Anda di halaman 1dari 48

Pelatihan Sistem Manajemen

Keselamatan Konstruksi (SMKK)


bidang PUPR/
Ahli Muda K3 Konstruksi

Pengetahuan Dasar K3
WA 081221562112
Yanyan Agustian, S.T.,M.Eng.,PhD
Education
S1, 1996 : Geology Department, UNPAD (S.T)
S2, 2004 : Yamanashi University, Civil and Environmental Eng.
Dept (M. Eng)
S3, 2009: Yamanashi University, Civil and Environmental Eng.
Dept (Ph.D)
Research topic
1. Strength and deformation
Work experience characteristics of granular
material
August 1997- July 1999 : Indominco, pit geology supervisor, 2. Liquefaction strength of
bontang coal project, Geology Supervisor sands
March 2009- March 2018 : Takenaka Civil Engineering and 3. Static and dynamic behavior
Construction Co.Ltd., Tokyo, Engineer-Site Manager of sands
4. Development in soils
March 2018~ Present : Lecturer at Widyatama University element tests in laboratory
5. Field investigation of
K3 Certification geotechnical hazards due to
earthquake
Ahli K3 Umum Kemenaker RI
Pendahuluan
Work – Kerja - ワーク - 作業
Risiko Perlunya
Risiko Kegagalan
Kecelakaan K3

low risk society transisi high risk society

Masyarakat Degradasi Masyarakat


Agraris Keselamatan Industri
Pendahuluan
1. Arti Tanda Palang: Bebas dari kecelakaan dan
penyakit akibat kerja (PAK).
2. Arti Roda Gigi : Bekerja dengan kesegaran jasmani
dan rohani.
3. Arti Warna Putih : Bersih dan suci.
4. Arti Warna Hijau : Selamat, sehat dan sejahtera.
5. Arti 11 (sebelas) Gerigi Roda : Sebelas Bab Undang-
Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.

Kepmenaker RI 1135/MEN/1987 tentang Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Filosofi Dasar
Filosofi dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam
menjalankan pekerjaannya, melalui upayaupaya pengendalian semua
bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanya.
lingkungan menekan risiko
proses kerugian dan
potensi bahaya kerja yang
produksi berdampak
dikendalikan aman &
lancar terhadap
sehat
peningkatan
produktivitas
Filosofi Dasar
The International Association of Safety Professionals (IASP)

1. Safety is an ethical responsibility.


2. Safety is a culture, not a program.
3. Management is responsible.
4. Employee must be trained to work
safety.
5. Safety is a condition of employment.
6. All injuries are preventable.
7. Safety program must be site specific
8. Safety is good business.
Tujuan Penerapan K3
Tujuan utama dalam PenerapanK3 berdasarkan Undang-UndangNo. 1
Tahun1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain :
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan
orang lain di tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman
dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional
Sejarah
1. Era revolusi industri (abad XVIII). Era penggantian tenaga hewan
dengan mesin-mesin seperti mesin uap
2. Era industrialisasi. Sejak era revolusi industri di atas sampai dengan
pertengahan abad 20, penggunaan teknologi semakin berkembang
sehingga K3 juga mengikuti perkembangan in dan penggunaan
teknologi (APD, safety device, interlock, dan alat-alat pengaman)
3. Era Manajemen. Keterpaduan semua unit-unit kerja seperti safety,
health dan masalah lingkungan munculnya standarstandar internasional
seperti ISO 9000, ISO 14000 dan ISO 18000.
4. Era Mendatang. Perkembangan K3 mulai menyentuh aspek-aspek
yang sifatnya publik atau untuk masyarakat luas
Sejarah Perundang-undangan
1. Tahun 1847 sejalan dengan pemakaian mesin mesin uap untuk keperluan
industri oleh pemerintah hindia belanda yang pengawasannya ditujukan untuk
pencegahan kebakaran, belum tertuju pada perlindungan tenaga kerja yang
berasal dari orang orang yang dijajah, karena hal ini bukan dianggap suatu
kepentingan masyarakat oleh pemerintah yang menjajah
2. Pada tanggal 28 januari 1852 pemerintah hindia belanda mengeluarkan
stbl.nomor 20 yang mengatur tentang pelaksanaan keselamatan kerja pada
pemakaian pesawat uap,yang pelaksanaannya
3. Diserahkan pada instansi dienst van heet stoomwezen yang sekaligus
pelaksanaan pengawasannya sudah tertuju pada perlindungan tenaga kerja
Sejarah Perundang-undangan
5. Pada abad 19 pemakaian pesawat uap yang meningkat pesat, disusul pemakaian
mesin diesel dan listrik di industri pengolahan, menyebabkan timbulnya bahaya
baru bagi para pekerja dan banyak terjadi kasus kecelakaan kerja.
6. Pada tahun 1905 dengan stbl. No. 521 oleh pemerintah hindia belanda dikeluarkan
peraturan tentang keselamatan kerja dengan nama veiligheid reglement disingkat
vr, yang diperbaruhi pada tahun 1910 stbl. No. 406.

