Anda di halaman 1dari 49

cover

Pengantar Ilmu Terjemah


Pemateri : Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A., ‫حفظه اهلل تعال‬

Transkrip dan Layout : Tim Nadwa

Link Media Sosial Nadwa Abu Kunaiza:


Telegram : https:/ / t.me/ nadwaabukunaiza
Youtube : http:/ / bit.ly/ NadwaAbuKunaiza

Fanpage FB : http:/ / facebook.com/ NadwaAbuKunaiza


Instagram : https:/ / instagram.com/ nadwaabukunaiza
Blog : http:/ / majalengka-riyadh.blogspot.com

Bagi yang berkenan membantu program-program


kami, bisa mengirimkan donasi ke rekening berikut:
💳 No Rekening : 700 504 6666
🏢 Bank Mandiri Syariah
📝 a.n. Rizki Gumilar

Mohon koreksi jika ditemukan kesalahan dalam


karya kami. Koreksi dan saran atas karya kami bisa
dilayangkan ke rizki@bahasa.iou.edu.gm.
Pengantar Ilmu Terjemah

Daftar Isi

Daftar Isi ........................................................................................... i


Muqoddimah ............................................................................... 1
Perangkat yang Harus Dimiliki Oleh Penerjemah ........... 8
Metode Terjemahan ................................................................ 17
Perbandingan Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia ...... 23
Strategi Penerjemahan ........................................................... 33
Rambu-rambu Penerjemahan .............................................. 41

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. i


‫‪Pengantar Ilmu Terjemah‬‬

‫‪Muqoddimah‬‬

‫بسم هللا الرمحن الرحي‬


‫شهد أحن حل هلإ َإل ه حو ح‬‫اب‪ ،‬أح ح‬
‫َع حعبده الكتح ح‬ ‫اّلي أح ح‬
‫نز حل ح ح‬
‫ه َ‬
‫الع ٰزيز‬ ‫ٰٰ ٰ‬ ‫الحمد ٰ ٰ‬
‫ّلِل ٰ‬
‫ال َواب‪ ،‬امهلل حصل‬ ‫شهد أح َن مح َمدا حعبده حو حرسول المستحغ ٰفر َ‬ ‫الو َهاب‪ ،‬حوأح ح‬ ‫ح‬
‫َ ح حح ح ح ح‬ ‫ح ح‬ ‫ح ح ح‬ ‫ح ح ح حح‬ ‫حح حح‬
‫اب‬ ‫ح‬
‫اب‪ ،‬ونسأل السلمة ٰمن العذ ٰ‬ ‫اآلل والصح ٰ‬ ‫ارك علي ٰه وَع ٰ‬ ‫وسلم وب ٰ‬
‫ح‬
‫اب‪ ،‬أ َما بحعد‪.‬‬ ‫لس ٰ‬
‫حوسو ٰء ا ٰ ح‬

‫هلل‪...‬‬‫ا‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫خوت حوأح حخ حوات حر ٰ ح‬


‫ح‬ ‫ح‬
‫ٰ‬ ‫ٰ‬ ‫ٰإ ٰ‬
‫ح‬ ‫ح ح‬ ‫َ ح حح‬
‫هلل حوبح حركته‬
‫السلم عليكم حورحة ا ٰ‬

‫‪Teman-teman sekalian yang saya hormati dan‬‬


‫‪Allah‬‬ ‫‪muliakan,‬‬ ‫‪berkali-kali‬‬ ‫‪Allah‬‬ ‫‪menegaskan‬‬
‫‪bahwasanya al-Qur'an itu berbahasa Arab.‬‬

‫‪Dalam surah Yusuf, Dia berfirman:‬‬


‫﴿إنَا أح ح‬
‫نزْلحاه قرآنا حع حربٰيًّا﴾‬ ‫ٰ‬

‫‪Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.‬‬ ‫‪1‬‬


Pengantar Ilmu Terjemah

Dalam surah Taahaa:


‫ك أح ح‬
﴾‫نزْلحاه قرآنا حع حربٰيًّا‬
‫ح ح ح َٰ ح‬
ٰ ‫﴿وكذل‬

Dalam surah az-Zumar:


‫﴿قرآنا حع حربيًّا حغ ح‬
﴾‫ي ٰذي ٰع حوج‬ ٰ

Dalam surah Fushshilat:


‫ح‬ ٌ ‫﴿كتح‬
﴾‫اب فصلت آيحاته قرآنا حع حربٰيًّا‬ ٰ

Dalam surah asy-Syuro:


‫ح ح‬ ‫ح ح َٰ ح ح‬
﴾‫﴿ حوكذلٰك أو ححينحا ٰإَلك قرآنا حع حربٰيًّا‬

Dalam surah az-Zukhruf:


َ
﴾‫﴿ ٰإنا حج حعلنحاه قرآنا حع حربٰيًّا‬

Sekian banyak ayat yang menegaskan


bahwasanya Kalamullah itu berbahasa Arab
menyadarkan kita akan pentingnya memahami bahasa
Arab. Mengapa? Karena ia adalah bahasa Ilahi, bahasa
Robb kita. Karena ia adalah bahasa pedoman hidup kita,
terlebih lagi kita terlahir tidak dengan bahasa itu,

2 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

bahasa ibu kita adalah bahasa 'ajam. Maka kita harus


menerima ketetapan Allah ini dan harus
mempelajarinya.

Jangan sampai ada kecemburuan: "wah… enak ya


jadi anak orang Arab, dari lahir sudah paham bahasa al-
Qur'an tanpa perlu susah-susah belajar", jangan!
Dikhawatirkan ini termasuk dalam mengeluh, menyesali
takdir, atau: "ya sudahlah tidak perlu belajar bahasa
Arab, toh Allah pun tahu bahwa kita bukan orang Arab,
insyaallah Allah memaklumi".

Maka cukup ucapan ath-Thufi menjadi


jawabannya, dimana Beliau adalah seorang ulama yang
wafat pada tahun 716 H. Beliau pernah mengatakan
‫َ حح‬ ‫ح‬ ‫َ ح‬
dalam kitabnya yang berjudul, ‫الرد َع‬ ‫الصعقة الغ حض ٰبيَة ٰف‬
‫الع حربٰيَ ٰة‬
‫( منكري ح‬sebuah pukulan kemarahan sebagai
ٰ ٰ
jawaban terhadap para pengingkar bahasa Arab).

Apa yang dikatakan oleh al-Imam ath-Thufi?


