Anda di halaman 1dari 119

TRILOGI PU :

BERKERJA KERAS
BERGERAK CEPAT
BERTINDAK TEPAT

RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM


EDISI 2010 revisi 3
RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

DIVISI. 1 UMUM
SEKSI 1.1 RINGKASAN PEKERJAAN :
1.1.1 LINGKUP PEKERJAAN
1. Lingkup pekerjaan dari Kontrak ini meliputi pelaksanaan pekerjaan jalan dan/atau jembatan (termasuk pekerjaan
pendukungnya), pada mas jalan dan/atau jembatan tertentu. Pekerjaan-pekerjaan yang dicakup di dalam Spesifikasi ini
dibagi tiga kelompok, Pekerjaan "Utama", Pekerjaan "Pengembalian Kondisi dan Minor", dan Pekerjaan "Pemeliharaaan Rutin".

2. Kegiatan Pemeliharaan Rutin hams dimulai sejak tanggal mulai kerja sampai dengan Serah Terima Pekerjaan Sementara
(Provisional Hand Over). Kegiatan-kegiatan ini meliputi pekerjaan yang bersifat untuk mencegah setiap kerusakan jalan
dan/atau jembatan lebih lanjut namun tidak dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi jalan dan/ataujembatan ke kondisi semula
atau ke kondisi yang lebih baik dari semula

3. Pekerjaan Pengembalian Kondisi harus dimulai paling lambat 30 hari sejak tanggal mulai kerja dan dalam periode mobilisasi
dan dimaksudkan untuk mengembalikan jalan lama dan jembatan minor yang ada ke suatu kondisi yang dapat digunakan,
konsisten dengan kebutuhan normal untuk jalan dan/atau jembatan menurut jenisnya.

4. Pekerjaan Utama akan diterapkan pada ruas jalan termasuk pekerjaan jembatan minor yang pengembalian kondisinya telah
selesai dan dimaksudkan untuk meningkatkan kondisi jalan termasuk jembatan minor ke kondisi yang lebih baik
daripada sebelumnya. Pekerjaan Utama juga diterapkan untuk pembangunan jalan dan jembatan baru atau penggantian
jembatan lama. Pekerjaan semacam ini umumnya memperbaiki kerataan maupun bentuk permukaan jalan dan/atau
meningkatkan proyeksi umur struktur perkerasan pada ruas jalan tersebut.

5. Lingkup Kontrak ini juga mengharuskan Penyedia Jasa untuk melakukan survei la• pangan yang cukup detil selama periode
mobilisasi agar Direksi Pekerjaan dapat melaksanakan revisi minor dan menyelesaikan detil pelaksanaan pekerjaan sebelum
operasi pelaksanaan pekerjaan sebagaimana yang disyaratkan dalam Pasal 1.1.3 dari Spesifikasi ini.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

6. Penyedia Jasa harus melaksanakan semua pekerjaan yang diperlukan dan memperbaiki cacat mutu selama Periode Kontrak
yang hams diselesaikan sebelum berakhirnya waktu yang diberikan untuk memperbaiki cacat mutu, termasuk pekerjaan
Pemeliharaan Rutin yang dilaksanakan selama Periode Pelaksanaan

7. Lingkup pekerjaan termasuk, tetapi tidak terbatas, seluruh pekerjaan yang terkait dengan :
(a) Penanganan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi (termasuk penyuluhan HIV/AIDs, jika disebutkan dalam
Kontrak yang dituangkan dalam RK3K (Rencana Keselamatan dan Kesehatan Konstruksi)
(b) Pengamanan Lingkungan Hidup, dan
(c) Manajemen Mutu
(d) Fasilitas dan Pelayanan Pengujian
(e) Manajemen dan keselamatan Lalu Lintas

1.1.2 KLASIFIKASI PEKERJAAN KONSTRUKSI


1. Umum
Dalam Lingkup pekerjaan dari Kontrak ini, tiga kelompok pekerjaan yang berbeda yaitu pekerjaan utama, pekerjaan
pengembalian kondisi dan minor, dan pekerjaan pemeliharan rutin, dapat terdiri dari, tetapi tidak terbatas pada, salah satu atau
semua klasifikasi pekerjaan yang terdaftar di bawah ini

2. Pekerjaan Utama
a. Pelapisan Struktural
i) Overlay dengan lapisan aspal yang terdiri dari perataan dan perkuatan
ii) Pekerjaan penghamparan Lapis Pondasi Agregat untuk rekonstruksi

b. Pelapisan Non Struktural


i) Overlay dengan lapisan beraspal, seperti Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR), Hot Rolled Sheet Wearing Course (HRS-WC)
Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC), Slurry Seal atau Campuran Dingin lainnya meratakan permukaan dan menu-

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

tup perkerasan lama yang stabil dengan atau tanpa lapis perata.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

c. Pelaburan Non Struktural


i) Pelaburan memakai Laburan Aspal pada perkerasan jalan lama
Satu Lapis (BURTU)
Dua Lapis (BURDA)

d. Pengerikilan Kembali Jalan Tanpa Berpenutup Aspal / Bahan berpengikat lainnya :


i) Pengerikilan kembali untuk mengganti kerikil yang hilang oleh lalu lintas dan meningkatkan kekuatan struktur
perkerasan kerikil yang ada pada ruas jalan yang lemah.
ii) Tata cara pengerikilan kembali (re-graveling and balding).

e. Penambahan / Rekonstruksi Bahu Jalan Sepanjang Jalan Berpenutup Bahan Berpengikat.


i) Bahu Jalan Berpenutup
ii) Bahu Jalan Tanpa Penutup

f. Penambahan atau Rekonstruksi Bangunan Pelengkap

g. Pekerjaan Pembangunan Jembatan Baru atau Penggantian Jembatan Lama

3. Pekerjaan Pengembalian Kondisi dan Minor


a. Pengembalian Kondisi Perkerasan
b. Pengembalian Kondisi Bahu Jalan
c. Pengembalian Kondisi selokan, Saluran Air, Timbunan, Galian dan Penghijauan
d. Perlengkapan Jalan dan Pengatur Lalu Lintas
e. Pengembalian Kondisi Jembatan

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

4. Pekerjaan Pemeliharaan Rutin


a. Perkerasan Lama
b. Bahu Jalan Lama dan Pemotongan Rumput
c. Selokan, Saluran Air, Galian dan Timbunan
d. Perlengkapan Jalan
e. Bangunan Pelengkap

1.1.3 KETENTUAN KAJIAN TEKNIS


1. Umum
Penyedia Jasa dan Direksi Pekerjaan harus mencapai kesepakatan dalam menentukan ketepatan setiap perubahan yang
dibuat dalam revisi minor Gambar.
Revisi minor ini harus berdasarkan data survei lapangan yang dikumpulkan oleh Penyedia Jasa.

2. Survei Lapangan oleh Penyedia Jasa


Selama periode mobilisasi pada saat dimulainya kontrak, penyedia jasa harus melaksanakan survei lapangan yang lengkap
terhadap kondisi fisik dan struktur pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Setelah pekerjaan survei lapangan ini selesai. Penyedia Jasa harus menyiapkan dan menyerahkan laporan lengkap dan
detil dari hasil survei.

3. Revisi oleh Direksi Pekerjaan


Detil pelaksanaan pekerjaan dalam lingkup kontrak akan diterbitkan secara bertahap untuk Penyedia Jasa dan tetapi tidak
boleh terbatas pada revisi minor saja.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

1.1.4 URUTAN PEKERJAAN


a. Survei lapangan termasuk peralatan pengujian 30 hari setelah serah terima lapangan
kepada Penyedia Jasa
yang diperlukan dan penyerahan laporan oleh
Penyedia Jasa

b. Revisi Minor oleh Direksi Pekerjaan telah 60 hari setelah serah terima lapangan
kepada Penyedia Jasa walau
selesai keluarnya detil pelaksanaan dapat
bertahap setelah tanggal ini

c. Pekerjaan pengembalian kondisi perkerasan 60 hari setelah serah terima lapangan


kepada Penyedia Jasa
dan bahu jalan selesai

d. Pekerjaan minor pada selokan, saluran air, galian 90 hari setelah serah terima lapngan
dan timbunan, pemasangan perlengkapan jalan kepada Penedia Jasa
dan pengembalian kondisi bangunan pelengkap
jalan.

e. Pekerjaan Drainase Selesai Sebelum dimulainya setiap tahapan


pekerjaan perkerasan

1.1.5 PEMBAYARAN PEKERJAAN


1. Pembayaran dilakukan berdasarkan pengukuran dan pembayaran Lump Sum untuk mata pembayaran Mobilisasi, Manajemen dan
Keselamatan Lalu Lintas dan Pekerjaan Pemeliharaan Rutin, serta pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan yang diperintahkan
atas dasar Pekerjaan Harian.

2. Pembayaran yang diberikan kepada Penyedia Jasa harus mencakup kompensasi penuh untuk seluruh biaya yang dikeluarkan
seluruh pekerja, bahan, peralatan konstruksi, pengorganisasian pekerjaan, biaya tak terduga, dll.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

SEKSI 1.2 MOBILISASI


1.2.1 UMUM
1. Uraian
Lingkup kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam Kontrak ini akan tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus
dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan di bagian-bagian lain dari Dokumen Kontrak, dan secara umum harus memenuhi
berikut :

a. Ketentuan Mobilisasi untuk semua Kontrak


i) Penyewaan atau pembelian sebidang lahan yang diperlukan untuk base camp Penyedia Jasa dan kegiatan Pelaksanaan.
ii) Mobilisasi semua Personil Penyedia Jasa sesuai dengan struktur organisasi
iii) Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum dalam penawaran.
iv) Penyediaan dan pemeliharaan base camp Penyedia Jasa, jika perlu termasuk kantor lapangan, tempat tinggal, bengkel
gudang, ruang laboratorium beserta peralatan ujinya dan sebagainya.
v) Perkuatan jembatan lama untuk pengangkutan alat-alat berat.
vi) Mobilisasi personil dan peralatan dapat dilakukan secara bertahap, tetapi tidak menghapuskan denda sesuai Pasal
1.2.3.2) akibat keterlambatan mobilisasi.
b. Ketentuan Mobilisasi Kantor Lapangan dan Fasilitasnya untuk Direksi Pekerjaan
Kebutuhan ini akan disediakan dalam Kontrak lain.

c. Ketentuan Mobilisasi Fasilitas Pengendalian Mutu


Penyediaan dan pemeliharaan laboratorium uji mutu harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam seksi 1.4 dari spesifikasi ini.

d. Kegiatan Demobilisasi untuk Semua Kontrak


Mengembalikan kondisi semula sebelum pekerjaan dimulai.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

2. Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini :


a) Syarat-syarat Kontrak Pasal - pasal yang berkaitan
b) Kantor Lapangan dan Fasilitasnya Seksi 1.3
c) Pelayanan Pengujian Laboratorium Seksi 1.4
d) Kajian Teknis Lapangan Seksi 1.9
e) Jadwal Pelaksanaan Seksi 1.12
f) Pekerjaan Pembersihan Seksi 1.16
g) Pengamanan Lingkungan Hidup Seksi 1.17
h) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Seksi 1.19
i) Ketentuan-ketentuan tersendiri lainnya seperti didefinisikan dalam Seksi lain yang berhubungan dalam Spesifikasi ini.

3. Periode Mobilisasi
Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak maka mobilisasi dari seluruh mata pekerjaan yang terda:ftar dalam Pasal 1.2.1.(1) harus
diselesaikan dalam jangka waktu 60 hari terhitung mulai tanggal mulai kerja, kecuali penyediaan Fasilitas dan Pelayanan
Pengendalian Mutu yang terdiri dari tenaga ahli, tenaga terampil, dan sumber daya uji mutu lainnya yang siap operasional, harus
diselesaikan dalam waktu paling lama 45 hari

4. Pengajuan Kesiapan Kerja


Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan suatu program mobilisasi menurut detil dan waktu yang disyaratkan
dalam Pasal 1.2.2 dari Spesifikasi ini

Bilamana perkuatan bangunan pelengkap antara lain jembatan lama atau pembuatan jembatan darurat atau pembuatan
timbunan darurat pada jalan yang berdekatan dengan proyek, diperlukan untuk memperlancar pengangkutan peralatan, instalasi
atau bahan milik Penyedia Jasa, detil pekerjaan darurat ini juga harus diserahkan bersama dengan program mobilisasi sesuai
dengan ketentuan Seksi 10.2 dari Spesifikasi ini

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

1.2.2 PROGRAM MOBILISASI


1. Dalam waktu paling lambat 7 hari setelah Surat Perintah Mulai Kerja, Penyedia Jasa harus melaksanakan Rapat Persiapan
Pelaksanaan (Pre Construction Meeting) yang dihadiri Pengguna Jasa, Direksi Pekerjaan, Direksi Teknis (bila ada), dan Penyedia
Jasa untuk membahas semua hat baik yang teknis maupun yang non teknis dalam kegiatan ini. Agenda dalam rapat harus
mencakup namun tidak terbatas pada berikut ini

2. Dalam waktu 14 hari setelah Rapat Persiapan Pelaksanaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan Program Mobilisasi
(termasuk program perkuatan bangunan pelengkap antara lain jembatan, bila ada) dan Jadwal Kemajuan Pelaksanaan
kepada Direksi Pekerjaan untuk dimintakan persetujuannya

3. Program mobilisasi harus menetapkan waktu untuk semua kegiatan mobilisasi yang disyaratkan dalam Pasal 1.2.1.1) dan
harus mencakup informasi tambahan berikut :

1.2.3 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1. Pengukuran
2. Dasar Pembayaran
selama pelaksanaan pekerjaan, memerintahkan Penyedia Jasa untuk menambah peralatan yang dianggap perlu tanpa
menyebabkan perubahan harga lump sum untuk Mobilisasi.

Pembayaran biaya lump sum ini akan dilakukan dalam tiga angsuran sebagai berikut :
a. 50 % (lima puluh persen) bila mobilisasi 50 % selesai, dan fasilitas serta pelayanan pengujian laboratorium telah lengkap
100% dimobilisasi.

b. 20 % (dua puluh persen) bila semua peralatan utama berada di lapangan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.
c. 30 % (tiga puluh persen) bila demobilisasi selesai dilaksanakan.
untuk pembayaran adalah persentase angsuran penuh dari harga lump sum Mobilisasi dikurangi sejumlah dari 1 % (satu
persen) nilai angsuran untuk setiap keterlambatan satu hari dalam penyelesaian sampai maksimum 50 (lima puluh) hari.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

Semua pekerja paling sedikit berusia 18 Penyedia Jasa harus menjaga


SEKSI 1.8 MANAJEMEN DAN KESELAMATAN LALIN
tahun, dan pekerja harus mengenakan seluruh kegiatan pekerjaan
Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas baju yang reflektif, sepatu boot dan helm sepanjang jalan dalam kondisi
1.8.2
kerja pada setiap saat selama jam kerja di sedemikian hingga agar lalu lintas dapat
dalam daerah kerja. terbuka dengan selamat dan seluruh
pekerja, dan pengguna jalan terlindungi.
Pelaksanaan pengaturan lalu lintas perlu
berkoordinasi dengan pihak Kepolisian
dan/atau Dinas Lalu-Lintas dan Angkutan Sebelum memulai pekerjaan apapun,
Jalan setempat. Penyedia Jasa harus menyiapkan dan
mengajukan kepada Direksi Pekerjaan,
Rencana Manajemen dan
Pekerjaan pada malam hari harus Keselamatan Lalu Lintas (RMKL)
diterangi dengan lampu dan atau sistem untuk pengoperasiannya selama
reflektif yang disetujui Direksi Pekerjaan. periode pelaksanaan. RMKL harus
Sistem penerangan harus ditempatkan berdasarkan analisa arus lalu lintas
dan dioperasikan sedemikian hingga agar tingkat makro dan juga mikro.
sorot cahaya tidak mengganggu pengguna
jalan pada lokasi tersebut. Lampu pijar tidak
diperkenankan untuk digunakan.

Zona Pekerjaan Jalan dibagi menjadi


empat zona berdasarkan fungsinya
(sesuai dengan Instruksi Dirjen Bina
Marga No. 02/IN/Db/2012 tentang
Panduan Teknis Rekayasa
Keselamatan Jalan) sebagaimana
ditunjukkan pada gambar pada
Lampiran 1.8.A. Zona tersebut

Pada saat pelak. konstruksi, Direksi Pek.


wajib memeriksa dan mengawasi pelak.
keselamatan lalin di lokasi pek.
pemantauan kesesuaian berdasarkan
RMKL yang telah disepakati. dan
termasuk di kelengkapan perlengkapan
jalan sementara.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN
Pada saat pelak. konstruksi, Direksi Pek.
wajib memeriksa dan mengawasi pelak.
keselamatan lalin di lokasi pek.
No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI pemantauan kesesuaian
PERSYARATAN berdasarkan
PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU
RMKL yang telah disepakati. dan
termasuk di kelengkapan perlengkapan
jalan sementara.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

Tahapan pembayaran Lump Sum untuk Pekerjaan a) 25 % (dua puluh lima persen)
1.8.6
Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas bilamana semua jenis peralatan utama
untuk Manajemen dan Keselamatan Lalu
Lintas telah berada di lapangan, diterima
dan di setujui oleh Direksi Pekerjaan.

b) 75 % (tujuh puluh lima persen) harus


dibayar secara angsuran atas dasar
bulanan, secara proporsional
berdasarkan kemajuan penerapan
Rencana Manajemen dan Keselamatan
Lalu Lintas yang dapat disetujui Direksi
Pekerjaan.

1.8.3 Uraian Perlengkapan Minimal Jalan Sementara Rambu-rambu daerah konstruksi harus Rambu - rambu Konstruksi dan
terlihat dengan jarak 150 meter dan Pengalihan
terbaca dengan jarak 90 meter pada cuaca
cerah siang hari dan pada malam hari
dengan kuat penerangan lampu dengan
berkas cahaya rendah, oleh orang-orang
dengan visi atau dikoreksi sampai 20/20.

Rambu-rambu tetap harus dengan a) Rambu - rambu Tetap


tiang kayu

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

Tinggi dari dasar dari panel diatas tepi


jalur lalu lintas paling sedikit 1,5 meter
kecuali jika rambu ditempatkan pada jalur
pejalan kaki dan sepeda maka tinggi dari
dasar panel rambu diatas tepi jalur
lalu lintas paling sedikit harus 2, 1 meter.

Tiang yang tertanam harus 0,8 meter


dan lubang tiang harus ditimbun kembali
di sekeliling tiang dengan beton semen
yang dibuat dari campuran agregat dan
semen dengan mutu komersial yang
mengandung semen tidak kurang dari 168
kilogram per kubik

Ukuran tiang dan jumlah tiang haruslah


sebagaimana yang ditunjukkan dalam
Gambar.

Panel-panel rambu untuk rambu portabel b) Rambu Portabel


haruslah terdiri dari lembaran plywood.

Penunjang atau kerangka rambu harus


mampu menunjang panel dengan dimensi
maksimum 120 cm, dalam posisi tegak
lurus dengan pusat dari panel rambu dan
jarak minimum panel diatas perkerasan
adalah 1,2 meter.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

Rambu elektronik yang digunakan atau c) Rambu Elektronik


dipasang harus sesuai dengan peraturan
dan ketentuan yang dikeluarkan oleh
kementerian teknis terkait.

1.8.4 Pekerjaan Jalan atau Jembatan Sementara 4) Jalan Alih Sementara atau Detour Sebelum membuat jalan atau jembatan
sementara, Penyedia Jasa harus
Jalan alih sementara atau detour hams melakukan semua pengaturan yang
dibangun sebagaimana yang diperlukan diperlukan, bila diperlukan termasuk
untuk kondisi lalu lintas yang ada, pembayaran kepada pemilik tanah yang
dengan memperhatikan ketentuan bersangkutan atas pemakaian tanah itu
keselamatan dan kekuatan struktur. dan harus memperoleh persetujuan dari
Semua jalan alih yang demikian tidak boleh pejabat yang berwenang dan Direksi
dibuka untuk lalu lintas umum sampai Pekerjaan. Setelah pekerjaan selesai,
alinyemen, pelaksanaan, drainase dan Penyedia Jasa harus membersihkan
pemasangan rambu lalu lintas sementara dan mengembalikan kondisi tanah itu
telah disetujui Direksi Pekerjaan ke kondisi semula sampai diterima oleh
Direksi Pekerjaan dan Pemilik Tanah
yang bersangkutan.

