MASYARAKAT
(MAKALAH ILMU GIZI PANGAN)
Oleh
Kelompok 5
Nurhanifah 1814051040
Naura Khansa F. 1814051050
Reka Kumala S. 1854051012
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, senantiasa kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
hingga saat ini masih memberikan kami nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami
diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Ilmu Gizi Pangan tentang “Antropometri Sebagai Indikator Gizi Dan
Keaehatan Masyarakat”. Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya
kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses
penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini. Penulis juga berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca. Tak lupa
dengan seluruh kerendahan hati, kami meminta kesediaan pembaca untuk
memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai penulisan makalah kami
ini, untuk kemudian kami akan merevisi kembali pembuatan makalah ini di waktu
berikutnya.
ii
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.2 Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II ISI................................................................................................................. 3
2.1 Antropometri................................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 18
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
Gizi merupakan hal sangat penting dalam kehidupan manusia, sehingga diperlukan
perhatian terhadap kesehatan gizi guna mencegah terjadinya mallnutrisi (Gizi salah)
dan resiko untuk menjadi gizi kurang. Status gizi menjadi penting karena merupakan
salah satu faktor yang dapat menunjukkan adanya kesakitan atau kematian.
Antropometri merupakan salah satu cara mudah dan murah yang digunakan untuk
menentukan status gizi. Antropometri dapat digunakan sebagai indikator status gizi
dengan cara mengukur beberapa parameter antara lain berat badan, tinggi badan,
lingkar pinggang, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit. Remaja memiliki
status antropometri yang beragam. Pada remaja mengalami proses pertumbuhan,
sehingga status antropometrinya dapat mengalami perubahan dengan cepat pula.
Biasanya pada masa ini, lemak tubuh pada remaja cenderung meningkat dan protein
otot cenderung menurun. Penelitian sebelumnya (Klein et al. 2007; Ruhl et al. 2007;
Yang et al. 2006) menyatakan bahwa status antropometri seperti IMT, lingkar
pinggang dan rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP) berhubungan dengan persentase
lemak tubuh pada remaja yang dapat meningkatkan risiko kegemukan pada remaja
Angka obesitas di Indonesia juga cukup tinggi. berdasarkan data Riskesdas 2018
menunjukkan angka 21,8 persen untuk obesitas di Indonesia. Angka itu terus beranjak
naik sejak Riskesdas 2007 sebesar 10,5 persen dan 14,8 persen pada Riskesdas 2013.
Angka obesitas yang menunjukkan kenaikan setiap tahunnya tenru dapat sangat
membahyakan. Menurut WHO (2000), dampak obesitas erat hubungannya dengan
risiko beberapa penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular (penyakit jantung
dan pembuluh darah seperti hipertensi) dan diabetes, serta akan menjadi faktor risiko
penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke iskemik. Antropometri dapat digunakan
1
sebgai indikator untuk menentukan apakah pasien mengalami obesitas atau tidak.
IMT merupakan metode yang paling banyak digunakan pada survei-survei berbasis
masyarakat dan dapat digunakan secara massal untuk mengukur status kegemukan.
Sementara LP lebih banyak digunakan pada penelitian klinis dan dalam praktiknya
tidak semua orang mau diukur LP-nya dan digunakan untuk menilai obesitas
abdominal serta merupakan indikator terbaik dalam menentukan risiko penyakit
kardiovaskular. Berdasarkan hal di atas antropometri ini sangat penting karena dapat
digunakan sebagai indikator kesehatan gizi masyarakat.
I.2 Tujuan
2
BAB II
ISI
2.1 Antropometri
Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai status
gizi, khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Dengan demikian,
antropometri merupakan indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah
kekurangan energi dan protein yang dikenal dengan KEP. Antropometri dipengaruhi
oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Konsumsi makanan dan kesehatan (adanya
infeksi) merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi antropometri (Aritonang,
2013). Keunggulan antropometri antara lain prosedurnya sederhana, aman, dan dapat
dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli.
Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah
setempat. Tepat dan akurat karena dapat dibakukan, dapat mendeteksi atau
menggambarkan riwayat gizi di masa lampau, umumnya dapat mengidentifikasi
status gizi sedang, kurang dan buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas.
Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu atau dari satu
generasi ke generasi berikutnya(Istiany dkk, 2013).
Kelemahan antropometri antara lain yaitu tidak sensitif, artinya tidak dapat
mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan
penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas
pengukuran antropometri. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat
mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran antropometri. Kesalahan ini
terjadi karena latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau kesulitan
pengukuran (Istiany dkk, 2013). Dibandingkan dengan metode lainnya, pengukuran
antropometri lebih praktis untuk menilai status gizi (khususnya KEP) di masyarakat.
