika
seseoang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang
berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal,
sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, di dalam tubuh manusia.
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar (Notoatmodjo, 2005).
2.8 BENTUK-BENTUK PERILAKU
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua (Notoatmodjo, 2005):
1. Perilaku tertutup (convert behavior) Perilaku tertutup
adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima
stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat oleh orang lain.
2.9 JENIS-JENIS PERILAKU
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku(manusia) adalah
semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar.( Notoatmodjo,2005).
Adapun jenis-jenis perilaku antara lain, yaitu :
1. Perilaku Refleksif
Perilaku refleksif adalah perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap
stimulus yang mengenai organisme tersebut. Misalnya kedip mata bila kena sinar;
gerak lutut bila kena sentuhan palu; menarik tangan apabila menyentuh api dan lain
sebagainya. Perilaku refleksif terjadi dengan sendirinya, secara otomatis. Stimulus
yang diterima organisme tidak sampai ke pusat susunan syaraf atau otak sebagai pusat
kesadaran yang mengendalikan perilaku manusia. Dalam perilaku yang refleksif,
respons langsung timbul begitu menerima stimulus. Dengan kata lain, begitu stimulus
diterima oleh reseptor, begitu langsung respons timbul melalui afektor, tanpa melalui
pusat kesadaran atau otak.Perilaku ini pada dasarnya tidak dapat dikendalikan. Hal ini
karena perilaku refleksif merupakan perilaku yang alami, bukan perilaku yang
dibentuk oleh pribadi yang bersangkutan.
2. Perilaku Non-Refleksif
Perilaku non-refleksif adalah perilaku yang dikendalikan atau diatur oleh pusat
kesadaran/otak. Dalam kaitan ini, stimulus setelah diterima oleh reseptor langsung
diteruskan ke otak sebagai pusat syaraf, pusat kesadaran , dan kemudian terjadi
respons melalui afektor. Proses yang terjadi didalam otak atau pusat kesadaran inilah
yang disebut proses psikologis. Perilaku atau aktivitas atas dasar proses psikologis
inilah yang disebut aktivitas psikologis atau perilaku psikologis (Branca, 1964). Pada
perilaku manusia, perilaku psikologis inilah yang dominan, merupakan perilaku yang
dominan dalam pribadi manusia. Perilaku ini dapat dibentuk, dapat dikendalikan.
Karena itu dapat berubah dari waktu ke waktu, sebagai hasil proses belajar.
3.1 PROSES PERUBAHAN PERILAKU
Pembentukan perilaku merupakan bagian yang sangat penting dari usaha mengubah
perilaku seseorang. Berikut beberapa langkah yang perlu diambil untuk merubah
perilaku:
1. Menyadari.
Contoh:
Contoh:
Dulu seorang bidan atau perawat melakukan perawatan tali pusat dengan
membubuhi tali pusat dengan betadhine atau alkohol. Kemudian bidan atau
perawat juga membungkus tali pusat. Ini dimaksudkan agar bayi terhindar dari
adanya infeks pada tali pusat. Akan tetapi setelah adanya Evidence Based maka
diketahui hal ini sebenarnya hal ini yang justru meningkatkan kemungkinan
infeksi. Betadhine dan alkohol akan menyebabkan tali pusat lembab bahkan
basah. Apalagi ditambah dengan pembungkusan tali pusat yang membuat tali
pusat semakin basah dan tidak adanya pertukaran udara. Hal ini justru bgi
bakteri dan kuman untuk merupakan lingkungan yang baik bagi bakteri dan
kuman untuk berkembang biak dan berpeluang besar menghakibatkan infeksi.
Oleh karena itu kebiasaan merawat tali pusat dengan membungkus dan
membubuhi tali pusat dengan betadhine atau alcohol diganti dengan perawatan
tali pusat tanpa membungkus dan membubuhi tali pusat dengan betadhine
ataupun alcohol. Kini perawatan tali pusat cukup dengan hanya membersihkan
dengan air DTT dan mengeringkannya.
Sebelum diketahui betapa pentingnya Inisiasi Menyusui Dini dan Bounding
Attachment, ibu cenderung dipisahkan dengan bayinya pasca kelahiran bayinya
tersebut. Ini dimaksudkan agar sang bayi tidak mengganggu istirahat ibu pasaca
persalinan yang melelahkan. Akan tetapi, saat ini tidak lagi. Sebisa mungkin
bidan atau tenaga kesehatan lain yang menolong persalinan akan berusaha
untuk terciptanya IMD dan Bounding Attachment. Ini dilakukan karena sangat
penting terciptanya keterikatan hubungan emosional ibu dan bayi segera setelah
persalinan dan juga menginngat betapa besarnya keuntungan IMD bagi ibu dan
bayinya.