Kaluar UU No. 1 Thn 1970


Sejarah Perundang-undangan
Veileigheids Reglement (VR 1910) UU No. 1 Tahun 1970

Teknik dan teknologi Bersifat preventif

Azas perlindungan ketenagakerjaan tidak Ruang lingkup lebih jelas


hanya industry atau pabrik
Represif atau polisional Rumusan teknis lebih komprehensif

Kemajuan industrialisasi, intensitas kerja, Pembinaan K3 bagi management


bahan baku, dan penunjang kerja lainnya
Pembentukan unit P2K3 Perusahaan
Perundang-undangan
1. Keputusan bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja nomor Kep
174/Men/1986 dan Nomor 104/KPTS/1986 tentang pedoman keselamatan dan kesehatan
kerja pada tempat kegiatan konstruksi. Peraturan in dinilai cukup memadai sebagai
landasan pelaksanaan K-3 , termasuk sebagai dasar untuk menerapkan sanksi bagi
pelanggamya.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01/Menl1980, tentang keselamatan dan kesehatan
kerja pada pekerjaan konstruksi bangunan.
3. Keputusan Menteri PekerjaanUmum No. 98/KPTS/1979, tentang penggunaan surat izin
mengemudi peralatan, poster, dan buku keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan
Departemen Pekerjaan Umum.
4. Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 tahun 1970 yang memuat ketentuan umum
tentang keselamatan kerja dalam usaha mencegah dan mengurangi kecelakaan maupun
bahaya lainnya.
Perundang-undangan
5. Undang-undang No. 14 tahun 1969, yang memuat ketentuan pokok mengenai Tenaga
Kerja dalam mencegah, mengenal obat, perawatan, mempertinggi derajat kesehatan,
mengatur hygiene, dan kesehatan kerja.
6. Undang-undang No. 3 tahun 1969, tentang persetujuan konvensi organisasi perburuhan
intemasional No. 120 mengenai hygiene dalam pemiagaan dan kantor Kantor;
7. Peraturan Menteri Perburuhan tahun 1964, tentang syarat-syarat kebersihan dan
kesehatan tempat kerja.
8. Undang-undang No. 21 tahun 1954, tentang perjanjian perburuhan yang juga memuat
aspek pelayanan kesehatan.
9. Undang-undang kerja tahun1948-1951, yang antara lain mengatur mengenal jam kerja,
cuti tahunan, peraturan tentang kerja bagi anak-anak, persyaratan tempat kerja, dan lain-
lain.
10. Undang-undang kecelakaan tahun 1947-1957, yang memuat ketentuan mengenai ganti
rugi kepada buruh yang mendapat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
Perundang-undangan
Tujuan utama Penerapan K3 berdasarkan
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja yaitu :
1. Melindungi dan menjamin keselamatan
setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat
kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat
digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan
produktivitas nasional.
Kecelakaan Kerja
1. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu
kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
2. Menurut Pemerintah c/q Departemen Tenaga Kerja RI, arti kecelakaan
kerja adalah suatu kejadian yang tiba-tiba atau yang tidak disangka-sangka
dan tidak terjadi dengan sendirinya akan tetapi ada penyebabnya.
3. Heinrich et al., 1980: Kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan atau yang berpontensi menyebabkan merusak lingkungan. Selain
itu, kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang
tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi
suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang mengakibatkan cidera atau
kemungkinan akibat lainnya.
Kecelakaan Kerja
Faktor
Pengertian 1. Biologi (Bakteri, Virus, Jamur, Tanaman,
Semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang Binatang).
berpotensi menimbulkan cedera dan atau 2. Kimia (Bahan/Material/Cairan/Gas/Uap/Debu
penyakit akibat kerja (PAK) Beracun, Reaktif, Radioaktif, Mudah
Sumber Meledak/Terbakar, Iritan, Korosif).
1. Manusia. 3. Fisik/Mekanik (Ketinggian, Konstruksi,
2. Mesin. Mesin/Alat/Kendaraan/Alat Berat, Ruang
3. Material. Terbatas, Tekanan, Kebisingan, Suhu, Cahaya,
4. Metode. Listrik, Getaran, Radiasi).
5. Lingkungan. 4. Biomekanik (Gerakan Berulang, Postur/Posisi
Jenis Kerja, Pengangkutan Manual, Desain Tempat
1. Tindakan. Keja/Alat/Mesin).
2. Kondisi. 5. Psikologi/Sosial (Stress, Kekerasan, Pelecehan,
Pengucilan, Lingkungan, Emosi Negatif).
Kecelakaan Kerja
Pengertian
Kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan dimana cedera, penyakit akibat
kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian) dapat terjadi (termasuk insiden
ialah keadaan darurat).

