Semua hasil pemantauan dan pengukuran harus diproses dan dievaluasi secepatnya untuk
menentukan kondisi terowongan saat ini, yaitu sebagai alat untuk mengkonfirmasi stabilitas
tanah/batuan di sekitar terowongan, validasi perkuatan terowongan, pengaruh pada
lingkungan sekitar juga untuk memilih perkuatan yang akan diterapkan pada bagian
terowongan berikut yang belum digali.
9 Fondasi
Fondasi dari suatu gedung/struktur harus direncanakan dan dibangun agar aman dalam
memikul beban-beban yang bekerja padanya tanpa mengurangi kestabilan ataupun
menyebabkan deformasi yang besar pada bangunan tersebut, atau bangunan lain di
sekitarnya, jalan, ataupun lereng yang ada.
Untuk mengatasi kedua hal tersebut, maka perancangan fondasi harus:
a) Memenuhi persyaratan kekuatan, baik untuk struktur fondasinya maupun untuk lapisan
tanah pendukung fondasi tersebut (strength requirement);
b) Memenuhi peryaratan penurunan yang ditentukan (serviceability requirement).
Daya dukung izin tanah, dimana fondasi tersebut akan dibangun, akibat beban kerja harus
diambil yang terkecil dari:
a) kapasitas ultimit tanah dengan faktor keamanan yang cukup terhadap kemungkinan
terjadinya keruntuhan, atau
b) suatu nilai yang memberikan deformasi fondasi akibat beban yang bekerja masih dalam
batas-batas yang diizinkan oleh bangunan tersebut, atau bangunan di sekitarnya.
Metode untuk mendapatkan daya dukung izin lapisan tanah fondasi dapat dilihat pada
9.2.3.1 dan 9.2.3.2.
Metode rasional yang digunakan untuk menghitung kapasitas ultimit fondasi harus dilakukan
berdasarkan data-data tanah yang diperoleh dari penyelidikan lapangan maupun
laboratorium pada lokasi pekerjaan menggunakan:
a) Metode analitik yang sudah baku (misalnya Terzaghi, Meyerhoff, Hansen, Vesic, Reese)
yang memperhitungkan kondisi lapisan tanah yang ada serta geometri dari fondasi,
b) Metode empiris yang sudah baku (terbukti).
Daya dukung izin fondasi diperoleh dari daya dukung ultimit fondasi tersebut dibagi dengan
suatu faktor keamanan yang besarnya minimum 3 untuk fondasi dangkal atau minimum 2,5
untuk fondasi dalam.
Daya dukung izin fondasi dapat juga diperoleh dari hasil uji pembebanan fondasi pada lokasi
pekerjaan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode ini adalah
sebagai berikut:
a) efek penskalaan dari uji pembebanan terhadap dimensi fondasi yang sebenarnya;
b) variasi lapisan tanah tempat dilakukannya uji pembebanan terhadap lokasi fondasi yang
sebenarnya;
c) durasi pembebanan pada uji pembebanan dibandingkan dengan umur fondasi.
Uji pembebanan yang dilaksanakan pada suatu pelat uji (individual test plate) ataupun tiang
tunggal hanya akan memberikan gambaran mengenai daya dukung ultimit (ultimate bearing
capacity) tanah pada lokasi pengujian tersebut akibat beban uji yang diberikan. Dengan
demikian hasil yang diperoleh dari uji pembebanan ini belum tentu menggambarkan
karakteristik daya dukung (bearing capacity) fondasi yang sebenarnya atau kondisi daya
dukung di lapangan secara keseluruhan.
Penambahan penurunan ataupun kemungkinan terjadi keruntuhan geser sebagai akibat
kombinasi pembebanan pada fondasi mungkin saja akan terjadi, dan hal ini harus dicek. Uji
beban langsung pada pelat berukuran kecil umumnya hanya akan memberikan informasi
tentang tanah sampai kedalaman 2 kali lebar/diameter pelat uji. Oleh karena itu, jika hasil uji
beban akan digunakan sebagai dasar perancangan fondasi dangkal, perlu dilakukan
konversi terlebih dahulu sesuai ukuran fondasinya.
Harus diingat bahwa walaupun telah digunakan faktor keamanan yang cukup terhadap
kemungkinan terjadinya keruntuhan geser, namun hal ini tidak otomatis menjamin bahwa
penurunan fondasi akan menjadi kecil atau memenuhi syarat deformasi yang ditentukan.