Beliau mengatakan:
‫ُّ ح‬ ُّ ‫ح‬ ‫ح ح ح ُّ َ ح ح ح ح ح ح َ ح ح ح ح ح‬ َ
‫ب حَع ال َم ٰة ت حعلم اللغ ٰة‬‫ْي لوج‬ٰ ‫كتاب والسنة لو َكنا أعج ٰمي‬ ٰ ‫ٰإن ال‬
‫خل ح‬ ‫ح ح‬ ‫جميَة َلحف حهموا ب ح‬ ‫ح‬
‫الع ح‬
‫اب‬
ٰ ‫ط‬ ٰ ‫ا‬ ‫َض‬ ‫ت‬‫ق‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ٰ ٰ ٰ ٰ

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 3


Pengantar Ilmu Terjemah

"Sesungguhnya al-Kitab dan as-Sunnah


seandainya keduanya ini berbahasa non Arab
(berbahasa 'ajam), maka tentu wajib bagi ummat ini
mempelajari bahasa ‘ajam tersebut agar mereka mampu
memahami apa yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-
Nya" (ash-Sho'qotul Ghodhobiyyah: 266)

Artinya seandainya al-Qur'an dan as-Sunnah


diturunkan dengan menggunakan bahasa Indonesia,
maka pasti seluruh kaum muslimin yang ada di seluruh
penjuru dunia diwajibkan untuk mempelajari bahasa
Indonesia. Karena dengan bahasa tersebut, kita bisa
memahami apa yang disampaikan oleh Allah dan rasul-
Nya. Maka dari itu ikhwati fillah, setiap jerih payah kita
dalam mempelajari bahasa Arab jika kita niatkan untuk
memahami Kalamullah dan Kalamurrasul, maka
insyaallah akan bernilai pahala.

Jadi perlu diingat, bukan karena bahasa Arab itu


semata kita susah payah berjuang mempelajarinya,
melainkan karena ia adalah bahasa Kalamullah dan
Kalamurrasul. Itulah yang penting untuk kita catat
sehingga insyaallah akan menuai pahala.

4 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

Maka seandainya keduanya, yaitu al-Qur’an dan


as-Sunnah bukan berbahasa Arab sekalipun, tetap kita
akan berjuang mempelajari bahasa tersebut. Jika
memang dengan bahasa tersebut kita bisa memahami
apa yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya ‫ﷺ‬.

Dari muqoddimah ini, kita menyadari bahwasanya


kegiatan menerjemahkan adalah sesuatu hal yang dekat
dengan setiap insan muslim yang non-Arab. Bahkan
bisa dikatakan bahwa setiap muslim adalah penerjemah
secara umum karena memang sulit rasanya kita
pisahkan antara bahasa Arab dengan jati diri kita
sebagai muslim, entah itu mulai dari sholatnya,
kemudian bacaan al-Qur'annya, kemudian dari do’anya,
kemudian dari kitab-kitab para ulama dan seterusnya,
tidak bisa kita lepas dari bahasa Arab. Maka tentu, kita
dituntut menjadi seorang penerjemah, minimalnya
untuk diri kita sendiri.

Dan bahkan sebagian besar kosakata di dalam


bahasa kita yaitu bahasa Indonesia diserap dari bahasa
Arab. Bahkan kata "terjemah" sekalipun, ia berasal dari
bahasa Arab, yaitu dari fi’il ruba’i:
‫تر حج حم – ي حتجم – تحر ح ح‬
‫جة‬ ٰ
Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 5
Pengantar Ilmu Terjemah

‫ح حح‬ ‫ح حح ح‬
Di mana wazannya adalah ‫فعللة‬-‫يفع ٰلل‬-‫فعلل‬,
termasuk fi’il ruba’i mujarrod. Kemudian apa arti dari
‫ح‬ ‫ح‬ ‫ بح َ ح‬atau ‫( أحو حض حح‬menjelaskan).
‫ ترج حم ?تر حج حم‬artinya adalah ‫ْي‬

Misal ada kalimat:


‫ح ٌ حح‬ ‫ح‬
‫تر حج حم فلن لَك حمه‬

Artinya apa? Artinya: “Fulan menjelaskan


ucapannya”. Misal Antum mengatakan: "Setiap malam
aku melihat dan memandangi bulan". Dengan kata
"memandangi" disana hakikatnya dia menerjemahkan
‫ح ح‬
kata "melihat" karena ‫ ترج حم‬secara bahasa artinya ‫ بْي‬atau
‫حَ ح‬
‫ح‬
‫( أو حض حح‬menjelaskan).

Akan tetapi, jika kalimatnya seperti ini:


‫ح ح ح ح ٌ حح ح ح‬
‫يه‬
ٰ ‫ترجم فلن لَكم غ‬
Si Fulan menerjemahkan ucapan orang lain.

6 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

Maka dalam hal ini, kata al-Imam Abul Abbas al-


Fuyumi di kitabnya al-Mishbahul Munir maknanya
adalah:
‫ح‬ ‫ح ح ح‬ ‫ح حَح ح‬
‫ي لغ ٰة المتحَك ٰم‬
ٰ ‫ٰإذا عَّب عنه ٰبلغة غ‬
"Ketika si fulan ini menyampaikan ucapan orang
lain dengan bahasa selain bahasa orang tersebut" (al-
Mishbahul Munir: 1/ 73).

Maka inilah makna “terjemah” secara istilah.


Sehingga dari sini kita mengetahui bahwa arti
menerjemahkan secara bahasa adalah menjelaskan.
Sedangkan menurut istilah, menerjemahkan artinya
adalah mentransfer (memindahkan) ucapan seseorang
kepada bahasa lain.

Misalnya kita menerjemahkan ucapan si Fulan


(Fulan ini berbahasa Arab), kemudian kita terjemahkan
ke dalam bahasa Inggris atau ke dalam bahasa
Indonesia, maka inilah terjemah secara istilah.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 7


Pengantar Ilmu Terjemah

Perangkat yang Harus Dimiliki Oleh


Penerjemah
Sekarang kita berbicara tentang penerjemah yang
yang bagus, yang pro, bukan secara bahasa. Maka
selama ini ikhwati fillah, asumsi masyarakat kita atau
bahkan kita sendiri masih ada yang keliru. Yakni ketika
kita mendapati ada seseorang, dia mampu berbahasa
selain bahasa dirinya, artinya dia memiliki kemampuan
2 bahasa, misalnya. Maka, biasanya sudah dianggap
pantas untuk menjadi seorang mutarjim (seorang
translator atau penerjemah) Mengapa? Karena
anggapan mereka syarat untuk menerjemahkan itu
cukup dengan paham bahasa asing saja atau bahkan
cukup hanya dengan bisa berbicara bahasa asing,
misalnya bahasa Arab (dia fasih berbahasa Arab),
kemudian dianggapnya pantas menjadi seorang
penerjemah.

Ternyata untuk menjadi seorang mutarjim


(penerjemah) itu tidak semudah yang dibayangkan,
melainkan ada sejumlah perangkat atau skill
(kemampuan) yang harus dimiliki seorang penerjemah

8 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

sehingga terjemahannya ini bisa akurat. Apa saja


perangkat yang harus dimiliki?