5) Jalan Samping (Ramp) Semen - Penyedia Jasa harus membangun


dan memelihara jembatan dan jalan
tara untuk Lalu Lintas samping sementara untuk jalan masuk
umum dari dan ke jalan raya pada
semua tempat bilamana jalan masuk
tersebut sudah ada sebelum Pekerjaan
dimulai dan pada tempat lainnya yang
diperlukan atau diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

Penyedia Jasa harus membangun


No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI danPERSYARATAN
memelihara jembatan dan jalan
PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU
samping sementara untuk jalan masuk
umum dari dan ke jalan raya pada
semua tempat bilamana jalan masuk
tersebut sudah ada sebelum Pekerjaan
dimulai dan pada tempat lainnya yang
diperlukan atau diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan

1.8.6 Tahapan pembayaran Lump Sum untuk Jembatan a) 75 % (tujuh puluh lima persen)
Sementara bilamana semua Jembatan Sementara
telah terpasang di Lapangan, diterima
dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

b) 25 % (dua puluh lima persen) bila


Jembatan Sementara telah dibongkar
dan lokasinya telah dibersihkan dan
dikembalikan kedalam kondisi asal.

SEKSI 1.15 BAHAN REKAMAN KEGIATAN Segera setelah semua bahan, aspal,
agregat, bahan bahu jalan, semen,
1.15.3 UMUM beton, campuran aspal panas, dan
sebagainya disetujui, maka semua
contoh yang telah disetujui harus
disimpan dengan baik di lapangan

Sebelum pelaksanaan kontrak dimulai, Penyedia Jasa harus mengambil


SEKSI 1.17 PENGAMANAN LINGKUNGAN HIDUP
jika tidak termasuk dalam kategori langkah yang layak untuk melindungi
dokumen AMDAL atau UKL-UPL atau lingkungan (baik di dalam maupun di luar
1.17.1 UMUM
DELH (Dokumen Evaluasi Lingkungan Hid Lapangan, jalan akses, termasuk base
up) atau DPLH (Dokumen Pengelolaan camp dan instalasi lain kendali Penyedia
Lingkungan Hid up), maka Pengguna Jasa) dgn melaksanakan mitigasi
jasa/Direksi pekerjaan menyampaikan kerusakan dan gangguan terhadap
secara tertulis kepada Penyedia Jasa manusia dan harta milik sebagai akibat
untuk berkewajiban menggunakan alat dari polusi, kebisingan dari
dan material yang mampu mengurangt pengoperasiannya. Penyedia Jasa juga
emisi gas rumah kaca sebagai harus memastikan bahwa
mitigasi terhadap perubahan iklim. pengangkutan dan kegiatan di sumber
bahan dilaksanakan dgn cara yangJALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3
BALAI PELAKSANAAN
berwawasan lingkungan.
RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
Sebelum pelaksanaan kontrak dimulai, Penyedia Jasa harus mengambil
KEGIATAN PENANGANAN
jika tidak termasuk dalamJALAN DAN langkah
kategori JEMBATAN yang layak untuk melindungi
dokumen AMDAL atau UKL-UPL atau lingkungan (baik di dalam maupun di luar
DELH (Dokumen Evaluasi Lingkungan Hid Lapangan, jalan akses, termasuk base
up) atau DPLH (Dokumen Pengelolaan camp dan instalasi lain kendali Penyedia
No JENIS PEKERJAAN Lingkungan Hid up),SPESIFIKASI
PERSYARATAN maka Pengguna Jasa) dgn melaksanakan
PERSYARATAN mitigasi
PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU
jasa/Direksi pekerjaan menyampaikan kerusakan dan gangguan terhadap
secara tertulis kepada Penyedia Jasa manusia dan harta milik sebagai akibat
untuk berkewajiban menggunakan alat dari polusi, kebisingan dari
dan material yang mampu mengurangt pengoperasiannya. Penyedia Jasa juga
emisi gas rumah kaca sebagai harus memastikan bahwa
mitigasi terhadap perubahan iklim. pengangkutan dan kegiatan di sumber
bahan dilaksanakan dgn cara yang
berwawasan lingkungan.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

SEKSI 1.19 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


a) Seksi ini mencakup ketentuan- c) Penyedia Jasa harus mengikuti
1.19.1 UMUM
ketentuan penanganan keselamatan ketentuan-ketentuan pengelolaan K3
dan kesehatan kerja (K3) konstruksi yang tertuang dalam Peraturan Menteri
1) Uraian Pekerjaan
kepada setiap orang yang berada di Pekerjaan Umum No. 09/PRT/M/2009
tempat kerja yang berhubungan dengan tentang Pedoman Sistem Manjemen
pemindahan bahan baku, penggunaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
peralatan kerja konstruksi, proses (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan
produksi dan lingkungan sekitar tempat Umum dan Pedoman Pelaksanaan K3
kerja. untuk Konstruksi Jalan dan Jembatan
No. 004/BM/2006 serta peraturan
terkait lainnya.

b) Penanganan K3 mencakup
penyediaan sarana pencegah kecelakaan
kerja dan perlindungan kesehatan kerja
konstruksi maupun penyediaan personil
yang kompeten dan organisasi
pengendalian K3 Konstruksi sesuai
dengan tingkat risiko yang ditetapkan oleh
Pengguna Jasa.

a Syarat-syarat Kontrak Pasal - pasal yang berkaitan

b Mobilisasi Seksi 1.2

c Kantor Lapangan dan Fasilitasnya Seksi 1.3

d Penutupan Kontrak Seksi 1.14

e Pasal-pasal yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk setiap Seksi dalam Spesifikasi ini

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

SEKSI 1.20 PENGUJIAN PENGEBORAN


Pekerjaan ini terdiri dari pengujian pengeboran untuk investigasi lapangan untuk
1.20.1 UMUM
setiap pondasi struktur yang akan dibutuhkan.

1.20.2 Pengujian Bor ( Lubang ) Bilamana pengujian diperlukan Penyedia


Jasa harus melakukan beberapa pengujian
bor pada setiap sisi jembatan untuk
1) umum
memberikan profil lapisan tanah yang
benar-benar tepat atau sebaliknya
diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
Lokasi pengujian harus disepakati Direksi
Pekerjaan tetapi umumnya akan berada
pada posisi yang diusulkan untuk
abutmen dan pier. Bilamana batu
nampak pada permukaan maka Direksi
Pekerjaan dapat tidak memerlukan
pengujian bor tersebut lagi.

2) Kedalaman Bor (Lubang) Pengujian bor harus dilakukan sampai


mencapai lapisan tanah keras (bearing
stratum) dan sampai kedalaman yang
cukup untuk membuktikan
kesinambungannya. Umumnya kedalaman
tersebut harus lima meter. Jika lapisan
tanah keras tidak dapat dicapai sampai
kedalaman 50 meter, pengujian bor
dapat dihentikan setelah mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

Penyedia Jasa dapat menggunakan


3) Metode Pengeboran
mesin bor dengan pencucian (rotary
wash drilling). Pada lapisan dasar batu
harus dibor menerus

4) Pengujian yang Diperlukan pada Semua Standard penetration test (SPT) dan benda uji yang terganggu (Disturb Sample,
DS) pada Pengujian Pengeboran harus dilakukan sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. SPT dan DS harus diambil dengan interval 2
Lubang
(dua) meter atau pada setiap perubahan strata tanah mana yang lebih kecil.
Elevasi muka air tanah harus dicatat untuk setiap lubang. Pada pengeboran
batu maka seluruh benda uji inti harus diambil dan disimpan dalam kotak benda
uji inti untuk pemeriksaan Direksi Pekerjaan. Sondir (Dutch Cone Penetration Test,
Dutch CPT) harus dilakukan untuk mengukur tahanan ujung dan hambatan akibat
gesekan dengan interval 0,2 m sampai tahanan ujung maksimum sebesar 250
kg/cm' dicapai atau mencapi kedalaman 60 meter.

5) Pencatatan Hasil Bor Jika diminta oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyediakan hasil bor
yang telah selesai pada hari kerja tesrsebut disertai informasi

6) Pengujian Lanjutan yang mungkin Direksi Pekerjaan dapat memnita pengujian yang lebih terinci dari yang
diuraikan diatas pada setiap sisi jembatan jika ditemukan bahwa informasi
tersebut tidak memadai.
Diperlukan
Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, benda uji inti yang tak terganggu
(undisturbed samples) harus diambil dalam lapisan tanah kohesif dengan
menggunakan tabung shelby.

Benda uji silinder yang disegel akan digunakan untuk pengangkutan dari lapangan
ke laboratorium. Semua biaya pengujian laboratorium harus menjadi
tanggungjawab Direksi Pekerjaan.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

1.20.3 Pengukuran dan pembayaran


Pengujian pengeboran harus diukur untuk maksud pembayaran sebagai
1) Pengukuran
panjang dari lubang yang dibor tidak peduli bahan apa yang dijumpai.

2) Dasar Pembayaran Pembayaran akan dilakukan menurut kuantitas yang diukur di atas dan dengan
Harga Kontrak per meter panjang untuk mata pembayaran yang terdapat dalam
daftar di bawah ini serta ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Pembayaran harus sudah termasuk kompensasi penuh untuk semua pengeboran,
casing jika diperlukan, pengujian penetrasi dan pengambilan benda uji, pencatatan
dan penunjukkan hasil uji, penyimpanan benda uji sampai pembuangan benda uji,
laporan hasil uji, evaluasi serta rekomendasi daya dukung tanah yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.

Meter panjang
1.20.(1) Pengeboran, termasuk SPT & Lap.
Meter panjang
1.20.(2) Sondir Termasuk Laporan

SEKSI 1.21 MANAJEMEN MUTU

1.21.1 Umum Pekerjaan hams dilaksanakan melalui proses manajemen mutu, memanfaatkan
sumber daya Pengguna Jasa, Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa, dan pihak
ketiga sebagaimana diperlukan.

a) Pengendalian Mutu Quality Control / QC Dilakukan oleh Manajer Kendali Mutu


(QCM) yang disiapkan oleh Penyedia
Jasa mengontrol dan menjamin mutu
hasil pelaksanaan pekerjaan konstruksi

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

b) Jaminan Mutu Quality Assurance / QA Proses mengevaluasi prosedur standar


dan instruksi kerja seluruh produk
atau jasa pelayanan, yang dievaluasi
oleh Direksi Pekerjaan atau Direksi teknis
untuk dapat menjamin bahwa mutu hasil
pekerjaan yang dilaksanakan oleh
Penyedia jasa dapat diterima atau
ditolak sebagai dasar persetujuan
pembayaran pekerjaan yang memenuhi
syarat kontrak.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV.3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

DIVISI. 2 PEK . DRAINASE


SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR 4) Toleransi Dimensi Saluran
a) Elevasi galian dasar selokan yang telah selesai a) Pekerjaan ini mencakup pembuatan selokan Setelah selesainya pekerjaan
dikerjakan tidak boleh berbeda lebih dari 3 cm dari baru yang dilapisi (lined) maupun tidak pembentukan penampang selokan,
yang ditentukan atau disetujui pada tiap titik, dan (unlined) dan perataan kembali selokan Penyedia Jasa harus meminta persetujuan
harus cukup halus dan merata untuk menjamin aliran lama yang tidak dilapisi, sesuai dengan Direksi Pekerjaan sebelum bahan pelapis
yang bebas dan tan pa genangan bilamana alirannya Spesifikasi ini serta memenuhi garis, ketinggian, selokan dipasang.
kecil. dan detil yang ditunjukkan pada Gambar.
Selokan yang dilapisi akan dibuat dari
1) Timbunan
pasangan batu dengan mortar atau yang seperti
b) Alinyernen selokan dan profil penampang melintang ditunjukkan dalam Gambar Bahan timbunan yang digunakan harus
yang telah selesai dikerjakan tidak boleh bergeser memenuhi ketentuan sifat-sifat bahan,
lebih dari 5 cm dari yang ditentukan atau telah penghamparan, pemadatan dan jaminan
disetujui pada setiap titik. mutu yang ditentukan dalam Seksi 3.2
dari Spesifikasi ini.

SEKSI 2.2 PASANGAN BATU DENGAN MORTAR 4) Toleransi Dimensi Saluran


a) Sisi muka masing-masing batu dari permukaan a) Sebelum mulai menggunakan setiap bahan 1) Batu
pasangan batu dengan mortar tidak boleh melebihi l batu yang diusulkan untuk pekerjaan
Batu harus terdiri dari batu alam atau
cm dari profil permukaan rata-rata pasangan batu pasangan batu dengan mortar, Penyedia a)
batu dari sumber bahan yang tidak
dengan mortar di sekitarnya Jasa harus mengajukan kepada Direksi
terbelah yang utuh (sound), keras, awet,
Pekerjaan dua contoh batu yang mewakili,
padat tahan terhadap udara dan air,
masing-masing seberat 50 kg. Satu dari
fungsi yang dimaksud
contoh batu akan disimpan oleh Direksi
b) Untuk pelapisan selokan dan saluran air, profil
Pekerjaan untuk rujukan selama periode
permukaan rata-rata selokan dan saluran air yang
Kontrak. Hanya batu yang disetujui oleh b) Mutu dan ukuran batu harus disetujui
dibentuk dari pasangan batu dengan mortar tidak boleh
Direksi Pekerjaan akan digunakan dalam oleh Direksi Pekerjaan sebelum
berbeda lebih dari 3 cm dari profil permukaan lantai
pekerjaan. digunakan. Batu untuk pelapisan selokan
saluran yang ditentukan atau disetujui, juga tidak
dan saluran air sedapat mungkin harus
bergeser lebih dari 5 cm dari profil penampang
berbentuk persegi.
melintang yang ditentukan atau disetujui.

b) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar tidak c) Kecuali ditentukan lain oleh Gambar
boleh dimulai sebelum Direksi Pekerjaan atau Spesifikasi, maka semua batu
c) Tebal minimum setiap pekerjaan pasangan batu dengan menyetujui formasi yang telah disiapkan untuk yang digunakan untuk pasangan batu
mortar haruslah 20 cm.
pelapisan. dengan mortar harus tertahan ayakan IO
cm.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

1) Penyiapan Formasi atau Pondasi 2) Mortar


a) Formasi untuk pelapisan pasangan batu Mortar haruslah merupakan adukan
dengan mortar harus disiapkan sesuai dengan semen yang memenuhi ketentuan
ketentuan Seksi 2.1 Selokan dan Saluran Air Seksi 7.8 dari Spesifikasi ini.

b) Pondasi atau galian parit untuk tum it ( cut off 3) Drainase Porous
wall) dari pasangan batu dengan mortar atau Bahan yang digunakan untuk
untuk struktur harus disiapkan sesuai dengan membentuk landasan, lubang sulingan
ketentuan Seksi 3.1 Galian atau kantung saringan untuk pekerjaan
pasangan batu dengan mortar harus
c) Landasan tembus air dan kantung saringan memenuhi ketentuan Seksi 2.4. Drainase
(jilter pocket) harus disediakan bilamana Porous dari Spesifikasi ini.
disyaratkan, sesuai dengan ketentuan Seksi 2.4,
Drainase Porous.

SEKSI 2.3 GORONG-GORONG DAN DRAINASE 4) Standar Rujukan Detil pelaksanaan gorong -gorong dan drainase 1) Landasan
beton, yang tidak dimasukkan dalam
BETON a) Standar Nasional Indonesia (SNI) Bahan berbutir kasar untuk Jandasan
Dokumen Kontrak pada saat pelelangan akan
drainase beton, gorong-gorong pipa dan
SNI 03-6719-2002, Spesifikasi pipa baja bergelombang disediakan oleh Direksi Pekerjaan.
struktur Jainnya disyaratkan dalam Seksi
dengan lapis pelindung logan untuk pembuangan air dan a) Pekerjaan gorong-gorong atau drainase beton 2.4 Drainase Porous
tidak boleh dimulai sampai persetujuan
drainase bawah tanah. tertulis Direksi Pekerjaan dan lingkup pekerjaan 2) Beton
telah diterbitkan.
b) AASHTO Beton yang digunakan untuk seluruh
pekerjaan struktur yang diuraikan dalam
AASHTO M1 70 - 07, Reinforced Concrete Culvert, b) Seperti yang disyaratkan dalam Seksi 3.2 dari
Seksi ini harus memenuhi ketentuan
Spesifikasi ini, drainase harus dalam kondisi
Storm Drain, and Sewer Pipe yang disyaratkan dalam Seksi 7.1 dari
operasional dan berfungsi secara efektif
Spesifikasi ini.
sebelum pekerjaan galian atau timbunan
dilaksanakan.
c) Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 3.3 .1.6).a) 3) Baja Tulangan untuk Beton
dari Spesifikasi ini
Seluruh baja tulangan yang digunakan
dalam pekerjaan ini harus memenuhi
6) Ketentuan yang diberikan dalam Pasal ketentuan yang disyaratkan dalam
3.1.1.7) dari Spesifikasi ini, tentang
Seksi 7.3 dari Spesifikasi ini.
pengeringan air dan pemeliharaan sanitasi di
lapangan harus berlaku.
4) Gorong-gorong Pipa Beton Bertulang
Gorong-gorong pipa beton bertulang
haruslah beton bertulang pracetak
dengan mutu beton K350 (f'c 30 Mpa)
dan persyaratan AASHTO M1 70 - 07

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN Gorong-gorong pipa beton


PENGENDALIAN MUTU bertulang
haruslah beton bertulang pracetak
dengan mutu beton K350 (f'c 30 Mpa)
dan persyaratan AASHTO M1 70 - 07

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

Gorong - gorong Persegi 5) Tembok Kepala Gorong-gorong dan


Struktur Tempat Masuk dan Keluarnya
a) Gorong - gorong persegi dan pelat harus
Air
dibuat sesuai dengan garis dan dimensi
yang diberikan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi a) Kecuali jika ditunjukkan lain dalam Gambar,
Pekerjaan. maka landasan kolam golak dan pekerjaan
perlindungan terhadap gerusan yang
berhubungan dengan pekerjaan gorong-
gorong umumnya dibuat dengan
b) Seluruh pekerjaan beton bertulang harus menggunakan pasangan batu dengan
memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam mortar seperti yang disyaratkan dalam
Seksi 7.1 Beton dan Seksi 7.3 Baja Tulangan. Seksi 2.2. Pekerjaan pasangan batu dengan
mortar (mortared stonework) digunakan
untuk tembok kepala gorong-gorong kecil
dan struktur lainnya yang tidak memikul
c) Seluruh pekerjaan pasangan batu harus beban struktur yang berarti.
memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
Seksi 7.9 Pasangan Batu

b) Tembok kepala gorong-gorong besar atau


yang berada di bawah timbunan yang tinggi,
atau struktur lainnya yang memikul beban
yang berhubungan dengan pekerjaan gorong-
gorong, harus dibuat dengan menggunakan
Pasangan Batu (stone masonry) dan bukan
Pasangan Batu Dengan Mortar (mortared-
stone work), bahkan jika beban yang dipikul
sangat besar maka harus menggunakan
Beton Bertulang. Bahan yang akan
digunakan haruslah seperti yang diperintahkan
Direksi Pekerjaan. Direksi Pekerjaan akan
mempertimbangkan mutu dan bentuk batu
yang tersedia untuk pekerjaan tersebut, dan
juga ketrampilan tukang batu yang
dipekerjakan oleh Penyedia Jasa.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

7) Pelaksanaan Drainase Beton


a) Saluran beton bertulang dan pelat penutup
harus dibuat sesuai dengan garis dan elevasi
dan detil lainnya yang ditunjukkan dalam
Gambar, atau seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan, dan memenuhi ketentuan
dalam Seksi 7.1, Pekerjaan Beton. Bagian
permukaan dari saluran terbuka berbentuk U
atau bagian permukaan pelat penutup harus
dilaksanakan dengan profit yang rata, elevasi
akhir lapangan harus sesuai dengan rencana
serta terhadap elevasi akhir dari
perkerasan atau permukaan dari kerb
mempunyai toleransi ±1 cm. Saluran beton
dapat dicor di tempat atau dengan pra• cetak.
Pelat penutup harus dibuat sebagai unit
pracetak dan dapat dipindahkan.