Ukuran tubuh yang biasanya dipakai untuk melihat pertumbuhan fisik adalah berat
3
badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LILA), lingkar kepala (LK), tebal
lemak dibawah kulit (TL) dan pengukuran tinggi lutut. Penilaian status gizi
antropometri disajikan dalam bentuk indeks misalnya BB/U, TB/U, PB/U, BB/TB,
IMT/U (Aritonang, 2013).
Ada beberapa penilaian status gizi dapat diterapkan yaitu (1) skrining atau
penapisan, adalah status gizi perorangan untuk keperluan rujukan dari kelompok atau
puskesmas dalam kaitannya dengan suatu tindakan atau intervensi, (2) pemantauan
pertumbuhan yang berkaitan dengan kegiatan penyuluhan, (3) penilaian status gizi
pada kelompok masyarakat yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil suatu
program sebagai bahan perencanaan suatu program (Aritonang, 2013).
4
Gambar 1. Cara melakukan penimbangan pada balita.
5
Gambar 2. Cara pengambilan tinggi badan.
Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah dan
cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan
gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lila
mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan:
1. Status KEP pada balita
2. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko bayi BBLR
6
(Chinue, 2009). LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi
Kronis (KEK) wanita usia subur termasuk remaja putri. Status gizi yang buruk (KEK)
sebelum dan selama kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah. Di samping itu, akan mengakibatkan anemia pada bayi baru
lahir, mudah terinfeksi, abortus terhambatnya pertumbuhan otak janin (Supariasa,
2002).
Ibu KEK adalah ibu yang mempunyai kecenderungan menderita KEK. Untuk
memastikan seorang ibu berisiko KEK, maka ibu tersebut perlu diperiksa LILA dan
Indeks Masa Tubuh (IMT) sebelum hamil. Ibu yang mempunyai ukuran LILA <23,5
cm dan IMT( Indeks Masa Tubuh merupakan hasil pembagian berat badan dalam kg
dengan kuadrat tinggi badan dalam meter) < 17,0 beresiko terkena KEK (As’Ad,
2002). Tindakan pencegahan KEK yang berkaitan dengan konsumsi energi adalah
mengkonsumsi makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein
termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang
mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu sekurang-
kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada
makanan untuk meningkatkan pasokan kalori (Chinue, 2009).
Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera ditindaklanjuti. Pemberian makanan
tambahan yang tinggi kalori dan tinggi protein dan dipadukan dengan penerapan porsi
kecil tetapi sering, faktanya memang berhasil menekan angka kejadian BBLR di
Indonesia. Penambahan 200 – 450 Kalori dan 12 – 20 gram protein dari kebutuhan
ibu adalah angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin. Meskipun
penambahan tersebut secara nyata (95%) tidak akan membebaskan ibu dari kondisi
KEK, bayi dilahirkan dengan berat badan normal ( Chinue, 2009).
Menurut Nega Assefa1,dkk (2012), menyatakan bahwa LILA pada ibu yang kurang
dari 23cm dianggap menjadi tanda miskin nutrisi. LILA tidak berbeda jauh selama
kehamilan dan karena itu merupakan langkah yang tepat status gizi daripada BMI
7
atau berat badan. Bayi yang lahir dari ibu yang miskin, gizi, kekerasan fisik dialami
selama kehamilan akan mengalami BBLR. Dalam komunitas ini sebagian besar
miskin di mana cakupan ANC rendah, untuk mengurangi kejadian BBLR, adalah
penting untuk meningkatkan akses untuk perawatan kesehatan ibu. Keterlibatan
suami dan masyarakat luas untuk mencari tindakan kolektif pada BBLR sangat
penting.
d. Lingkar kepala
Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar lingkar
kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun ukuran otak
dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi.
