Anda di halaman 1dari 14

JIP STKIP Kusuma Negara (ISSN: 2085-7144), vol. 7, No.

2, Januari – Juni 2016

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN


REALISTICS MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN PEMECAHAN
MASALAH DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

Ria Noviana Agus


Universitas Serang Raya (UNSERA)
ria_an99@yahoo.co.id

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui apakah siswa yang diberi pembelajaran
matematika melalui pendekatan RME dengan pemecahan masalah lebih baik prestasi
belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan konvensional pada materi pokok segi empat, (2) Untuk mengetahui
efektivitas gaya belajar siswa kelas VII SMP terhadap prestasi belajar matematika, (3) Untuk
mengetahui apakah pada masing-masing dengan gaya belajar, pendekatan RME dengan
pemecahan masalah akan menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan cara stratified cluster random sampling. Populasinya siswa kelas VII SMP N 2
Karanganom Semester II yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok ekperimen dan
kontrol. Penelitian ini termasuk eksperimental semu dengan pengujian hipotesis
menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama, dengan taraf signifikansi 5%. Dari hasil
analisis disimpulkan bahwa: (1) prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan segi
empat melalui pendekatan RME dengan pemecahan masalah lebih baik daripada prestasi
belajar matematika siswa dengan menggunakan pendekatan konvensional, (2) siswa pada
gaya belajar visual, auditorial maupun kinestetik mempunyai prestasi belajar yang sama, (3)
prestasi belajar matematika siswa pada masing masing gaya belajar dan pendekatan
pembelajaran adalah sama.

Kata Kunci: Realistics Mathematics Education, pemecahan masalah, Gaya Belajar

1. PENDAHULUAN
Masalah mendasar yang dihadapi diidentifikasikan dengan skor hasil tes.
dalam dunia pendidikan di Indonesia Selain itu juga kualitas pendidikan
sekarang adalah bagaimana tidak dapat terlepas dari kualitas proses
meningkatkan kualitas pendidikan. pembelajaran yang dilakukan guru.
Kualitas pendidikan selalu dikaitkan Proses belajar mengajar merupakan
dengan pencapaian prestasi belajar proses yang terpenting karena dari
yang diperoleh peserta didik yang sinilah terjadi interaksi langsung antara

77
pendidik dan peserta didik. Di sini pula menemukan berbagai alternative
campur tangan langsung antara pemecahan masalah. Pada akhirnya
pendidik dan peserta didik berlangsung siswa menghafalkan saja semua rumus
sehingga dapat dipastikan bahwa hasil atau konsep tanpa memahami
pendidikan sangat tergantung dari maknanya dan tidak mampu
perilaku pendidik dan perilaku peserta menerapkannya dalam kehidupan
didik. Dengan demikian dapat diyakini sehari-hari. (utami, Erika:2013)
bahwa perubahan hanya akan terjadi Strategi pembelajaran yang
jika terjadi perubahan perilaku diharapkan mampu menggeser
pendidik dan peserta didik. Dengan penggunaan model konvensional serta
demikian posisi pengajar dan peserta mengaktifkan dan mengkreatifkan
didik memiliki posisi strategis dalam siswa pada suatu proses pembelajaran,
meningkatkan kualitas pembelajaran terutama pada pembelajaran
(Surakhmad, 2000:31). matematika diantaranya adalah melalui
Kenyataan yang ada di SMP pendekatan RME dengan pemecahan
Negeri 2 Karanganom, pembelajaran masalah. Pendekatan pembelajaran ini
matematika masih menggunakan merupakan strategi baru yang sama-
pembelajaran secara konvensional, sama mengajak siswa untuk lebih aktif
yaitu pembelajaran yang dimulai dari dan kreatif dalam berpikir dan
definisi atau teorema, contoh soal dan mengkomunikasikan gagasan dalam
dilanjutkan dengan latihan soal menyelesaikan suatu persoalan
penerapan dalam masalah yang matematika bagi siswa. RME dengan
menyangkut kehidupan sehari-hari. pemecahan masalah sebagai salah satu
Dapat dikatakan pembelajaran berpusat pendekatan baru dalam pembelajan
pada guru (guru aktif dan siswa pasif). matematika, juga mengajak siswa
Guru aktif menyampaikan informasi mematisasi kontekstual yaitu kegiatan
dan siswa pasif menerima. Kesempatan pola pikir siswa yang dikembangkan
bagi siswa untuk melakukan refleksi dari hal-hal yang bersifat konkrit
dan negosiasi melalui interaksi antara menuju hal-hal abstrak. Pembelajaran
siswa dengan siswa, dan siswa dengan matematika dengan model realistik
guru kurang dikembangkan. dengan pemecahan masalah pada
Pembelajaran tersebut tidak memberi dasarnya adalah pemanfaatan realita
kedempatan kepada siswa untuk dan lingkungan yang dipahami siswa
mengembangkan ide-ide kreatif dan untuk memperlancar proses