b) Untuk saluran yang dicor di tempat, Direksi


Pekerjaan dapat mengijinkan untuk
menggunakan sisi galian sebagai pengganti
cetakan. Dalam hal ini, tebal dinding yang
menghadap sisi galian dan selimut beton harus
ditambah 25 mm tanpa pembayaran tambahan.

c) Lubang sulingan harus dibuat pada dinding


saluran sesuai dengan ketentuan Pasal
2.4.3.5).

d) Untuk saluran yang dicor di tempat,


sambungan konstruksi harus dibuat pada
interval 10 m atau kurang. Sambungan
tersebut, seperti sambungan antara ruas-ruas
beton pracetak hams mempunyai lebar
nominal pemuaian 1 cm dan hams dibungkus
dengan adukan semen yang rata dengan
permukaan dalam saluran.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

Dasar untuk Pembayaran Kuantitas gorong-gorong pipa, saluran berbentuk U, gorong-gorong persegi dan struktur drainase minor lainnya, yang diukur sebagaimana yang
disyaratkan di atas, harus dibayar rnenurut Harga Kontrak per satuan pengukuran

1 Gorong-gorong Pipa Beton Bertulang 1 Meter Panjang ( M' )


2 Gorong-gorong Pipa Baja Bergelombang 2 Ton
3 Gorong-gorong Pipa Beton Tanpa Tulangan 3 Meter Panjang ( M' )
4 Saluran Berbentuk U Tipe DS 4 Meter Panjang ( M' )
5 Meter Kubik ( M )
3
5 Beton K250 (f'c 20) untuk struktur drainase beton minor
6 Bja Tulangan untuk struktur drainase beton minor 6 Kg
7 Meter Kubik ( M )
3
7 Pasangan Batu Tanpa Adukan (Aanstamping)

SEKSI 2.4 DRAINASE POROUS


2.4.1 1. Uraian a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, pemasangan dan pemadatan bahan porous untuk drainase bawah tanah atau untuk mencegah
butiran tanah halus terhanyut atau tergerus oleh rembesan air bawah tanah. Pekerjaan ini juga mencakup pengadaan dan pemasangan pipa berlubang
banyak (perforated pipes) yang terbuat dari PVC dan anyaman penyaring (filter) tanah bilamana bahan ini diperlukan.

b) Bahan-bahan tersebut ditempatkan di bagian belakang (oprit) abutment, tembok sayap, tembok penahan tanah, pasangan batu kosong dan
dinding bronjong, serta pada pembuatan drainase bawah permukaan perkerasan jalan, saluran beton, gorong-gorong, selimut pasir dan drainase
vertikal untuk pekerjaan stabilisasi, kantung lubang sulingan, penyaring (filter) pada kaki lereng dan pekerjaan lain yang serupa, sesuai dengan
Spesifikasi ini atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2. Penerbitan Detail Pelaksanaan Detil pelaksanaan Drainase Porous, yang tidak dimasukkan dalam Dokumen Kontrak pada saat pelelangan akan disediakan oleh Direksi Pekerjaan
setelah peninjauan kembali rancangan tahap awal atau revisi desain selesai sesuai dengan Seksi 1.9 Kajian Teknis Lapangan dari Spesifikasi ini.

3. Pekerjaan Seksi Lain yang Seksi 1.9 a Kajian Teknis Lapangan Seksi 1.9
Berkaitan dengan Seksi ini Seksi 1.17 b Pengamanan Lingkungan Hidup Seksi 1.17
Seksi 1.8 c Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas Seksi 1.8
Seksi 1.19 d Keselamatan dan Kesehatan Kerja Seksi 1.19
Seksi 2.2 e Pasangan Batu dengan Mortar Seksi 2.2

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

Seksi 2.3 f Gorong-gorong dan Drainase Beton Seksi 2.3


Seksi 3.1 g Galian Seksi 3.1
Seksi 3.2 h Timbunan Seksi 3.2
Seksi 7.1 i Beton Seksi 7.1
Seksi 7.8 j Adukan Semen Seksi 7.8
Seksi 7.9 k Pasangan Batu Seksi 7.9
Seksi 7.10 l Pasangan Batu Kosong dan Bronjong Seksi 7.10

4. Toleransi Dimensi a) Profit akhir untuk timbunan berbutir untuk drainase d) Kemiringan lereng drainase yang dibuat
porous tidak boleh berbeda lebih dari 2 cm dari profil dengan menggunakan pipa berlubang banyak
yang ditentukan atau disetujui. (perforatedpipes) minimum harus 1 : 1000.

b) Elevasi dan kelandaian akhir untuk bahan landasan Permukaan pondasi untuk penimbunan kembali
pipa dan drainase beton tidak boleh berbeda lebih dari bahan porous yang digunakan sebagai selimut
1 cm dari yang ditentukan atau disetujui. drainase (drainage blankets) haruslah rata dan
teratur dengan kemiringan lereng yang
merata untuk mencegah terjadinya genangan.
c) Toleransi dimensi untuk bentuk, diameter, panjang Lereng untuk permukaan tersebut minimum
dan tebal dinding dari pipa berlubang banyak harus I : 200.
(perforated pipes) harus seperti yang disyaratkan
dalam AASHTO l 78M/ Ml 78 - 07. Celah maksimum
antara lidah dan alur sambungan pipa berlubang
banyak (perforatedpipes) pada waktu dipasang harus 5
mm.

2.4.2 Bahan
1) Bahan Porous untuk Penyaring a) Bahan porous untuk bahan penyaring (jilter) haruslah Pasangan batu kosong harus dilindungi oleh i) D85 (bahan untuk penimbunan kembali)
keras, awet dan bersih. kerikil, dan kerikil dilindungi oleh pasir, dan pasir > 0,2 D (lubang)
(Filter) oleh pasir kelanauan atau oleh anyaman
b) Gradasi partikel bahan yang disyaratkan penyaring. ii) Dso (bahan untuk penimbunan kembali) >
0,04 D (lubang)
c) Batas-batas gradasi untuk bahan porous untuk
penimbunan kembali dan penyaringan (filter) yang akan
mengalirkan air (pasangan batu kosong diameter 30 cm)

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

DIVISI. 3 PEKERJAAN TANAH


SEKSI 3.1 GALIAN
3.1.1 Umum
1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, umumnya untuk pembentukan profil dan
penanganan, pembuangan atau penumpukan penampang yang sesuai dengan
tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau Spesifikasi ini dan memenuhi garis,
sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian dari ketinggian dan penampang melintang yang
pekerjaan dalam Kontrak ini. ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.

3.1.1a Galian Biasa Galian Biasa harus mencakup seluruh


galian yang tidak diklasifikasi sebagai
galian batu lunak, galian batu, galian struktur,
galian sumber bahan (borrow excavation),
galian perkerasan beraspal, galian
perkerasan berbutir, dan galian perkerasan
beton, serta pembuangan bahan galian
biasa yang tidak terpakai seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.

3.1.1b Galian Batu Lunak Galian Batu Lunak harus mencakup


galian pada batuan yang mempunyai tekan
tekan uniaksial 300 - 400 kg/cm' sesuai
dengan ASTM 07012 dan menurut
pendapat Direksi Pekerjaan tidak dapat
dilakukan dengan menggunakan excavator
bucket biasa, namun tidak memerlukan
pemboran (drilling) atau peledakan seperti
halnya galian batu, dan cukup menggunakan
excavator bucket yang dilengkapi dengan
kuku baja khusus, jenis penetration plus tip
dengan kuat leleh 10.200 kg/cm\1.000
MPa).

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


Galian Batu Lunak harus mencakup
galian pada batuan yang mempunyai tekan
tekan uniaksial 300 - 400 kg/cm' sesuai
RINGKASAN SPESIFIKASIdenganUMUM ASTM 07012 dan menurut
pendapat Direksi Pekerjaan tidak dapat
KEGIATAN PENANGANAN JALANdilakukan
DAN JEMBATAN
dengan menggunakan excavator
bucket biasa, namun tidak memerlukan
pemboran (drilling) atau peledakan seperti
halnya galian batu, dan cukup menggunakan
No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI excavator bucket yang
PERSYARATAN dilengkapi dengan
PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU
kuku baja khusus, jenis penetration plus tip
dengan kuat leleh 10.200 kg/cm\1.000
MPa).

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

3.1.2 Galian Batu Galian batu harus mencakup galian


bongkahan batu, beton dengan volume 1
meter kubik atau lebih dan seluruh batu atau
bahan lainnya yang menurut Direksi
Pekerjaan adalah tidak praktis menggali
tanpa penggunaan alat bertekanan udara
atau pemboran (drilling), dan peledakan.
Galian ini tidak termasuk galian yang
menurut Direksi Pekerjaan dapat dibongkar
dengan penggaru (ripper) tunggal yang
ditarik oleh traktor dengan berat maksimum
15 ton dan tenaga kuda neto maksimum
sebesar 180 PK (Tenaga Kuda).

3.1.3 Galian Struktur Galian Struktur mencakup galian pada


segala jenis tanah dalam batas pekerjaan
yang disebut atau ditunjukkan dalam
Gambar untuk Struktur. Setiap galian yang
didefinisikan sebagai Galian Biasa atau
Galian Batu atau Galian Perkerasan Beton
tidak dapat dimasukkan dalam Galian
Struktur.

3.1.3a Galian Struktur Terbatas Galian Struktur terbatas untuk galian


lantai beton pondasi jembatan, tembok
penahan tanah beton, dan struktur beton
pemikul beban lainnya selain yang disebut
dalam Spesifikasi ini. Pekerjaan galian
struktur juga meliputi: penimbunan kembali
dengan bahan yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan; pembuangan bahan galian
yang tidak terpakai; semua keperluan
drainase, pemompaan, penimbaan,
penurapan, penyokong; pembuatan tempat
kerja atau cofferdam beserta
pembongkarannya.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


Galian Struktur terbatas untuk galian
lantai beton pondasi jembatan, tembok
penahan tanah beton, dan struktur beton
RINGKASAN SPESIFIKASIpemikulUMUM
beban lainnya selain yang disebut
dalam Spesifikasi ini. Pekerjaan galian
KEGIATAN PENANGANAN JALANstruktur
DAN JEMBATAN
juga meliputi: penimbunan kembali
dengan bahan yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan; pembuangan bahan galian
yang tidak terpakai; semua keperluan
No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN
drainase, pemompaan,PELAKSANAAN
penimbaan, PENGENDALIAN MUTU
penurapan, penyokong; pembuatan tempat
kerja atau cofferdam beserta
pembongkarannya.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

3.1.6 Galian Perkerasan Beraspal Galian Perkerasan Beraspal mencakup


galian pada perkerasan beraspal Jama dan
pembuangan bahan perkerasan beraspal
dengan maupun tanpa Cold Milling Machine
(mesin pengupas perkerasan beraspal tanpa
pemanasan) seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

3.1.8 Galian Perkerasan Berbutir Galian Perkerasan Berbutir mencakup galian


pada perkerasan berbutir lama dan
pembuangan bahan perkerasan berbutir
yang tidak terpakai seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

3.1.9 Galian Perkerasan Beton Galian Perkerasan Beton mencakup galian


pada perkerasan beton lama dan
pembuangan bahan perkerasan beton yang
tidak terpakai seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

Pemanfaatan kembali bahan galian ini harus


mendapat persetujuan terlebih dahulu oleh Direksi
Pekerjaan sebelum bahan ini dipandang cocok untuk
proses daur ulang. Material lama bekas galian harus
diatur penggunaan/penempatannya oleh Direksi
Pekerjaan.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

2) Pekerjaan Seksi Lain yang ber Seksi : 1.5; 1.8; 1.9; 1.11; 1.17; 1.19; 2.1; Seksi : 1.5; 1.8; 1.9; 1.11; 1.17; 1.19; 2.1; Seksi : 1.5; 1.8; 1.9; 1.11; 1.17; 1.19; 2.1;
kaitan dengan Seksi ini 2.3; 2.4; 3.2; 3.3; 7.1; 7.9; 7.15; 8.1; 8.2; 10.2 2.3; 2.4; 3.2; 3.3; 7.1; 7.9; 7.15; 8.1; 8.2; 10.2 2.3; 2.4; 3.2; 3.3; 7.1; 7.9; 7.15; 8.1; 8.2; 10.2

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

3) Toleransi Dimensi a) Kelandaian akhir, garis dan formasi


sesudah galian selain galian perkerasan
beraspal dan/atau perkerasan beton
tidak boleh berbeda lebih tinggi dari 2 cm
atau lebih rendah 3 cm pada setiap titik,
dan 1 cm pada setiap titik untuk galian
bahan perkerasan lama.

b) Pemotongan permukaan lereng yang


telah selesai tidak boleh berbeda dari
garis profil yang disyaratkan melampaui
10 cm untuk tanah dan 20 cm untuk
batu di mana pemecahan batu
yang berlebihan tak dapat
terhindarkan.

c) Permukaan galian tanah maupun


batu yang telah selesai dan terbuka
terhadap aliran air permukaan harus
cukup rata dan harus memiliki cukup
kemiringan untuk menjamin pengaliran
air yang bebas dari permukaan itu tanpa
terjadi genangan.

11) Penggunaan dan Pembuang Penyedia Jasa hams bertanggungjawab


terhadap seluruh pengaturan dan biaya
an Bahan Galian yang diperlukan untuk pembuangan bahan
galian yang tidak terpakai atau yang tidak
memenuhi syarat untuk bahan
timbunan, termasuk pembuangan bahan
galian yang diuraikan dalam Pasal 3.1.1
8) a) ii) dan iii), juga termasuk
pengangkutan hasil galian ke tempat
pembuangan akhir dan perolehan ijin dari
pemilik atau penyewa tanah dimana
pembuangan akhir tersebut akan dilakukan.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


Penyedia Jasa hams bertanggungjawab
terhadap seluruh pengaturan dan biaya
yang diperlukan untuk pembuangan bahan
RINGKASAN SPESIFIKASIgalian UMUM
yang tidak terpakai atau yang tidak
memenuhi syarat untuk bahan
KEGIATAN PENANGANAN JALANtimbunan,
DAN JEMBATANtermasuk pembuangan bahan
galian yang diuraikan dalam Pasal 3.1.1
8) a) ii) dan iii), juga termasuk
pengangkutan hasil galian ke tempat
No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI pembuangan akhir danPELAKSANAAN
PERSYARATAN perolehan ijin dari PENGENDALIAN MUTU
pemilik atau penyewa tanah dimana
pembuangan akhir tersebut akan dilakukan.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

SEKSI 3.2 TIMBUNAN


3.2.1 Umum
1) Uraian a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan
berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan,
untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur
dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk
membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis,
kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

b) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam


Seksi ini harus dibagi menjadi tigajenis, yaitu
Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, dan Timbunan
Pilihan Berbutir di atas Tanah Rawa.

2) Pekerjaan Seksi Lain yang ber Seksi : 1.5; 1.8; 1.9; 1.11; 1.17; 1.19; 2.4; Seksi : 1.5; 1.8; 1.9; 1.11; 1.17; 1.19; 2.4; Seksi : 1.5; 1.8; 1.9; 1.11; 1.17; 1.19; 2.4;
kaitan dengan Seksi ini 3.1; 3.3; 7.1; 7.9; 10.2 3.1; 3.3; 7.1; 7.9; 10.2 3.1; 3.3; 7.1; 7.9; 10.2

3) Toleransi Dimensi a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah


pemadatan harus tidak lebih tinggi dari 2
cm atau lebih rendah 3 cm dari yang
ditentukan atau disetujui.

b) Seluruh permukaan akhir timbunan


yang terekspos harus cukup rata dan
harus memiliki kelandaian yang
cukup untuk menjamin aliran air
permukaan yang bebas.

c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak


boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari
garis profil yang ditentukan.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU


Permukaan akhir lereng timbunan tidak
boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari
garis profil yang ditentukan.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

d) Timbunan selain dari Lapisan


Penopang diatas tanah lunak tidak
boleh dihampar dalam lapisan dengan
tebal padat lebih dari 20 cm atau
dalam lapisan dengan tebal padat kurang
dari 10 cm.

4) Standar Rujukan Standar Nasional Indonesia (SNI) Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar
atau dipadatkan sewaktu hujan, dan
SNI 03-6371-2000 $ Tata Cara Pengklasifikasian Tanah
pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah
dengan Cara Unifikasi
hujan atau bilamana kadar air bahan berada
di luar rentang yang disyaratkan dalam Pasal
SNI 03-6795-2002 3.2.3.(3).(b). Semua permukaan timbunan $ Metode Pengujian untuk Menentukan
yang belum terpadatkan harus digaru dan Tanah Ekspansif
dipadatkan dengan cukup untuk memperkecil
SNI 03-6797-2002 penyerapan air atau harus ditutup dengan $ Tata Cara Klasifikasi Tanah dan
lembaran plastik pada akhir kerja setiap hari Campuran Tanah Agregat untuk
danjuga ketika akan turun hujan lebat. Konstruksi Jalan

$ Cara Uji Kepadatan Ringan untuk Tanah.


SNI 1742 : 2008

SNI 1743 : 2008 $ Cara Uji Kepadatan Berat untuk Tanah.


SNI 1966 : 2008 $ Cara Uji Penentuan Batas Plastis
dan Indeks Plastisitas Tanah.
SNI 1967 : 2008 $ Cara Uji Penentuan Batas Cair utk Tanah.
SNI 3423 : 2008 $ Cara Uji Analisis Ukuran Butir Tanah.
SNI 2828 : 2011 $ Cara Uji Densitas Tanah Di Tempat
(Lapangan) Dengan Alat Konus.

SNI 1744 : 2012 $ Metode Uji CBR Laboratorium.

3.2.2 Bahan
Sumber Bahan Sesuai dengan Seksi 1.11 "Bahana dan Penyimpanan" Bahan tirnbunan hams dipilih dari sumber
bahan yang disetujui

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU


Bahan tirnbunan hams dipilih dari sumber
bahan yang disetujui
dari Spesifikasi ini

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

3.2.1 Timbunan Biasa b) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk a) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai $ Elevasi Desain Sub Grade
tanah yang berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan timbunan biasa harus terdiri dari bahan
sebagai galian tanah atau bahan galian batu yang $ Job Mix Formula Material
disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai $ Pengujian Material / 1000 m3
bahan yang memenuhi syarat untuk
$ A-7-6 menurut SNI-03-6797-2002 (AASHTOM145) digunakan * Analisa ayakan = 1 X
* Indeks Plastis = 1 X
$ Nilai CBR ≥ 6 % (> tanah dasar) $ Bila penggunaan tanah yang * Pemadatan = 1X
berplastisitas tinggi tidak dapat
$ Nilai Active / Expansive maksimum 1,25 derajat dihindarkan, bahan tersebut harus * CBR = 1X
Pengembangan yang diklasifikasikan AASHTO T258 digunakan hanya pada bagian dasar dari
timbunan atau pada penimbunan kembali $ Field Density Test ( Sand Cone )
yang tidak memerlukan daya dukung atau
$ "very high" atau "extra high" tidak boleh kekuatan geser yang tinggi. interval jarak 100 m panjang
digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif
adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas I PI -
(SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung
(SNI 03-3422-1994). $ Systim pemadatan dilakukan dengan
cara lapis demi lapis dan tebal lapisan
30 cm maksimum
$ (CBRsetelah perendaman 4 hari bila dipadatkan 100
% kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang
ditentukan oleh SNI 03-1742-1989). $ Tanah plastis tinggi sama sekali tidak
boleh digunakan pada 30 cm lapisan
langsung di bawah bagian dasar
perkerasan atau bahu jalan atau tanah
dasar bahu jalan.