1. Kemampuan bahasa sumber

Ini jelas, kemampuan bahasa sumber, dalam hal


ini kita berbicara tentang bahasa Arab. Dia harus
menguasai bahasa sumber tersebut (bahasa Arab),
baik secara tata bahasa maupun secara gaya bahasa.
Maksud dengan tata bahasa di sini nahwu shorof
(kaidah), kemudian gaya bahasa adalah balaghoh,
kemudian idiom-idiom (idiom itu seperti peribahasa,
pepatah dan yang lainnya yang berkaitan dengan
kebudayaan Arab), ini juga perlu dipahami, kemudian
majas dan yang lainnya. Sehingga tidak cukup
menguasai (menghafal) seluruh mufrodat dalam
bahasa Arab. Tidak cukup dengan itu, kalau tidak bisa
menguasai tata bahasa dan gaya bahasanya, maka
tentu akan kesulitan.

Misal kita beri contoh: kita sering mendengar


ungkapan yang familiar (tentu kita semua sudah
tahu) ‫ي‬
‫ح‬ ‫ح ح‬
ٰ ‫صباح اخل‬, kemudian jawabannya dengan
‫ح ح‬
ungkapan ‫صباح اْلُّو ٰر‬. Misalnya kita sudah hafal

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 9


Pengantar Ilmu Terjemah

mu’jam, kamus Munawwir juga sudah di luar kepala.


Bisakah menerjemahkan ini dengan baik, dengan
modal misalnya hanya kamus mufrodat? Tidak bisa
‫ح ح‬ ‫ح‬
tentu saja. Karena ‫ صباح‬artinya “pagi” dan ‫ اخلي‬artinya
‫ح ح‬ ‫ح ح‬
“kebaikan”. Kemudian ‫صباح اْلُّو ٰر‬, ‫ صباح‬artinya “pagi”

dan ‫ اْلُّور‬artinya “cahaya”. Tidak bisa kita terjemahkan

“pagi cahaya”, kita terjemahkan "selamat pagi.”

Maka inilah yang dimaksud dengan seorang


penerjemah harus menguasai bahasa sumbernya
baik dari sisi tata bahasa maupun gaya bahasanya. Ini
adalah semacam idiom yang setara dengan idiom di
dalam bahasa kita, bahasa Indonesia, dengan
"selamat pagi".

2. Kemampuan bahasa sasaran

Kemudian perangkat yang kedua adalah


kemampuan bahasa sasaran. Seorang penerjemah
harus menguasai tata bahasa dan gaya bahasa dari
bahasa sasaran, dalam hal ini adalah bahasa
Indonesia. Dan inilah skill atau perangkat yang paling
sering disepelekan oleh banyak penerjemah. Skill
kedua ini seringkali tidak dihiraukan oleh sebagian

10 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

besar penerjemah. Mengapa? Karena merasa dialah


‫ُّ ح‬
‫( ابن اللغة‬pemilik bahasa). Biasanya penerjemah itu
merasa bahwa dirinya ini anak pribumi yang lahir dan
tumbuh di keluarga yang berbahasa Indonesia, maka
tidak perlu saya belajar bahasa Indonesia. Padahal di
sini penting.

Skill yang kedua ini penting, mengapa? Karena


banyak sekali kita dapati terjemahan yang kesannya
dipaksakan, yakni terjemahan Indonesia tapi rasanya
masih rasa bahasa Arab. Misal kita ambil contoh
dalam beberapa ungkapan seperti ‫ال حواضع‬
َ . Ini

memang lebih mudah kalau kita terjemahkan


“tawadhu'” saja, karena memang tawadhu’ ini sudah
menjadi bagian dari bahasa Indonesia.

Akan tetapi, kalau penerjemah yang pro, yang


bagus, tentu diterjemahkan dengan tawadhu’ ini
kurang "nyeni", istilahnya, kurang indah, karena
memang kita memiliki ungkapan tersendiri yang
khas, tawadhu’ kita terjemahkan "rendah hati", maka
tentu penerjemah yang bagus, dia akan lebih memilih
terjemahan “rendah hati” daripada “tawadhu’.”

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 11


Pengantar Ilmu Terjemah

ٌ ‫ح ح ح‬ ‫ح‬
‫عمرا ح‬. Kalau dia
Atau misalnya kalimat ‫ضبه زيد‬

kurang dalam kemampuan bahasa sasarannya,


walaupun dia paham semua mufrodat bahasa Arab,
meskipun dia sudah menamatkan seluruh kitab
nahwu, tentu diterjemahkannya, "Amr memukulnya
Zaid". Ini adalah terjemahan yang susunan tata
bahasanya masih menggunakan tata bahasa Arab,
bukan bahasa Indonesia. Maka yang lebih tepat kita
terjemahkan: "Amr dipukul Zaid". Ini sebagai contoh
untuk perangkat yang kedua yaitu kemampuan
bahasa sasaran.

3. Memiliki wawasan tentang materi yang akan


diterjemahkan

Kemudian perangkat yang ketiga yang perlu


dimiliki adalah wawasan tentang materi yang akan
diterjemahkan. Ini perlu diperhatikan juga oleh
seorang penerjemah. Misalnya seorang yang
menerjemahkan buku-buku aqidah, hendaknya dia
orang yang kompeten di bidang aqidah, atau fiqih
misalnya, atau hadits, tafsir dan seterusnya.

Jadi, tidak cukup dia mumpuni dalam bahasa


sumber, kemudian mumpuni dalam bahasa sasaran,

12 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

tapi tidak menguasai materi yang akan


diterjemahkan. Meskipun dia bukan seorang yang
takhosus atau orang yang memang menggeluti di
bidang tersebut, minimalnya dia telah menguasai
buku yang akan diterjemahkannya, paling tidak dia
pernah baca.

Mengapa demikian? Karena memang sudah


pasti di sana ada istilah-istilah yang hanya bisa
dipahami oleh mereka yang bergelut di bidang
tersebut. Mengapa kita perlu menguasai materi
tersebut? Jika tidak, pasti dia (si penerjemah ini) akan
bersandar kepada terjemahan kamus. Dan tentu
terjemahan kamus ini menjadikan terjemahannya
tidak akurat.

Sebagai contoh, di bidang Nahwu, ada istilah


illat. Istilah illat ini bisa mengacu kepada illat nahwu
artinya sebab-sebab terjadinya suatu hukum, bisa
juga illat ini maksudnya huruf illat yakni huruf mad.
Maka ini hanya dipahami oleh mereka yang
berwawasan di bidang nahwu. Jika tidak, bisa jadi
huruf illat diterjemahkannya huruf sebab. Jadi
seorang penerjemah dia harus menguasai materi
yang akan diterjemahkannya.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 13


Pengantar Ilmu Terjemah

4. Harus mengenal karakteristik penulis

Kemudian yang keempat adalah perangkat


dimana dia mampu mengenal karakteristik penulis.
Biasanya ada beberapa penerjemah yang dia setia
hanya dengan satu penulis saja. Misalnya dia hanya
fokus menerjemahkan karyanya Syaikh Utsaimin
(penerjemahnya tetap). Mengapa? Karena dia sudah
mengenal gaya bahasa penulis tersebut.