Kecelakaan Kerja
Insiden yang menyebabkan cedera, penyakit akibat kerja (PAK) ataupun
kefatalan (kematian).

Nearmiss (hampir celaka)


Insiden yang tidak menyebabkan cedera, penyakit akibat kerja (PAK) ataupun
kefatalan (kematian).
Kecelakaan Kerja
Biaya Langsung
1. Biaya Pengobatan & Perawatan.
Rp. 1 Juta 2. Biaya Kompensasi (Asuransi).
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Biaya Tidak Langsung
Rp. 5 – 50 Juta 1. Kerusakan Bangunan.
2. Kerusakan Alat dan Mesin.
3. Kerusakan Produk dan Bahan/Material.
Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja
4. Gangguan/Terhentinya Produksi.
5. Biaya Administrasi.
6. Pengeluaran Sarana dan Prasarana Darura
Rp. 5 – 3Juta 7. Waktu untuk Investigasi.
8. Pembayaran Gaji untuk Waktu Hilang .
13. Waktu untuk Administrasi.
9. Biaya Perekrutan dan Pelatihan.
14. Penurunan Kemampuan Tenaga Kerja yang Kembali
10. Biaya Lembur.
karena Cedera.
11. Biaya ekstra pengawas
15. Kerugian Bisnis dan Nama Baik.
12. Waktu untuk administrasi. dll
Kecelakaan Kerja