$ Alat Pemadat
* Vibro Roller
* Seafood Roller
* Tandem Roller

$ Pembentukan Badan Jalan (Sub Grade)

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

* Greader

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

3.2.2 Timbunan Pilihan $ Dalam segala ha!, seluruh timbunan pilihan harus, $ Systim pemadatan dilakukan dengan $ Elevasi Desain Sub Grade
bila diuji sesuai dengan SNI 03-1744-1989, memiliki cara lapis demi lapis dan tebal lapisan
CBR paling sedikit 10.% setelah 4 hari 30 cm maksimum $ Job Mix Formula Material
perendaman bila dipadatkan sampai 100.%
kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI $ Alat Pemadat $ Pengujian Material / 1000 m3
1742:2008
* Vibro Roller * Analisa ayakan = 1 X

$ Indeks Platisitas maksimum = 6 % * Seafood Roller * Indeks Plastis = 1X


$ Kepadatan (Field Density ) : * Tandem Roller * Pemadatan = 1X
* 100 % u / tebal lapisan < 30 cm * CBR = 1X
* 95 % u / tebal Lapisan berikutnya > 30 cm $ Pembentukan Badan Jalan (Sub Grade)
* Greader $ Field Density Test ( Sand Cone )
interval jarak 100 m panjang

3.2.3 Timbunan Pilihan Berbutir $ Timbunan Pilihan Berbutir diperuntukan di atas : $ Systim pemadatan dilakukan dengan $ Elevasi Desain Sub Grade
cara lapis demi lapis
* Tanah Lunak dengan CBR < 2 % $ Job Mix Formula Material
* Tanah Rawa $ Alat Pemadat $ Pengujian Material / 1000 m3
* Vibro Roller * Analisa ayakan = 1 X
$ Indeks Platisitas = 6 % Maksimum * Seafood Roller * Indeks Plastis = 1X
* Tandem Roller * Pemadatan = 1X
$ Kepadatan ( Field Density ) : $ Pembentukan Badan Jalan (Sub Grade) * CBR = 1X
* 100 % U / tebal lapisan < 30 cm * Greader
* 95 % u / tebal Lapisan berikutnya > 30 cm $ Lapisan penopang dapat dihampar $ Field Density Test ( Sand Cone )
satu lapis atau beberapa lapis dengan
tebal antara 0,5 sampai 1,0 meter interval jarak 100 m panjang
sesuai dengan kondisi lapangan yg telah
disetujui

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

Pemadatan Timbunan Pemadatan timbunan tanah hams dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum
sampai 1 % di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang
diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

SEKSI 3.3 PENYIAPAN BADAN JALAN


3.3.1 Umum
1) Uraian a) Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan
pemadatan permukaan tanah dasar atau permukaan
jalan kerikil lama untuk penghamparan Lapis Pondasi
Agregat, Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal,
Lapis Pondasi Semen Tanah atau Lapis Pondasi
Beraspaldi daerah jalur lalu lintas (termasuk jalur
tempat perhentian dan persimpangan) yang tidak
ditetapkan sebagai Pekerjaan Pengembalian
Kondisi dan di daerah bahu jalan baru yang bukan
diatas timbunan baru akibat pelebaran lajur lalu lintas.

b) Menurut Seksi dari Spesifikasi ini pembayaran


tidak boleh dilakukan terhadap Pengembalian
Kondisi Perkerasan Lama yang diuraikan dalam
Seksi 8.1 maupun Pengembalian Kondisi Bahu Jalan
Lama pada Jalan Berpenutup Aspal yang diuraikan
dalam Seksi 8.2.

2) Pekerjaan Seksi Lain yang Seksi : 1.8; 1.9; 1.17; 1.19; 3.1; 3.2; 4.1; 4.2 Seksi : 1.8; 1.9; 1.17; 1.19; 3.1; 3.2; 4.1; 4.2 Seksi : 1.8; 1.9; 1.17; 1.19; 3.1; 3.2; 4.1; 4.2
Berkaitan dengan Seksi Ini 5.1; 5.2; 5.4; 6.3; 8.1; 8.2; 10.2 5.1; 5.2; 5.4; 6.3; 8.1; 8.2; 10.2 5.1; 5.2; 5.4; 6.3; 8.1; 8.2; 10.2

3) Toleransi Dimensi a) Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak


boleh lebih tinggi 2 centi meter atau lebih
rendah 3 centi meter dari yang
disyaratkan atau disetujui.

b) Seluruh permukaan akhir harus cukup


halus dan rata serta memiliki
kelandaian yang cukup, untuk menjamin
berlakunya aliran bebas dari air
permukaan.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

4) Standar Rujukan Standar rujukan yang relevan Pasal 3.2.1.(4) Spec ini

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

SEKSI 3.4 PEMBERSIHAN PENGUPASAN DAN


PEMOTONGAN POHON
3.4.1 Umum
1) Uraian a) Pembersihan dan pengupasan lahan
harus terdiri dari pembersihan semua
pohon dengan diameter lebih kecil
dari 15 cm pohon-pohon yang
tumbang, halangan-halangan, semak-
semak, tumbuh-tumbuhan lainnya,
sampah, dan semua bahan yang tidak
dikehendaki, dan harus termasuk
pembongkaran tunggul, akar dan
pembuangan semua ceceran bahan yang
diakibatkan oleh pembersihan dan
pengupasan

b) Pemotongan pohon yang dipilih harus


terdiri dari pemotongan semua pohon
yang ditunjukkan dalam Gambar atau
ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan
dengan diameter 15 cm atau lebih
yang diukur satu meter diatas
permukaan tanah. Pekerjaan ini harus
termasuk tidak hanya penyingkiran dan
pembuangan sampai dapat diterima
oleh Direksi Pekerjaan atas setiap pohon
tetapi juga tunggul dan akar-akamya

$ Pada daerah galian, semua tunggul


dan akar harus dibuang sampai
kedalaman tidak kurang dari 50 cm di
bawah permukaan akhir dari tanah dasar.

$ Pada daerah di bawah timbunan, harus


dibuang sampai kedalaman sekurang-
kurangnya 30 cm di bawah permukaan
tanah asli
BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3
RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU


Pada daerah di bawah timbunan, harus
dibuang sampai kedalaman sekurang-
kurangnya 30 cm di bawah permukaan
tanah asli

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

SEKSI 3.5 GEOTEKSTIL


3.5.1 Umum
1) Uraian a) Spesifikasi ini merupakan spesifikasi bahan
geotekstil filter

b) Spesifikasi ini memberikan nilai-nilai sifat fisik,


mekanis dan ketahanan

c) Spesifikasi ini ditujukan untuk menjamin kualitas


dan kinerja geotekstil yang baik

d) Persyaratan kuat tarik geotekstil dalam


spesifikasi ini dipertimbangkan berdasarkan daya
bertahan (survivability) geotekstil terhadap tegangan
yang terjadi pada saat pemasangan.

2) Standar Rujukan a) Standar Nasional Indonesia (SNI)


1 SNI 3423:2008 1 Cara Uji Analisa UkuranButiran Tanah
2 SNI 1966:2008 2 Batas Plastis & Indeks Plastis Tanah
3 SNI 1742:2008 3 Kepadatan Ringan untuk Tanah
4 RSNI M-01-2005 4 Beban Putus & Elongasi pada Geotekstil
(ASTM O4632) Dengan Metode Grab
5 SNI 08-6511-2001 atau (ASTM O4491) 5 Geotekstil Cara Uji Daya Tembus Air
6 SNI 08-4644-1998 6 Cara Uji Kekuatan Sobek Geotekstil
(ASTM O4533) Cara Trapesium
7 SNI 08-4419-1997 7 Cara Pengambilan Contoh Geotekstil
(ASTM O4354) untuk Pengujian
8 SNI 08-4418-1997 atau (ASTM D4751) 8 Cara Uji Ukuran Pori-pori Geotekstil
9 SNI 08-0264-1989 9 Pengujian Identifikasi Serat Bahan Tekstil

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

(ASTM O276)

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

b) AASHTO
1 AASHTO M 288-06 1 Geotextile Spesification for Highway
Applications
c) ASTM
1 ASTM D123 1 Standard Terminology Relating to Textiles
2 ASTM D4355 2 Test Method for Deterioration of Geotex
tile from Exposure to Ultraviolet Light and
Water (Xenon Arc type Apparatus)
3 ASTM D4439 3 Terminology for Geosynthetics

3.5.2 Bahan
1) Persyaratan Fisik Geotekstil a) Serat (fiber) yang digunakan untuk membuat a) Geotekstil Separator 1) Tabel 3.5.2.(1)
geotekstil
Deskripsi: spesifikasi ini sesuai untuk Persyaratan Kekuatan Geoteksil
geotekstil yang berfungsi untuk
* Bahan Polimer Sintetik mencegah teijadinya pencampuran antara 2) Tabel 3.5.2.(2)
* ≥ 95 % berat poliolefin atau poliester Serat dan Tali tanah dasar dengan agregat penutupnya Persyaratan Geotekstil untuk Drainase
(lapis pondasi bawah, lapis pondasi, Bawah Permukaan
timbunan pilihan dan sebagainya).
b) Fungsi geotekstil sebagai pemisah (separator) sesuai Spesifikasi ini juga dapat digunakan untuk 3) Tabel 3.5.2.(3)
untuk struktur perkerasan yang dibangun di atas kondisi selain di bawah perkerasan
tanah dengan nilai CBR sama atau lebih dari 3 jalan dimana diperlukan pemisahan Persyaratan Geoteksil Separator
(CBR ≥ 3) atau kuat geser lebih dari sekitar 90 antara dua bahan yang berbeda tetapi 4) Tabel 3.5.2.(4)
kPa. Aplikasi separator sesuai untuk kondisi tanah dengan ketentuan bahwa penanganan
rembesan air (seepage) melalui geotekstil Persyaratan Derajat Daya Bertahan
dasar yang tak jenuh.
bukan merupakan fungsi yang utama. (Survivability)

Fungsi geotekstil untuk stabilisasi sesuai untuk


c) struktur perkerasan yang dibangun di atas tanah 5) Tabel 3.5.2.(5)
dengan nilai California Bearing Ratio antara I dan 3
(I < CBR < 3) atau kuat geser antara 30 kPa dan 90
kPa.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN Fungsi geotekstil


PERSYARATAN untuk SPESIFIKASI
stabilisasi sesuai untuk PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU
struktur perkerasan yang dibangun di atas tanah
dengan nilai California Bearing Ratio antara I dan 3
(I < CBR < 3) atau kuat geser antara 30 kPa dan 90
b) Geotekstil Stabilisator Persyaratan Geoteksil untuk Stabilisasi
kPa.
Spesifikasi ini dapat digunakan untuk 6) Tabel 3.5.2.(6)
aplikasi geotekstil pada kondisi basah
dan jenuh air yang berfungsi ganda Ketentuan Tumpang Tindih (Overlap)
yaitu sebagai pemisah dan penyaring
atau filter.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

DIVISI. 4 PELEBARAN PERKERASAN


DAN BAHU JALAN
SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN
4.1.1 Umum
1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup penambahan
lebar perkerasan lama sampai lebar jalur lalu
lintas yang diperlukan dalam rancangan yang
ditunjukkan pada gambar atau petunjuk Direksi

b) Pelebaran perkerasan harus dilaksanakan


seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.
Penentuan pelebaran perkerasan apakah satu
sisi maupun dua sisi harus dilakukan dengan
mempertimbangkan Ruang Milik Jalan
(Rumija) yang tersedia bangunan tetap dan
lingkungan yang ada termasuk pembebasan tanah
(jika ada)

c) Bilamana alinyemenjalan lama tidak memenuhi


ketentuan minimum dari fungsi jalan tersebut
(arteri, kolektor, dan lokal), maka pelebaran
perkerasan harus dilaksanakan dengan
perbaikan alinyemen sedemikian hingga
sumbu jalan menjadi lebih lurus dan lengkung
pada tikungan maupun pada puncak tanjakan
dapat dikurangi.

2) Pekerjaan Seksi Lain yang ber Seksi : 1.8; 1.9; 1.17; 1.19; 3.1; 3.3; 4.2; 5.1 Seksi : 1.8; 1.9; 1.17; 1.19; 3.1; 3.3; 4.2; 5.1 Seksi : 1.8; 1.9; 1.17; 1.19; 3.1; 3.3; 4.2; 5.1
kaitan dengan Seksi ini 5.4; 6.1; 6.2; 6.3; 6.4; 6.5; 6.6; 8.1; 8.2; 8.3 5.4; 6.1; 6.2; 6.3; 6.4; 6.5; 6.6; 8.1; 8.2; 8.3 5.4; 6.1; 6.2; 6.3; 6.4; 6.5; 6.6; 8.1; 8.2; 8.3

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

3) Toleransi Dimensi a) Ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 5.1


untuk Lapis Pondasi Agregat dan Seksi 5.4
untuk Lapis Pondasi Semen Tanah, harus
berlaku.

4) Standar Rujukan $ Ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 5.1


untuk Lapis Pondasi Agregat, Seksi 5.4 untuk
Lapis Pondasi Semen Tanah, dan Seksi 6.3
untuk Campuran Aspal Panas harus berlaku,
sesuai dengan bahan yang bersangkutan. Pada
pelebaran yang sempit sesuai Seksi 4.1.3.(4).
dan rentang tebal lapis yang diijinkan pada
setiap penghamparan, harus memperhatikan
kemampuan alat pemadat (Roller) dan memenuhi
kriteria bahan yang digunakan.

4.1.2 Bahan $ Pekerjaan pelebaran perkerasan akan


dilaksanakan dengan menggunakan timbunan
(bila ditunjukkan dalam Gambar), Lapis Pondasi
Agregat atau Lapis Pondasi Semen Tanah, dan
Lapisan Beraspal, bersama dengan Lapis
Resap Pengikat yang diperlukan, seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar, atau sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Bahan
tersebut harus memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam Seksi 3.2, 5.1, 5.4, 6.1 dan
6.3 dari Spesifikasi Umum, yang berlaku sesuai
dengan bahan yang bersangkutan.

4.1.3 Persiapan untuk Pelebaran Per- a) Galian untuk Pelebaran Perkerasan harus $ Pelebaran praktis minimim ; $ Bahan galian tidak boleh digunakan
mampu menyediakan ruang gerak yang cukup kembali sebagai bahan untuk pekerjaan
kerasan untuk alat penggilas (roller) normal untuk * Lebar pelebaran perkerasan permukaan Pelebaran Perkerasan.
1) Lebar Galian dan Penggalian memadatkan badan jalan (sub-grade). Lehar dan perkerasan pondasi agregat 1,2 m
galian untuk pelebaran selebar 1,2 m
Bahan yang Ada dipandang sebagai pelebaran praktis minimum.
Detail pelebaran akan ditunjukkan dalam Gambar

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN
Galian untuk Pelebaran Perkerasan harus
mampu menyediakan ruang gerak yang cukup
untuk alat penggilas (roller) normal untuk
No JENIS PEKERJAAN memadatkan badan jalanSPESIFIKASI
PERSYARATAN (sub-grade). Lehar PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU
galian untuk pelebaran selebar 1,2 m
dipandang sebagai pelebaran praktis minimum.
Detail pelebaran akan ditunjukkan dalam Gambar

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

2) Pencampuran Bahan Berbutir $ Pencampuran di tempat antara bahan berbutir yang baru dengan lama umumnya tidak diperkenankan. Meskipun demikian, bilamana bahu
jalan lama tampak atau diketahui terbuat dari bahan agregat yang baik, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan Penyedia Jasa
yang Baru dan Lama menggali lubang uji (test pit) untuk memastikan mutu bahu jalan lama dan selanjutnya dapat menyetujui penggaruan bahan yang ada
hingga kedalaman rancangan, dicampur dengan bahan yang baru sebagaimana diperlukan dan dipadatkan kembali. Bilamana telah
dilaksanakan dengan cara ini, Pekerjaan Pelebaran Perkerasan tetap harus memenuhi semua toleransi dimensi dan mutu yang
disyaratkan dalam Seksi ini.

3) Pemangkasan Tepi Jalur $ Tepi perkerasan jalur lalu lintas yang terekspos harus dipangkas sampai mencapai bahan
yang keras (sound), yang tidak lepas atau retak atau ketidakstabilan lainnya, untuk
Lalu Lintas membentuk permukaan vertikal yang bersih, memenuhi ketentuan dalam Pasal

4) Lebar Pekerjaan Pelebaran a) setiap lapisan yang dihampar bertangga a) Lebar pelebaran perkerasan harus
terhadap lapisan di bawahnya atau terhadap cukup untuk pelebaran jalur lalu lintas
perkerasan lama. Susunan bertangga ini sesuai dengan lebar rancangan,
diperlukan untuk memungkinkan penggilasan sebagaimana yang ditunjukkan dalam
yang sedikit ke luar dari tepi hamparan dan Gambar
untuk memperoleh daya dukung samping yang
memadai, dan harus dibuat berturut-turut
selebar 5 cm untuk setiap pelapisan (overlay)
yang dihampar.

5) Penyiapan Bentuk Permukaan a) Formasi galian pada lokasi Pelebaran


Perkerasan harus disiapkan, dipadatkan dan
diuji sebagaimana disyaratkan untuk Penyiapan
Badan Jalan dalam Seksi 3.3 dari Spesifikasi
Umum.

6) Penebangan Pohon untuk $ Penebangan pohon hanya akan dilaksanakan


bilamana mutlak diperlukan untuk pelaksanaan
Pelebaran Jalan pelebaran jalan, baik pada jalur lalu lintas
maupun pada bahu jalan. Pohon-pohon yang
sudah ditebang harus diganti dengan cara
penanaman pohon baru di daerah berm (di luar
bahu jalan).

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
Penebangan pohon hanya
KEGIATAN akan dilaksanakan
PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN
bilamana mutlak diperlukan untuk pelaksanaan
pelebaran jalan, baik pada jalur lalu lintas
maupun pada bahu jalan. Pohon-pohon yang
sudah ditebang harus diganti dengan cara
No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN
penanaman pohon baru diSPESIFIKASI
daerah berm (di luar PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU
bahu jalan).

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

4.1.4 Penghamparan dan Pemadatan


Bahan Pelebaran Perkerasan
1) Penghamparan dan Pemadatan a) Ketentuan yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.3 b) Bilamana Lapis Pondasi Agregat telah c) Frekuensi pengujian pengendalian
dalam Spesifikasi Umum harus berlaku kecuali dicampur dengan bahan lama, maka kepadatan dan kadar air paling sedikit
Lapis Pondasi Agregat bahwa frekuensi pengujian pengendalian mutu frekuensi minimum dari pengujian yang harus satu pengujian (SNI 03-2828-
harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga disyaratkan dalam (a) di atas harus 1992) untuk setiap 50 m pekerjaan
tidak kurang dari lima pengujian indeks diterapkan pada tiap bahan baru yang pelebaran pada masing-masing sisi dari
plastisitas (plasticity index), lima pengujian gradasi dibawa ke lapangan, dan sebagai tambahan jalan (jika diterapkan pelebaran dua
butiran, dan satu pengujian kepadatan kering harus diterapkan juga pada bahan yang sisi), diukur sepanjang sumbu jalan.
maksimum harus dilakukan untuk tiap 500 meter telah dicampur di lapangan. Untuk
kubik bahan yang dibawa ke lapangan. pengujian tambahan, Penyedia Jasa
harus mengambil contoh dari bahan yang
telah dicampur sampai kedalaman
rancangan pada lokasi yang ditunjukkan
oleh Direksi Pekerjaan.

2) Menproduksi, Menghampar, b) Alat pemadat kecil yang bermesin sendiri dapat a) Sebelum bahan dihampar, lapis resap $ Elevasi Desain dan tebal lapisan
digunakan bilamana lebar pekerjaan pelebaran pengikat yang sesuai harus disemprotkan
Memadatkan, dan Pengujian cukup untuk menampung seluruh lebar roda alat pada lapis pondasi yang sudah * Field Density Test ,
Bahan Perkerasan Pada pemadat. dipersiapkan dan lapis perekat yang interval jarak 50 m panjang
sesuai juga harus disemprot pada
Pekerjaan Pelebaran permukaan vertikal dari tepi perkerasan
Pengujian kepadatan dari bahan lapisan beraspal lama.
c) $ Pengujian Material / 500 m3
terhampar yang ditentukan dengan pengujian
benda uji inti (core), harus dilaksanakan dengan * Indeks Plastis = 5 X
frekuensi tidak kurang dari satu pengujian setiap b) Pada pelebaran yang agak sempit, * Gradasi Campuran = 5 X
50 m pekerjaan pelebaran untuk masing-masing penghamparan dapat dilakukan dengan
sisi jalan (jika diterapkan pelebaran dua sisi), cara manual, tetapi dalam batas-batas * Compaction = 1 X
diukur sepanjang sumbu jalan. temperatur seperti penghamparan dengan
mesin. Pemadatan harus dilakukan
menggunakan alat pemadat mekanis atau
alat pemadat bergerak bolak balik yang
disetujui.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
Pada pelebaran yang agak sempit,
KEGIATAN PENANGANAN JALANpenghamparan
DAN JEMBATANdapat dilakukan dengan
cara manual, tetapi dalam batas-batas
temperatur seperti penghamparan dengan
mesin. Pemadatan harus dilakukan
No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI menggunakan alat pemadat
PERSYARATAN mekanis atau
PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU
alat pemadat bergerak bolak balik yang
disetujui.