Karena memang beberapa penulis tentu


memiliki gaya/ ciri khas yang berbeda-beda. Ada
yang memiliki gaya sastra yang tinggi. Kalau Antum
perhatikan misalnya seperti Syaikh Sa’id Ruslan,
ungkapannya ini ungkapan-ungkapan yang tertata
dan selalu memperhatikan qofiyyah (akhiran) dan
seterusnya, ada irama.

Kemudian ada juga penulis yang terkenal


dengan pemilihan mufrodat (kosakata) yang syaa-i'
(familiar/ yang mudah) seperti Syaikh Utsaimin dan
yang lainnya. Ada juga penulis yang untuk
memahaminya butuh dibaca berulang-ulang baru
bisa dipahami. Ada penulis yang agak humoris, ada

14 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

penulis yang menggebu-gebu, yang semangat dan


seterusnya.

Maka butuh skill tersendiri dalam mengenal


karakteristik penulis tersebut agar ciri khas tersebut
tetap tersampaikan kepada pembaca meskipun
menggunakan bahasa penerjemah. Jangan sampai
penulis yang menggebu-gebu kemudian kita
terjemahkan dengan humoris, tidak nyambung, tidak
sesuai dengan karakter atau ciri khas dari pada
penulis itu sendiri.

5. Amanah

Kemudian skill yang kelima adalah amanah. Ini


sebenarnya bukan skill, ini adalah sifat yang harus
senantiasa melekat pada setiap penerjemah. Karena
penerjemah adalah seorang "rasul" secara bahasa,
penyampai. Dan setiap orang yang membaca karya
terjemahan, maka dia hakikatnya akan bersandar
kepada penerjemah itu sendiri. Ibaratnya dia adalah
orang buta yang dituntun kemanapun pasti akan
mengikuti sekalipun dibawa masuk ke dalam jurang.

Maka jangan sampai kita sebagai penerjemah,


kita salah gunakan kepercayaan tersebut. Hendaknya

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 15


Pengantar Ilmu Terjemah

kita amanah. Jangan sampai ada satupun huruf atau


tanda baca yang dihilangkan kecuali dalam keadaan
yang benar-benar darurat, artinya dia berkaitan
dengan makna, maka kita dahulukan makna, lafadz
dengan makna jika bersebrangan kita dahulukan
makna.

Karena memang penerjemah itu hakikatnya dia


adalah penyambung lidah antara penulis dan
pembaca, maka kita harus amanah. Dan kita dapati di
sebagian terjemahan itu ada yang tidak amanah,
sehingga maknanya keluar jauh dari makna yang
diinginkan oleh penulis.

Nah, setidaknya inilah 5 perangkat (skill) yang


harus dimiliki oleh seorang penerjemah, agar bisa
menghasilkan terjemahan yang berkualitas.

Kemudian kita beralih kepada metode


terjemahan.

16 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

Metode Terjemahan
Ada banyak sekali metode terjemahan, bahkan
boleh jadi di antara Antum memiliki metode tersendiri
yang belum pernah dilakukan oleh penerjemah
sebelumnya. Boleh saja, sah-sah saja karena metode itu
bisa menggunakan cara apapun. Yang terpenting,
pesan itu tersampaikan.

Namun secara umum, metode terjemahan yang


paling sering digunakan itu ada 4:
ٌ ‫ح ححٌ ح‬
1. ‫رجة لف ٰظيَة‬ ‫( ت‬Terjemahan kata per kata)

Terjemahan lafdziyyah ini dengan cara menjaga


susunan bahasa sumbernya, dalam hal ini adalah
bahasa Arab. Jadi susunan bahasa Arab ini tetap
terjaga. Misalnya dalam sebuah ungkapan:
‫ح ح‬ ‫ح‬ ‫ح ح ح‬
ٰ ‫ضب عصفوري ٰن ٰبجر حو‬
‫احد‬

Bagi mereka yang menggunakan metode


terjemah lafdziyyah, maka terjemahannya akan
seperti ini:

Memukul dia 2 burung pipit dengan batu satu.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 17


Pengantar Ilmu Terjemah

Kita perhatikan terjemahan dengan teks aslinya,


susunannya sama persis, tanpa menghiraukan
susunan kalimat bahasa tujuan, apalagi konteks
kalimatnya. Jadi terjemah lafdziyyah menjaga
susunan teks bahasa aslinya, tanpa mengubahnya.

Kapan terjemah lafdziyyah ini dibutuhkan?


Terjemahan seperti ini terkadang dibutuhkan,
misalnya ketika:

• Proses pengajaran, saya mengajarkan kepada


Antum tahap awal penerjemahan, yakni dicari arti
setiap katanya, atau
• Dalam rangka perbandingan bahasa. Dengan
mengetahui susunan aslinya kita bisa
membandingkan dengan susunan asli dari bahasa
tujuan.
ٌ ٌ‫ح حح‬
2. ‫جة ححر ٰفيَة‬ ‫( تر‬Terjemah literal)

Literal artinya terjemahan yang sudah


diadaptasi dengan tata bahasa sasaran yaitu bahasa
Indonesia, sehingga susunan kalimatnya sama
dengan susunan kalimat dalam bahasa Indonesia.

18 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

Misalnya, kita ambil contoh yang sama biar bisa


dibandingkan:
‫ح ح‬ ‫ح‬ ‫ح ح ح‬
ٰ ‫ضب عصفوري ٰن ٰبجر حو‬
‫احد‬

Kalau terjemah harfiyah, hasilnya seperti ini:


“Dia memukul 2 burung pipit dengan satu batu”

‫ض حب‬
‫ ح ح‬diterjemahkan “dia memukul”, karena

dalam bahasa Indonesia subjek itu di depan. Bahasa


Indonesia hanya mengenal jumlah ismiyyah, tidak
ada jumlah fi’liyyah. Maka “Dia memukul 2 burung
pipit dengan satu batu”, kita lihat di sini “satu batu”,
bukan “batu satu”. Kita fokuskan di sini dengan “Dia
memukul dengan satu batu.”

Ini terjemah harfiyah, sudah agak mendekati


bahasa sasaran/ bahasa Indonesia. Penerjemah
sudah menampakkan bahwasanya dia menguasai
bahasa sasaran, meskipun penerjemah di sini masih
‫ح‬ ‫ح ح‬
menggunakan ‫( معن معج ٰم‬makna kamus).

Kita lihat ‫ض حب‬


‫ح ح‬ masih dia terjemahkan

“memukul”, tanpa memperhatikan konteksnya.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 19


Pengantar Ilmu Terjemah

Padahal memukul itu biasanya dengan tongkat,


dengan tangan, tidak dengan batu. Kalau dengan
batu namanya melempar. Maka di sini, si penerjemah
hanya menfokuskan pada susunan bahasa sasaran,
tanpa memperhatikan konteks kalimatnya. Apalagi
memperhatikan idiom dan seterusnya.
ٌ ٌ‫ح حح‬
3. ‫جة ح َرة‬ ‫( تر‬Terjemah bebas)

Pada terjemah bebas ini, penerjemah lebih


menyesuaikan dengan tersampaikannya pesan
kepada pembaca. Sehingga seringkali hasil
terjemahan lebih ringkas atau bisa jadi lebih panjang
dari teks aslinya, karena dia memperhatikan
tersampaikannya pesan dengan baik dan dapat
diterima oleh pembaca. Sehingga di sini penerjemah
lebih berimprovisasi berdasarkan kemampuannya.

Misalnya:
‫ح ح‬ ‫ح‬ ‫ح ح ح‬
ٰ ‫ضب عصفوري ٰن ٰبجر حو‬
‫احد‬
Melempar 2 burung dengan satu batu

Kita lihat yang berubah di sini adalah:

20 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

‫ح ح‬
‫ح‬
• ‫ضب‬ dia terjemahkan “melempar”, karena

memperhatikan konteksnya yaitu dengan batu.


• Subjeknya dihilangkan. Kata “dia” disana
dihilangkan karena memang tidak dibutuhkan.
Kalau dimunculkan maka akan menimbulkan
pertanyaan: siapakah dia yang dimaksud?.
Padahal kita tidak sedang membicarakan
seseorang di sini, tetapi kita mengungkapkan
suatu ungkapan yang maknanya ingin dipahami
oleh pembaca. Bukan ingin membicarakan si dia,
maka dia-nya dihapuskan saja.
• Pipit-nya juga dihilangkan. Karena memang tujuan
penulis ini tidak hendak membicarakan tentang
jenis burung. Mau burungnya burung pipit, mau
burung dara, mau burung gagak, tidak masalah.
Bukan itu intinya, sehingga menghilangkannya
akan menjadi lebih ringkas.

Intinya adalah sebuah ungkapan, yaitu


“melempar 2 burung dengan satu batu”. Artinya ada
efisiensi, yakni dengan satu batu saja kita sudah
dapat 2 burung, tidak perlu 2 batu. Ini namanya
menggambarkan sebuah efisiensi. Dan ini yang
dimaksudkan oleh penulis.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 21


Pengantar Ilmu Terjemah

ٌ ‫ح ححٌ ح‬
4. ‫جة تو ٰصي ٰليَة‬ ‫( تر‬Terjemah komunikatif)

Pada terjemahan ini, penerjemah betul-betul


meninggalkan bahasa sumber dan menyesuaikannya
dengan bahasa tujuan, yakni dengan memperhatikan
tata bahasanya, makna kontekstualnya, kemudian
idiom, budaya, sejarah kalau ada, itu dimasukkan
semua di sana. Misalnya:
‫ح ح‬ ‫ح‬ ‫ح ح ح‬
ٰ ‫ضب عصفوري ٰن ٰبجر حو‬
‫احد‬

Diterjemahkan menjadi "Sambil menyelam


minum air". Ini adalah sebuah ungkapan atau
peribahasa yang terkenal di bahasa kita. Maka di sini,
insyaallah pembaca akan lebih paham tanpa
menghilangkan gaya bahasa yang diinginkan oleh
penulis.

Atau misalnya dengan terjemahan "Sekali


merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui". Kita
juga mempunyai ungkapan seperti ini, yang sama
dan sepadan dengan ungkapan:
‫ح ح‬ ‫ح‬ ‫ح ح ح‬
ٰ ‫ضب عصفوري ٰن ٰبجر حو‬
‫احد‬

22 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

Perbandingan Bahasa Arab dan Bahasa


Indonesia
Kita semua mengetahui bahwa bahasa Arab ini
memiliki karakteristik yang berbeda dari bahasa
Indonesia. Demikian juga sebaliknya, kita tidak
memungkiri bahwa ada beberapa ciri khas yang dimiliki
oleh bahasa Indonesia tetapi tidak dimiliki oleh bahasa
Arab. Jadi tidak selalu setiap yang ada di dalam bahasa
Indonesia pasti ada di dalam bahasa Arab.

Misalnya, dalam bahasa Indonesia dhomir


mutakallimin (orang pertama jamak) itu ada 2, yaitu
“kami” dan “kita”. Penggunaannya berbeda, “kami”
adalah gabungan antara mutakallim (‫ )أنا‬dan ghoib (‫)هو‬,

orang pertama dan orang ketiga. Sedangkan “kita”


adalah gabungan antara mutakallim (‫)أنا‬ dan

mukhothob (‫)أنت‬, saya dan kamu. Sedangkan dalam


‫ح‬
bahasa Arab hanya dikenal satu dhomir yaitu ‫ نن‬untuk

semua penggunaan.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 23


Pengantar Ilmu Terjemah

Contoh lainnya masih seputar dhomir. Dalam


bahasa Indonesia ada beberapa istilah untuk
menunjukkan dhomir mukhothob mufrod: ada kamu,
ada engkau, ada anda, kau, dan lain-lain, belum
termasuk istilah lainnya yang tidak familiar. Adapun
‫ح‬
dalam bahasa Arab hanya dikenal ‫أنت‬. Meskipun di

dalam bahasa Arab mempunyai istilah ‫أنت‬


ٰ , ini yang
tidak dimiliki oleh bahasa kita. Yakni dia memiliki bentuk
untuk muannats tersendiri, yang dalam bahasa kita
tidak ada.

Ini hanya sedikit contoh kecil perbedaan antara


kedua bahasa. Akan tetapi, jangan Antum bayangkan
bahwa bahasa Arab dan bahasa Indonesia itu berbeda
100%, tidak. Tetap ada unsur persamaannya, bahkan
mungkin lebih banyak. Dan alhamdulillah sebagian
besar kata serapan dalam bahasa Indonesia itu berasal
dari bahasa Arab. Ini tentu membantu para penerjemah.

Berikut ini kita akan melihat beberapa perbedaan


lainnya antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia:

1. Kedua bahasa memiliki bunyi huruf yang khas

24 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

Tidak kita pungkiri bahwa kedua bahasa ini


memiliki banyak bunyi suara yang sama, lebih banyak
bahkan, dan kita tidak permasalahkan itu. Yang
menjadi permasalahan, khususnya di bidang
terjemahan adalah huruf-huruf yang berbeda. Maka
huruf-huruf ini nanti akan kita bahas di strategi
penerjemahan.

Setidaknya ada 10 huruf-huruf khas dalam


bahasa Arab yang tidak ada dalam bahasa kita, yaitu:

‫ غ‬،‫ ع‬،‫ ظ‬،‫ ط‬،‫ ض‬،‫ ص‬،‫ ش‬،‫ ذ‬،‫ خ‬،‫ث‬

Dan sebaliknya bunyi huruf yang ada di bahasa


kita dan tidak ada di dalam bahasa Arab setidaknya
ada 8: C, E, G, O, P, X, NG, NY

Biasanya ini beda-beda nanti transliterasinya


dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab. Seperti NG,
ada yang ‫نج‬, ada yang ‫نك‬, ada yang ‫نغ‬. Ini jadi

permasalahan.