3. Mengintrospeksi
Seorang ibu yang hamil anak keduanya, dia akan cenderung mengingat
pengalaman hamil sebelumnya. Dia akan mencoba memperbaiki perilakunya
saat hamil agar kehamilannya kali ini sama dengan kehamilan sebelumnya
atau lebih baik dari sebelumnya. Contoh lainnya: jika sebelumnya seorang ibu
melahirkan bayi prematur maka pada kehamilannya yang selanjutnya dia akan
mencari penyebabnya dan memperbaiki pola perilakunya saat kehamilan ini
agar anaknya lahir dengan keadaaan aterm.
Dulu penghisapan lendir rutin pada BBL sering dilakukan dengan tujuan
membantu proses pernafasan bayi. Tetapi setelah dinilai, hal ini tidak efektif.
Penghisapan lendir bahkan dapat membahayakan jiwa bayi bila tidak
dilakukan dengan benar (Sobur, Alex. 2009).
3.2 PENGERTIAN CULTURAL AWARENESS
Kesadaran budaya (Cultural awareness) adalah kemampuan seseorang untuk
melihat ke luar dirinyasendiri dan menyadari akan nilai-nilai budaya, kebiasaan
budaya yang masuk.Selanjutnya, seseorang dapat menilai apakah hal tersebut normal
dan dapat diterima pada budayanya atau mungkin tidak lazim atau tidak dapat
diterima di budaya lain.Oleh karena itu perlu untuk memahami budaya yang berbeda
dari dirinya dan menyadari kepercayaannya dan adat istiadatnya dan mampu untuk
menghormatinya.( Ircham,Machfoedz. 2008).
Wunderle (2006) menyebutkan bahwa kesadaran budaya (cultural awareness)
sebagai suatu kemampuan mengakui dan memahami pengaruh budaya terhadap nilai-
nilai dan perilaku manusia. Implikasi dari kesadaran budaya terhadap pemahaman
kebutuhan untuk mempertimbangkan budaya, faktor-faktor penting dalam
menghadapi situasi tertentu. Pada tingkat yang dasar, kesadaran budaya merupakan
informasi, memberikan makna tentang kemanusian untuk mengetahui tentang
budaya.Prinsip dari tugas untuk mendapatkan pemahaman tentang kesadaran budaya
adalah mengumpulkan informasi tentang budaya dan mentranformasikannya melalui
penambahan dalam memberikan makna secara progresif sebagai suatu pemahaman
terhadap budaya.
Pantry (dalam Sturges, 2005) mengidentifikasikan 4 kompetensi yang dapat
terhindari dari prejudis, miskonsepsi dan ketidakmampuan dalam menghadapi kondisi
masyarakat majemuk yaitu: Kemampuan berkomunikasi
(mendengarkan,menyimpulkan, berinteraksi), Kemampuan proses (negosiasi, lobi,
mediasi, fasilitasi), Kemampuan menjaga informasi (penelitian, menulis, multimedia),
Kemampuanmemiliki kesadaran dalam informasi, cara mengakses informasi, dan
menggunakan informasi. Keempat kompetensi tersebut memberikan peran penting
dalam menghadapi masyarakat yang multikultural dalam kesadaran budaya.
Fowers & Davidov (Thompkins et al, 2006) mengemukakan bahwa proses
untuk menjadi sadar terhadap nilai yang dimiliki, bias dan keterbatasan meliputi
eksplorasi diri pada budaya hingga seseorang belajar bahwa perspektifnya
terbatas,memihak, dan relatif pada latar belakang diri sendiri.Terbentuknya kesadaran
budayapada individu merupakan suatu hal yang terjadi begitu saja. Akan tetapi
melalui berbagai hal dan melibatkan beragam faktor diantaranya adalah persepsi dan
emosi maka kesadaran (awareness) akan terbentuk.
Berdasarkan hal di atas, pentingnya nilai-nilai yang menjadi faktor penting
dalam kehidupan manusia akan turut mempengaruhi kesadaran budaya (terhadapnilai-
nilai yang dianut) seseorang dan memaknainya. Penting bagi kita untukmemiliki
kesadaran budaya (cultural awareness) agar dapat memiliki kemampuan untuk
memahami budaya dan faktor-faktor penting yang dapat mengembangkan nilai-nilai
budaya sehingga dapat terbentuk karakter bangsa.