SEKSI 4.2 BAHU JALAN


4.2.1 Umum
1) Uraian Pekerjaan ini harus terdiri dari pemasokan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan bahan bahu jalan pada tanah dasar yang telah
disiapkan atau permukaan lainnya yang disetujui dan pelaburan (sealing) jika diperlukan, untuk pelaksanaan bahu jalan baru atau peningkatan
bahu jalan sesuai dengan garis, kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.

2) Pekerjaan Seksi Lain yang ber Seksi : 1.8; 1.9; 1.11; 1.17; 1.19; 3.3; 5.1; 5.3 Seksi : 1.8; 1.9; 1.11; 1.17; 1.19; 3.3; 5.1; 5.3 Seksi : 1.8; 1.9; 1.11; 1.17; 1.19; 3.3; 5.1
kaitan dengan Seksi ini 5.4; 6.1; 6.2; 6.3; 8.1; 8.2; 10.1; 10.2 5.4; 6.1; 6.2; 6.3; 8.1; 8.2; 10.1; 10.2 5.3; 5.4; 6.1; 6.2; 6.3; 8.1; 8.2; 10.1; 10.2

3) Toleransi Dimensi $ Bahu jalan dengan semen tanah tidak boleh a) Untuk bahu jalan dengan laburan aspal, $ Elevasi Desain dan tebal lapisan
berbeda > 10% dari elevasi rancangan toleransi elevasi dan kerataan yang
disyaratkan dalam Pasal 5.1.1.(3), harus * Field Density Test ,
berlaku. interval jarak 50 m panjang
$ Bahu jalan tanpa laburan aspal tidak boleh > 1,5 b) Untuk bahu jalan dengan perkerasan
cm di bawah atau diatas elevasi rancangan semen, toleransi elevasi dan kerataan yang
disyaratkan dalam Pasal 5.3.1.(3), harus $ Pengujian Material / 500 m3
berlaku. * Indeks Plastis = 5 X
$ Permukaan akhir bahu jalan tidak boleh lebih tinggi c) Untuk bahu jalan semen tanah, toleransi * Gradasi Campuran = 5 X
atau lebih rendah dari 1,0 cm thp tepi jalur lalu elevasi dan kerataan yang disyaratkan * Compaction = 1 X
lintas dalam Pasal 5.4.1.(3), harus berlaku.
d) Untuk bahu jalan dengan campuran
beraspal panas, toleransi elevasi dan
$ Lereng melintang tidak boleh bervariasi > 1,0 % kerataan yang disyaratkan dalam 6.3.1.(4)
dari lereng melintang rancangan
harus berlaku.
e) Untuk bahu jalan tanpa laburan aspal,
permukaan akhir yang telah dipadatkan
tidak boleh berbeda lebih dari 1,5 cm di
bawah atau di atas elevasi rancangan,
pada setiap titik.
BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3
RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI Untuk bahu jalan tanpa


PERSYARATAN laburan aspal,
PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU
permukaan akhir yang telah dipadatkan
tidak boleh berbeda lebih dari 1,5 cm di
bawah atau di atas elevasi rancangan,
pada setiap titik.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

f) Permukaan akhir bahu jalan, termasuk


setiap pelaburan atau perkerasan lainnya
yang dihampar diatasnya, tidak boleh lebih
tinggi maupun lebih rendah 1,0 cm terhadap
tepijalur lalu lintas yang bersebelahan.
g) Lereng melintang tidak boleh bervariasi
lebih dari 1,0 % dari lereng metintang
rancangan.

PELAKSANAAN DAN PEMADATAN a) Persiapan tempat untuk penghamparan


bahan-bahan bahu jalan, termasuk galian
pada bahan yang ada, pencampuran
bahan yang baru dan lama (bilamana
diijinkan oleh Direksi Pekerjaan),
pemangkasan tepi perkerasan pada jalur
lalu lintas lama, dan penyiapan formasi
sebelum bahan dipasang, harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
yang disyaratkan Pasal 8.1.3 dan Seksi
8.2 dari Spesifikasi ini.

b) Pelaksanaan bahan bahu jalan harus


memenuhi ketentuan yang disyaratkan
pada Pasal 5.1.3, 5.3.5, 5.4.5, 6.1.4, 6.2.5
dan 6.3.6 dari Spesifikasi ini, masing -
masing untuk Lapis Pondasi Agregat,
Perkerasan Beton, Lapis Pondasi Semen
Tanah, Lapis Resap Pengikat, Burtu dan
Campuran Beraspal Panas.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

DIVISI. 5 PERKERASAN BERBUTIR


SEKSI 5.1 LAPIS PONDASI AGGREGAT $ Kelas Lapis Pondasi Agregat
1 . LPA Kelas (A) Terdapat tiga kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat yaitu Kelas A, Kelas B dan Kelas S. Pada umumnya Lapis Pondasi Agregat
Kelas A adalah mutu Lapis Pondasi Atas untuk lapisan di bawah lapisan beraspal, dan Lapis Pondasi Agregat Kelas B adalah untuk
Lapis Pondasi Bawah. Lapis Pondasi Agregat Kelas S digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup.

$ Fraksi Agregat Kasar


Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm hams terdiri dari partikel atau pecahan batu yang keras dan awet yang memenuhi
persyaratan dalam Tabet 5.1.2.(2). Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan.

$ Fraksi Agregat Halus


Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya yang
memenuhi persyaratan dalam Tabet 5.1.2.(2).

Tabel 5.1.2.(1) Gradasi Lapis PondasiAgregat Tabel 5.1.2.(2) Sifat - sifat Lapis Pondasi Agregat

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

$ Memenuhi Gradasi Campuran, ( lihat Tabel 5.1.2. $ Tebal Pemadatan : $ Elevasi Desain dan tebal lapisan
(1 ) Spesifikasi mximum size 37,5 mm
Tebal minimum = 2 x tebal maksimum size $ Field Density Test
Aggregate.
$ Sifat-sifat Aggregate : Sand Cone dengan interval jarak masing-
masing maksimum 200 m
* Abrasi Test maksimum = 40 % * Tebal maksimum = 20 cm
* Indeks Plastis , maksimum = 6 $ Jenis Alat Pemadat : $ Job Mix Formula
* PI x Lolos no . 200, maks = 25 * Vibro Roller Pengujian Material / 1000 m3
* Batas Cair , maksimum = 25 * Tandem atau Tire Roller * Indeks Plastis = 5X
* Bagian yang lunak, maks = 5% $ Kadar Air Pemadatan : * Gradasi Campuran = 5 X
* C B R minimum = 90 % 3 % dibawah OMC atau 1 % ditas OMC * Compaction = 1X
$ Kepadatan lapangan $ Pemadatan dilaksanakan dari tepi dan * CBR = 1X
bergerak kearah sumbu jalan
Field Density Test = 100 % minimum
$ Pemadatan bagian super elevasi dimulai $ Stock Pile dari masing-masing
dari bagian sisi yang rendah bergerak
Fraksi material harus terpisah, tidak boleh
menuju sisi bagian yang lebih tinggi.
bercampur .

2 . LPA Kelas (B) $ Memenuhi Gradasi Campuran, ( lihat Tabel 5.1.2. $ Jenis Alat Pemadat : $ Field Density Test
(1 ) Spesifikasi mximum size 50 mm
* Vibro Roller Sand Cone dengan interval jarak masing-
masing maksimum 200 m
$ Sifat-sifat Aggregate : * Tandem atau Tire Roller
* Abrasi Test maksimum = 40 % $ Job Mix Formula
* Indeks Plastis , maksimum = 10 $ Kadar Air Pemadatan : Pengujian Material / 1000 m3
* Batas Cair , maksimum = 35 3 % dibawah OMC atau 1 % ditas OMC * Indeks Plastis = 5X
* Bagian yang lunak, maks = 5% * Gradasi Campuran = 5 X
* C B R minimum = 60 % $ Pemadatan dilaksanakan dari tepi dan * Compaction = 1X
bergerak kearah sumbu jalan
* CBR = 1X
$ Kepadatan lapangan $ Pemadatan bagian super elevasi dimulai $ Stock Pile dari masing-masing
dari bagian sisi yang rendah bergerak
Field Density Test = 100 % minimum Fraksi material harus terpisah, tidak boleh
menuju sisi bagian yang lebih tinggi.
bercampur .

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI Pemadatan


PERSYARATANbagian PELAKSANAAN
super elevasi dimulai PENGENDALIAN MUTU
dari bagian sisi yang rendah bergerak
Fraksi material harus terpisah, tidak boleh
menuju sisi bagian yang lebih tinggi.
bercampur .

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

3 . LPA Kelas (S) $ Memenuhi Gradasi Campuran, ( lihat Tabel 5.1.2. $ Jenis Alat Pemadat : $ Elevasi Desain dan tebal lapisan
(1 ) Spesifikasi mximum size 37,5 mm
* Vibro Roller
$ Sifat-sifat Aggregate : * Tandem atau Tire Roller $ Field Density Test
* Abrasi Test maksimum = 40 % Sand Cone dengan interval jarak masing-
masing maksimum 200 m
* Indeks Plastis , min = 4; max = 15 $ Kadar Air Pemadatan :
* Batas Cair , maksimum = 35 3 % dibawah OMC atau 1 % ditas OMC $ Job Mix Formula
* Bagian yang lunak, maks = 5% Pengujian Material / 1000 m3
* C B R minimum = 50 % $ Pemadatan dilaksanakan dari tepi dan * Indeks Plastis = 5X
bergerak kearah sumbu jalan
* Gradasi Campuran = 5 X
$ Kepadatan lapangan * Compaction = 1X
Field Density Test = 100 % minimum $ Pemadatan bagian super elevasi dimulai * CBR = 1X
dari bagian sisi yang rendah bergerak
menuju sisi bagian yang lebih tinggi.
$ Stock Pile dari masing-masing
Fraksi material harus terpisah, tidak boleh
bercampur .

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

SEKSI 5.2 PERKERASAN BERBUTIR TANPA


PENUTUP ASPAL

5.2.1 Umum
1) Uraian Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan bahan untuk pelaksanaan Perkerasan BerbutirTanpa
Penutup Aspal (Lapis Permukaan Agregat dan Lapis Pondasi Agregat) diatas permukan yang telah disiapkan dan diterima sesuai dengan ketentuan dan
detail yang ditunjukkan dalam Gambar atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan. Pemasokan bahan akan mencakup, jika perlu, pemecahan,
pengayakan, pencampuran dan operasi-operasi Jainnya yang diperlukan, untuk memperoleh bahan yang memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini.

2) Pekerjaan Seksi Lain yang ber Seksi : 1.8 ; 1.9 ; 1.11 ; 1.17 ; 1.19 ; 3.3 Seksi : 1.8 ; 1.9 ; 1.11 ; 1.17 ; 1.19 ; 3.3 Seksi : 1.8 ; 1.9 ; 1.11 ; 1.17 ; 1.19 ; 3.3
kaitan dengan Seksi ini 3.3 ; 4.1 ; 4.2 ; 10.1 ; 10.2 3.3 ; 4.1 ; 4.2 ; 10.1 ; 10.2 3.3 ; 4.1 ; 4.2 ; 10.1 ; 10.2

3) Toleransi Dimensi a) Tebal minimum tidak boleh kurang dari 1 cm terhadap


tebal yang disyaratkan.

b) Bila semua agregat yang Jepas dibuang, standar


kerataan dari permukaan yang padat hams sedemikian
rupa sehingga tidak satu titikpun pada permukaan
berbeda lebih dari 1 cm diukur dengan mistar lurus
sepanjang 3 m yang dipasang sejajar atau tegak lurus
pada sumbu jalan.

c) Ketidakrataan permukaan akhir tidak boleh menyebabkan


terjadinya kantong air.

d) Kecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan atau


diberikan secara detil dalam Gambar, Perkerasan
Berbutir Jalan Tanpa Penutup Aspal hams dilaksanakan
dengan lereng melintang atau punggungjalan sebesar 5 %
untuk daerah bukan superelevasi.

4) Standar Rujukan Standar Nasional Indonesia (SNl)

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

5.2.1 Bahan
1) Sumber Material Material Perkerasan Berbutir Jalan tanpa penutup aspal harus
dipilih dari sumber yang disetujui sesuai dengan Seksi 1.11
"Bahan dan Penyimpanan" dari Spesifikasi ini.

2) Ketentuan Sifat-sifat Bahan Bahan yang dipilih sebagai Lapis Permukaan Jalan
Tanpa Penutup Aspal harus memenuhi ketentuan di
bawah ini dan harus bebas dari gumpalan lempung,
bahan organik, atau bahan-bahan lain yang tidak
dikehendaki dan harus mempunyai mutu sedemikian rupa
sehingga dapat menghasilkan lapis permukaan yang keras dan
stabil.

a) Lapis Permukaan Jalan Tanpa Penutup Aspal


Agregat untuk Lapis Permukaan Jalan Tanpa Penutup Aspal dapat terdiri atas kerikil pecah, batu
pecah atau kerikil alam bulat yang memenuhi Spesifikasi Gradasi dalam Tabel 5.2.2.(1) di bawah ini.

Tabel 5.2.2.(1) Ketentuan Gradasi untuk


Lapis Permukaan Jalan Tanpa Penutup Aspal

Bilamana agregat kasar berasal dari kerikil maka untuk Lapis Permukan Jalan Tanpa Penutup Aspal
mempunyai 100 % berat agregat kasar dengan angularitas 95/90*.

*95190 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90%
agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN *95190 menunjukkan bahwa 95%


PERSYARATAN agregat kasar mempunyai mukaPERSYARATAN
SPESIFIKASI bidang pecah satu atau lebih dan 90%
PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU
agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

Tabet 5.2.2.(2) Sifat-sifat Bahan untuk


Lapis Permukaan Jalan Tanpa Penutup Aspal

$ Sifat-sifat Bahan : $ Tebal Pemadatan : $ Job Mix Formula


* Abrasi , maksimum = 40 % Tebal minimum = 2 x tebal maksimum size Pengujian Material / 1000 m3
Aggregate.
* Batas Cair, maksimum = 35 % * Indeks Plastis = 5X
* Indeks Plastis = 4 - 15 % * Tebal maksimum = 20 cm * Gradasi Campuran = 5 X
$ Jenis Alat Pemadat :
$ Kepadatan lapangan * Vibro Roller, Tandem atau Tire Roller
Field Density Test = 100 % minimum
$ Pemadatan dilaksanakan dari tepi dan
bergerak kearah sumbu jalan

$ Pemadatan bagian super elevasi dimulai


dari bagian sisi yang rendah bergerak
menuju sisi bagian yang lebih tinggi.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

SEKSI 5.3 PERKERASAN BETON SEMEN


5.3.1 Umum
1) Uraian Pekerjaan ini meliputi pembuatan Perkerasan Beton Semen (Perkerasan Kaku) dan Lapis Pondasi Bawah yang dilaksanakan sesuai dengan dengan
ketebalan dan bentuk penampang melintang seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2) Pekerjaan Seksi Lain yang ber Seksi : 1.8 ; 1.9 ; 1.11 ; 1.17 ; 1.19 ; 1.21 Seksi : 1.8 ; 1.9 ; 1.11 ; 1.17 ; 1.19 ; 1.21 Seksi : 1.8 ; 1.9 ; 1.11 ; 1.17 ; 1.19 ; 1.21
kaitan dengan Seksi ini 5.1 ; 5.4 ; 5.5 ; 7.1 ; 7.3 5.1 ; 5.4 ; 5.5 ; 7.1 ; 7.3 5.1 ; 5.4 ; 5.5 ; 7.1 ; 7.3

3) Toleransi Dimensi a) Ketentuan yang disyaratkan dalam Pasal 5.3.5.(12) harus


digunakan.

b) Ketentuan yang disyaratkan dalam Pasal 5.3.9 harus


digunakan.

4) Standar Rujukan a) Standar Nasional Indonesia (SNl)


b) AASHTO
c) ASTM

9) Pemasokan Beton Campuran Beton yang dipasok sebagai Campuran Siap Pakai (Ready Mix) oleh pemasok yang berada di luar
proyek harus memenuhi ketentuan SNI 03-4433-1997. Kecuali disebutkan lain dalam Kontrak maka
Siap Pakai (Ready Mix) "pembeli" dalam SNI 03-4433-1997 haruslah Penyedia Jasa. Syarat-syarat Umum dari Kontrak dan
ketentuan-ketentuan dari Spesifikasi Seksi 5.3 akan didahulukan dari pada SNI 03-4433-1997.
Penerapan SNI 03-4433-1997 tidak membebaskan Penyedia Jasa dari setiap kewajibannya dalam
Kontrak ini.

5.3.2 Bahan 1) Mutu Perkerasan Beton Semen

Bahan pokok untuk mutu perkerasan beton semen


harus sesuai dengan ketentuan Seksi 7 .1 dari
Spesifikasi ini, kecuali jika disebutkan lain dalam Seksi ini.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

2) Agregat Halus untuk Perkerasan Beton Semen

Agregat halus harus memenuhi SNI 03-6820-2002 dan


Pasal 7.1.2.(3) dari Spesifikasi selain yang disebutkan di
bawah ini. Agregat halus harus terdiri dari bahan
yang bersih, keras, butiran yang tak dilapisi apapun
dengan mutu yang seragam, dan harus :

a) Mempunyai ukuran yang lebih kecil dari ayakan ASTM No.


4 (4,75mm).

b) Sekurang-kurangnya terdiri dari 50% (terhadap berat) pasir


alam.

c) Jika dua jenis agregat halus atau lebih dicampur, maka


setiap sumber harus memenuhi ketentuan-ketentuan
dalam Seksi ini.

d) Setiap fraksi agregat halus buatan harus terdiri dari Tabel 5.3.2.(2) Sifat - Sifat Agregat Kasar
batu pecah yang memenuhi Pasal 5.3.2.(3)dan haruslah
bahan yang non-plastisjika diuji sesuai SNI 1966: 2008.

Tabel 5.3.2.(1) Sifat - sifat Agregat Halus

Semen dan Abu Terbang Abu Terbang maksimum yang dapat digunakan adalah 25
% dari berat bahan pengikat hanya untuk pemakaian
Ordinary Portland Cement (OPC) Tipe I dan tidak dapat
digunakan untuk pemakaian semen tipe Portland
Composite Cement (PCC) dan Portland Pozzolana Cement
(PPC).

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

Abu Terbang maksimum yang dapat digunakan adalah 25


% dari berat bahan pengikat hanya untuk pemakaian
No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN
Ordinary Portland SPESIFIKASI
Cement (OPC) Tipe I dan tidak dapat PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU
digunakan untuk pemakaian semen tipe Portland
Composite Cement (PCC) dan Portland Pozzolana Cement
(PPC).

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

Beton $ Agregat kasar dan halus hams sesuai dengan Sifat-sifat campuran beton harus sesuai dengan tebel berikut ini :
ketentuan Seksi 7.1 dari Spesifikasi ini. Untuk
menentukan rasio agregat kasar dan agregat halus,
Tabel 5.3.2.(4) Parameter Keseragaman Beton
proporsi agregat halus hams dipertahankan seminimum
mungkin. Akan tetapi, sekurang-kurangnya 40% agregat
dalam campuran beton terhadap berat haruslah
agregat halus yang didefinisikan sebagai agregat yang
lolos ayakan 4,75 mm.

$ Agregat gabungan tidak boleh mengandung bahan yang


lebih halus dari 0,075 mm sebesar 2% kecuali bahan
pozolan. Penyedia Jasa boleh memilih agregat kasar
sampai ukuran maksimum 38 mm, asalkan : campuran
tersebut tidak mengalami segregasi; kelecakan yang
memadai untuk instalasi yang digunakan dapat dicapai
dan kerataan permukaan yang disyaratkan tetap dapat
dipertahankan.

Kekuatan Ketentuan minimum untuk kuat lentur pada umur 28


hari untuk Perkerasan Beton Semen diberikan dalam tabel
berikut ini

Tabel 5.3.2.(3) Kuat Lentur Minimum Untuk


Perkerasan Beton Semen

$ Pengambilan Benda Uji (Sampling)


Untuk tujuan dari Pasal 5.3.2 dan Pasal 5.3.10 ini, suatu lot akan didefinisikan sebagai
sampai 50 m3 untuk yang dibentuk dengan acuan bergerak dan sampai 30 m3 untuk
yang dibentuk dengan acuan tetap.

Untuk setiap lot, dua pasang benda uji balok harus dicetak untuk pengujian kuat lentur,
sepasang yang pertama untuk 7 hari dan sepasang lainnya pada umur 28 hari.
Bilamana hasil pengujian kuat lentur diatas tidak mencapai 90% dari kuat lentur yang
disyaratkan dalam Tabel 5.3.2.(3) maka pengambilan benda uji inti (core) di lapangan,
minimum 4 benda uji
BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3
RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI Untuk setiap lot, dua


PERSYARATAN pasang benda uji balok harus PENGENDALIAN
PELAKSANAAN dicetak untuk pengujian
MUTU kuat lentur,
sepasang yang pertama untuk 7 hari dan sepasang lainnya pada umur 28 hari.
Bilamana hasil pengujian kuat lentur diatas tidak mencapai 90% dari kuat lentur yang
disyaratkan dalam Tabel 5.3.2.(3) maka pengambilan benda uji inti (core) di lapangan,
minimum 4 benda uji

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

SEKSI 5.4 LAPIS PONDASI SEMEN TANAH


5.4.1 Umum
1) Uraian Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan Lapis Pondasi yang
terbuat dari tanah yang diambil dari daerah sekitarnya yang
distabilisasi dengan semen, di atas tanah dasar yang telah
disiapkan, termasuk penghamparan, pembentukan,
pemadatan, perawatan dan penyelesaian akhir

2) Pekerjaan Seksi Lain yang ber Seksi : 1.8 ; 1.9 ; 1.11 ; 1.17 ; 1.19 ; 3.1 ; 3.2 Seksi : 1.8 ; 1.9 ; 1.11 ; 1.17 ; 1.19 ; 3.1 ; 3.2 Seksi : 1.8 ; 1.9 ; 1.11 ; 1.17 ; 1.19 ; 3.1 ; 3.2
kaitan dengan Seksi ini 3.3 ; 6.1 ; 6.2 ; 6.3 ; 10.2 3.3 ; 6.1 ; 6.2 ; 6.3 ; 10.2 3.3 ; 6.1 ; 6.2 ; 6.3 ; 10.2

3) Toleransi Dimensi a) Toleransi dimensi untuk tanah dasar yang sudah d) Permukaan akhir dari lapisan teratas
disiapkan harus sesuai dengan Pasal 3 .3 .1.3. Lapis Pondasi Semen Tanah sudah
seharusnya mendekati ketinggian
b) Pada setiap pengukuran penampang melintang, tebal rancangan dan tidak boleh kurang dari
rata-rata setiap lapisan atau sejumlah lapisan dari Lapis satu sentimeter di bawah elevasi
Pondasi Semen Tanah, yang diukur dengan survei dan rancangan di titik manapun.
atau bend a uj i inti (core), tidak boleh 10 % lebih tebal
atau lebih tipis dari pada tebal yang sudah
dirancang atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan. e) Permukaan akhir Lap is Pondasi Semen
Tanah tidak boleh menyimpang lebih dari
2 cm dari mistar lurus sepanjang 3 m yang
c) Pada setiap pengukuran penampang melintang, tebal diletakkan di permukaan jalan sejajar
rata-rata Lapis Pondasi Semen Tanah yang sudah dengan sumbu jalan atau dari mal
selesai dengan kekuatan dan kehomogenan yang bersudut yang diletakkan melintang.
diterima, yang diukur dengan Scala Penetrometer
dan/atau pengujian dari benda uji inti (core), harus
sama atau lebih tebal dari pada tebal rancangan seperti f) Penyedia Jasa harus menyadari bahwa
yang ditunjukkan pada Gambar atau yang diperintahkan permukaan akhir dari lapisan teratas Lapis
oleh Direksi Pekerjaan. Pondasi Semen Tanah yang
tidak rata akan mengakibatkan
bertambahnya kuantitas campuran aspal
yang diperlukan untuk pelapisan agar
dapat memenuhi toleransi .

4) Standar Rujukan a) Standar Nasional Indonesia (SNl)

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

5.4.2 Bahan 1) Semen Portland


a) Semen yang harus digunakan untuk Lapis Pondasi $ Sebelum penambahan Semen Tanah $ Elevasi Desain dan ketebalan
Semen Tanah adalah Semen Portland Tipe I yang dihaluskan dulu, kecuali partikel batuan
memenuhi ketentuan SNI 15-2049-2004 atau semen tipe atau krikil, sehingga memenuhi ketentuan
lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. 100 % lolos ayakan 25 mm 75 % lolos
$ Field Density Test ,
ayakan no.4
2) Air interval jarak 100 m panjang
$ Air yang digunakan dalam Pekerjan haruslah air tawar, $ Setelah tercampur merata, penambahan
dan bebas dari endapan maupun larutan atau bahan air seperlunya menyamai Kadar Air
suspensi yang mungkin dapat merusak pembuatan Lapis Optimum dan batas atasnya harus 2 % dari $ Job Mix Formula
Pondasi Semen Tanah. kadar air optimum. Pengujian Material, dengan interval jarak
500 m :
3) Tanah $ Proses campuaran semen sampai dengan
pemadatan selesai dalam waktu 60
a) Sebelum penghalusan, tanah yang cocok digunakan menit . * UCS = 1 X
untuk Lapis Pondasi Semen Tanah harus sesuai dengan
ukuran partikel yang ditentukan di bawah ini dengan cara * CBR = 1 X
pengayakan basah: $ Tanah Dasar ( Sub Grade ) Nilai CBR = 6 * DCP pada lokasi pengambilan sampel
% minimum .
i) Ukuran paling besar dari partikel batu harus lebih kecil dari
75 mm.

ii) Kurang dari 50% melewati saringan No.200 dengan


pengayakan secara basah.
b) Bilamana diuji sesuai prosedur SNI 19-6426-2000, nilai
pH nya setelah berselang satu jam harus lebih besar
dari 12,2.

5.4.3 Campuran $ Rentan Kadar Cement 3 - 8 % dari berat tanah asli


$ Sifat-sifat Campuran :
* UCS Minimum = 20 kg/cm2 (SNI 03-6887-2002)
Target = 24 Kg/cm2
Maksimum = 35 Kg/cm2
* CBR Minimum = 100 % (SNJ 1744: 2012)
Target = 120 Kg/cm2
Maksimum = 200 Kg/cm2

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

$ Maximum Dry Density (MDD), Minimum = 95 %


$ Field Density Test , Minimum = 97 %

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

5.4.4 Percobaan Lapangan $ pembuatan lajur percobaan bahan Lapis


Pondasi Semen Tanah
(Field Trials)
* Diusulkan sepanjang = 200 m
denga tebal sesuai usulan pekerjaan.
* Diterapkan di luar lapangan (Proyek)

SEKSI 5.5 LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Semen Kelas A (Cement $ Karakteristik Lapis Pondasi Agregat $ Penentuan Kepadatan Laboratorium
Treated Base) dan Lapis Pondasi Agregat Semen Kelas B Semen
(CTB dan CTSB) (Cement Treated Sub-Base) ini meliputi penyediaan material, * Metode D, dipadatakan dalam 5 lapis
5.4.1 Umum pencampuran dengan alat pencampur berpenggerak * Ukuran agregat tertahan ayakan * Masing - masing lapisan ditumbuk
sendiri (self propelled mixer), pengangkutan,
1) Uraian penghamparan, pemadatan dengan roller, diatas 19 mm sebanyak 145 tumbukan
pembentukan permukaan (shaping), perawatan (curing) dan * Kuat tekan benda uji silinder diamater
penyelesaian (finishing), dan kegiatan insidentil yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi 150 mm dan tinggi 300 mm
agregat semen, sesuai dengan Spesifikasi, garis, $ Percobaan Lapangan (Field Trials)
kelandaian, ketebalan dan penampang melintang
sebagaimana tertera pada Gambar Rencana atau yang * Panjang = 50 m
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

* Tebal = instruksi Direksi Pekerjaan

$ Kadar Semen (CTB) =3-5%


$ Kadar Semen (CTSB) =4-6%
$ Persyaratan Kuat Tekan (unconfine compressive strength)
* Lapis Pondasi Agregat Semen Kelas A (CTB) umur 7 hr
45 - 55 Kg/cm2
* Lapis Pondasi Agregat Semen Kelas B (CTSB) umur 7 hr
35 - 45 kg/cm2
$ Lapisan yang dicampur ini harus 0,5 melebih lebar dari
perkerasan aspal pada setiap sisi perkerasan.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

DIVISI. 6 A. PERKERASAN ASPAL


SEKSI 6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS
PEREKAT

6.1.1 Umum
1) Uraian Lapis Resap Pengikat harus dihampar diatas permukaan pondasi tanpa bahan pengikat Lapis Pondasi Agregat, sedangkan Lapis Perekat harus dihampar
di atas permukaan berbahan pengikat (seperti : Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dan diatas Semen Tanah, RCC, CTB, Perkerasan Beton,
dll).

2) Pekerjaan Seksi Lain yang ber Seksi : 1.8 ; 1.9 ; 1.11 ; 1.17 ; 1.19 ; 4.1; 4.2 Seksi : 1.8 ; 1.9 ; 1.11 ; 1.17 ; 1.19 ; 4.1; 4.2 Seksi : 1.8 ; 1.9 ; 1.11 ; 1.17 ; 1.19 ; 4.1; 4.2
kaitan dengan Seksi ini 5.1 ; 5.4 ; 6.3 ; 6.5 ; 8.1; 8.2 5.1 ; 5.4 ; 6.3 ; 6.5 ; 8.1; 8.2 5.1 ; 5.4 ; 6.3 ; 6.5 ; 8.1; 8.2

3) Standar Rujukan 1. Standar Nasional Indonesia (SNl)


2. AASHTO
3. BS 3403

6.1.2 1 . LAPIS RESAP PENGIKAT $ Aspal Semen Pen 80/100 atau Pen 60/70, memenuhi $ Sebelum Prime Coat , permukaan lapisan $ Sertifikasi aspal dari pabrik
Base harus kering dan bersih dari bahan
( Prime Coat ) AASHTO M20. organik, dengan alat Air Compressor $ Kalibrasi dari semua Instrumen dan meteran
pengukur dan tongkat celup ukur untuk distributor
$ Perbandingan Pemakaian Minyak Tanah (Kerosen) aspal, diserahkan paling lambat 30 hari sebelum
* 80 pph s/d 85 pph bagian minyak, per 100 bagian $ Untuk Lapis Resap Pengikat, setelah proses pelaksanaan.
pengeringan, bahan aspal harus sudah
Aspal Semen kurang lebih Equivalent dengan meresap ke dalam lapis pondasi, $ Job Mix Formula (JMF)
viskositas aspal cair hasil kilang jenis (MC - 30) meninggalkan sebagian bahan aspal yang $ Standart takaran …… ltr/m2
dapat ditunjukkan dengan pennukaan
berwama hitam yang merata dan tidak $ Lakukan Evaluasi hasil percobaan
$ Rentang takaran pemakaian : berongga (porous). Tidak boleh dilaksanakan, $ pengujian selebar 25 cm x 25 cm yang terbuat
hujan atau mau hujan, angin kencang. dari lembaran resap yang bagian bawahnya
* 0,4 - 1,3 ltr/m2 untuk Lapis Pondasi Agregat kedap

* 0,2 - 1 ltr/m2 pada Soils Cement $ Jenis Alat


* Asphalt Distributor $ Kertas Resap dipasang 3 kertas berjarak sama
minimum 5 penampang melintang.
$ Lapis Resap Pengikat berumur 2 hari minimum, dan * Hand Sprayer
maksimum 14 hari

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

2 . LAPIS PEREKAT $ Tabel 6.1.4.(1) Takaran Pemakaian Lapis Perekat $ Jenis Alat $ Frekuensi pemanasan yang berlebihan atau
pemanasan yang berulang-ulang pada
( Tack Coat ) * Asphalt Distributor temperatur tinggi haruslah dihindari.
* Hand Sprayer
$ Bila diperintahkan, bahwa lintasan
penyemprotan bahan aspal hams satu lajur
$ Tabel 6.1.4.(2) Temperatur Penyemprotan atau setengah lebar jalan dan hams ada
bagian yang tumpang tindih (overlap) selebar
20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang
bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20
cm ini hams dibiarkan terbuka dan tidak boleh
ditutup oleh lapisan berikutnya.

SEKSI 6.2 LABURAN ASPAL


1 . SATU LAPIS ( BURTU )
2 . DUA LAPIS ( BURDA )

6.2.1 Umum Pekerjaan ini mencakup pelaksanaan pekerjaan pelaburan aspal (surface dressing) yang dapat terdiri dari laburan aspal satu atau dua lapis, setiap lapis
diberi pengikat aspal dan kemudian ditutup dengan butiran agregat (chipping). Pelaburan aspal (surface dressing) ini umumnya dihampar di atas Lapis
1) Uraian Pondasi Agregat Kelas A yang sudah diberi Lapis Resap Pengikat atau Lapis Pondasi Berbahan Pengikat Semen atau Aspal, atau di atas suatu
permukaan aspal lama.

2) Pekerjaan Seksi Lain yang ber Seksi : 1.8 ; 1.9 ; 1.11 ; 1.17 ; 1.19 ; 4.2 Seksi : 1.8 ; 1.9 ; 1.11 ; 1.17 ; 1.19 ; 4.2 Seksi : 1.8 ; 1.9 ; 1.11 ; 1.17 ; 1.19 ; 4.2
kaitan dengan Seksi ini 5.1 ; 5.4 ; 5.6 ; 6.1 ; 6.3 ; 8.1; 10.1 5.1 ; 5.4 ; 5.6 ; 6.1 ; 6.3 ; 8.1; 10.1 5.1 ; 5.4 ; 5.6 ; 6.1 ; 6.3 ; 8.1; 10.1

3) Standar Rujukan 1. Standar Nasional Indonesia (SNl)


2. ASTM D946/946M-09a

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

6.2.2 Bahan a. Agregat penutup hams terdiri dari butiran yang $ Peralatan $ Job Mix Formula (JMF)
bersih, keras, kerikil pecah atau batu pecah dari
bahan yang awet, bebas dari kotoran, lempung, * Asphalt Ditributor, mempunyai mesin $ Menguji Mutu Bahan
debu atau benda lainnya yang dapat menghalangi penggerak sendiri menurut ketentuan Agregat lihat Tabel
penyelimutan yang menyeluruh oleh aspal. 6.2.2(1).(b) Spesifikasi
* Dump Truck Aggregate Sprayding
* Pemadatan dengan Tire Roller $ Minimal satu (1) kali pengujian untuk 75 m3
Agregat

b. Sumber Agregat $ Penyemprotan Bahan Aspal harus merata


* Keausan dengan Mesin Los Angeles : Maks. 30 % pada semua titik.
* Kelekatan Agregat Terhadap Aspal : Min. 95 % * Untuk permukaan aspal lama harus di
bersihkan dari semua kotoran dengan alat
c. Persentase berat kerikil pecah yang tertahan Air Compressor .
ayakan 4, 75 mm yang mempunyai dua bidang pecah :
Minimum 90 % * Untuk permukaan tidak ber Aspal harus di

Prime Coat dulu, kemudian dibersihkan


d. Batas Ukuran Partikel
e. Agregat lapisan kedua untuk BURDA
Tabel 6.2.2.(1) Ketentuan Ukuran Agregat
Tabel 6.2.2.(2) Gradasi Agregat Lapis Penutup
Kedua BURDA

Ukuran Ayakan Persen Berat


ASTM (mm) Yang Lolos

3/8" 9,5 100


1/4" 6,35 95 - 100
No.8 2,36 0 - 15
No.200 0,075 0-8

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

Tabel 6.2.2.(3) Pesyaratan Aspal $ Alat Penghamparan Agregat


Peralatan penghampar agregat harus
Jenis Aspal Standar Rujukan dilengkapi dengan ulir pembagi (auger)
dan harus mampu menghampar agregat
Aspal Keras : Pen. 80 - 100 ASTM O946/946 M-09a secara merata dalam takaran yang
terkendali dengan lebar hamparan minimum
Aspal Cair : - MC 250 SNI 4799 : 2008 2,4 meter. Suatu perlengkapan khusus
harus dipasang pada sisi badan truk sehingga
- MC 800 SNI 4799 : 2008 lebar hamparan dapat disetel.
Aspal Emulsi : - MS - 1 SNI 6832 : 2011
- HFMS - 2 SNI 6832 : 2011
- RS - 1 SNI 6832 : 2011
- CRS - 1 SNI 4788 : 2011

Catatan
1. Aspal Pen.80-100 dapat dibuat, yaitu dari aspal
Pen.60- 70 yang seperti dengan oli standar SAE 40
dengan proporsi sekitar 2-3 % terhadap berat total
campuran.
2. Pengujian pencampuran semen (cement mixing)
dan stabiltas penyimpanan (storage stability) tidak
disyaratkan

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

SEKSI 6.3 CAMPURAN BERASPAL PANAS a. Lapis Tipis Aspal Pasir (Sand Sheet, SS) Kelas A dan B $ Digunakan untuk lalu lintas ringan, tidak boleh
digunakan lapis tebal pada lalu lintas berat, karena
Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) yang selanjutnya disebut SS, ketahanan rendah terhadap alur (rutting).
terdiri dari dua jenis campuran, SS-A dan SS -B. Pemilihan SS-A
dan SS-B tergantung pada tebal nominal minimum. Latasir
biasanya memerlukan penambahan filler agar memenuhi kebutuhan
sifat-sifat yang disyaratkan. Tabel 6.3.3.(la) Ketentuan Sifat-sifat Campuran Latasir

Latasir
Sifat-sifat Campuran
1 . Latasir ( Sand Sheet ) Tabel 6.3 .1.(1) Tebal Nominal Minimum Campuran Beraspal Kelas A & B
Penyerapan aspal (%) Maks. 2,0 $ Job Mix Formula (JMF), dengan
Jenis Campuran Simbol Tebal Nominal Minimum (cm) memperhatikan penyerapan agregat yang
Jumlah tumbukan per bidang 50 digunakan.
Semua campuran beraspal harus Latasir Kelas A SS-A 1,5
mengandung bahan pengisi yang di Min. 3,0
tambahkan tidak kurang dari 1 % Latasir Kelas B SS-B 2,0 Rongga dalam campuran (%)
(2)
$ Segera setelah DMF disetujui oleh
Maks. 6,0 Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 20 harus melakukan penghamparan
Tabel 6.3.2.(3) Amplop Gradasi Agregat Gabungan Untuk percobaan paling sedikit 50 ton untuk
Campuran Aspal Rongga terisi aspal (%) Min. 75 setiap jenis campuran yang diproduksi
Stabilitas Marshall (kg) Min. 200 dengan AMP
Kuantitas pemakaian additive anti % Berat Yang Lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran Min. 2
striping (pengelupasan) dalam rentang Pelelehan (mm)
0,2 % - 0,4 % terhadap berat aspal. Anti Latasir (SS) Maks. 3 $ Kepadatan Lapangan > 98 %
Ukuran Ayakan (mm)
striping harus digunakan untuk semua Kelas A Kelas B $ Penyerapan air agregat maksimum 3 %.
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 80
jenis aspal.
19 100 100 Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah $ Gradasi Hot Bin / 250 m3 = 2 X
(3) Min. 90
9,5 90 - 100 - perendaman selama 24 jam, 60 °C $ Sand Equivalent /250 m3 = 1 X
2,36 - 75 - 100 $ Marshall /200 ton Hot Mix = 2 X
0,075 10 - 15 8 - 13 $ Gunakan Pasir yang mempunyai angularitas yang $ Extraction/200 ton Hot mix = 2 X
lebih besar agar dapat memberikan campuran yang
lebih kuat dan lebih tahan terhadap deformasi. $ Jika Campuran dengan Manual :

$ Tebal Lapisan dan Toleransi 1 . Bak campuran dari metal


Benda uji inti (core) paling sedikit harus diambil 2 . Alat pengaduk manual
dua titik penguj ian per penampang melintang per lajur
dengan jarak memanjang antar penampang melintang 3 . Alat (takaran) perbandingan Volume
yang diperiksa tidak lebih dari 100 m. Campuran .
e. Tebal aktual hamparan lapis beraspal di setiap 4 . Alat pengukur temperatur
segmen, didefinisikan sebagai tebal rata-rata yang
memenuhi syarat toleransi
f. Toleransi tebal untuk tiap lapisan campuran beraspal : $ Penghamparan dengan Manual :
* Toleransi Latasir tidak lebih dari 2,0 mm 1 . Kereta sorong angkat hot Mix

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

2 . Skope, Garu dan alat perata

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

$ MANUAL CAMPURAN : 3 . Buat Mal ditepi mengatur Ketebalan dan


1. Menghitung Kadar Aspal ( Pb ) Kerataan
Pb = 0,035 CA + 0,045FA + 0,18 F + k 4 . Buat garis tepi atau pakai tali untuk
mengatur garis tepi agar tidak
Dengan asumsi gradasi Spec : berkelok - kelok .
CA = 15 % ; FA = 70 % ; F = 13 % 5 . Alat pemadat Tandem Roller lintasan
dan k = 2 % pemadatan cukup
Maka :
Kadar Aspal Pb = 8,05 %

2. Perhitungan Proporsi Campuran


Asumsi :
BSG = 2,0 ton/m3
BD Aspal = 1,036 kg/liter
BD pasir lepas = 1,533 kg/liter
Maka :
Perbandingan campuran Panas :
Aspal = 4 liter
Pasir = 24 liter

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

2 . Lapis Tipis Aspal Beton Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) yang selanjutnya disebut HRS, terdiri dari dua jenis campuran, HRS Pondasi (HRS-Base) dan HRS Lapis Aus (HRS
Wearing Course, HRS-WC) dan ukuran maksimum agregat masing - masing campuran adalah 19 mm. HRS-Base mempunyai proporsi fraksi agregat kasar
(Hot Rolled Sheet, HRS) lebih besar daripada HRS-WC.
HRS - WC
HRS - Base $ Untuk mendapatkan basil yang memuaskan, maka e. Tebal aktual hamparan lapis beraspal di setiap $ Job Mix Formula
campuran harus dirancang sampai memenuhi semua segmen, didefinisikan sebagai tebal rata-rata yang
ketentuan yang diberikan dalam Spesifikasi. Dua kunci memenuhi syarat toleransi * Combined Grade
utama adalah : Material Cold Bin
f. Toleransi tebal untuk tiap lapisan campuran beraspal : * Combined Grade
Semua campuran beraspal harus i) Gradasi yang benar - benar senjang * Lataston Lapis Aus tidak lebih dari 3.0 mm Aggregate Hot - Bin
mengandung bahan pengrsi yang
Agar diperoleh gradasi yang benar - benar senjang, * Lataston Lapis Pondasi tidak lebih dari 3.0 mm
ditambahkan (filler added) min. l % dari
maka selalu dilakukan pencampuran pasir halus dengan
berat total agregat.
agregat pecah mesin. Ketentuan Viskositas / Suhu Campuran $ Pengujian Material
ii) Sisa rongga udara pada kepadatan membal (refusal PA.S Suhu * Abrasi / 5000 m3 = 1 X
density) harus memenuhi ketentuan yang ditunjukkan
dalam Spesifikasi ini.
* AMP 0.2 155±1 * Gradasi / 1000 m3 = 1 X

Kuantitas pemakaian additive anti * Finisher 0,2 - 1,0 130 - 150 * Gradasi Aggregate Hot Bin
striping dalam rentang 0,2 % - 0,4 %
$ Lataston bergradasi semi senjang sebagai pengganti * Pem. pertama 1-2 125 - 145 250 m3 = 1 X
terhadap berat aspal. Anti striping harus
Lataston bergradasi senjang hanya boleh digunakan
digunakan untuk semua jenis aspal. * Pem. Kedua 2 - 20 100 - 125 * Sand Equivalent
pada daerah dimana pasir halus yang diperlukan untuk
membuat gradasi yang benar-benar senjang tidak dapat * Pem. Akhir < 20 > 95 250 m3 = 1 X
diperoleh dan disetujui terlebih dahulu oleh Direksi
Pekerjaan.
$ Temperature Aggregate, tidak melampaui 10 C $ Produksi Hit Mix / 200 ton
diatas temperatur aspal
Tabel 6.3 .1.(1) Tebal Nominal Minimum Campuran * Marshall Test = 2 X
Beraspal
Stabilitas Bahan anti $ Kalibrasi bukaan pintu Cold Bin, berdasarkan * Extraction Test = 2 X
pengelupasan (anti striping agent) komposisi campuran praksi material ( Combined
hams ditambahkan dalam bentuk Grade ) menetralisir over flow di AMP.
cairan di timbangan aspal AMP Tebal Nominal
Jenis Campuran Simbol $ Kepadatan dan Tebal
dengan mengunakan pompa penakar Minimum (cm)
(dozing pump) sesaat sebelum $ Kalibrasi Timbangan, Tera timbangan ( Standart * Core Drill
dilakukan proses pencampuran basah Weigth )
Lapis Aus HRS - WC 3,0 Interval jarak 100 m panjang
di pugmil. Lataston
Lapis Pondasi HRS - Base 3,5 $ Proporsi Campuran- Hot Aggregate dan setting
timbangan, berdasarkan berat (percentase) combined
grade dari Fraksi 2 Material Hot-Bin.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

$ Agregat Kasar tertahan ayakan no. 8 harus batu pecah $ Trial Section, ( Uji-coba ) Penghamparan dan
pemadatan untuk memastikan jumlah lintasan alat
dan kekuatan sbb : pemadat serta persentase penurunan tebal hamparan
* Soundness Test = 12 % maksimum terhadap tebal padat, dengan demikian dapat
ditentukan tebal hamparan yang menghasilkan tebal
* Abration Test = 40 % maksimum padat sesuai rencana ( gambar )
* Kelekatan = 95 % Minimum
* Kepipihan = 10 % maksimum $ Peralatan :
* Air Compressor

% Berat Yang Lolos terhadap Total Agregat dalam * Finisher


Campuran * Roller / Tandem
Lataston (HRS) * Tire Roller
Ukuran Ayakan
Gradasi Senjang * Alat pendukung lainnya
(mm)
HRS-WC HRS-Base
3/4" 19 100 $ Untuk HRS-WC dan HRS-Base yang benar-benar senjang, paling sedikit 80% agregat lolos
ayakan No.8 (2,36 mm) harus lolos ayakan No.30 (0,600 mm). Lihat Tabel 6.3.2.4 sebagai contoh
1/2" 12,5 90 - 100 90 - 100 batas-batas "Bahan Bergradasi Senjang" di mana bahan yang lolos No. 8 (2,36 mm) dan tertahan
pada ayakan No.30 (0,600 mm).
3/8" 9,5 75 - 85 65 - 90

8 2,36 50 - 72 35 - 55
30 0,60 35 - 60 15 - 35 Tabel 6.3.2.(4): Contoh Batas-batas "Bahan Bergradasi Senjang"
200 0,075 6 - 10 2-9
Ukuran Ayakan Alternatif 1 Alternatif 2 Alaternatif 3 Alternatif 4

Lataston (HRS) % Lolos No.8 40 50 60 70


Ukuran Ayakan
Gradasi Semi Senjang % Lolos No.30 paling sedikit 32 paling sedikit 40 paling sedikit 48 paling sedikit 56
(mm)
HRS-WC HRS-Base
% Kesenjangan 8 atau kurang 10 atau kurang 12 atau kurang 14 atau kurang
3/4" 19 100 100
1/2" 12,5 87 - 100 90 - 100
3/8" 9,5 55 - 88 55 - 70
8 2,36 50 - 62 32 - 44
30 0,60 20 - 45 15 - 35
50 0,30 15 - 35 15 - 35
200 0,075 6 - 10 4-8

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

Tabel 6.3.3. (1b) Ketentuan Sifat - sifat Campuran Lataston

Lataston
Lapis Aus Lapis Pondasi
Sifat - sifat Campuran
Senjang Semi Senjang Semi
Senjang Senjang
Kadar Aspal efektif (%) Min. 5,9 5,9 5,5 5,5
Penyerapan Aspal (%) Maks. 1,7
Jumlah tumbukan per bidang 75
Min. 4,0
Rongga dalam campuran (%)(2)
Maks. 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) 18 17
Rongga terisi aspal 68
Stabilitas Marshall (kg) 800
Pelelehan (mm) 3
Marshall Quotient (kg/mm) 250
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
90
perendaman selama 24 jam 60oC(3)
Rongga dalam campuran (%) pada
3
(4)
kepadatan membal (refusal)

Ketentuan Kepadatan $ Kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan dalam SNI 03-6757-
2002, tidak boleh kurang dari 97 % Kepadatan Standar Kerja (Job Standard Density) yang tertera dalam JMF untuk
Lataston (HRS) dan 98 % untuk semua campuran beraspal lainnya.

$ Benda uji inti paling sedikit harus diambil dua titik pengujian per penampang
melintang per lajur dengan jarak memanjang antar penampang melintang yang diperiksa tidak
lebih dari 100 m.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

Tabel 6.3.3.(1c) Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston (AC)


Laston
Sifat - sifat Campuran
Lapis Aus Lapis Antara Pondasi

Jumlah tumbukan per bidang 75 112(1)

Rasio partikel lolos ayakan 0,075 mm Min. 1,0

dengan kadar aspal efektif Maks. 1,4

Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%)(2)
Maks. 5,0

Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13

Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 65 65

Stabilitas Marshall (Kg) Min. 800 1800(1)

Min. 2 3
Pelelahan (mm)
Maks. 4 6(1)

Tabel 6.3.3. (1d) Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston yang Dimodifikasi (AC Mod)

Sifat-sifat Campuran Laston(6)


(1)
Jumlah tumbukan per bidang 75 112
Rasio partikel lolos ayakan 0,075 mm Min. 1,0
dengan kadar aspal efektif Maks. 1,4
Min. 3,0
Rongga dalam campuran
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (Kg) Min. 1000 2250(1)
Min. 2 3
Pelelehan (mm)
(1)
Maks. 4 6
Stabilitas Marshall Ssa (%) setelah
Min. 90
perendaman selama 25 jam 60oC(3)
Rongga dalam campuran (%) pada
Min. 2
Kepadatan membal (refusal)(4)
Stabilitas Dinamis, lintasan/mm(5) Min. 2500

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

Tabel 6.3.5.(1) Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran & Pemadatan $ Job Mix Formula
* Combined Grade
o
Viskositas Aspal Perkiraan Temperatur Aspal ( C) Material Cold Bin
No. Prosedur Pelaksanaan
(Pas) Tipe I Tipe IIB * Combined Grade
Aggregate Hot - Bin
1 Pencampuran benda uji Marshall 0,2 155 ± 1 165 ± 1
2 Pemadatan benda uji Marshall 0,4 145 ± 1 155 ± 1 $ Pengujian Material ,
Pencampuran, rentang temperatur * Abrasi / 5000 m3 = 1 X
3 0,2 - 0,5 145 - 155 155 - 165
sasaran * Gradasi / 1000 m3 = 1 X
Menuangkan campuran aspal dari * Gradasi Aggregate Hot Bin
4 ± 0,5 135 - 150 145 - 160
alat pencampur ke dalam truk * Sand Equivalent
5 Pemasokan ke Alat Penghampar 0,5 - 1,0 130 - 150 140 - 160 250 m3 = 1 X
6 Pemadatan A wal (roda baja) 1- 2 125 - 145 135 - 155
$ Produksi Hot Mix / 200 ton
7 Pemadatan Antara (roda karet) 2 - 20 100 - 125 110 - 135
* Marshall Test = 2 X
8 Pemadatan Akhir (roda baja) ˂ 20 ˃ 95 ˃ 105 * Extraction Test = 2 X

$ Max Size (19 mm), tebal lapisan = 4 cm (min) $ Peralatan : $ - Kepadatan dan Tebal
$ Max Size (25,4 mm), tebal lapisan = 6 cm (min) * Air Compressor * Core Drill
$ Max Size (37,5 mm), tebal lapisan = 7,5 cm (min) * Finisher interval jarak 100 m panjang
Agregat tertahan ayakan no.8 , harus batu pecah dan * Roller / Tandem minimal 2 titik.
kekuatan sbb : * Tire Roller
* Soundness Test = 12 % maks * Alat pendukung lainnya
* Abration Test = 40 % maks
* Kelekatan = 95 % Minimum $ Penetrasi Grade Asphalt 60/70 yang
memenuhi AASHTO M 20
* Kepipihan = 10 % maks
$ Agregat Halus lolos ayakan no.8, boleh menggunakan
Pasir maksimum = 15 %

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

Tabel 6.3.2.(3) Amplop Gradasi Agregat Gabungan $ Contoh agregat untuk rancangan campuran
Untuk Campuran Aspal harus diam bi I dari pemasok dingin (cold bin)
dan dari penampung panas (hot bin)

$ % Berat Yang Lolos terhadap Total Agregat dalam $ Rumus Campuran Rancangan (Design Mix
Campuran Formula)

Ukuran Ayakan Laston (AC) Paling sedikit 30 hari sebelum dimulainya


(mm) pekerjaan aspal, Penyedia Jasa harus
WC BC Base menyerahkan secara tertulis kepada
1 1/2" 37,5 100 Direksi Pekerjaan, usulan DMF untuk
campuran yang akan digunakan dalam
1" 25 100 90 - 100 pekerjaan. Rumus yang diserahkan harus
3/4" 19 100 90 - 100 76 - 90 menentukan untuk campuran berikut ini:

1/2" 12,5 90 - 100 75 - 90 60 - 78


3/8" 9,5 77 - 90 66 - 82 52 - 71 a Sumber-sumber agregat
4 4,75 53 - 69 46 - 64 35 - 54 b Ukuran nominal maksimum partikel.
8 2,36 33 - 53 30 - 49 23 - 41 c Persentase setiap fraksi agregat yang
cenderung akan digunakan Penyedia
16 1,18 21 - 40 18 - 38 13 - 20 Jasa, pada penampung dingin maupun
penampung panas.
Persentase setiap fraksi agregat yang
cenderung akan digunakan Penyedia
30 0,600 14 - 30 12 - 28 10 - 22 Jasa, pada penampung dingin maupun
penampung panas.
Persentase setiap fraksi agregat yang
cenderung akan digunakan Penyedia
50 0,300 9 - 22 7 - 20 6 - 15 d Gradasi
Jasa, padaagregat gabungan yang
penampung dinginmemenuhi
maupun
gradasi yangpanas.
penampung disyaratkan dalam
100 0,150 6 - 15 5 - 13 4 - 10 Tabet 6.3.2.(3).
200 0,075 4-9 4-8 3-7
e Kadar aspal optimum dan efektif terhadap berat
total campuran

f Rentang temperatur pencampuran aspal


dengan agregat dan temperatur saat campuran
beraspal dikeluarkan dari alat pengaduk (mixer).

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

JENIS PEKERJAAN
No PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

SEKSI 6.4 LASBUTAG DAN LATASBUSIR TIDAK DIGUNAKAN

SEKSI 6.5 CAMPURAN ASPAL DINGIN 1. Uraian


6.5.1. Umum Pekerjaan ini meliputi penyediaan, penghamparan dan
pemadatan campuran bitumen dingin untuk pekerjaan
pemeliharaan dan perbaikan jalan, termasuk :
penambahan dan pekerjaan-pekerjaan kecil,
perbaikan bentuk permukaan, pelebaran tepi untuk
jalan dengan volume lalu lintas rendah dan
sedang, dan pelapisan kembali jalan dengan volume
lalu lintas rendah

6.5.2. Bahan 1. Agregat - Umum


Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui
oleh Direksi Pekerjaan. Bahan harus disimpan sesuai
dengan ketentuan dalam Seksi 1.11

2. Agregat Kasar Untuk Campuran Dingin


a. Agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau kerikil
pecah. Agregat kasar yang kotor dan berdebu, yang
mempunyai partikel lolos ayakan No.200 (0,075 mm)
lebih besar dari 1 % tidak boleh digunakan.

b. Agregat kasar harus terdiri atas bahan yang bersih,


keras, awet dan bebas dari kotoran dan bahan-
bahan lain yang tidak diinginkan dan harus
memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 6.5.2.
(1).

Tabel 6.5.2.(1) Ketentuan Agregat Kasar

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


c. Agregat yang tertahan ayakan 4,75 mm dan
mempunyai dua bidang pecah harus tidak kurang dari
65 %. Persentase butiran agregat yang mempunyai
paling sedikit dua bidang pecah ditentukan dengan
pemeriksan setiap butir agregat pada agregat seberat
sekitar 2 kg and ditunjukkan berat butiran dengan 2
bidang pecah atau lebih sebagai persentase berat
seluruh contoh. Pengambilan contoh harus sesuai
dengan ketentuan SNI 03-1975-1990

3. Agregat Halus Untuk Campuran Dingin


a. Agregat halus, dari setiap sumber, harus terdiri dari
pasir atau batu pecah halus atau kombinasi keduanya.

b. Agregat halus harus terdiri atas butiran yang bersih,


keras dan bebas dari gumpalan atau bola lempung,
atau bahan lain yang tidak diinginkan. Batu pecah
halus yang dihasilkan dari pemecahan batu
hams memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
Tabel 6.5.2.(1). Dalam segala hal, pasir yang kotor
dan berdebu serta mempunyai partikel lolos ayakan
No.200 (0,075 mm) lebih dari 8 % atau pasir yang
mempunyai nilai setara pasir (sand equivalent) kurang
dari 50 sesuai dengan SNI 03-4428-1997, tidak
diperkenankan untuk digunakan dalam campuran.

4. Bahan Pengisi (Filler) Untuk Campuran Dingin


Ketentuan dalam Pasal 6.3.2.(4) hams berlaku

5. Bahan Aspal Untuk Campuran Dingin


a. Bahan aspal boleh aspal cair atau aspal emulsi yang
memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Tabel
6.5.2.(2).

Tabet 6.5.2.(2) Bahan Aspal Untuk Campuran Dingin

6.5.3. Campuran 1. Komposisi


Campuran harus memenuhi resep yang diberikan dalam
Tabel 6.5.3.(1)

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


Campuran harus memenuhi resep yang diberikan dalam
Tabel 6.5.3.(1)

Tabet 6.5.3.(1) Ketentuan Campuran Dingin, Komposisi dan Sifat-sifat Campuran

- Material yang digunakan Asbuton


* Kadar Air = 6 % maks - Permukaan perkerasan lama - Job Mix Formula
* Kadar Aspal rata" = < 15 % dibersihkan dan diberikan lapisan - Analisa Ayakan = 2X
- Kadar aspal harus di tentukan dng metode perekat (tack coat) - Kadar Air = 2X
Extraksi Reflux - Core Drill
Gradasi Bahan Asbuton : - Penghamparan hanya boleh - Gradasi Aggregat

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


Ukuran Ayakan dilakukan pada permukaan yg - Stabilitas dan Kelelehan
Persen Berat yg Lolos
ASTM (mm) kering
1/2" 12,7 100 - Marshall Test = 3X
4 4,75 90 - 100 - Penghamparan hrs sesuai dng
30 0,60 35 - 100 garis, ketinggian, dan bentuk - Kadar Aspal
penampang melintang
Gradasi Aggregat Kasar : - Sand Cone = 4X
Ukuran Ayakan - Pemadatan :
Persen Berat yg Lolos
ASTM (mm) Penggilasan campuran terdiri - Pemeriksaan kerataan sesuai
3/4" 12,7 100 dari 3 operasi yg terpisah : dng toleransi permukaan yg
1/2" 4,75 30 - 100 pengilasan awal dan kedua perki- disyaratkan
3/8" 9,5 0 -55 raan waktu mulai setelah peng-
4 4,75 0 - 10 hamparan adalah 1 jam, sedang
200 0,075 0-1 penggilasan akhir dlm waktu
2 minggu
Gradasi Aggregat Halus :
Ukuran Ayakan Persen Berat yg Lolos - Peralatan :
ASTM (mm) Latasbusir A Latasbusir B * Alat pencampuran dpt berupa :
3/8" 9,5 100 100 AMP atau Concrete Mixing Plan
4 4,75 98 - 100 72 - 100 Kapasitas minimal 500 Kg
8 2,36 93 - 100 72 - 100 * Tangki Pencampur
30 0,6 76 - 100 25 - 100 * Roller / Tandem
200 0,075 0-8 0-8 * Tire Roller
* Alat pendukung lainnya
- Sifat - sifat campuran Lasbutag dan Latasbusir
Tabel 6.4.3(2) Spesifikasi
* Dalam keadaan kering
- Kadar air agregat kasar : 2 % (maks)
- Kadar air agregat halus : 3 % (maks)

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM - Material yang digunakan meliputi : - Penyemprotan Aspal , - Gradasi dan Kuantitas
Aggregate Pokok, Pengunci dan penutup Pen . 60/70 temperature 165 - 175 Aggregate pokok dan pengunci
Kekuatan Aggregate harus memenuhi Pen. 80/100 temperature 155 - 165
syarat : - Penetrasi dan Kuantitas Aspal
* Abrasi = 40 % maks , -Prime Coat,diatas permukaan base L/m2 dan temperatur penyepro
* Kelekatan thd Aspal = 95 % min sudah meresap dan kering tan aspal dilapangan .
* Indeks Kepipihan = 25 % maks minimal berumur 2 X 24 Jam
- Dimensi , Tebal dan Lebar
- Gradasi Fraksi Aggregate : 1 .Penghamparan Aggregate Pokok serta persentase kemiringan
Tebal Lapisan dengan jumlah Kg/m2 sesuai permukaan .
7 -10 5-8 4-5 tebal rencana
Agg.Pokok 2- Gunakan Mal ( balok ) untuk - Kerataan permukaan
75 mm 100 mengatur tebal lapisan dibuat sa- hasil pemadatan .
63 mm 90 - 100 100 ma dengan tebal balok, dan me -
50 mm 35 - 70 95 - 100 100 ngatur garis tepi tidak ber kelok2 . - Peralatan penghamparan,
37,5 mm 0 - 15 35 - 70 95 - 100 Asphalt Suprayer
25 mm 0-5 0 - 15 - 3 . Pemadatan, Aggregate Suprayer
19 mm - 0-5 0-5 Selama pemadatan , kerataan
permukaan harus dipelihara
Agg . Pengunci menambah Aggregate pada ba-
25 mm 100 100 100 gian yang cekung dan mengu -
19 mm 95 - 100 95 - 100 95 - 100 rangi pada bagian yang cembung
9,5 mm 0-5 0-5 0-5

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


Agg . Penutup 4 . Penyemprotan aspal panas
12,7 mm 100 100 100 segera setelah pemadatan
9,5 mm 85 - 100 85 - 100 85 - 100 dilaksanakan .
4,75 mm 10 - 30 10 - 30 10 - 30
2,36 mm 0 - 10 0 - 10 0 - 10 5 . Penghamparan dan pemadatan
Pen . Aspal 60/70 atau 80/100 (AASHTO M20) aggregate pengunci dilakukan
segera setelah penyemprotan
Kuantitas Aggregate dan Aspal , aspal selesai
Kg/m2 lihat Tabel 6.6.3 (1) dan 6.6.3 (2) spec
Contoh Lapen Sebagai Lapis Permukaan : - Pemadatan dengan
Tebal = 7 Cm; Aggregate, Aspal / m2 Tandem Roller 6 - 8 Ton
Agregat Pokok Agregat Aspal Agregat minimum 6 lintasan dengan kec.
Pengunci Penutup 3 km/jam
140 kg 25 kg 5,5 Kg 14 Kg
atau :
133 kg 25 kg 6,70 Kg 14 Kg
Tebal = 5 Cm; Aggregate, Aspal / m2
Agregat Pokok Agregat Aspal Agregat
Pengunci Penutup
105 kg 25 kg 3,7 Kg 14 Kg

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

DIV. 7 7,1 BETON


Struktur - Material - Peralatan Campuran : - Job Mix Formula
* Portland Cement tipe I, II, III, IV, dan V * Pengaduk ( Molen )
* Air bersih, bebas dari minyak, garam, asam, * Vibrator - Slump Test
basa, gula atau organik
* Aggregat - Sebelum Pengecoran Beton - Compressive Strength
seluruh acuan , tulangan dan
- Ketentuan gradasi aggregat Tabel 7.1.2 (1) Spesifikasi lain yang harus dimasukkan - Umur Benda Uji Beton
ke dalam beton(seperti pipa atau 7 Hari dan 28 Hari
Mutu beton dan penggunaannya : selongsong) harus sudah dipa-
Jenis beton fc' (Mpa) (Kg/cm2) Uraian sang dan diikat kuat supaya tdk - Benda Uji beton berupa silinder
Mutu tinggi ≥ 45 ≥ K500 Beton prategang : tiang bergeser pada saat pengecoran 150 x 300 mm atau kubus
pancang, gelagar, pelat 150 x 150 x 150 mm
beton prategang - Pengecoran Beton harus dilanjut
Mutu sedang 20 ≤ x < 45 K250 ≤ x < K500 Beton bertulang : pelat kan tanpa berhenti sampai dengan - Pengujian kuat beton tidak kurang
lantai jembatan, gelagar, sambungan konstruksi, yang telah dari satu pengujian kuat tekan
diafragma, gorong2 disetujui sebelumnya atau sampai untuk setiap 60 meter kubik.
Mutu rendah 15 ≤ x < 20 K175 ≤ x < K250 Beton tak bertulang : pekerjaan selesai .
beton siklop, trotoar,
pas. batu - Beton harus di cor sedemikian
10 ≤ x < 15 K125 ≤ x < K175 Lantai kerja sehingga terhidar dari segregasi
partikel kasar dan halus campuran
- Ketentuan Mutu Aggregat : Halus (Maks) Kasar (Maks)
* Abrasi - 40% - Beton tidak boleh jatuh bebas ke
* Soundness Test 10% (Na); 18% (Mg) 12% (Na); 18% (Mg) dalam cetakan dengan ketinggian
* Clay Lump 3% 2% > 150 cm dan tidak boleh di cor
* Lolos no.200 5% umum; 3% abrasi 1% langsung di dalam air.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

- Ketentuan sifat-sifat campuran - Air tidak boleh di alirkan diatas


* Beton yang digunakan harus memenui kelecakan (slump), atau dinaikkan ke permukaan pe-
kekuatan (strength) dan keawetan (durability) kerjaan beton dalam waktu24 jam

* Bila uji beton < 28 hari , kuat beton yang disyaratkan tidak - Pemadatan : Alat Penggetar mekanis
memenuhi ketentuan di larang untuk melakukan pengecoran dari luar harus mapu menghasilkan
lebih lanjut 5000 putaran / menit
Berat effective = 0,25 Kg
* Beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat di lakukan
pembongkaran dan penggantian seluruh beton

- Gradasi Aggregate
lihat Tabel 7.1.2 (1) Spesifikasi

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

7,3 Baja Tulangan - Baja Tulangan harus baja polos atau berulir - Baja Tulangan diameter ≥ 2 cm harus - Mutu bahan harus sesuai dng standar
dibengkokkan dng mesin pembengkok rujukan : SNI 07-1154-1989,
Tebal Selimut Beton Minimum untuk Acuan Pemadatan Standar SNI 07-1155-1989
Kuat Tekan (Mpa) Tebal Selimut Beton Minimum (cm) - Tulangan harus dibersihkan dari
20 3,5 kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak
25 3 percikan adukan atau lapisan lain
30 2.5 yang dapat merusak beton
35 2.5
40 2.5
Tabel. 7.4.2(1) Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan
Tegangan Leleh Karakteristik
Mutu Sebutan
Baja Tulangan (kg/cm2)
U24 Baja Lunak 2,400
U32 Baja Sedang 3,200
U39 Baja Keras 3,900
U48 Baja Keras 4,800

- Kawat pengikat harus memenuhi SNI 07-6401-2000

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

7.4 Baja Struktur - Baja Struktur adalah bahan struktur jembatan baja seperti rangka - Perakitan unit" harus dilakukan di - Mutu bahan harus sesuai dng standar
dan gelagar baja termasuk komponen baja komposit spt balok, bengkel sebelum dibawah kelapangan rujukan : SNI 07-0722-1989,
pelat, ring, baut, dll SNI 07-3015-1992, SNI 05-3065-1992
- Baut harus dimasukkan ke lubang tanpa
adanyanya kerusakan pada uliran
Sifat Mekanis Baja Struktural
Tegangan Putus Tegangan Leleh Peregangan minimum - Kelandaian bidang kontak antara baut
Jenis Baja
Minimum (MPa) Minimum (MPa) (%) dan murtidak boleh melebihi 1 : 20 thd
BJ 34 340 210 22 bidang tegak lurus sumbu baut
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18 - Permukaan baja harus di cat atau di
BJ 50 500 290 16 galvanis
BJ 55 550 360 13

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

7,8 ADUKAN SEMEN - Bahan / Material, - Seluhruh bahan kecuali air - Pemeriksaan / pengujian
(MORTAR) * Semen yang memenuhi ketentuan harus dicampur , baik dalam Material
SNI 15-2049-2004 kotak yang rapat atau dalam
* Aggregate Halus harus memenuhi alat pencampur yang disetujui , - Job Mix Formula
ketentuan dalam AASHTO M45-89 sampai campuran menunjukkan
* Air , Air tawar dan bersih warna campuran yang merata . - Kondisi Peralatan Campuran
Kemudian air ditambahkan .
- Kuat Tekan minimum = 50 Kg / cm2 - Proposi Campuran
(28 hari) Identik dengan Campuran 1 : 5 - Adukan semen yang tidak di -
Perbandingan Campuran ( Volume ) gunakan dalam 45 menit setelah
Kg liter air ditambah harus dibuang .
(1zak) Semen 50 15
Pasir 115 75 - Permukaan yang akan menerima
Air 9 9 w/c = 60 % adukan semen harus dibersihkan
dan dibasahi sampai merata ,se-
- Kekentalan ( konsistensi ) yang diperlukan belum adukan semen di
tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari tempatkan.
berat semen yang digunakan .

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

7,9 PASANGAN BATU - Umumnya digunakan untuk : - Landasan adukan tebal ≥ 3 cm, - Pemeriksaan / pengujian
* Dinding Penahan disiapkan sebelum penempatan Material
* Tembok kepala gorong-gorong masing-masing batu
* Gorong-gorong Pelat - Job Mix Formula
- Batu harus dipasang dengan
- Dimensi Batu , muka yang terpanjang mendatar, - Kondisi Peralatan Campuran
Ukuran batu dalam arah manapun tidak dan muka yang tampak harus di
boleh kurang dari 15 cm (≥ 15 cm) pasang sejajar di muka dinding - Proposi Campuran
dari batu yang terpasang.
- Bentuk Batu,
* Harus lancip atau lonjong - Lubang sulingan D = 50 mm
* Dapat ditempatkan saling dengan jarak + 2 m dari sumbu
mengunci bila dipasang ke sumbu lainnya .
bersama-sama .
- Timbunan dibelakang deletasi
- Batu, harus bersih, keras dan awet harus dari bahan drainase porous
berbutir kasar dengan gradasi
- Adukan pengisi pas. batu kosong menerus .
harus K175 (fc' 15 Mpa)

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

7,10 PAS. BATU KOSONG & - Umumnya digunakan perlindungan : - Keranjang bronjong harus diben - - Memeriksa Kualitas material
BRONJONG * Tebing sungai, Lereng Timbunan tangkan dengan kuat untuk mem - sifat-sifat dan batas normali-
lereng galian dan permukaan peroleh bentuk serta posisi yang sasi ukuran
lainnya yang rawan terhdp erosi yang benar menggunakan bentang
penarik, sebelum pengisian batu.
- Kawat bronjong harus baja seng yang
memenuhi SNI 07- 6892 - 2002 kelas I, - Batu dimasukan satu persatu se -
lapisan galvanis minimum 0,26 kg/m2 hingga mencapai kepadatan mak-
simum dan rongga seminimal
Karakteristik kawat bronjong : mungkin .
- Tulangan tepi dia = 4 mm, 6 SWG
- Jaringan dia = 3 mm, 8 SWG - Setelah pengisian tepi dari tutup
- Pengikat dia = 2.1 mm, 14 SWG harus dibentangkan dengan ba-
- Kuat Tarik = 4200 Kg/cm2 tang penarik atau ulir penarik
- Perpanjangan = 10% (min) pada permukaan atas dan diikat.

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

- Anyaman harus merata berbentuk segi - Bilamana keranjang dipasang satu


enam dengan tiga lilitan dan lubang diatas yang lainnya, sambungan
80 X 60 mm dan tidak lepas-lepas . vertikal harus dibuat berselang -
seling.
- Sifat-sifat Batu,
* Abrasi = 35 % maks
* Berat Jenis = 2,3 ton / m3
* Penyerapan Air =4%
* Soundness = 10% maks 551038549

- Bentuk Batu,
* Bersudut tajam, berat > 40 kg
* Dimensi minimum 300 mm

- Batu harus keras dan awet

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

DIV. 8 PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN JALAN MINOR


1. PENGEMBALIAN PERKERASAN
LAMA - Hanya bahan baru yang boleh untuk lapisan - Lokasi yang rusak harus digali manual - Pengujian Lapis Pondasi Agregat
perkerasan, bahan perkerasan hasil galian yang dengan bentuk segi empat dimana sisi2 Uji indeks plastis 5 X / Maks 500 m3
masih baik dpt digunakan sbg timbunan pilihan sejajar & tegak lurus sumbu jalan Uji gradasi butiran 5 X / Maks 500 m3
Uji kepadatan kering 1 X / Maks 500 m3
- Bahan yang digunakan meliputi Timbunan pilihan - Elevasi sesudah pekerjaan harus sama
Lapis pondasi agg. Kelas A atau B, Pondasi jalan dengan elevasi perkerasan lama atau - Pengujian kepadatan dan kadar air
tanpa penutup aspal, Lapis resap pengikat, Lapis bahu jalan lama lapis pondasi agregat material uji
perekat inti (core) 1 X / 50 m (pek. pelebaran)

- Bahan yang digunakan untuk perbaikan lubang - Pengujian ATB : uji kepadatan
harus sama dengan bahan yang ada di lokasi material uji inti (core) 1 X / 100 m

- Bila perkerasan tanpa penutup aspal lama


kekurangan agregat kasar atau halus dapat,
dicampur dng perkerasan lama dan dipadatkan

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

2. PENGEMBALIAN KONDISI BAHU


JALAN LAMA PADA PERKERASAN - Lubang dengan ukuran > 40 cm x40 cm harus - Lokasi yang rusak harus digali manual
BERPENUTUP ASPAL ditambal 0163549238 jumain
- Elevasi bahu jalan tidak boleh lebih tinggi
- Elevasi bahu jalan yang kebih tinggi dari atau lebih rendah 1 cm dari elevasi jalur
perkersan atau merintangi drainase air di atas lintas
perkeraan harus dibentuk kembali
- Kelandaian lereng melintang tidak boleh
- Bahan yang digunakan meliputi Timbunan pilihan berbeda lebih 2% dari kelandaian
Lapis pondasi agg. Kelas A atau B, Pondasi jalan rancangan
tanpa penutup aspal, Lapis resap pengikat, Lapis
perekat - Bahu jalan tanpa laburan aspal tidak boleh
> 1,5 cm dari elevasi rancangan di setiap
- Bahan yang digunakan untuk perbaikan lubang titik
harus sama dengan bahan yang ada di lokasi

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

3. PENGEMBALIAN KONDISI SELOKAN


SALURAN AIR, GALIAN, TIMBUNAN - Tanaman yang bisa memberikan stabilitas yang - Semua bahan yang tidak stabil harus
DAN PENGHIJAUAN efektif pada lereng yang memerlukan stabilitasi dibuangPermukaan lereng yang terekspos
(rerumputan) dan masih utuh harus dibuat bertangga

- Bahan timbunan untuk restorasi lereng harus - Lereng timbunan atau galian yang telah
timbunan pilihan selesai harus dilindungi dengan tanaman

- Semak/Perdu di tanam pada lubang


berukuran minimum 60 x 60 cm pada
kedalaman 60 cm, Pohon di tanam pada
lubang berukuran minimum 2 x 2 m pada
kedalaman 1 meter

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

4. PERLENGKAPAN JALAN DAN


PENGATUR LALU LINTAS - Plat rambu jalan harus berupa lembaran rata - Pemasangan rambu jalan, patok pengarah,
dari camp. aluminium dengan tebal min 2 mm patok kilometer dan rel pengaman harus
sesuai perintah direksi pekerjaan
- Tiang rambu berupa baja dengan diameter 40mm
yang di galvansir, semua ujung yang terbuka - Pengecatan marka jalan tidak boleh dilak-
harus ditutup sanakan pada permukaan yang baru di
aspal < 3 bulan
- Mutu beton untuk pondasi rambu jalan K-175,
Beton untuk kerb harus K-300 - Pengecatan marka jalan dilaksanakan
pada garis sumbu, garis lajur, garis tepi
- Rel pengaman harus dari baja yang digalvanisai dan zebra cross dengan mesin mekanis
dengan tebal 2,67 mm (AASTHO M.180)

- Cat marka jalan harus berwarna putih atau kuning

- Blok beton untuk trotoar dan median harus


dengan tebal 60 mm dan saling mengunci, blok
beton harus mempunyai lereng melintang
minimum 4%

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

DIV. 9 PEKERJAAN HARIAN


- Bahan dan peralatan yang digunakan harus - Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum
sesuai dengan ketentuan mutu dan kinerja diterbitkan suatu perintah pekerjaan oleh
serta mendapat persetujuan dari Direksi direksi pekerjaan
Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai
- Gambar dan dokumen kontrak yang diperlukan
untuk menentukan detail pekerjaan

DIV. 10 PEKERJAAN PEMELIHARAAN RUTIN


- Pekerjaan meliputi : perkerasan , bahu jalan, - Perkerasan
drainase dan perlengkapan jalan dan jembatan a. Perkerasan berpenutup aspal, memelihara
permukaan aspal : menutupi retak",
- Laburan aspal pada permukaan retak luasnya penambalan lubang dan galian kecil
tdk boleh > 10% / 100 m
b. Perkerasan tanpa penutup aspal ;
- Pengisian dan penambalan lubang tidak boleh pengisian lubang dan keriting dan perataan
> 40 x 40 cm ringan dengan grader

- bahan yg digunakan harus sama atau lebih - Bahu jalan


tinggi mutunya dari bahan yang di sekitarnya pengisian lubang dng agregat bahu jalan,
pembuangan semak", rumput (> 5cm) dan
penghalang lainnya

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3


RINGKASAN SPESIFIKASI UMUM
KEGIATAN PENANGANAN JALAN DAN JEMBATAN

No JENIS PEKERJAAN PERSYARATAN SPESIFIKASI PERSYARATAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

- Selokan, Saluran Air, Galian dan Timbunan


Pembuangan bahan yg lepas, sampah, endapan
dan pertumbuhan tanaman yg tdk dikehendaki
yang mungkin akan menghalangi aliran air
permukaan

- Perlengkapan Jalan
Pembersihan dan perbaikan rambu jalan,
bag. rel pengaman, pagar pengarah, patok km
atau perlengkapan jalan lain yg rusak

- Jembatan
Pemeriksaan dan pelaporan kondisi
komponen dan struktur, pembersihan
lubang dan kotoran

BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL XVII EDISI 2010 REV. 3

Anda mungkin juga menyukai