Disusun oleh :
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
OPERASI TEKNIK KIMIA I
“ SEDIMENTASI ”
GROUP K
1. NARKE KHALEDA ZIA KUDADIRI 19031010045
2. MASYKURI LATIEF 19031010068
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi Teknik
Kimia I ini dengan judul “Sedimentasi”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia I yang diberikan pada semester IV. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari
literatur serta petunjuk asisten laboratorium yang dilaksanakan pada tanggal 2
Maret 2021 di Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir Ketut Sumada MS selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik
Kimia
2. Ibu Nurul Widji Triana, M.T selaku dosen pembimbing praktikum
3. Seluruh asisten laboratorium yang membantu dalam pelaksanaan praktikum
4. Rekan–rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum
Kami sangat menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan. Maka dari itu, kami selaku penyusun selalu mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca, agar kedepannya bisa lebih baik lagi. Semoga laporan
praktikum yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas
Teknik khususnya jurusan Teknik Kimia.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar II. 1 Proses Sedimentasi Batch ................................................................ 4
Gambar II. 2 Proses Sedimentasi Semi Batch ....................................................... 5
Gambar II. 3 Proses Sedimentasi Kontinyu .......................................................... 5
Gambar II. 4 Mekanisme Pengendapan ................................................................ 7
Gambar II. 5 Mekanisme critical settling point ..................................................... 7
Gambar II. 6 Tinggi antara lapisan dibanding waktu ............................................ 8
Gambar II. 7 Clarifier dengan bak aliran horizontal .............................................. 9
Gambar II. 8 Clarifier dengan bak aliran radial .................................................... 9
Gambar II. 9 Clarifier dengan bak aliran atas ..................................................... 10
Gambar II. 10 Konsentrasi pada continous thickener .......................................... 11
Gambar III. 1 Rangkaian alat sedimentasi...................................................……..18
Gambar IV. 1 Pengaruh waktu pengendapan (menit) terhadap ketinggian Cairan
(cm) tepung maizena pada berbagai konsentrasi..................……..26
Gambar IV. 2 Pengaruh Waktu Pengendapan (menit) terhadap Kecepatan
Pengendapan (cm/menit) tepung maizena pada berbagai
konsentrasi…………………………………………………….27
Gambar IV. 3 Pengaruh Kecepatan Pengendapan (cm/menit) terhadap Konsentrasi
Slurry (gr/cm3) tepung maizena pada berbagai konsentrasi……..28
DAFTAR TABEL
Tabel IV. 1 Perhitungan v (cm/menit), C0 (gr/cm3), dan C1 (gr/cm3) pada tepung
maizena dengan konsentrasi 9% ....................................................... 20
Tabel IV. 2 Perhitungan v (cm/menit), C0 (gr/cm3), dan C1 (gr/cm3) pada tepung
maizena dengan konsentrasi 10% ..................................................... 21
Tabel IV. 3 Perhitungan v (cm/menit), C0 (gr/cm3), dan C1 (gr/cm3) pada tepung
maizena dengan konsentrasi 11% ..................................................... 22
Tabel IV. 4 Perhitungan v (cm/menit), C0 (gr/cm3), dan C1 (gr/cm3) pada tepung
maizena dengan konsentrasi 12% ..................................................... 23
Tabel IV. 5 Perhitungan v (cm/menit), C0 (gr/cm3), dan C1 (gr/cm3) pada tepung
maizena dengan konsentrasi 13% ..................................................... 24
Tabel IV. 6 Perhitungan Q (cm3/menit), A (cm2), D (cm), dan H (cm) clarifier
setiap konsentrasi pada kondisi critical setling point ........................ 25
INTISARI
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
1. Untuk merancang alat pengendapan (clarifier) dari data percobaan batch
sedimentasi
2. Untuk menentukan laju pengendapan pada proses sedimentasi
3. Untuk mengetahui hubungan antara waktu pengendapan dengan
konsentrasi partikel
I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat memahami proses sedimentasi sehingga diperoleh
cairan yang jernih
2. Agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses
sedimentasi
3. Agar praktikan dapat mengaplikasikan percobaan sedimentasi dalam dunia
industri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.2 Sedimentasi
II.2.1 Jenis – Jenis Sedimentasi
a. Proses Batch
Proses sedimentasi batch merupakan proses yang mudah dilakukan.
Mekanisme sedimentasi secara batch disajikan pada gambar II.1. Gambar II.1
menunjukkan slurry awal yang memiliki konsentrasi seragam dengan partikel
padatan yang seragam di dalam tabung (zona B). Partikel mulai mengendap dan
diasumsikan mencapai kecepatan maksimum dengan cepat. Zona D yang
terbentuk terdiri dari partikel lebih berat sehingga lebih cepat mengendap. Pada
zona transisi, fluida mengalir ke atas karena tekanan dari zona D. Zona C adalah
daerah dengan distribusi ukuran yang berbeda-beda dan konsentrasi tidak
seragam. Zona B adalah daerah konsentrasi seragam, dengan komsentrasi dan
distribusi sama dengan keadaan awal. Di atas zona B, adalah zona A yang
merupakan cairan bening.
Selama sedimentasi berlangsung, tinggi masing-masing zona berubah
(gambar II.1 b, II.1 c, II.1 d). Zona A dan D bertambah, sedang zona B berkurang.
Akhirnya zona B, C dan transisi hilang, semua padatan berada di zona D. Saat ini
disebut critical settling point, yaitu saat terbentuknya batas tunggal antara cairan
bening dan endapan.
c. Proses Kontinyu
Pada proses kontinyu, terdapat slurry yang masuk dan cairan bening yang
keluar pada saat yang bersamaan. Saat kondisi steady state, maka ketinggian
cairan akan selalu tetap. Proses sedimentasi kontinyu disajikan pada gambar II.3.
Keterangan :
A = Cairan bening
B = Zona konsentrasi seragam
II.2.2 Slurry
Slurry adalah suatu campuran dari zat padat dan zat cair. Suatu endapan
kotoran atau lumpur merupakan suatu slurry terkonsentrasi yang mempunyai
suatu jumlah material yang sangat halus yang memberikan viskositas yang tinggi.
Sludge merupakan slurry yang mempunyai konsentrasi yang tinggi (Setiyadi,
2017)
Dimana :
V = Kecepatan pengendapan
C0 = Konsentrasi awal suspensi
C1 = Konsentrasi slurry
t = Waktu pengendapan
Zi = Tinggi seluruh suspensi
Z0 = Tinggi cairan
Berikut adalah grafik laju sedimentasi :
(Geankoplis,1993)
II.2.6 Clarifier
Clarifier merupakan teknologi yang berfungsi untuk memisahkan padatan
yang tercampur dalam cairan, konsep pemisahan padatan berdasarkan sedimentasi
(pengendapan). Berikut adalah jenis-jenis clarifier :
a. Bak aliran horizontal
II.2.8 Koagulasi
Koagulasi adalah suatu proses pengubahan partikel koloid menjadi flok
yang berukuran lebih besar dan penyerapan bahan organik terlarut pada flok
tersebut sehingga pengotor yang ada dalam air dapat dipisahkan melalui proses
penyaringan padat-cair. Koagulasi terdiri dari tiga tahapan proses, yaitu
pembentukan inti flok, destabilisasi koloid/partikel, dan pembesaran ukuran
partikel (Husaini, 2018). Koagulasi adalah teknik paling sederhana dan paling
sering digunakan. Teknik koagulasi terkenal karena pengoperasiannya dan
perawatannya (Rao, 2015).
II.2.9 Flokulasi
Flokulasi adalah proses pengumpulan partikel – partikel dengan muatan
tidak stabil yang kemudian saling bertumbukan sehingga membentuk kumpulan
partikel – partikel dengan ukuran yang lebih besar, juga dikenal dengan istilah
partikel flokulan atau flok (Rusydi, 2016).
Gaya gesek yang dialami partikel karena partikel lain semakin besar ketika
konsentrasi partikel semakin besar, sehingga drag forcenya pun semakin besar.
Peristiwa ini disebabkan karena dengan semakin besarnya konsentrasi berarti
semakin banyak jumlah partikel dalam suatu suspensi yang menyebabkan
bertambahnya gaya gesek antara suatu partikel dengan partikel yang lain. Drag
force atau gaya seret ini bekerja pada arah yang berlawanan dengan gerakan
partikel dalam fluida, sehingga gaya drag ke arah atas dan gerakan partikel ke
bawah. Gaya seret ini disebabkan oleh adanya transfer momentum yang arahnya
tegak lurus permukaan partikel dalam bentuk gesekan maka, dengan adanya drag
force yang arahnya berlawanan dengan arah partikel ini akan menyebabkan
gerakan partikel menjadi lambat karena semakin kecilnya gaya total ke bawah
sehingga kecepatan pengendapan semakin turun.
2. Gaya Apung
Luas permukaan partikel berbanding lurus dengan gaya drag dan volume
partikelnya berbanding lurus dengan gaya apungnya. Peristiwa ini disebabkan
gaya ke atas (gaya drag dan gaya apung) semakin besar sehingga gaya total untuk
mengendapkan partikel semakin kecil sehingga kecepatan pengendapan semakin
menurun. Jenis partikel berhubungan dengan density partikel yang berpengaruh
terhadap gaya apung. Densitas partikel yang semakin besar akan menyebabkan
gaya apung semakin kecil.
3. Gaya Gravitasi
Jenis partikel berhubungan dengan density partikel yang berpengaruh terhadap
gaya gravitasi yang dapat mempengaruhi kecepatan pengendapan suatu partikel
dalam suatu fluida yang statis. Densitas partikel yang semakin besar akan
menyebabkan gaya apung semakin kecil sedangkan gaya gravitasi semakin besar,
sehingga resultan gaya ke bawah yang merupakan penjumlahan dari gaya drag,
gaya apung dan gaya gravitasi akan semakin besar pula, ini berarti kecepatan
pengendapannya akan semakin besar (McCabe, 1990).
II.5 Hipotesa
Pada percobaan sedimentasi ini diharapkan ukuran partikel semakin kecil,
maka waktu yang dibutuhkan semakin lama. Ketika konsentrasi partikel semakin
kecil, maka laju sedimentasi akan semakin cepat karena gesekan atau tumbukan
antar partikel semakin kecil, hal ini menyebabkan kecepatan padatan partikel yang
turun ke bawah semakin besar.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan
1. Tepung Maizena
2. Air
III.2 Alat
1. Gelas Ukur
2. Penggaris
3. Stopwatch
4. Piknometer
5. Neraca analitik
6. Spatula
7. Beaker glass
8. Kaca arloji
1 2
Mengukur tinggi awal cairan, kemudian mengukur permukaan slurry dan air
setiap selang waktu hingga
mencapai tinggi permukaan slurry konstan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
pengendapan berhenti memerlukan waktu yang cukup lama dan semakin kecil
konsentrasi maka kecepatan sedimentasi makin besar karena peluang tumbukan
antar partikel maikin kecil.
20.95 500 ml
20.8 Tepung Maizena 10%
500 ml
20.65
Tepung Maizena 11%
20.5
500 ml
20.35
Tepung Maizena 12%
20.2 500 ml
20.05 Tepung Maizena 13%
19.9 500 ml
0 50 100 150
Waktu Pengendapan (menit)
0.18
Tepung Maizena 9%
0.16 500 ml
0.14
(cm/menit)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.I Kesimpulan
1. Berdasarkan data batch sedimentasi yang telah didapatkan saat praktikum,
dapat ditentukan diameter serta tinggi dari clarifier pada tepung tapioka.
Dimana, untuk konsentrasi 9%, 10%, 11%, 12%, dan 13%, diperoleh nilai Q
sebesar 4,3478 cm3/menit, lalu diperoleh pula nilai A untuk setiap konsentrasi
secara berturut-turut sebesar 113,636 cm2; 111,111 cm2 ; 106,383 cm2; 105,263
cm2; dan 100 cm2, lalu diperoleh nilai D untuk setiap konsentrasi secara
berturut-turut sebesar 12,0316 cm; 11,8972 cm; 11,6413 cm; 11,5799 cm; dan
11,2867 cm dan diperoleh pula nilai H untuk setiap konsentrasi secara berturut-
turut sebesar 4,4 cm; 4,5 cm; 4,7 cm; 4,75 cm; dan 5 cm.
2. Laju pengendapan pada proses sedimentasi yaitu semakin besar laju
pengendapan maka semakin kecil konsentrasi slurry dan waktu
pengendapannya.
3. Hubungan antara waktu pengendapan dengan konsentrasi partikel yaitu
semakin cepat waktu pengendapan, maka konsentrasi partikel atau konsentrasi
slurry akan semakin kecil.
V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dalam mengaduk tepung tapioka dengan
aquadest agar dapat bercampur dengan sempurna.
2. Sebaiknya praktikan memasukkan slurry dengan berhati-hati agar tidak tumpah
dari gelas ukur sehingga diperolah data percobaan yang akurat
3. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengamati tinggi slurry sehingga dapat
mengukur tinggi slurry dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Tabel Pengamatan
Tepung Maizena 9% 500 ml
Waktu Tinggi awal Tinggi endapan Tinggi cairan
(t, menit) (Z0, cm) (Z1, cm) (∆Z, cm)
20 25 3,8 21,2
40 25 3,85 21,15
60 25 4,1 20,9
80 25 4,15 20,85
115 25 4,4 20,6
2. Perhitungan
1) Pembuatan larutan
a) Tepung maizena 9%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
% 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 = × 100%
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 × 𝜌 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝑚
9% = 𝑔𝑟 × 100%
500 𝑚𝑙 × 1 ⁄𝑚𝑙
𝑚 = 45 𝑔𝑟𝑎𝑚
b) Tepung maizena 10%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
% 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 = × 100%
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 × 𝜌 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝑚
10% = 𝑔𝑟 × 100
500 𝑚𝑙 × 1 ⁄𝑚𝑙
𝑚 = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚
c) Tepung maizena 11%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
% 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 = × 100%
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 × 𝜌 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝑚
11% = 𝑔𝑟 × 100%
500 𝑚𝑙 × 1 ⁄𝑚𝑙
𝑚 = 55 𝑔𝑟𝑎𝑚
d) Tepung maizena 12%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
% 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 = × 100%
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 × 𝜌 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝑚
12% = 𝑔𝑟 × 100%
500 𝑚𝑙 × 1 ⁄𝑚𝑙
𝑚 = 60 𝑔𝑟𝑎𝑚
e) Tepung maizena 13%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
% 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 = × 100%
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 × 𝜌 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝑚
13% = 𝑔𝑟 × 100%
500 𝑚𝑙 × 1 ⁄𝑚𝑙
𝑚 = 65 𝑔𝑟𝑎𝑚
4𝐴
𝐷=√
𝜋
4 × 22,8833 𝑐𝑚2
𝐷=√
3,14
𝐷 = 5,3991 𝑐𝑚
𝑄 × 𝑡𝑐𝑠𝑝
𝐻=
𝐴
3
4,3478 𝑐𝑚 ⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 × 115 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝐻=
22,8833 𝑐𝑚2
𝐻 = 21,85 𝑐𝑚