(lihat Gambar 34). Pada Gambar 34 terlihat bahwa kalau berdasarkan keruntuhan geser
maka daya dukung izin fondasi adalah sebesar qu/SF; namun mengingat besarnya
penurunan yang terjadi S’ lebih besar dari penurunan yang diizinkan, Sall, maka untuk kondisi
ini daya dukung izin fondasi yang betul adalah sebesar qall(s). Dengan kata lain daya dukung
izin ditentukan berdasarkan kriteria penurunan yang diizinkan. Metode untuk menentukan
besarnya penurunan fondasi dapat dilihat pada 9.2.4.
9.2.4 Penurunan
Perkiraan besarnya penurunan total maupun beda penurunan merupakan hal yang penting
dalam perancangan fondasi untuk menjamin stabilitas dan kemampulayanan dari bangunan
di atasnya.
Penurunan total terdiri atas penurunan langsung (seketika) dan penurunan konsolidasi.
Penurunan langsung (immediated settlement) akan terjadi saat beban diberikan; dan
penurunan jangka panjang (long-term settlement) mulai terjadi beberapa saat setelah
pemberian beban.
Penurunan terjadi antara lain akibat:
a) Pemberian beban pada fondasi;
b) Berubahnya elevasi muka air tanah;
c) Getaran akibat beban mesin, kereta api, termasuk akibat gempa; dan
d) Perubahan tegangan yang bekerja pada lapisan tanah fondasi sebagai akbat antara lain
adanya galian atau pekerjaan konstruksi di sekitarnya.
c) Berdasarkan metode empiris yang sudah baku dan sesuai dengan kondisi tanah di
Indonesia serta sesuai dengan kasus-kasus yang telah dilakukan di Indonesia.
Besarnya penurunan total dan beda penurunan yang diizinkan ditentukan berdasarkan
toleransi struktur atas dan bangunan sekitar yang harus ditinjau berdasarkan masing-masing
kasus tersendiri dengan mengacu pada integritas, stabilitas dan fungsi dari struktur di
atasnya.
Penurunan izin < 15 cm + b/600 (b dalam satuan cm) untuk bangunan tinggi dan bisa
dibuktikan struktur atas masih aman.
Beda penurunan (differential settlement) yang diperkirakan akan terjadi harus ditentukan
secara saksama dan konservatif, serta pengaruhnya terhadap bangunan gedung tinggi di
atasnya harus dicek untuk menjamin bahwa beda penurunan tersebut masih memenuhi
kriteria kekuatan dan kemampulayanan sebesar 1/300.
Beban maksimum yang bekerja pada fondasi akan merupakan penjumlahan dari beban mati,
beban hidup, beban angin, dan beban gempa serta imposed load yang disebabkan antara
lain oleh gaya buoyancy dan tekanan tanah. Beban yang bekerja dapat bersifat permanen
ataupun sementara. Seluruh beban yang disebutkan di atas harus ditransfer ke tanah
melalui fondasi.
Persyaratan mengenai masing-masing beban ini dapat dijumpai pada SNI 1727:2013 yang
mengatur mengenai beban minimum untuk bangunan gedung dan struktur lain, dan SNI 03-
1725-1989 yang mengatur pembebanan untuk jembatan jalan raya. Khusus untuk beban
gempa pada bangunan gedung dapat merujuk pada SNI 1726:2012, sedangkan untuk
jembatan konvensional dapat merujuk SNI 2833:2008. Gaya bouyancy harus ditentukan
berdasarkan 9.3.4, sementara tekanan tanah harus diperoleh dari metode geoteknik yang
sudah baku.
Pada bagian sebelumnya telah disampaikan persyaratan fondasi dari segi geoteknik yang
antara lain menyebutkan bahwa daya dukung izin fondasi diambil dari daya dukung ultimit
dibagi dengan faktor keamanan. Di samping persyaratan geoteknik, fondasi juga harus
memenuhi persyaratan kekuatan dari struktur fondasi tersebut.
Dua buah persyaratan kekuatan struktur fondasi yang harus dipenuhi adalah:
a) Persyaratan kekuatan struktural: Fondasi harus kuat menerima beban yang bekerja
padanya. Fondasi yang dibebani melebihi kapasitas strukturnya secara prinsip akan
mengalami keruntuhan katastropik.
b) Persyaratan kemampulayanan: Di samping harus kuat memikul beban di atasnya,
fondasi juga harus dapat berfungsi dengan baik akibat beban layan (service loads) yang
bekerja padanya. Persyaratan yang harus dipenuhi mencakup antara lain: penurunan
(total dan diferensial), heave, tilt, pergerakan lateral, getaran, dan durabilitas.