2. Sistem penulisan dalam bahasa Arab sangat khas

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 25


Pengantar Ilmu Terjemah

Sedangkan bahasa Indonesia menganut sistem


penulisan huruf latin pada umumnya. Yaitu setiap
bahasa yang menggunakan huruf latin, biasanya
secara umum sistem penulisannya sama.

Maka seorang penerjemah dituntut untuk


menguasai sistem penulisan dalam bahasa Arab,
yaitu ilmu imla’ dan cara membacanya. Kita lihat di
sini:

• Cara penulisan bahasa Arab itu dari kanan ke kiri.


Sedangkan bahasa kita tentu mengikuti bahasa
pada umumnya, yang universal, yaitu dari kiri ke
kanan.
• Dalam bahasa Arab, satu huruf itu bisa banyak
bentuknya, tergantung letaknya: berdiri sendiri, di
depan, di tengah atau di belakang. Sebagai contoh
huruf hamzah: ada hamzah diletakkan di atas alif
(‫)أ‬, di bawah alif (‫)إ‬, di atas wawu (‫)ؤ‬, di atas ya (‫)ئ‬,

atau berdiri sendiri (‫)ء‬. Ini satu huruf saja bisa

banyak bentuknya. Dalam Bahasa Indonesia tidak


ada yang seperti ini, hanya ada huruf kapital dan
huruf kecil.

26 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

• Kemudian juga harokat. Harokat ini adalah ciri


khas dalam bahasa Arab yang tidak dimiliki bahasa
manapun. Maka seorang penerjemah itu harus
mampu membaca huruf Arab tanpa harokat.
Karena memang kebanyakan teks Arab tidak ada
harokatnya. Ini adalah tantangan tersendiri.

3. Bahasa Arab memiliki i’rob

I’rob adalah ciri khas bahasa Arab yang tidak


dimiliki bahasa manapun, dan dari ciri khas ini akan
melahirkan banyak karakteristik yang lainnya. I’rob
adalah perubahan akhir dari suatu kata yang
menentukan fungsi kata tersebut dalam kalimat.

Maka i’rob inilah yang menyebabkan bahasa


Arab susunan kalimatnya menjadi fleksibel. Sehingga
ٌ‫حٌ ح ح‬
bahasa Arab disebut ‫( لغة م ٰرنة‬bahasa yang fleksibel).

Sebaliknya jika suatu bahasa tidak memiliki i’rob,


maka tentu susunannya akan lebih kaku.

Misalnya bahasa kita, dia tidak memiliki i’rob,


maka susunannya tetap: Subjek-Predikat-Objek,
tidak bisa kita utak-atik lagi. Misalnya: Wawan makan
bakso, tidak bisa kita ubah menjadi: Bakso makan

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 27


Pengantar Ilmu Terjemah

Wawan. Jika kita ubah susunannya, maka akan


merusak maknanya.

Sedangkan dalam Bahasa Arab sangat mungkin


adanya taqdim (dikedepankan) dan ta'khir
‫ح ٌ ح حح‬
(dikebelakangkan), misalnya: ‫( زيد أكل خبا‬Zaid makan
ٌ ‫ح حح ح‬
roti). Kita ubah susunannya menjadi: ‫أكل زيد خبا‬, bisa,

makna intinya masih sama. Bisa kita ubah lagi


ٌ ‫ح‬ ‫ح حح‬ ٌ ‫ح حح ح‬
menjadi: ‫أكل خبا زيد‬. Atau misalnya: ‫خبا أكل زيد‬, ini

bukan kita artikan “roti makan Zaid”. Karena kalimat


ini mempunyai i’rob, maka tidak akan tertukar mana
fa’il dan mana maf’ul bihnya.
‫ح حح‬
Atau misalnya kita tambahkan dhomir: ‫خبا أكله‬
ٌ ‫ح حح‬
‫ حزيد‬, atau kita ubah lagi: ‫أكل خبا‬, fa’ilnya dihilangkan,
ٌ ‫ح‬
diganti dengan dhomir. Atau misalnya: ‫كل خب‬ ٰ ‫أ‬, maf’ul
‫ح‬
bihnya diubah menjadi naibul fa’il, boleh. Atau ‫كل‬ ٰ ‫أ‬
dan ini sudah paling praktis/ simple, dan seterusnya.
Susunan ini semua tidak mengubah makna intinya,
yaitu “Zaid memakan roti”.

28 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

Maka seorang penerjemah semestinya sudah


menguasai i’rob, karena sangat tidak mungkin
seorang menerjemahkan teks Arab tanpa nahwu dan
shorof.

Dan dari kelenturan susunan ini akhirnya


berdampak pada kualitas syair-syair dalam bahasa
Arab, sehingga akhirannya bisa didesain sedemikian
rupa agar seirama. Coba bandingkan dengan bahasa
yang memiliki susunan yang tetap, lebih sulit kita
modifikasi agar irama dan akhirannya menjadi
harmonis

4. Bahasa Arab memiliki simbol gender

ٌ‫ح‬ ‫ح‬ ٌ ‫ح‬


Kita lihat contohnya: ‫ز ٰميل – ز ٰميلة‬, dalam bahasa

Indonesia tidak ada simbol gender seperti ini, “teman


‫ح‬ ‫ح ح‬
lelaki - teman perempuan”. ٰ‫ ه ٰذه‬- ‫ هذا‬kita terjemahkan

ini, tidak ada simbol gender.

5. Bahasa Arab memiliki simbol waktu

Bahasa Arab memiliki bentuk fi’il madhi dan


mudhori’, disamping ada juga huruf tersendiri yang

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 29


Pengantar Ilmu Terjemah

mengkhususkan waktu seperti ‫س‬, ‫سوف‬, ‫قد‬, ‫ أن‬dll,

misalnya:
‫ حذ حه ح‬-- dia telah pergi
‫ب‬

‫ قحد حذ حه ح‬-- dia baru saja pergi


‫ب‬

‫ح‬
‫ يحذهب‬-- dia sedang pergi
‫ح‬
‫ حسيحذهب‬-- dia akan pergi
‫ح‬ ‫ح‬
‫ حسوف يحذهب‬-- dia kelak akan pergi

Sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak ada.


Misalnya "pergi", belum jelas kapan waktunya, maka
bahasa Arab punya simbol waktu yang lebih simpel.

6. Bahasa Arab memiliki simbol subjek (pelaku)

Setiap kata kerja sudah mengandung


‫حح ح‬
pelakunya, misalnya: ‫ ذهب‬nampak sekilas tidak ada
‫ح ح ح‬
subjeknya, padahal ada, yaitu dhomir mustatir. ‫ذهب‬
‫ح ح‬
artinya “dia telah pergi”, ‫ يذهب‬artinya “dia sedang

30 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

‫ح‬
pergi”, ‫ اذهب‬artinya “pergilah!”, maksudnya kamu
‫ح ح‬
(‫ )أنت‬pergilah.

Dalam Bahasa Indonesia pelakunya pasti


terpisah, misalnya "pergi" belum jelas siapa
pelakunya. Maka bahasa Arab mempunyai simbol
subjek yang lebih simpel daripada bahasa Indonesia.

7. Bahasa Arab lebih kaya kosakatanya

Bahasa Arab mempunyai jutaan kosakata.


Bahkan satu makna itu bisa melahirkan ratusan kata,
sebagaimana yang disampaikan al-Imam ats-Tsa’labi
di kitabnya Fiqhul Lughoh:
‫ح ح‬ ‫ح‬ ‫جائ ح َ َ ح ح ح‬ ‫ح ح ح ح‬
ٰ ‫احدا ٰب ٰمئْٰي ٰم حن اللف‬
‫اظ‬ ٰ ‫ب أن أمة حوسمت معن حو‬
ٰ ٰ ‫و ٰمن الع‬
Adalah suatu hal yang menakjubkan ada suatu
ummat/ kaum yang mana dia menandai sebuah makna
dengan ratusan lafadz1.

Yang dimaksud ummat adalah penutur bahasa


Arab.

1
Fiqhul Lughoh: 211

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 31


Pengantar Ilmu Terjemah

8. Bahasa Arab memiliki gaya kesusasteraan yang kaya


dibandingkan bahasa Indonesia.

Yang ini sudah bukan rahasia lagi pasti Antum


sudah mengetahuinya, dan kesusasteraan Arab
sudah sangat senior sebelum Islam datang. Dan
memang watak asalnya orang Arab sangat suka
dengan syair

Dan masih banyak lagi karakteristik bahasa Arab


sebetulnya yang tidak bisa disebutkan semua. Di
dalam Kitab Amali as-Salafiyyin saja disebutkan lebih
dari 30 karakteristik bahasa Arab yang tidak dimiliki
bahasa lain, belum lagi kitab yang lainnya.

32 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

Strategi Penerjemahan
Tadi kita sudah melihat perbedaan-perbedaan
yang ada di antara bahasa Arab dan bahasa kita. Yang
mana itu semua menjadi tantangan tersendiri bagi para
penerjemah. Perbedaan ini membutuhkan strategi
untuk menerjemahkan dan memang setiap penerjemah
itu butuh tantangan. Bagaimana mungkin kita
menerjemahkan dua bahasa yang 90% kedua bahasa
tersebut sama, maka tidak butuh penerjemah. Misal kita
menonton film ”Upin Ipin”, kita tidak butuh penerjemah
karena memang sebagian besar sudah bisa
memahaminya.

Maka dari itu, adanya perbedaan bahasa yang


kuat justru semakin mengakui keberadaan daripada
penerjemah itu sendiri. Maka kita syukuri perbedaan
tersebut, tinggal kita menyiasati dengan adanya strategi
penerjemahan.

Berikut ini ada beberapa strategi dalam menyikapi


perbedaan tersebut, saya bagi strategi itu dalam 2
kelompok yaitu strategi lafadz dan strategi makna.

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 33


Pengantar Ilmu Terjemah

1. Strategi lafadz

Strategi lafadz secara umum terbagi menjadi 3:

a. Penambahan lafadz

Sebagaimana pada ayat berikut.


‫ح ح‬ ‫ح‬
﴾‫﴿ حر َبنحا ل ت ٰزغ قلوبحنحا حبع حد إٰذ ه حديتنحا‬
Wahai Tuhan kami, janganlah Kau condongkan
hati kami pada kesesatan setelah Kau beri kami
petunjuk. (QS. Ali Imran: 8)

Kita perhatikan di sini, tambahan lafadz "pada


kesesatan" tidak ada pada teks aslinya atau ayat
‫ح‬
tersebut, karena ‫ ل ت ٰزغ‬artinya “jangan kau condongkan/

arahkan”, tidak disebutkan di sana kepada kesesatan


atau kepada yang lainnya. Tapi dari mana penambahan
“pada kesesatan” ini? Yakni kita bisa melihat dari
konteks kalimatnya, setelahnya ada kalimat ‫هديتنا‬
‫ح ح حح‬

(setelah Engkau beri kami petunjuk), maka lawan dari


petunjuk adalah kesesatan. Ini dengan cara
penambahan.

34 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

b. Pengurangan lafadz

Sebagaimana pada ayat berikut:


‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
‫حواقتلوهم ححيث ث ٰقفتموهم حوأخ ٰرجوهم من ححيث أخ حرجوكم‬
Bunuhlah mereka dimana saja kalian jumpai dan
usirlah mereka dari tempat kalian terusir. (QS. al-
Baqoroh: 191)

Kita lihat pada ayat tersebut ada 4 dhomir ‫هم‬


‫ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
“mereka” (‫ حواقتلوهم‬, ‫ث ٰقفتموهم‬, ‫ حوأخ ٰرجوهم‬, dan ‫)أخ حرجوا‬,

maka pengulangan kata ganti yang banyak seperti


ini perlu kita kurangi agar terjemahannya enak
dibaca. Jadi, cukup hanya menggunakan 2 saja
karena sudah bisa dipahami dari lafadz sebelumnya.

‫ح‬
‫هم‬ pada kalimat ‫ث ٰقفتموهم‬ tidak perlu

diterjemahkan karena sudah ada pada kalimat


‫ حواقتلوهم‬dan keduanya masih dalam satu rangkaian.
‫ح‬
Sedangkan ‫ هم‬pada kalimat ‫ حوأخ ٰرجوهم‬tetap

diterjemahkan karena ia termasuk kalimat baru.


‫ح‬
Kemudian pada kalimat ‫ أخ حرجوكم‬tidak mengapa

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 35


Pengantar Ilmu Terjemah

dihilangkan kembali karena masih satu rangkaian. Ini


adalah strategi pengurangan agar tidak berulang
kata yang sama.

c. Penukaran lafadz

Strategi yang ketiga adalah penukaran.


Misalnya dari jamak menjadi mufrod, mufrod
menjadi jamak, dari isim menjadi fi’il, fi’il menjadi
isim, dan seterusnya. Banyak cara yang bisa
digunakan dalam menukar lafadz, yang intinya
adalah mencari lafadz yang sesuai dengan bahasa
tujuan.

Contoh dalam ayat:

﴾ ٰ‫اْلك حرام‬ ‫حح ح‬ ‫ح ح ح َٰ ح ح ح‬


ٰ ‫ق وجه ربك ذو اْلل ٰل و‬ ‫﴿ويب‬
Dan wajah Tuhanmu senantiasa kekal yang
memiliki keagungan dan kemuliaan.
(QS. ar-Rahman: 27)

Lafadz ‫ ذو‬adalah isim, kita terjemahkan

sebagai kata kerja “memiliki.” Ini adalah penukaran


disesuaikan dengan lafadz yang sesuai.

36 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

Contoh lain:
‫ح‬ َ
ٰ‫اّلي ي حصوركم ٰف الر ححام‬
ٰ ‫ه حو‬
Dialah yang membentukmu dalam rahim.
(QS. Ali Imron: 6)

‫ح ح‬
Lafadz ٰ‫ الرحام‬adalah jamak taksir dari ‫حيم‬ َ .
ٰ ‫الر‬
Tapi diterjemahkan dalam bentuk mufrod/ tunggal
yaitu “rahim”.

2. Strategi Makna

Ada banyak strategi makna dan semua terfokus


pada 1 problem yaitu tidak tersedianya makna yang
sepadan dengan bahasa tujuan. Di antara strategi
untuk mengatasi problematika tersebut, yaitu:

a. Mencari makna yang terdekat

‫ح ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
Contohnya ungkapan “‫”أهل حوسهل حومرحبا‬. Ini

adalah ungkapan khas dalam bahasa Arab yang


tidak memiliki makna yang persis dalam bahasa
Indonesia. Akan tetapi, terdapat makna yang dekat
yang mewakili ungkapan tersebut yaitu "selamat
datang".

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 37


Pengantar Ilmu Terjemah

Mengapa disebut makna yang dekat? Karena


‫ح‬
‫ أهل‬artinya “keluarga”, ‫ حسهل‬artinya “kemudahan”,
‫ح ح‬
dan ‫ مرحبا‬artinya “kelapangan”. Ketiga lafadz

tersebut diucapkan dengan ekspresi wajah yang


sumringah, terkadang dengan tangan yang
terbuka, itu ciri khas orang Arab. Sedangkan
"selamat datang" biasanya diucapkan dengan
intonasi yang lebih datar. Meskipun tidak sama,
ungkapan “selamat datang” ini memiliki makna
‫ح ح‬ ‫ح‬ ‫ح‬
yang lebih dekat dari ‫أهل حوسهل حومرحبا‬.

b. Memberikan penjelasan

Ketika ada kata atau ungkapan khas yang


tidak memiliki padanan makna dalam bahasa
sasaran, maka bisa kita beri penjelasan tambahan
dalam tanda kurung atau catatan kaki.

Misalnya ketika menerjemahkan kata ‫ضب‬,


‫ح‬

terkadang diterjemahkan dengan kadal, terkadang


diterjemahkan dengan biawak. Ketika kita hendak
menerjemahkannya dengan makna yang lebih
akurat maka kita membutuhkan penjelasan

38 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

tambahan. Tidak cukup hanya dengan diganti


kadal atau biawak karena ada sisi perbedaan
antara ketiganya. Maka dari itu, bisa diberi catatan
‫ح‬
kaki yakni “‫ ضب‬adalah hewan melata berpostur

besar, termasuk herbivora yang hidup di padang


pasir, dan dagingnya halal dimakan.” Ini dengan
cara memberikan penjelasan, karena tidak ada kata
‫ح‬
yang setara dengan ‫ ضب‬dalam bahasa kita sebab

dia adalah hewan yang hidup di padang pasir.

ٌ ‫ح‬
Contoh lainnya adalah ‫غبار‬. Apabila kita ingin

mendapatkan makna yang akurat, perlu


ditambahkan penjelasan. Tidak hanya sekadar
angin puting beliung misalnya karena ‫ غبار‬adalah

angin kencang yang bercampur dengan debu


padang pasir. Bagi mereka yang pernah tinggal di
Arab Saudi tentu sudah mengetahui perbedaan
antara ‫ غبار‬dengan puting beliung.

c. Menyadur/ meminjam

Ketika suatu kata atau ungkapan tidak


memiliki padanan kata sama sekali dalam bahasa

Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 39


Pengantar Ilmu Terjemah

sasaran ataupun memiliki padanan kata tetapi jika


diterjemahkan akan menjadi hilang hakikatnya,
maka bisa kita sadur.

Misal istilah-istilah dalam ilmu nahwu yaitu


ٌ ‫نحص‬, ‫ حجر‬, ‫ حجز ٌم‬, tidak mungkin kita
ٌ ‫إع حر‬, ‫ حرف ٌع‬, ‫ب‬
‫اب‬ ٰ
terjemahkan, meskipun diterjemahkan, maknanya
tidak akurat. Maka solusinya adalah kita meminjam
istilah tersebut ke dalam bahasa Indonesia karena
apabila diterjemahkan menjadi hilang makna yang
diinginkan.

Alhamdulillah, Kementerian Agama dan


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah
merumuskan pedoman alih aksara atau yang lebih
dikenal dengan transliterasi. Hal ini
mempermudah kita meskipun hanya akan efektif
digunakan dalam karya ilmiah saja. Contohnya, ‫ث‬

disimbolkan dengan Ṡ (titik di atas) dan ‫ ص‬dengan

Ṣ (titik di bawah), dan seterusnya. Ini untuk


memudahkan penyaduran.

40 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.


Pengantar Ilmu Terjemah

Rambu-rambu Penerjemahan
Sebagai penutup, berikut ada rambu-rambu yang
perlu diperhatikan dalam menerjemahkan:

1. Pastikan kita mengetahui terlebih dahulu fungsi


setiap kata dalam kalimat. Oleh karena itu, i’rob
dalam ilmu terjemah adalah modal utama.
2. Pastikan kita mengetahui makna tekstual (kamus)
dan makna kontekstual (idiomatik atau majaz) jika
ada.
3. Jika teks tersebut kompleks yakni terdiri dari kalimat
panjang, maka hendaknya diuraikan terlebih dahulu
menjadi kalimat kecil.
4. Isi berita lebih utama daripada bentuk dan amanah
itu bukan berarti semata-mata permasalahan bentuk.
Ketika menghilangkan salah satu kata, kita merasa
khianat, padahal menghilangkan makna yang
diinginkan penulis walaupun tidak dituliskan maka itu
lebih khianat.
5. Untuk mempertahankan isi berita, maka ada potensi
mengubah bentuk. Yaitu, jika ada kata yang ketika
diterjemahkan akan mengganggu makna, maka
hilangkan tanpa perlu ragu-ragu. Hal ini karena
banyak lafadz dalam bahasa Arab yang hanya
Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A. 41
Pengantar Ilmu Terjemah

berfungsi sebagai tambahan. Sebaliknya, jika perlu


menambahkan kata dalam terjemahan, maka
tambahkanlah tanpa perlu diberikan tanda kurung,
kecuali jika itu memang penjelasan ekstra dari
penerjemah.
6. Jangan lupa ketepatan tata bahasa sasaran, dan
ejaannya adalah hal penentu dalam keberhasilan
terjemah.

Inilah pengantar ilmu terjemah yang bisa


disampaikan. Tentu, jika ingin lebih mahir lagi
diperlukan latihan yang intensif karena ilmu terjemah
itu bukan ilmu teori melainkan ilmu praktek. Jadi, harus
ada teks yang dibaca dan diterjemahkan.

‫ح‬ ‫ح ح‬ ‫َ ح حح‬
‫هلل حوبح حركته‬
ٰ ‫حوالسلم عليكم حورحة ا‬

42 Ustadz Abu Kunaiza, S.S., M.A.

Anda mungkin juga menyukai