https://www.jisha.or.jp/english/statist
https://www.mom.gov.sg/ ics/accidents_in_detail_2017.html
Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Banyak standar yang menjelaskan referensi tentang kode-kode
kecelakaan kerja, salah satunya adalah standar Australia AS 1885- 1
tahun 1990, sebagai berikut:
1. Jatuh dari atas ketinggian
2. Jatuh dari ketinggian yang sama
3. Menabrak objek dengan bagian tubuh
4. Terpajan oleh getaran mekanik
5. Tertabrak oleh objek yang bergerak
6. Terpajan oleh suara keras tiba-tiba
7. Terpajan suara yang lama
8. Terpajan tekanan yang bervariasi (lebih dari suara)
9. Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah
10. Otot tegang lainnya
Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Banyak standar yang menjelaskan referensi tentang kode-kode
kecelakaan kerja, salah satunya adalah standar Australia AS 1885- 1
tahun 1990, sebagai berikut:
1. Jatuh dari atas ketinggian
2. Jatuh dari ketinggian yang sama
3. Menabrak objek dengan bagian tubuh
4. Terpajan oleh getaran mekanik
5. Tertabrak oleh objek yang bergerak
6. Terpajan oleh suara keras tiba-tiba
7. Terpajan suara yang lama
8. Terpajan tekanan yang bervariasi (lebih dari suara)
9. Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah
10. Otot tegang lainnya
Cidera Akibat Kecelakaan Kerja
Pengertian cidera berdasarkan Heinrich et al. (1980) adalah patah, retak, cabikan,
dan sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Bureau of Labor Statistics, U.S.
Department of Labor (2008) menyatakan bahwa bagian tubuh yang terkena
cidera dan sakit terbagi menjadi:
1. Kepala; mata.
2. Leher.
3. Batang tubuh; bahu, punggung.
4. Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain jari, jari
tangan.
5. Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jari kaki
6. Sistem tubuh.
7. Banyak bagian
Cidera Akibat Kecelakaan Kerja
Tujuan analisis cidera atau sakit: Pengelompokan jenis cidera dan
Tujuan menganalisa cidera atau sakit keparahannya:
yang mengenai anggota bagian tubuh a. Fatality
yang spesifik adalah untuk membantu
b. Loss Time Injury
dalam mengembangkan program
c. Loss Time Day
untuk mencegah terjadinya cidera
karena kecelakaan, sebagai contoh d. Restricted duty
cidera mata dengan penggunaan kaca e. Medical Treatment Injury
mata pelindung. Selain itu juga bisa f. First aid injury
digunakan untuk menganalisis g. Non Injury Incident
penyebab alami terjadinya cidera
karena kecelakaan kerja
Teori Penyebab Kecelakaan
Teori Domino Heinrich:
Konsep dasar model tersebut adalah:
1. Kecelakaan adalah sebagai suatu hasil dari serangkaian kejadian yang
berurutan. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya.
2. Penyebabnya adalah faktor manusia dan faktor fisik.
3. Kecelakaan tergantung kepada lingkungan fisik dan sosial kerja.
4. Kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia.
Teori Penyebab Kecelakaan
Penyebab
Penyebab Penyebab Kecelakaan
Tidak Kerugian
Dasar Langsung Kerja
Langsung

1. Kurangnya 1. Faktor Pekerjaan. 1. Tindakan Tidak 1. Kontak Dengan 1. Manusia (Cedera,


Prosedur/Aturan. 2. Faktor Pribadi. Aman. Bahaya. Keracunan,
2. Kurangnya 2. Kondisi Tidak 2. Kegagalan Fungsi. Cacat, Kematian,
Sarana. Aman. PAK).
3. Kurangnya 2. Mesin/Alat
Kesadaran. (Kerusakan
Mesin/Alat).
4. Kurangnya
Kepatuhan. 3. Material/Bahan
(Tercemar, Rusak,
Produk Gagal).
4. Lingkungan
(Tercemar, Rusak,
Teori Efek Domino – H.W. Heinrich Bencana Alam).
Teori Penyebab Kecelakaan
Teori Bird & Loftus:
Kunci kejadian masih tetap sama seperti yang dikatakan oleh Heinrich, yaitu
adanya tindakan dan kondisi tidak aman. Bird dan Loftus tidak lagi melihat
kesalahan terjadi pada manusia/pekerja semata, melainkan lebih menyoroti
pada bagaimana manajemen lebih mengambil peran dalam melakukan
pengendalian agar tidak terjadi kecelakaan
Teori Penyebab Kecelakaan
Teori Swiss Cheese:
Kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi pada setiap komponen yang
terlibat dalam suatu sistem produksi. Kegagalan suatu proses dapat dilukiskan
sebagai “lubang” dalam setiap lapisan sistem yang berbeda. Dengan demikian
menjelaskan apa dari tahapan suatu proses produksi tersebut yang gagal
Teori Penyebab Kecelakaan
Sebab-sebab suatu kecelakaan, dibagi menjadi:

1. Direct Cause. Direct Cause sangat dekat hubungannya dengan kejadian


kecelakaan yang menimbulkan kerugian atau cidera pada saat kecelakaan
tersebut terjadi. Kebanyakan proses investigasi lebih konsentrasi kepada
penyebab langsung terjadinya suatu kecelakaan dan bagaimana mencegah
penyebab langsung tersebut.
2. Latent Cause. Tetapi ada hal lain yang lebih penting yang perlu di
identifikasi yakni “Latent Cause”. Latent cause adalah suatu kondisi yang
sudah terlihat jelas sebelumnya dimana suatu kondisi menunggu terjadinya
suatu kecelakaan
Analisis Kecelakaan Kerja
Analisis kecelakaan kerja berguna untuk mengetahui:
1. Penyebab kecelakaan kerja
2. Akibat kecelakaan kerja
3. Langkah‐langkah pencegahannya.
Penyebab Kecelakaan Kerja
1. Perbuatan berbahaya
2. Keadaan berbahaya
Tujuan Analisis Kecelakaan Kerja
1. Untuk menjawab pertanyaan ”mengapa kecelakaan dapat terjadi”
2. Sehingga dapat ditentukan”bagaimana mencegah
agar kecelakaan sejenis tidak terjadi”
Analisis Kecelakaan Kerja
Analisis kecelakaan kerja berguna untuk mengetahui:
1. Penyebab kecelakaan kerja
2. Akibat kecelakaan kerja
3. Langkah‐langkah pencegahannya.
Penyebab Kecelakaan Kerja
1. Perbuatan berbahaya
2. Keadaan berbahaya
Tujuan Analisis Kecelakaan Kerja
1. Untuk menjawab pertanyaan ”mengapa kecelakaan dapat terjadi”
2. Sehingga dapat ditentukan”bagaimana mencegah
agar kecelakaan sejenis tidak terjadi”
Faktor Penyebab Kecelakaan
a. Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
b. Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau
keselamatan pekerja.
c. Faktor sumber bahaya yaitu:
1. Perbuatan berbahaya,hal ini terjadi misalnya karena metode kerja yang
salah,keletihan/kecapekan, sikap kerja yang tidak sesuai dan sebagainya;
2. Kondisi/keadaan bahaya,yaitu keadaan yang tidaka mandari keberadaan
mesin atau peralatan, lingkungan, proses,sifat pekerjaan
d. Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan
mesin/peralatan sehingga tidak bias bekerja dengan sempurna
Faktor Penyebab Kecelakaan
Selain itu, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja menurut Bennet dan
Rumondang (1985) pada umumnya selalu diartikan sebagai “kejadian yang
tidak dapat diduga“. Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan
atau diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi
persyaratan. Oleh karena itu kewajiban berbuat secara selamat dan mengatur
peralatan serta perlengkapan produksi sesuai dengan standar yang diwajibkan.
Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat memiliki
porsi 80 % dan kondisi yang tidak selamat sebayak 20%. Perbuatan berbahaya
biasanya disebabkan oleh:
a. Sikap dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap
b. Keletihan
c. Gangguan psikologis
Risiko Kecelakaan Kerja
Pengertian
Potensi kerugian yang bisa Keparahan
diakibatkan apabila terdapat kontak dengan

Sedang
Ringan

Ringan
Sangat

Sangat
Berat

Berat
suatu bahaya (contoh : luka bakar, patah
tulang, kram, asbetosis, dsb). Sangat Ekstri
Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim
Sering m
Penilaian dan Kategori Sering Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Ekstri
m