78
pembelajaran matematika sehingga merupakan aktivitas insani (human
mencapai tujuan pendidikan activities) dan harus dikaitkan dengan
matematika yang lebih baik dari masa realitas. Berdasarkan pemikiran tersebut,
lalu. Realita yang dimaksud adalah hal- RME mempunyai ciri antara lain, bahwa
hal yang nyata atau konkrit yang dapat dalam proses pembelajaran siswa harus
diamati dan dipahami siswa dengan diberikan kesempatan untuk menemukan
membayangkan, sedangkan lingkungan kembali (to reinvent) matematika melalui
adalah tempat dimana siswa berada bimbingan guru,
(Soedjadi, 2003 :108). dan bahwa penemuan kembali
Selain penggunaan pendekatan (reinvention) ide dan konsep
pembelajaran yang tepat, terdapat matematika tersebut harus dimulai dari
faktor-faktor yang mempengaruhi penjelajahan berbagai situasi dan
keberhasilan belajar matematika, persoalan “dunia real” (Gravemeijer,
diantaranya adalah gaya belajar siswa, 1994).
gaya belajar adalah cara yang lebih Beberapa konsepsi RME tentang
disukai dalam melakukan kegiatan siswa, guru dan tentang pengajaran
berpikir, memproses dan mengerti yang diuraikan berikut ini mempertegas
suatu informasi. Hasil riset bahwa RME sejalan dengan paradigma
menunjukkan bahwa murid yang baru pendidikan, sehingga ia pantas
belajar dengan gaya belajar mereka untuk dikembangkan di Indonesia.
yang dominan, saat mengerjakan tes, 1. Konsepsi tentang siswa
akan mencapai nilai yang jauh lebih RME mempunyai konsepsi tentang
tinggi dibandingkan bila mereka siswa sebagai berikut:
belajar dengan cara yang tidak sejalan a. Siswa memiliki seperangkat
dengan gaya belajar mereka (Adi W . konsep alternatif tentang ide-ide
Gunawan, 2004 :139), ada bermacam- matematika yang mempengaruhi
macam gaya belajar siswa yaitu gaya belajar selanjutnya;
belajar visual, auditorial dan kinestetik. b. Siswa memperoleh pengetahuan
2. KAJIAN PUSTAKA baru dengan membentuk
A. Realistic Mathematics Education
pengetahuan itu untuk dirinya
(RME) sendiri;
RME dikembangkan berdasarkan
c. Pembentukan pengetahuan
pemikiran Hans Freudenthal yang
merupakan proses perubahan
berpendapat bahwa matematika yang meliputi penambahan,