Dalam antropometri gizi rasio Lika dan Lida cukup berarti dan menentukan KEP
pada anak. Lika juga digunakan sebagai informasi tambahan daam pengukuran
umur.
e. Lingkar dada
Biasa digunakan pada anak umur 2-3 tahun, karena pertumbuhan lingkar dada pesat
sampai anak berumur 3tahun. Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan sebagai
indikator KEP pada balita. Pada umur 6 bulan lingkar dada dan kepala sama. Setelah
umur ini lingkar kepala tumbuh lebih lambat daripada lingkar dada. Pada anak yang
KEP terjadi pertumbuhan lingkar dada yang lambat → rasio lingkar dada dan kepala
< 1.
f. Jaringan lunak
8
Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang bervariasi. Antropometri dapat
dilakukan pada jaringan tersebut untuk menilai status gizi di masyarakat. Metode
yang digunakan untuk menilai komposisi tubuh (jumlah dan distribusi lemak sub-
kutan):
1. Ultrasonik
2. Densitometri (melalui penempatan air pada densitometer atau underwater
weighting)
3. Teknik Isotop Dilution
4. Metoda Radiological
5. Total Electrical Body Conduction (TOBEC)
6. Antropometri (pengukuran berbagai tebal lemak menggunakan kaliper: skin-
fold calipers). Metode yang paling sering dan praktis digunakan di lapangan:
Antropometri fisik. Standar atau jangkauan jepitan 20-40 mm2, ketelitian 0.1
mm, tekanan konstan 10 g/ mm2. Jenis alat yang sering digunakan Harpenden
Calipers, alat ini memungkinkan jarum diputar ke titik nol apabila
terlihat penyimpangan.
g. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur
>> interpretasi status gizi salah. Batasan umur yang digunakan (Puslitbang Gizi
Bogor, 1980): Tahun umur penuh (completed year), contoh: 6 tahun 2 bulan, dihitung
6 tahun; 5 tahun 11 bulan, dihitung 5 tahun. Bulan usia penuh (completed month):
untuk anak umur 0-2 tahun digunakan, contoh: 3 bulan 7 hari, dihitung 3 bulan; 2
bulan 26 hari, dihitung 2 bulan. Untuk melengkapi data umur dapat dilakukan dengan
cara-cara berikut:
1. Meminta surat kelahiran, kartu keluarga atau catatan lain yang dibuat oleh orang
tuanya. Jika tidak ada, bila memungkinkan catatan pamong desa
2. Jika diketahui kalender lokal seperti bulan Arab atau bulan lokal (Sunda, Jawa
dll), cocokan dengan kalender nasional
9
3. Jika tetap tidak ingat, dapat berdasarkan daya ingat ortu, atau berdasar kejadian
penting (lebaran, tahun baru, puasa, pemilihan kades, pemilu, banjir, gunung
meletus dll)
4. Membandingkan anak yang belum diketahui umurnya dengan anak kerabat/
tetangga yang diketahui pasti tanggal lahirnya.
5. Jika hanya bulan dan tahunnya yang diketahui, tanggal tidak diketahui, maka
ditentukan tanggal 15 bulan ybs.
Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat
badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi
indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. Masalah
kekurangan dan kelebihan gizi merupakan masalah yang sangat penting karena dapat
memicu terjadinya penyakit degeneratif. Berat badan yang kurang pada wanita usia
subur memungkinkan melahirkan bayi berat badan lahir rendah ( BBLR), Sedangkan
berat badan lebih dapat memicu penyakit degeneratif seperti jantung, kolestrol,
obesitas dsb. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18
10
tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak-anak, remaja, ibu hamil, dan
olahragawan. Disamping itu, IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus lainnya
seperti edema, asites, dll. Berikut tabel IMT menurut WHO dan Risekedas.
11
Tabel 4.merupakan contoh IMT pada mahasiswa yang berumur di atas 18 tahun.
Dalam tabel menunjukkan mahasiswa laki-laki sebagian besar memiliki IMT normal
(75%). Sementara itu, sebagian besar mahasiswa perempuan memiliki IMT normal
(83,2%). status gizi yang baik akan berpengaruh terhadap kesehatan. Kekurangan
atau kelebihan gizi dalam jangka waktu yang panjang akan berakibat buruk ter-hadap
kesehatan. Uji beda pada IMT menunjukkan angka p>0,05 yang menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan bermakna antara proporsi distribusi status gizi pada mahasiswa
laki-laki dan mahasiswa perempuan.
Body Fat (Kadar Lemak Tubuh) adalah presentase berat lemak total dalam tubuh
terhadap berat badan dan merupakan indicator kesehatan. Kadar Lemak yang
berlebihan sangat beresiko terhadap berbagai penyakit. Mengurangi kelebihan lemak
tubuh dapat mengurangi secara nyata resiko penyakit degeneratif, seperti hipertensi,
jantung, diabetes, stroke, dan kanker. Body Fat (%) adalah persentase kadar lemak di
dalam tubuh seseorang dibandingkan dengan berat tubuh keseluruhan.
12
Tabel 6. menunjukkan rata-rata persen lemak tubuh pada perempuan (26,32±5,60)
lebih tinggi dari rata-rata persen lemak tubuh pada laki-laki (20,35±7,43). Hal ini
sesuai dengan penelitian Fahey et al. (2010) yang menyatakan bahwa persentase
lemak tubuh esensial pada perempuan lebih besar dibandingkan pada laki-laki.
Perbedaan persentase lemak ini digunakan perempuan untuk kebutuhan dalam
melahirkan dan fungsi hormon lain (Fahey et al. 2010). Perbedaan lemak tubuh
antara laki-laki dan perempuan mulai terjadi pada tahap janin tetapi perbedaan
tersebut menjadi lebih jelas pada masa pubertas. Pria memiliki massa tubuh total dan
massa mineral tulang yang lebih besar, dan massa lemak lebih rendah dibanding
wanita. Pria memiliki massa otot lengan yang lebih besar, tulang yang lebih besar dan
lebih kuat.
lemak pada tungkai yang lebih kecil dan distribusi lemak di bagian sentral (perut)
yang relatif lebih besar. Perempuan memiliki jumlah jaringan adiposa esensial lebih
banyak dibandingkan de-ngan laki-laki. Perbedaan ini dilengkapi dengan perbedaan
dalam distribusi jaringan. Perempuan memiliki distribusi lemak di bagian perifer
(pinggul) di masa dewasa awal. Perbedaan komposisi tubuh pada jenis kelamin laki-
laki dan perempuan disebabkan oleh aksi hormon steroid seks, yang mendorong
adanya perbedaan bentuk tubuh selama perkembangan pubertas. Pada pria, penurunan
kadar testosteron dikaitkan dengan peningkatan massa lemak dan penurunan massa
otot. Perbedaan ini terjadi sepanjang hidup orang dewasa (Derby et al. 2006).
13
BB/TB digunakan untuk mengukur berat badan relatif terhadap tinggi badan dan
tidak memerlukan data umur. BB/TB biasanya digunakan sebagai indikator status gizi
saat ini dan dapat digunakan untuk menyeleksi/menyaring anak-anak yang beresiko
dan untuk mengukur perubahan status gizi dalam jangka pendek. BB/TB yang
rendah relatif terjadi tergantung pada seorang anak yang berjenis kelamin yang sama
dan usia yang sama dengan populasi referensinya. Anak yang mengidap low BB/TB
biasanya disebut "thinnes" atau "kekurusan" atau "cungkring". Bahkan jika low
BB/TB yang parah biasanya menyebabkan kekurangan tenaga. Kekurangan tenaga
biasanya terjadi karena kelaparan atau sakit yang parah (khususnya diare), tetapi juga
dapat disebabkan karena kondisi yang kronis ( WHO, 1995).
14
B/U yaitu untuk mengukur massa tubuh relatif terhadap usia. B/U biasanya gabungan
dari TB/U dan BB/TB sehingga biasanya interpretasinya sulit. BB/U rendah atau low
BB/U terjadi pada seorang anak pada seusianya dan berjenis kelamin yang sama
sehingga menyebabkan "lightness" atau "keringanan" atau "kurus kering". Jika BB/U
dalam kasus yang ekstrim dapat menyebabkan suatu kondisi yang biasanya disebut
"underweight". Underweight yaitu berat badan yang terlalu rendah sehingga menjadi
kurus yang disebabkan oleh hal-hal diluar penyakit, seperti diet, olahraga, kirag
makan, tipe tubuh, atau bayi dengan asupan makanan yang buruk. B/U umumnya
digunakan untuk memantau pertumbuhan dan menilai perubahan gizi buruk dari
waktu ke waktu ( WHO, 1995).
15
Perbedaan lingkar pinggang dan pinggul pada setiap orang dikarenakan oleh
perbedaan komposisi tubuh dan perbedaan resiko penyakit lemak pada tubuh tertentu.
Perbedaan komposisi tubuh yaitu jumlah relatif atau jenis lemak yang ada dalam
lingkar pinggang atau rasio pinggang-pinggul. Perbedaan komposisi tubuh
dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, dan perbedaan etnis. Pria memiliki total massa
tanpa lemak atau total massa otot yang lebih besar (otot lengan lebih besar), massa
mineral tulang tinggi (tulang lebih besar dan kuat), dan lebih rendah massa lemak
daripada wanita. Perbedaan komposisi ini dipengaruhi oleh hormon steroid seks yang
mendorong demorfosisme selama pubertas (WHO, 2008).
Pada wanita yang telah melahirkan memiliki lemak tubuh lebih rendah dan lingkar
pinggang yang lebih besar/tinggi serta pinggul dan paha. Dari data NHANES
(national Health and Nutrition Examination Survey) menunjukan bahwa lingkar
pinggang meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Lingkar pinggang pada usia
tua hingga 70 tahun lebih besar daripada pada saat dewasa (Ford et al, 2003). Pada
beberapa penelitian menunjukan bahwa presentasi tinggi pada lemak tubuh pada
orang Asia dan BMI (Body Mass Index) lebih rendah, serta peningkatan prevalensi
lemak truncal dibandingkan dengan ras kaukasia (Wu et al, 2007 ; Deurenberg-Yap et
al, 2001 ; Deurenberg-Yap et al, 2000). Pada orang Cina dan Asia Selatan memiliki
jaringan adiposa visceral dalam jumlah yang besar dibaningkan dengan orang eropa
(Lear et al, 2007).
16
BAB III
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, I. 2013. Memantau dan Menilai Status Gizi Anak. Leutika Books.
Yogyakarta.
As'ad, M. 2002. Psikologi Industri Seri Ilmu Sumber Daya Manusia. Edisi Ke Empat.
Liberty. Yogyakarta.
Assefa, dkk. 2012. Wealth Status, Mid Upper Arm Circumference (MUAC) and
Antenatal Care (ANC) Are Determinants For Low Birth Weight. Ethiopia.
Volume 7.
Derby CA., Zilber S., Brambilla D. 2006. Body mass index, waist circumference and
waist to hip ratio and change in sex steroid hormones: the Massachusetts Male
Ageing Study. J Clin Endocrinol. Vol 65(1):125-131.
Deurenberg‐Yap M., Schmidt G., van Staveren WA et al. 2000. The paradox of low
body mass index and high body fat percentage among Chinese, Malays and
Indians in Singapore. International Journal of Obesity and Related Metabolic
Disorders. Vol 24(8):1011‐1017.
Fahey T., Insel P., Roth W. 2010. Body Composition, Fit & Well: Core Concepts and
Labs in Physical Fitness and Wellness. McGraw-Hill. New York.
18
Ford ES., Mokdad AH., Giles WH. 2003. Trends in waist circumference among U.S.
adults. Obesity Research. Vol 11(10):1223‐1231.
Istiany., Ari dan Rusilanti. 2013. Gizi Terapan . Remaja Rosdakarya. Jakarta.
Klein S., Allison DB., Heymsfield SB., Kelley DE., Leibel RL., Nonas C., Kahn R.
2007. Waist Circumference and cardiometabolic risk: a consensus statement
from shaping America’s health: Association for Weight Management and
Obesity Prevention; NAASO, The Obesity Society; the American Society for
Nutrition; and the American Diabetes Association. Am J Clin Nutr. Vol
85(1):197–202.
Lear SA., Humphries KH., Kohli S et al. 2007. Visceral adipose tissue accumulation
differs according to ethnic background: results of the Multicultural Community
Health Assessment Trial (M‐CHAT). American Journal of Clinical Nutrition,
86(2):353‐359.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2007. Badan Litbangkes, Depkes RI. Jakarta.
Ruhl CE., Harris TB., Ding J., Goodpaster BH., Kanaya AM., Kritchevsky SB.,
Simonsick EM., Tylavsky FA., Everhart JE. 2007. Body mass index and serum
leptin concentration independently estimate percentage body fat in older adults.
Am J Clin Nutr. Vol 85(1):121-1126.
Sirajuddin, dan Saifuddin. 2012. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara
Biokimia dan Antropometri. Universitas Hasanuddin. Makassar.
WHO. 1995. Physical status: the use and interpretation of anthropometry. Report of
a WHO Expert Committee. World Health Organ Tech Rep Ser. 854: p. 1-452.
19
WHO. 2000. Obesity : Preventing and Managing the Global Epidemic. World Health
Organization (WHO).
WHO. 2008. Waist Circumference and Waist–Hip Ratio: Report of a WHO Expert
Consultation. World Health Organization (WHO).
Wu CH., Heshka S., Wang J et al. 2007. Truncal fat in relation to total body fat:
influences of age, sex, ethnicity and fatness. International Journal of Obesity.
Vol 31(9):1384‐1391.
Yang F., Jin-Hai Lv., Shu FL., Xiang DC., Man YL., Wei XJ., Hong X., Li JT. 2006.
Receiver-operating characteristics analyses of body mass index, waist
circumference and waist-to hip ratio for obesity: Screening in young adults in
central south China. Clin Nutr 25(6):1030-1039.
20