Suatu struktur fondasi harus dapat menahan buoyancy dengan memenuhi persyaratan
berikut ini.
a) Faktor keamanan minimum 1,5 terhadap bahaya floatation yang disebabkan oleh elevasi
muka air tanah tertinggi. Besarnya ketahanan merupakan penjumlahan dari beban mati
dan tahanan izin pengangkuran (permitted anchoring resistance) dengan mengacu pada
kriteria pada pasal 10;
b) Faktor keamanan minimum 1,1 terhadap bahaya floatation dimana buoyancy disebabkan
oleh elevasi tertinggi dari muka air tanah, dan ketahanan diambil sebesar beban mati
minimum saja.
Elevasi muka air tertinggi harus ditentukan berdasarkan pada semua kasus ekstrem yang
mungkin terjadi seperti curah hujan yang besar, banjir dan lainnya. Apabila tidak ada data
mengenai hal ini, maka muka air tanah tertinggi harus diambil di permukaan tanah. Akan
tetapi, pada area reklamasi, muka air tanah tertinggi dapat lebih tinggi dari permukaan tanah.
d) Analisis untuk tanah yang mempunyai sifat khusus, seperti tanah lunak (Su < 25 kPa, PI
>20, wn ≥ 40%), tanah ekpansif, tanah urugan tinggi;
e) Dalam hal tanah memiliki potensi likuifaksi, maka analisis daya dukung fondasi harus
mempertimbangkan pengaruh likuifaksi;
f) Dalam hal fondasi direncanakan berada pada daerah yang terpengaruh tekanan tanah
lateral, maka analisis tekanan lateral harus diperhitungkan.
g) Pengaturan layout yang menunjukkan dimensi dan kedalaman fondasi, detail struktur
fondasi dan spesifikasi material fondasi.
g) Analisis detail kelompok tiang terhadap kombinasi beban aksial, lateral, dan momen
dengan kombinasi statik dan dinamik,
h) Penurunan total dan beda penurunan,
i) Penetapan konstanta pegas aksial sistem fondasi rencana,
j) Analisis kepala tiang (pile cap),
k) Perhitungan balok penghubung (sloof/tie beam) dan khususnya kekuatan tie beam
terhadap beda penurunan,
l) Pengaruh pengangkatan oleh tekanan hidrostatik atau gaya cabut oleh pengaruh gempa,
m) Rencana uji pembebanan yang akan dilakukan,
n) Sambungan tiang fondasi kecuali dengan sistem yang telah melalui serangkaian
pengujian,
o) Kapasitas fondasi yang harus dibuat lebih kuat dari kolom dasar dan atau dinding geser,
dan
p) Langkah-langkah pengaman tiang fondasi pada keadaaan “satu kolom satu tiang
fondasi” dan “satu kolom dua tiang fondasi”.
Perancangan sistem fondasi yang merupakan gabungan antara fondasi tiang dan fondasi
rakit diperkenankan dengan memerhatikan beberapa kondisi sebagai berikut:
a) Tiang fondasi yang digunakan bersifat tiang friksi (friction pile),
b) Dalam mendesain penulangan fondasi tiang-rakit kondisi terkritis antara kombinasi 75%
beban diterima fondasi rakit dan 25% diterima oleh fondasi tiang dan kombinasi 25%
beban diterima fondasi rakit dan 75% diterima oleh fondasi tiang,
c) Distribusi gaya-gaya yang masuk ke sistem fondasi tiang dan fondasi rakit harus
dilakukan dengan metode numerik yang rasional,
d) Pada penggunaan tiang fondasi yang tidak berfungsi sebagai fondasi tiang permanen,
maka perencana harus bisa menunjukkan bahwa pada saat tiang tidak dibutuhkan, tiang
tersebut harus sudah gagal terlebih dahulu,
e) Penurunan bangunan yang menggunakan sistem fondasi tiang-rakit tidak boleh lebih dari
15 cm, kecuali dapat dibuktikan atau ditunjukkan bahwa struktur bangunan mampu
mendukung penurunan maksimum yang terjadi dan tidak akan menimbulkan pengaruh
pada lingkungan. Besaran ini bisa dilampaui apabila dapat dibuktikan tidak akan terjadi
hal-hal negatif pada bangunan tersebut sendiri maupun terhadap lingkungan sekitarnya.
Suatu perancangan fondasi harus dilengkapi juga dengan suatu laporan penyelidikan
lapangan yang mencakup penyelidikan tanah, uji lapangan, uji laboratorium, dan foto-foto
dari contoh tanah yang diambil merujuk ke Pasal 5.