79
kreasi, modifikasi, penghalusan, 3. Konsepsi tentang pengajaran
penyusunan kembali, dan Pengajaran matematika dengan
penolakan; pendekatan RME meliputi aspek-
d. Pengetahuan baru yang aspek berikut (De Lange, 1995):
dibangun oleh siswa untuk a. Memulai pelajaran dengan
dirinya sendiri berasal dari mengajukan masalah (soal) yang
seperangkat ragam pengalaman; e. “riil” bagi siswa sesuai dengan
Setiap siswa tanpa memandang ras, pengalaman dan tingkat
budaya dan jenis kelamin pengetahuannya, sehingga siswa
mampu memahami dan segera terlibat dalam pelajaran
mengerjakan matematika. secara bermakna;
2. Peran guru b. Permasalahan yang diberikan
RME mempunyai konsepsi tentang tentu harus diarahkan sesuai
guru sebagai berikut: dengan tujuan yang ingin dicapai
a. Guru hanya sebagai fasilitator dalam pelajaran tersebut;
belajar; c. Siswa mengembangkan atau
b. Guru harus mampu membangun menciptakanmodel-model
pengajaran yang interaktif; simboliksecarainformal
c. Guru harus memberikan terhadap persoalan/masalah
kesempatan kepada siswa untuk yang diajukan;
secara aktif menyumbang pada d. Pengajaran berlangsung secara
proses belajar dirinya, dan interaktif: siswa menjelaskan
secara aktif membantu siswa dan memberikan alasan terhadap
dalam menafsirkan persoalan jawaban yang diberikannya,
nyata; dan memahami jawaban temannya
d. Guru tidak terpancang pada (siswa lain), setuju terhadap
materi yang termaktub dalam jawaban temannya, menyatakan
kurikulum, melainkan aktif ketidaksetujuan, mencari
mengaitkan kurikulum dengan alternatif penyelesaian yang
dunia nyata, baik fisik maupun lain; dan melakukan refleksi
sosial. terhadap setiap langkah yang
ditempuh atau terhadap hasil
pelajaran.

80
Pembelajaran Matematika dengan masalah yang dapat mereka
Realistik di sekolah dilaksanakan bayangkan.
dengan menempatkan realitas dan RME di Indonesia diadaptasi
lingkungan siswa sebagai titik awal dengan nama Pendidikan Matematika
pembelajaran. Masalah-masalah yang Realistik Indonesia (PMRI). Yansen
nyata atau dapat dibayangkan dengan Marpaung (2003) menyatakan bahwa
baik oleh siswa dan digunakan sebagai PMRI dijabarkan menjadi 10
sumber munculnya konsep atau karakteristik yaitu ;
pengertian-pengertian matematika yang 1. Murid aktif, guru aktif
semakin meningkat. Jadi pembelajaran 2. Pembelajaran sedapat mungkin
tidak dimulai dari definisi, teorema atau dimulai dengan masalah-masalah
sifat-sifat dan selanjutnya diikuti dengan cara sendiri
dengan contoh-contoh, namun sifat, 3. Guru memberi kesempatan pada
definisi, teorema itu diharapkan siswa menyelesaikan masalah
“seolah-olah ditemukan kembali” oleh dengan cara sendiri
siswa (R. Soedjadi, 2001:2). Jelas 4. Guru menciptakan suasana
bahwa dalam pembelajaran matematika pembelajaran yang menyenangkan
realistik siswa ditantang untuk aktif 5. Siswa dapat menyelesaikan masalah
bekerja bahkan diharapkan agar dapat dalam kelompok atau secara
mengkonstruksi atau membangun individual
sendiri pengetahuan yang akan 6. Pembelajaran tidak selalu di kelas
diperolehnya. 7. Guru mendorong terjadinya interaksi
Gravermeijer (dalam Yansen dan negoisasi, baik antara guru dan
Marpaung, 2001), ide utama dari RME siswa, maupun antara siswa dengan
adalah siswa harus diberi kesempatan siswa
untuk menemukan kembali ide dan 8. Siswa bebas memilih representasi
konsep matematika dengan bimbingan yang sesuai dengan struktur
orang dewasa. Usaha untuk kognitifnya sewaktu menyelesaikan
membangun kembali ide dan konsep masalah.
matematika tersebut melalui 9. Guru bertindak sebagai fasilitator
penjelajahan berbagai situasi dan 10. Menghargai pendapat siswa,
persoalan-persoalan realistik, dalam termasuk pendapat itu betul atau
pengertian bahwa tidak hanya situasi salah.
yang ada di dunia nyata, tetapi juga

81
Dalam pembelajaran matematika dikerjakan siswa secara informal
realistik, kegiatan inti diawali dengan atau coba-coba karena langkah
masalah kontekstual, siswa aktif, siswa penyelesaian formal untuk
dapat mengeluarkan ide-idenya, siswa menyelesaikan soal tersebut belum
mendiskusikan dan membandingkan diberikan.
jawabannya dengan temannya. Guru b. Guru memeriksa hasil pekerjaan
memfasilitasi diskusi dengan teman siswa dengan berprinsip pada
sebangkunya dan mengarahkan siswa penghargaan terhadap keberagaman
untuk memilih suatu jawaban yang jawaban dan kontribusi siswa .
benar. Selanjutnya guru dapat meminta c. Guru menyuruh siswa untuk
beberapa siswa untuk mengungkapkan menjelaskan temuannya di depan
jawabannya. Melalui diskusi kelas kelas.
jawaban siswa dibahas/dibandingkan. d. Dengan tanya jawab, guru mungkin
Guru kemudian membantu memeriksa perlu mengulang jawaban siswa
jawaban-jawaban siswa. Jawaban siswa terutama jika ada pembiasan konsep.
mungkin tidak ada yang benar, mungkin Guru baru menunjukkan
semuanya benar atau sebagian benar langkah formal yang diperlukan untuk
sebagian salah. Jika jawaban benar menyelesaikan soal tersebut. Bisa
maka guru hanya menegaskan jawaban didahului dengan penjelasan tentang
tersebut. Jika jawaban salah materi pendukungnya
guru secara tidak langsung
memberitahu letak kesalahan siswa B. Pemecahan Masalah (
yaitu dengan mengajukan pertanyaan Problem Solving)
kepada siswa yang menjawab soal atau Menurut Mulyono Abdurrahman
siswa lainnya. Selanjutnya siswa dapat (2003:254), yang dimaksud pemecahan
memperbaiki jawabannya dari hasil masalah adalah aplikasi dan konsep
diskusi, guru mengarahkan siswa untuk keterampilan. Dalam pemecahan
menarik kesimpulan. masalah biasanya melibatkan beberapa
Menurut Suyitno (2004: 38), kombinasi konsep dan keterampilan
implementasi pembelajaran RME di dalam situasi baru atau situasi beberapa
sekolah adalah sebagai berikut. kombinasi konsep dan keterampilan
a. Guru menyiapkan beberapa soal dalam situasi yang berbeda.
realistik (ada kaitannya dengan Kemampuan pemecahan masalah sangat
kehidupan sehari-hari) yang akan terkait dengan kemampuan siswa

82
dalam membaca dan memahami bahasa siswa pernah menjumpai masalah
soal cerita, menyajikan dalam model sebelumnya, apakah siswa dapat
matematika, merencanakan perhitungan menggunakan teorema untuk
dari model matematika, serta menyelesaikan masalah.
menyelesaikan perhitungan dari soal- 3. Melaksanakan Rencana
soal yang tidak rutin. Pencapaian Merealisasikan rencana yang telah
kemampuan pemecahan matematika dibuat sesuai dengan langkah-
memerlukan komunikasi matematika langkah yang ada.
yang baik, dengan adanya interaksi 4. Memeriksa kembali
yang seimbang antara siswa dengan Memastikan rencana-rencana yang
siswa, atau pun siswa dengan guru.( sudah dibuat sesuai dengan langkah-
Witri Nur AnisaModel pembelajaran langkah yang digunakan dalam
pemecahan masalah yaitu pembelajaran pemecahan masalah.
yang berbasiskan masalah, pada proses Pemecahan masalah diajarkan di
pembelajarannya siswa dihadapkan sekolah, karena masalah-masalah
pada masalah yang harus diselesaikan kuantitatif yang ditemukan dalam
sendiri.( Komariah) kehidupan sehari-hari tampak sebagai
Menurut Kennedy yang dikutip masalah biasa untuk memecahkan
oleh Lovitt dalam bukunya Mulyono masalah dalam buku paket-paket SMP.
Abdurrahman (1999: 257) pemecahan Siswa sering melihat hubungan antara
masalah dalam matematika terdiri atas 4 apa yang diajarkan di sekolah dengan
langkah pokok : apa yang terjadi dalam dunia nyata.
1. Memahami masalah yaitu Pemecahan masalah diajarkan di
pengenalan pada apa yang diketahui sekolah dapat mengurangi celah antara
atau tidak data yang tersedia dan apa masalah matematika dalam kehidupan
yang ingin didapat. nyata dengan masalah matematika di
2. Menyusun rencana kelas. Pemecahan masalah matematika
Pada langkah ini diperlukan untuk akan mendorong siswa berpikir kreatif
melihat hubungan antara data yang dan positif terhadap matematika,
ada, data yang dicari dengan pemecahan masalah mungkin
menggunakan alat bantu. Untuk digunakan untuk melihat hubungan
itulah harus dilakukan sebuah antara ide-ide dan hubungan antara
rencana pemecahan masalah dengan matematika dengan pelajaran lainnya
memperhatikan, misalnya apakah (Idris Harta, 2001: 174).

83
C. Gaya Belajar disesuaikan dengan tipe belajar siswa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Gaya belajar seseorang adalah
Indonesia, gaya adalah suatu sikap kombinasi dari bagaimana ia menyerap,
untuk menyerap sesuatu. Gaya belajar kemudian ia mengatur serta mengolah
adalah cara yang disukai dalam informasi (DePotter, 2001:110)
melakukan kegiatan berpikir, berproses Pada awal pengalaman belajar,
dan mengerti suatu informasi. Hasil salah satu diantara langkah-langkah
riset menunjukkan bahwa murid yang pertama kita adalah mengenali
belajar dengan gaya belajar mereka modalitas seseorang, yaitu berdasarkan
yang dominan, saat mengerjakan tes, pada visual (penglihatan), auditorial
akan mencapai nilai yang jauh lebih (pendengaran) dan kinestetik (sentuhan
tinggi dibandingkan bila mereka belajar dan gerakan). Ini yang kita kenal
dengan cara yang tidak sejalan dengan dengan nama modalitas V-A-K.
gaya belajar mereka (Adi W. Gunawan, a. Gaya Belajar Visual
2004:139). Gaya belajar setiap orang Bagi siswa yang bergaya
merupakan kombinasi dari lima belajar visual, yang memegang
kategori yaitu : peranan penting adalah mata/
▪ penglihatan (visual). Menurut
Lingkungan: suara, cahaya,
temperatur, desain. Irvine Clarke III dkk (2006)
▪ pelajar visual terbaik ingat apa
Emosi: motivasi, keuletan,
tanggung jawab, struktur yang mereka lihat, seperti gambar,
▪ 
 Sosiologi : sendiri, berpasangan, diagram, flow chart, garis, waktu,

kelompok, tim, dewasa, film, dan demonstrasi. Dalam hal

 bervariasi ini metode pengajaran yang

▪ digunakan guru sebaiknya lebih


Fisik : cara pandang, 
pemasukan,
 waktu, mobilitas banyak atau dititik beratkan pada

▪ peragaan atau media. Ajak mereka


Psikologis : global/analitis, otak
kiri- otak kanan, implusif/ ke obyek-obyek yang berkaitan
reflektif. dengan pelajaran tersebut atau

Mengetahui tipe belajar siswa dengan cara menunjukkan alat

membantu guru untuk dapat mendekati peraganya langsung pada siswa


semua atau hampir semua murid hanya atau menggambarkannya di papan

dengan menyampaikan informasi tulis.


dengan gaya yang berbeda-beda yang Ciri-ciri belajar visual:

84
1. Rapi dan teratur. 16. Kadang-kadang kehilangan
2. Bicara dengan tepat. konsentrasi ketika mereka
3. Teliti terhadap detail. ingin memperhatikan.
4. Mementingkan penampilan b. Gaya Belajar Auditorial
dan berpakaian/ presentasi. Siswa yang bertipe auditorial
5. Tidah mudah tergantung oleh mengandalkan kesuksesan
keributan. belajarnya melalui telinga (alat
6. Mengingat yang dilihat dari pendengarannya). Misalkan
pada yang di dengar. mendengarkan ceramah atau
7. Lebih suka membaca daripada penjelasan gurunya, atau
dibacakan. mendengarkan bahan audio seperti
8. Membaca cepat dan tekun. kaset, dan sebagainya.
9. Sering kali mengetahui apa Ciri-ciri gaya belajar auditorial:
yang harus dikatakan, tapi 1. Saat bekerja suka bicara pada
tidak pandai memilih kata- diri sendiri.
kata. 2. Penampilan rapi.
10. Lebih suka melakukan 3. Belajar dengan mendengarkan
demontrasi dai pada pidato. dan mengingat apa yang
11. Mengingat dengan asosiasi didiskusikan dari pada yang
visual. dilihat.
12. Lebih suka musik daripada 4. Senang membaca dengan
seni. keras dan mendengarkan.
13. Sering menjawab pertanyaan 5. Menggerakkan bibir mereka
dengan jawaban singkat ya dan mengucapkan tulisan di
atau tidak. buku ketika membaca.
14. Mempunyai masalah untuk 6. Mempunyai masalah dengan
mengingat instruksi verbal pekerjaan-pekerjaan yang
kecuali jika ditulis, dan melibatkan visualisasi, seperti
seringkali minta bantuan memotong bagian-bagian
orang untuk mengulanginya. hingga sesuai dengan satu
15. Sering kali mengetahui apa sama lain.
yang harus dikatakan, tetapi 7. Biasanya ia pembicara yang
tidak pandai memilih kata- fasih.
kata.

85
8. Lebih pandai mengeja dengan 9. Lebih suka gurauan lisan
keras daripada daripada membaca komik.
menuliskannya.
c. Gaya Belajar Kinestetik 3. METODE
Kecerdasan kinestetik memuat Populasi sasaran (target population)

kemampuan seseorang untuk secara dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
aktif menggunakan bagian-bagian atau kelas VII SMP N 2 Karanganom. Waktu

seluruh tubuhnya untuk Penelitian dilaksanakan pada semester II

berkomunikasi dan memecahkan pada mata pelajaran segi empat.

berbagai masalah. Selanjutnya langkah pertama penentuan

Ciri-ciri belajar kinestetik : sampel dilakukan berdasarkan random

1. Berbicara perlahan. sampling, dimana semua populasi

2. Penampilan rapi. mempunyai peluang yang sama untuk

3. Tidak terlalu mudah terganggu mewakili populasi. Berdasarkan jumlah

dengan situasi keributan. kelas yang ada, maka kelas sampel dalam

4. Belajar melalui memanipulasi dan penelitian ini ditetapkan kelas VII A

praktek. sebagai kelas eksperimen dan VII B

5. Menghafal dengan cara berjalan sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen


diajarkan dengan menggunakan pendekatan
dan melihat.
6. Menggunakan jari sebagai RME dengan pemecahan masalah

petunjuk ketika membaca. sedangkan kelas kontrol diajarkan dengan

7. Merasa kesulitan untuk menulis pendekatan konvensional. Langkah kedua

tetapi hebat dalam bercerita. pufosif sampling, dilakukan tes gaya belajar

8. Menyukai buku-buku yang untuk menentukan perbedaan kemampuan

berorientasi plot mereka gaya belajar visual, auditorial dan

mencerminkan aksi dengan kinestetik, baik di kelas eksperimen

gerakan tubuh saat membaca. maupun kelas kontrol. Data yang

9. Kemungkinan tulisannya jelek. diperlukan dalam penelitian ini adalah hasil


belajar siswa sesudah mendapat perlakuan
10. Ingin melakukan segala sesuatu.
11. Menyukai permainan yang dan angket untuk mengukur gaya belajar.

menyibukkan. Dalam penelitian ini instrumen untuk

(De.Potter, 2001 : 120) mengukur hasil belajar siswa adalah tes


objektif pilihan ganda. Tes dilakukan
sebanyak dua kali, yaitu tes awal dan tes

86
akhir. Penelitian ini menggunakan uji normalitas data dan homogenitas variansi.
statistik untuk menguji kesamaan rata-rata Pada penelitian ini analisis data
dari dua kelompok sampel, yaitu menggunakan anava dua arah dengan hasil
menggunakan ANAVA dua arah. Namun sebagai berikut:
sebelumnya perlu diuji terlebih dahulu
Tabel 1
Rangkuman Analisis Variansi dua Jalan
Sumber Variansi JK Db RK Fobs Ftabel P Keputusan Uji

Pendekatan (A) 134,932 1 134,932 123,96 4,00 < 0,05 Di tolak


Gaya Belajar (B) 4,082 2 2,041 1,875 3,15 >0,05 Di terima
Interaksi (AB) 2,654 2 1,327 1,215 3,15 < 0,05 Di terima
Galat 67,49 62 1,088 - - -
Total 212,158 67 - - - -

Berdasarkan hasil perhitungan di atas Dari rangkuman hasil Uji Hipotesis di atas
dapat disimpulkan bahwa:
telah ditunjukkan bahwa: H0A ditolak,
1. terdapat perbedaan prestasi belajar
maka perlu dilakukan komparasi pasca
matematika ditinjau dari penggunaan
anava. Akan tetapi karena variabel
pendekatan pembelajaran RME
pendekatan pembelajaran hanya
dengan pemecahan masalah dan
mempunyai 2 nilai yaitu pendekatan RME
pendekatan konvensional.
dengan pemecahan masalah dan
2. tidak terdapat perbedaan prestasi
pendekatan konvensional, maka komparasi
belajar matematika ditinjau dari gaya
ganda antar baris tidak perlu dilakukan,
belajar siswa.
sehingga untuk melihat metode manakah
3. tidakterdapat interaksi antara
yang lebih efektif dapat dilihat dari rataan
pendekatan pembelajaran dan kategori
marginalnya.
gaya belajar terhadap prestasi belajar
siswa.

Tabel 2. Rataan Masing-Masing Sel


Kelompok Gaya Belajar Rataan
Marginal
(Pendekatan Pembelajaran) Visual Auditorial Kinestetik

87
RME dengan pemecahan
7,632 7,225 7,375 7,411
masalah

Konvensional 4,888 4,721 3,908 4,506

Rataan Marginal 6,260 5,973 5,641

Dari rataan marginal pada Tabel dapat disimpulakan bahwa, prestasi


2 menunjukkan bahwa rataan prestasi siswa yang menggunakan pembelajaran
belajar pada pendekatan pembelajaran melalui pendekatan RME dengan
RME dengan pemecahan masalah pemecahan masalah lebih baik daripada
adalah 7,411 lebih besar dari rataan siswa yang menggunakan pendekatan
prestasi belajar pada pendekatan konvensional.
konvensional yaitu 4,506. Hasil ini
4. KESIMPULAN
sesuai dengan hipotesis penelitian Berdasarkan hasil analisis
pertama bahwa pendekatan pembahasan yang telah diuraikan,
pembelajaran RME dengan pemecahan maka dapat ditarik kesimpulan dari
masalah lebih efektif daripada penelitian ini, yaitu:
pendekatan konvensional. 1. Berdasarkan hasil analisis uji
hipotesis Fa > Ftabel menunjukkan
Menurut penelitian Widjaja and
bahwa rataan hasil belajar pada
Hack (2003) menyatakan kelas
eksperimen dengan menggunakan RME pendekatan RME dengan

menunjukkan bahwa siswa mengalami pemecahan maslah adalah 7,411

kemajuan prestasi, dan menurut Gök lebih besar dari rataan hasil
belajar pada mtode konvensional
and silay(2008) menyatakan bahwa
yaitu 4,506 yang berarti bahwa
rataan restasi yang menggunakan
terdapat perbedaan prestasi belajar
pemecahan masalah lebih tinggi bila
matematikaditinjaudari
dibandingkan dengan kelas kontrol
penggunaanpendekatan
yang menggunakan metode tradisional.
pembelajaranRMEdengan
Jadi dari penelitian-penilitian di atas

88
pemecahan masalah dan datar segi empat di tingkat
pendekatan konvensional. Sekolah Dasar, sehingga
2. Berdasarkan hasil analisis uji dimungkinkan siswa dengan
hipotesis Fb = 1,874 lebih kecil ketiga gaya belajar mempunyai
dari Ftabel = 3,15 menunjukkan prestasi yang tidak jauh beda.
bahwa H0(B) diterima. Sehingga 3. Berdasarkan hasil analisis variansi
diperoleh kesimpulan bahwa tidak dua jalan dengan jumlah sel tak
terdapat perbedaan prestasi belajar sama diperoleh nilai Fab = 1,215
siswa antara gaya belajar visual, lebih kecil dari Ftabel = 3,15
auditorial, dan kinestetik pada menunjukkan bahwa H0(AB)
pokok bahasan segi empat. Karena diterima. Hal ini berarti bahwa
H0(B) diterima maka tidak perlu tidak terdapat interaksi antara
dilanjutkan dengan uji komparasi penggunaan pendekatan
ganda. Tidak adanya perbedaan pembelajaran dengan kategori
prestasi antara ketiga gaya belajar gaya belajar terhadap prestasi
dimungkinkan karena siswa sudah belajar matematika pada pokok
pernah mendapat materi bangun bahasan segi empat.

DAFTAR PUSTAKA
Adi W Gunawan. 2004. Quantum Learning, membiasakan belajar nyaman dan
menyenangkan. Gramedia
Depotter, Rori & Mike. 2001. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Gramedia.
Gravemeijer, K.P.E. 1994. Educational development and development research in
Mathematics Education. Journal for Research in Mathematics Education, 25(5), 443-
471.

Idris Harta (2001). Landasan Pendidikan. UMS press


Komariah.2007,”Model pemecahan masalah melalui pendekatan realistic”, Jurnal
Pendidikan Dasar Volume : V - Nomor : 7 - April 2007: diakses pada tanggal 3 januari
2016.

Lange, J. de (1995). Assessment: No Change without Problems, in: Romberg, T.A.(eds).


Reform in School Mathematics and Authentic Assessment. NewYork, Sunny Press, 87-
172.
Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta :
Rineka Cipta

89
Soedjadi. 2001. Pembelajaran Matematika Realistik: Pengenalam Awal dan Praktis.
Makalah, disampaikan pada Seminar Nasional tentang Realistic Mathematic Education
Universitas Negeri Surabaya
Surakhmad, Winarno. 2000. Metodologi Pengajaran Nasional. Jakarta:UHAMKA
Utami, Erika.2013 ”Implementasi pengembangan perangkat pembelajaran matematika
realistik di Indonesia di sekolah menengah pertama”, Prosiding SNMPM Universitas
Sebelas Maret 2013 Volume 1,205-2018.
Witri Nur anisa.2014” Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi
Matematik Melalui Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Untuk Siswa SMP
Negeri Di Kabupaten Garut”. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 1, 2014,
artikel 8,diakses pada tanggal 3 januari 2015
Widjaja, Y. B. And Heck, A. 2003. How a Realistic Mathematics Education Approach and
Microcomputer-Based Laboratory Worked in Lessons on Graphing at an Indonesian
Junior High School. Journal of Science and Mathematics Education in Southesast Asia.
Vol 26. No 2. PP. 1-51.
Yansen Marpaung. 2003. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Makalah Seminar
Nasional Komperda Himpunan Matematika Indonesia Wilayah Jawa Tengah dan DIY.
Surakarta.

90

Anda mungkin juga menyukai