Frekuensi
Perkalian antara nilai frekuensi dengan nilai Ekstri
keparahan suatu resiko. Sedang Rendah Sedang Sedang Tinggi
m
Jarang Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Rendah Perlu Aturan/Prosedur/Rambu
Sangat
Sedang Perlu Tindakan Langsung Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi
Jarang
Tinggi Perlu Perencanaan Pengendalian
Ekstrim Perlu Perhatian Manajemen Atas
Risiko Kecelakaan Kerja
Hirarki Pengendalian Resiko/Bahaya

Eliminasi Eliminasi Bahaya


kehandalan perlindungan
Penggantian Tempat kerja /
Substitusi Alat/Mesin/Bahan/Tempat Pekerjaan Aman
Kerja yang Lebih Aman (Mengurangi
Bahaya)
Modifikasi Alat/Mesin/Tempat
Perancangan
Kerja yang Lebih Aman

Prosedur, Aturan, Pelatihan,


Administrasi Durasi Kerja, Tanda Bahaya, Tenaga Kerja
Rambu, Poster, Label Aman
(Mengurangi
Alat Pelindung Menyediakan APD kepada Paparan)
Diri Tenaga Kerja
Ukuran Statistik Kecelakaan
Ukuran Statistik Kecelakaan
Contoh:
Organisasi dengan tenaga kerja 500 orang, jumlah jam kerja yang telah dicapai
1,150,000 juta jam kerja orang. Pada saat yang sama cidera yang menyebabkan
hilangnya waktu kerja sebanyak 46. Berapa frekwensi ratenya ?

Frekwensi Rate = 46 x 1,000,000 / 1,150,000 = 40

Nilai frekwensi rate 40 berarti, bahwa pada periode orang kerja tersebut terjadi
hilangnya waktu kerja sebesar 40 jam per-sejuta orang kerja. Angka ini tidak
mengindikasikan tingkat keparahan kecelakaan kerja. Angka ini
mengindikasikan bahwa pekerja tidak berada di tempat kerja setelah terjadinya
kecelakaan kerja
Ukuran Statistik Kecelakaan
Contoh:
Sebuah tempat kerja telah bekerja 365,000 jam orang, selama
setahun telah terjadi 5 kasus kecelakaan kerja yang menyebabkan
175 hari kerja hilang. Tentukan rate waktu kerja hilang akibat
kecelakaan kerja tersebut.

Frekwensi Rate = ( 5 x 1,000,000) / 365,000 = 13,70


Severity Rate = (175 x 1,000,000) / 365,000 = 479

Nilai severity rate 479 mengindikasikan bahwa selama kurun waktu


tersebut berarti, pada tahun tersebut telah terjadi hilangnya waktu
kerja sebesar 479 hari per sejuta jam kerja orang.
Penyakit Akibat Kecelakaan (PAK)
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian,
penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisual atau man
made disease. Sejalan dengan hal tersebut terdapat pendapat lain yang
menyatakan bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan
kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun
diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan
dengan pekerjaan ( Hebbie Ilma Adzim, 2013)
Penyebab PAK
Pengertian
Gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan dan atau diperparah karena
aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan
Contoh
Anthrax, Silicosis, Asbestosis, Low Back Pain, White Finger Syndrom, dsb.

Faktor Penyebab
Biologi (Bakteri, Virus Jamur, Binatang, Tanaman) ; Kimia (Bahan Beracun dan
Berbahaya/Radioaktif) ; Fisik (Tekanan, Suhu, Kebisingan, Cahaya) ; Biomekanik (Postur,
Gerakan Berulang, Pengangkutan Manual) ; Psikologi (Stress, dsb).
Pencegahan
1. Pemeriksaan Kesehatan Berkala.
2. Pemeriksaan Kesehatan Khusus.
3. Pelayanan Kesehatan.
4. Penyedian Sarana dan Prasarana.
Kesehatan kerja
Pengertian
Penyelenggaraan dan pemeliharaan derajat yang setinggi-tingginya
dari kesehatan fisik, mental dan sosial dari tenaga kerja pada
semua pekerjaan, pencegahan gangguan kesehatan pada tenaga
kerja yang disebabkan oleh kondisi kerjanya, perlindungan tenaga
kerja dari resiko akibat faktor-faktor yang mengganggu kesehatan,
penempatan dan pemeliharaan tenaga kerja dalam suatu
lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan
psikologisnya, dan sebagai kesimpulannya merupakan penyesuaian
pekerjaan kepada manusia dan manusia kepada pekerjaanya.
Kesehatan kerja
Dasar Hukum
1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 8.
2. Permenakertrans 02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja.
3. Permenakertrans 1/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
4. Permenakertrans 3/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
5. Kepmenaker 333/MEN/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
6. Kepmenaker 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
7. Undang-Undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
8. Permenaker 1/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja
Dengan Manfaat Lebih Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
9. Surar Edaran Menakertrans 01/MEN/1979 tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Tempat Makan.
10. Peraturan Menteri Perburuhan tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam
Tempat Kerja.
Kesehatan kerja
Ruang Lingkup
1. Penyelenggaraaan pelayanan kesehatan kerja :
a. Sarana.
b. Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja, dokter perusahaan
dan paramedis perusahaan).
c. Organisasi (pimpinan unit PKK, pengesahan penyelenggaraan PKK).
2. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan kerja tenaga kerja (Awal, Berkala,
Khusus dan Purna Bakti)
3. Pelaksanaan P3K (Petugas P3K, Kotak P3k dan Isi Kotak P3K).
4. Pelaksanaan gizi kerja (pemeriksaan gizi dan makanan tenaga kerja, kantin,
katering pengelola makanan tenaga kerja , pengelola dan petugas katering).
5. Pelaksanaan pemeriksaan syarat-syarat ergonomi.
6. Pelaksanaan pelaporan (Pelayanan Kesehatan Kerja, Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja, Penyakit Akibat Kerja)
Alat Pelindung Diri (APD)
5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)
Pengertian
5R adalah cara/metode untuk mengatur/mengelola/mengorganisir tempat 整
kerja menjadi tempat kerja yang lebih baik secara berkelanjutan. 理
Tujuan 整
Untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas tempat kerja. 頓
Manfaat 清
Meningkatkan produktivitas karena pengaturan tempat kerja yang lebih 掃
efisien. 清
Meningkatkan kenyamanan karena tempat kerja selalu bersih dan luas. 潔
Mengurangi bahaya di tempat kerja karena kualitas tempat kerja yang
bagus/baik. し
Menambah penghematan karena menghilangkan pemborosan-pemborosan


di tempat kerja.

5S
Langkah-Langkah Penerapan 5R
Ringkas
Memilah barang yang diperlukan & yang tidak diperlukan.
Memilah barang yang sudah rusak dan barang yang masih dapat digunakan.
Memilah barang yang harus dibuang atau tidak.
Memilah barang yang sering digunakan atau jarang penggunaannya.

Rapi
Menata/mengurutkan peralatan/barang berdasarkan alur proses kerja.
Menata/mengurutkan peralatan/barang berdasarkan keseringan
penggunaannya, keseragaman, fungsi dan batas waktu.
Pengaturan tanda visual supaya peralatan/barang mudah ditemukan.
Langkah-Langkah Penerapan 5R
Resik
Membersihkan tempat kerja dari semua kotoran, debu dan sampah.
Menyediakan sarana dan prasarana kebersihan di tempat kerja.
Meminimalisir sumber-sumber sampah dan kotoran.
Memperbarui/memperbaiki tempat kerja yang sudah usang/rusak
(peremajaan).

Rawat
Mempertahankan 3 kondisi di atas dari waktu ke waktu.

Rajin
Mendisiplinkan diri untuk melakukan 4 hal di atas.
Contoh Dokumentasi Penerapan 5R Di Tempat Kerja
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai