Anda di halaman 1dari 26

CRITICAL JURNAL REVIEW

Disusun Oleh :

Nama : Fajar Handoko (5183131015)

Dosen pengampu : Prof.Dr.Abdul Muin Sibuea,M.Pd

Mata kuliah : Metodologi Penelitian

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
DESEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT.Karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan Tugas ini dengan tapat waktu.Saya memohon maaf apabila kepenulisan
dalam tugas saya masih jauh dari kata sempurna. Saya mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pdselaku dosen Metodologi Penelitian
yang memberi arahan dalam mengerjakan tugas Critical Journal Review dengan Judul
jurnal pertama Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
ShareUntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis PadaMateri Aritmatika
Sosial Siswa Kelas Vii Smp Negeri 9 Palu, jurnal kedua berjudul Efektivitas Penggunaan
Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share (Tps) Untuk Meningkatkan
KepercayaanDiri Dan Komunikasi Matematis Siswa Sman 9 Makassar, dan jurnal ketiga yang
berjudul Tps Application Based On Mouse Mischief For Improving The Ability To
Solve Mathematics Problem For Senior High School Students In Temanggung -
Indonesia.
Saya berharap tugas ini dapat menambah wawasan kita mengenai materi yang
diangkat menjadi topik utama dalamtugas Critical Journal Review serta dapat menjadi
referensi yang bermanfaat bagi para pembaca. 
Dengan ini saya mempersembahkan tugas ini dengan penuh rasa terima kasih dan
harapan semoga tugas saya bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. 

Medan, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Pembahasan 2
BAB II RINGKASAN JURNAL 3
2.1 Ringkasan Jurnal Pertama 3
2.2 Ringkasan Jurnal Kedua 11
2.3 Ringkasan Jurnal Ketiga 14
BAB III PEMBAHASAN ANALISIS 21
3.1 Kritikal Jurnal 21
3.2 Kelebihan dan Kelemahan Jurnal 24
BAB IV PENUTUP 26
4.1. Kesimpulam 26
4.2 Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Jurnal 1
Judul Jurnal : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada
Materi Aritmatika Sosial Siswa Kelas Vii Smp Negeri 9 Palu
Penulis : Nurhikmah, Sudarman Bennu dan Sutji Rochaminah,
Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana
Universitas Tadulako
Penerbit : e-Jurnal Mitra Sains
Indentitas : Volume 4 Nomor 4, Oktober 2016 hlm 92-101
Kota : Taduloka Palu
ISSN : 2302-2027

Jurnal 2
Judul Jurnal : Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (Tps) Untuk Meningkatkan Kepercayaan
Diri Dan Komunikasi Matematis Siswa Sman 9 Makassar
Penulis:Reskiwati Salam Universitas NegeriMakassar
Penerbit : Jurnal Nalar Pendidikan
Indentitas : Volume 2, Nomor 2, Juli-Desember 2014
Kota : Makassar
ISSN : 2339-0794

1
Jurnal 3
Judul Jurnal : Tps Application Based On Mouse Mischief For Improving The
Ability To Solve Mathematics Problem For Senior High School
Students In Temanggung - Indonesia
Penulis : Dr. Rochmad and Endang Sugiharti, S.Si, M.Kom , Universitas
Semarang
Penerbit : International Journal of Education and Research
Indentitas : Vol. 3 No. 3 March 2015
Kota : Semarang
ISSN : 2201-6333 (Print) ISSN: 2201-6740 (Online)

1.2. Tujuan
Journal review ini bertujuan untuk:
1. Mengulas isijurnal yang akan direview.
2. Mencari dan mengetahui informasi mengenai penerapan model koopereatif tipe Think
Pair Share (TPS) pada pembelajaran matematika yang ada dalam jurnal
3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang ada pada jurnal.

1.3. Manfaat
Journal review ini bermanfaatuntuk :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
2. Untuk menambah pengetahuan tentang penerapan model koopereatif tipe Think Pair Share
(TPS) pada pembelajaran matematika yang ada dalam jurnal .

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ringkasan Jurnal 1
Pendahuluan
Matematika merupakan sarana berpikir untuk menumbuh kembangkan pola berpikir
logis, sistematis, objektif, kritis, kreatif dan rasional yang harus dibina sejak dini.Akan
tetapi, pada saat pembelajaran matematika berlangsung, masih sering terdapat kesulitan-
kesulitan yang dialami siswa, diantaranya adalah masalah komunikasi matematis.
Komunikasi matematika merupakan kemampuan menyampaikan gagasan dengan
simbol-simbol, grafik atau diagram untuk menjelaskan keadaan atau masalah (Suyitna,
2005).Dalam penilaian komunikasi matematika, aspek yang dinilai adalah kemampuan
siswa menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis,
ataudemonstrasi.
Berdasarkan pengertian komunikasi di atas dapat dikatakan kemampuan komunikasi
matematika merupakan kemampuan seseorang dalam menyampaikan gagasan atau ide-ide
matematika dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan
atau masalah serta mendiskusikannya dengan oranglain.
Pembelajaran matematika di sekolah juga merupakan proses komunikasi,
yaituproses penyampaian message (pesan) yaitu sub pokok bahasan dari resourch
(sumber) dalam hal ini guru atau buku kepada receiver (penerima) dalam hal ini siswa
melalui channel (saluran atau media) tertentu. Proses komunikasi yang baik dalam
pembelajaran matematika, apabila siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan yang
diperoleh. Untuk itulah cara pembelajaran matematika di sekolah perlu diperbaharui guna
meningkatkan komunikasi matematis siswa menjadi lebih baik. Untuk meningkatkan hal
tersebut diperlukan sebuah model pembelajaran yang aktif dan inovatif.Dalam
pembelajaran matematika, siswa harus aktif sehingga dapat berfikir kritis, kreatif, dan
memahami sub pokok bahasan yang diajarkan oleh guru.Model pembelajaran yang
dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif tipe think pair share(TPS).
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka peneliti
tertarik melakukan penelitian dengan judul ”penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe think pair share untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis pada sub
pokok bahasan aritmatika sosial siswa kelas VII SMP Negeri 9 Palu”.

3
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK).PTK ini dilakukan secara
kolaborasi antara guru dengan peneliti dalam rangka meningkatkan komunikasi
matematis siswa pada sub pokok bahasan aritmatika sosial dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS.
Desain penelitian ini mengacu pada model penelitian yang dikemukakan oleh
Kemmis dan Mc. Taggart (Depdikbud, 1999)yang terdiri atas kegiatan perencanaan,
pelaksanaan tindakan dan observasi serta refleksi.Pelaksanaan tindakan dan observasi
dilakukan bersama.Diagram alur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1.Diagram Alur Desain Penelitian Model Kemmis dan Mc Taggart.


Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data
kuantitatif sedangkan sumber data dalam penelitian ini
meliputi, siswa dan guru. Sumber data penelitian ini diperoleh
melalui: (1) Hasil observasi aktivitas guru mengenai
pelaksanaan model TPS, (2) Hasil observasi aktivitas siswa
mengenai komunikasi matematis dalam pelaksanaan
pembelajaran; (3) hasil catatan lapangan; (4) tes yang
dianalisis berdasarkan aspek kemampuan komunikasi matematis.
Pengambilan data dilakukan dengan observasi/pengamatan, tes, catatan lapangan,
dokumentasi.Teknik pengumpulan data dilakukan berdasarkan data yang diambil. Data
observasi berupa data hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa yang diambil melalui
pengamatan. Data berupa hasil tes awal siswa, lembar tugas siswa (LTS), dan tes akhir
tindakan diambil melalui lembar tes.Data berupa catatan lapangan merupakan data yang
tidak terekam melalui observasi/pengamatan maupun tes diambil melalui
pengamatan.Dokumentasi digunakan untuk memperoleh bukti pembelajaran khususnya
yang berhubungan dengan aktivitas siswa dalam meningkatkan kemampuan
komunikasimatematis.

Hasil Dan Pembahasan


Hasil
Tabel 1. Analisis tes akhir tindakan siklus I
Soal/Aspek Penilaian
No. Nama Siswa 1 2 Jumlah Skor Kategori
1 2 3 1 2 3

4
1. Abraham . Bope   -   - 4 66,7 Baik
2. Ade Triyanto*)      - 5 83,3 Baik Sekali
3. Adrian R. Tambunan   -  - 3 50 Cukup
4. Agnesia Tewai   -   - 4 66,7 Baik
5. Dian Puspita A.   -  - 3 50 Cukup
6. Dini Mawarti     - - 4 66,7 Baik
7. Dio Reza Alif Pratama    - - - 4 66,7 Baik
8. Enjelina Lahagina   -   - 4 66,7 Baik
9. Fenni Fera Agustiani -  -   - 3 50 Cukup
10. Firilia Dinisa Parangi*)       6 100 Baik Sekali
11. Jessica Alva Chen L.     - - 4 66,7 Baik
12. Lidya Natalia Palanya    - - - 4 66,7 Baik
13. Moh. Rizal   -   - 4 66,7 Baik
14. Muh. Taufik R. -    - - 3 50 Cukup
15. Nissa Anastacia Sesa - - - -   2 33,3 Cukup
16. Noldy Rindengan - - - -   2 33,3 Cukup
17. Novi Rahmayanti -    - - 3 50 Cukup
18. Nur Yunita Dewi -   - - - 2 33,3 Cukup
19. Odtrisya Anugrah  - - -  - 2 33,3 Cukup
20. Pascal Clanci Smart I.*)       6 100 Baik Sekali
21. Prasetyo Adi Putra     - - 4 66,7 Baik
22. Puput    - - - 4 66,7 Baik
23. Rani Kurniawati - - - -   2 33,3 Cukup
24. Reinaldi Darawia -    - - 3 50 Cukup
25. Resky Fitria Sari - - - -   2 33,3 Cukup
26. Rozaq Nauval Ramadhan - - - -  - 1 16,7 Kurang
27. Ulfa     - - 4 66,7 Baik
28. Veronika Tandi Pasang    - - - 4 66,7 Baik
29. Yunus Syahrul Mubarok   -   - 4 66,7 Baik
30. Purnomo Hadi W. - - - -   2 33,3 Cukup
JUMLAH 1700,2
JUMLAH
56,67 Baik
RATA-RATA

Tabel 2. Analisis tes ahir tindakan siklus II


Soal/Aspek Penilaian
1 2
No Nama Siswa Jumlah Skor Kategori
. 1 2 3 1 2 3
1. Abraham Bope   -   - 4 66,7 Baik
2. Ade Triyanto*)       6 100 Baik Sekali
3. Adrian R. Tambunan     - - 4 66,7 Baik
4. Agnesia Tewai      - 5 83,3 Baik Sekali
5. Dian Puspita A.   -   - 4 66,7 Baik
6. Dini Mawarti    - - - 3 50 Cukup
7. Dio Reza Alif Pratama  - -  - - 2 33,3 Cukup
8. Enjelina Lahagina   -   - 4 66,7 Baik
9. Fenni Fera Agustiani   -  - - 3 50 Cukup
10. Firilia Dinisa Parangi*)       6 100 Baik Sekali
11. Jessica Alva Chen L.   -   - 4 66,7 Baik
12. Lidya Natalia Palanya   -   - 4 66,7 Baik
13. Moh. Rizal   -   - 4 66,7 Baik
14. Muh. Taufik R.   -  - - 3 50 Cukup
15. Nissa Anastacia Sesa      - 5 83,3 Baik Sekali
16. Noldy Rindengan   -   - 4 66,7 Baik
17. Novi Rahmayanti   -  - - 3 50 Cukup
18. Nur Yunita Dewi   -    5 83,3 Baik Sekali
19. Odtrisya Anugrah  - -  - - 2 33,3 Cukup
20. Pascal Clanci Smart I.*)       6 100 Baik Sekali
21. Prasetyo Adi Putra  - -  - - 2 33,3 Cukup
22. Puput   -   - 4 66,7 Baik
23. Rani Kurniawati   -  - - 3 50 Cukup
24. Reinaldi Darawia      - 5 83,3 Baik Sekali
25. Resky Fitria Sari   -   - 4 66,7 Baik
26. Rozaq Nauval Ramadhan    - - - 3 50 Cukup
27. Ulfa      - 5 83,3 Baik Sekali
28. Veronika Tandi Pasang  - -  - - 2 33,3 Cukup

5
29. Yunus Syahrul Mubarok   -   - 4 66,7 Baik
30. Purnomo Hadi W.   -  - - 3 50 Cukup
JUMLAH 1933,4
JUMLAH RATA-RATA 64,44 Baik

Pembahasan
1) Penyajian sub pokokbahasan
Dalam fase ini, peneliti memaparkan terlebih dahulu sub pokok bahasan yang akan
dipelajari dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Peneliti menyampaikan pengetahuan dasar mengenai materi yang dipelajari
danmengaitkannya dengan pengalaman dan pengetahuan siswa sehingga memudahkan
mereka menanggapi dan memahami pengalaman yang baru bahkan membuat siswa
mudah memusatkan perhatian sebagaimana menurut Asma (2013) bahwa dalam TPS,
Guru memberi informasi, hanya informasi yang mendasar saja, sebagai dasar pijakan
bagi anak didik dalam mencari dan menemukan sendiri informasi lainnya.
2) Berpikirbersama
Pada fase ini, masing-masing siswa diberikan LTS untuk dibaca dan dipahami,
kemudian merancang solusi pemecahan masalah. Apabila siswa telah memahami
permasalahan yang diberikan, maka ia juga akan mampu menemukan solusi dari
permasalahan tersebut (Brahmantya, 2010). Oleh karena itu, siswa menjadi lebih mudah
dalam mengingat dan memahami sebab mereka berpartisipasi langsung dalam
merencanakan, memproses, dan membuat kesimpulan sendiri terhadap masalah yang
diberikan.
Dari hasil pemikiran/ide siswa secara individu yang mereka sampaikan melalui
suatu komunikasi matematis tertulis dapat terlihat bahwa, sebagian besar siswa
memahami permasalahan yang diberikan sehingga solusi permasalahan yang
disampaikan juga sudah benar, hanya saja sebagian dari mereka masih memiliki
ketelitian kurang, sehingga keliru dalam menuliskan proses pemecahannya.
3) Transisi kepasangan
Setelah merencanakan solusi pemecahan masalah pada fase 2, siswa diminta untuk
berpasangan dengan teman sebangkunya. Sharan dalam Isjoni (2010) menyebutkan
bahwa siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif akan memiliki
motivasi yang tinggi karena didorong dan didukungdarirekan sebaya. Jadi, siswa tidak
lagi memperoleh pengetahuan itu hanya dari guru, dengan belajar kelompok seorang
teman haruslah memberikan kesempatan kepada teman lainnya untuk mengemukakan

6
pendapatnya dengan cara menghargai pendapat teman, saling mengoreksi kesalahan, dan
saling membetulkan satu sama lainnya. Dengan demikian, pada fase ini siswa bisa saling
bekerja sama dengan pasangannya dan saling memperbaiki bila terdapat kekeliruan
selama proses penyelesaianmasalah.
4) Monitoring
Fase ini dilaksanakan bersamaan dengan fase 3 yaitu transisi ke pasangan.Ketika
siswa berdiskusi dengan pasangannya, peneliti bertindak sebagai fasilitator dan
memonitoring jalannya diskusi setiap kelompok agar kelas tidak ribut.Monitoring ini
berfungsi agar siswa fokus mendiskusikan mengenai LTS yang diberikan, sebagai mana
pendapat Siswoyo (2013) bahwa peran guru dalam pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) adalah sebagai fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator.
5) Berbagijawaban
Pada fase ini setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasekan hasil
pekerjaan kelompoknya, sementara kelompok lain diberi kesempatan untuk menanyakan
hal-hal yang dianggap kurang jelas dari jawaban kelompok penyaji. Kelompok yang
memiliki jawaban berbeda juga diberi kesempatan untuk beradu argumen.
Pada fase ini siswa diharapkan dapatmelakukankegiatanmengkomunikasikan hasil
pekerjaan mereka.Dari kegiatan mengkomunikasikan ini, siswa saling mengkoreksi hasil
pekerjaan teman kelompok dan saling memberi masukan terhadap pekerjaan masing-
masing serta dapat mengajarkan teman kelompoknya yang berkemampuan kurang.
6) Evaluasi
Pada fase ini, peneliti bersama seluruh siswa menyimpulkan hasil diskusi. Peneliti
membimbing siswa untuk merefleksi (evaluasi) hasil pekerjaan setiap kelompok dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam proses pemecahan masalah,
sebagaimana yang termuat dalam teori konstruktivis bahwa dalam mengkonstruksi
pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan mempunyai dasar bagaimana membuat
hipotesis dan mempunyai kemampuanuntukmengujinya, menyelesaikan persoalan,
mencari jawaban dari persoalan yang ditemuinya, mengadakan renungan,
mengekspresikan ide dan gagasan sehingga diperoleh konstruksi yang baru (Siswoyo,
2013).

7) Penghargaan
Pada fase ini, kelompok terbaikakan diberikan sebuah penghargaan. Kelompok

7
terbaik yang dinilai, bukan hanya kelompok yang diberi kesempatan untuk menyajikan
hasil pekerjaan kelompoknya di depan kelas, tapi kelompok yang aktif dalam merespon
hasil pekerjaan kelompok lain dan aktif dalam menyimpulkan hasil diskusi akan keluar
sebagai kelompok terbaik. Menurut istilah didaktik, pujian atau penghargaan merupakan
“fungsi reinforcement” atau fungsi penguatan yang lebih mendorong pada anak untuk
semakin meningkatkan prestasi yang pernah diraihnya (Nadlir, 2012).Dengan adanya
penghargaan dapat menjadi alat yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa.
Motivasi belajar siswa akan meningkat ketika prestasi dan kerja keras untuk mencapai
kesuksesan belajaritu diiringi penghargaan dan apresiasi yangbaik.

Kesimpulan
Berdasarkan penilaian terhadap pelaksanaan model kooperatif tipe TPS dalam
pembelajaran matematika di SMP Negeri 9 Palu, maka dapat dirumuskan beberapa
kesimpulan sebagaiberikut:
Penerapan model kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan komunikasi matematis siswa
pada materi Aritmatika Sosial di kelas VIIF SMP Negeri 9 Palu. Hal ini dilakukan dengan
cara melaksanakan tindakan sesuai dengan fase model kooperatif tipe TPSyaitu:
1) penyajian materi, peneliti menyampaikan materi pembelajaran. 2) berpikir bersama,
tahap ini siswa diminta untuk berpikir secara individu mengenai solusi pemecahan
masalah yang telah diberikan. 3) transisi ke pasangan/ tim dan 4) monitoring
dilaksanakan bersamaan, dimana pada fase transisi ke pasangan siswa diminta berdiskusi
dengan pasangannya, mendiskusikan solusi pemecahan masalah yang telah mereka
pikirkan pada fase berpikir bersama.Sedangkan pada fase monitoring peneliti
memantau jalannya diskusi masing-masing pasangan kelompok, agar tidak ada pasangan
yang membahas hal-hal lain diluar materi yang disajikan. 5) berbagi jawaban, pada fase
ini, setiap perwakilan kelompok akan menuliskan jawaban kelompoknya di depan kelas.
6) evaluasi, pada fase ini peneliti membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi selain
itu peneliti juga mengevaluasi hasil pekerjaan dari kelompok penyaji yang telah
didiskusikan bersama. 7) penghargaan, setiap kelompok terbaik akan mendapatkan
penghargaan dan akan disematkan bintang biru sebagai kelompok super. Setiap anggota
kelompok super akan dibebaskan untuk tidak mengikuti ujian mid oleh guru bidang studi.
Komunikasi matematis siswa kelas VIIF SMP Negeri 9 Palu pada materi aritmatika
siswa menjadi meningkat dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

8
karena membantu melatih siswa untuk menentukan ide/argumen mengenai solusi
pemecahan berdasarkan pemahaman mereka terhadap masalah yang diberikan, kemudian
mengkomunikasikan ke dalam bahasa matematis baik secara lisan maupun tertulis.

Rekomendasi
Pembelajaran model kooperatif tipe TPS dapat dijadikan rekomendasi melatih
kemampuan komunikasi matematis siswa terutama pada materi penerapan aljabar dalam
kehidupan bila dilaksanakan sesuai sintaks.Model pembelajaran TPS dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran matematika. Dalam
pembelajaran matematika yang menerapkan model kooperatif,
sebaiknya siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.Hal ini dibutuhkan untuk
melatih kemampuan komunikasi matematis, sekaligus dapat memperbaiki hasil
belajarsiswa.

9
2.2 Ringkasan Jurnal 2
pendahuluan
Definisi matematika sebagai bahasa, mengartikan bahwa matematika juga dapat
digunakan sebagai alat komunikasi.Komunikasi dalam matematika dapat melalui simbol,
tabel, grafik dan diagram untuk menjelaskan suatu gagasan [1].Oleh karenanya untuk dapat
menggunakan matematika sebagai alat komunikasi, maka diperlukanlah kemampuan
berkomunikasi dalam bahasamatematika.
Pentingnya kemampuan komunikasi matematis bagi siswa menjadikan
kemampuan tersebut perlu ditumbuhkembangkan dalam setiap pembelajaran matematika,
tidak terkecuali pada pembelajaran matematika di SekolahMenengahAtas (SMA).Namun
faktanya, kegiatan pembelajaran matematika di sekolah-sekolah sampai saat ini belum
memperlihatkan hasil yang memuaskan.Hal ini juga didukung oleh hasil survey
pengukuran dan penilaian oleh the Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) dan laporan evaluasi dari Program of International Student Assessment (PISA)
menunjukkan bahwa kemampuan matematis siswa masih berada pada tingkatan
yangrendah.
Model pembelajaran koperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
menuntut siswa agar dapat berperan secara aktif pada sebuah kelompok dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini ditetapkan model pembelajaran
koopertaif tipe Think Pair Share (TPS) yang menuntut adanya keaktifan siswa sebagai
upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan kepercayaan diri siswa
dalam pembelajaran Matematika.Adapun dalam penelitian yang menggunakan model
pembelajaran koopertaif tipe Think Pair Share (TPS) ini diharapkan dapat
memberikanresponyang baik dan menunjukkan aktivitas yang lebih baik oleh siswa.
Berdasarkan yang telah diuraikan, penulis tertarik mengambil judul penelitian
“Pengaruh Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Koperatif Tipe Think Pair
Share (TPS) Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kepercayaan Diri Siswa
Kelas XI SMAN 9Makassar”

Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk menyelidiki
pengaruh penerapan pendekatan realistik setting kooperatif terhadap kemampuan
komunikasi matematika.Penelitian ini melibatkan 2 kelompok, yaitu satu kelompok

10
K: R O3 T2 O4

eksperimen dan satu kelompok kontrol (pembanding).Desain penelitian yang digunakan


dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design.

Dalam desain ini, terdapat dua kelompok kelas yang dipilih secara random (R)
yaitu kelompok kelas pertama disebut kelas eksperimen yang diberikan pretest sebelum
siswa diberikan perlakuan.Perlakuan berupapengajarandengan menggunakan model
pembelajaran tipe Think Pair Share.Kelompok kelas kedua disebut kelompok
pembanding (kontrol) yang diberikan pretest sebelum siswa diajar dengan model
pembelajaran konvensional.
Adapun instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari tes
komunikasi matematis(pretest-postest), angket kepercayaan diri, lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran dan angket respon siswa.

Hasil Penelitian
Secara deskriptif diketahui bahwa nilai komunikasi matematika siswa kelas XI IPA 5
SMA Negeri 9 Makassar yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model konvensional denganrata-rata85 dengan standar deviasi 5,264 berada
pada kategori sangat tinggi interval 84-100.
Secara analisis inferensial, nilai komunikasi matematika siswa diperoleh nilai

peluang =0,006untuk = 0,05, maka secara statistikhipotesis H 0 ditolak dan H1


diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan komunikasi
matematika siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe TPS dengan
modelkonvensional.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka secara deskriptif dan inferensial terlihat
adanya perbedaan peningkatan nilai komunikasi matematika siswa kelas XI IPA 4 SMA
Negeri 9 Makassar yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe TPS
dengan siswa kelas XI IPA 5 yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
Namun setelah diberikan perlakuan pada tiap kelas maka rata-rata nilai posttes kelas
eksperimen lebih tinggi daripada nilai posttes kelas kontrol yaitu 88 dan 85 yang keduanya
berada pada interval sangattinggi.
Selain itu, secara deskriptif pula didapatkan skor kepercayaan diri siswa siswa kelas
XI IPA 4 SMA Negeri 9 Makassar yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif

11
tipe TPS bervariasi dengan nilai rata-rata 67 dengan standar deviasi 5,96 berada pada
kategori sedang. Secara deskriptif diketahuipula bahwa skor kepercayaan diri siswa kelas
XI IPA 5 SMA Negeri 9 Makassaryangmengikuti pembelajaran dengan menggunakan
model konvensional dengan rata-rata 64 dengan standar deviasi 8,3 berada pada
kategorisedang.

Secara analisis inferensial, skor kepercayaan diri siswa diperoleh nilai peluang

= 0,141 untuk = 0,05, maka secara statistik hipotesisH0 diterima dan H1 ditolak. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan skor kepercayaan diri
siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe TPS dengan model konvensional.
Tepatnya, kepercayaan diri siswa tidak dapat dirubah dalam waktu
singkat.Kepercayaan diri adalah salah satu aspek psikologi yang membutuhkan waktu lama
untuk dirubah.Pada penelitian ini, hanya menggunakan enam pertemuan dimana enam
pertemuan itu belum cukup untuk meningkatkan kepercayaan dirisiswa.

Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telahdilakukan, dapat
disimpulkan bahwapeningkatan kemampuan komunikasi matematikasiswa yang
diajarkan denganmodelpembelajaran kooperatif tipe TPS secara signifikan lebih
tinggidaripadapeningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang
diajarkan dengan model pembelajarankonvensional.
Sedangkat pada skorkepercayaan diri, tidak terjadi peningkatan skor kepercayaan
diri antara siswa yang diajarmenggunakanpembelajaran kooperatif tipe TPS dengan siswa
yangdiajardenganmodel pembelajaran konvensional.

2.3 Ringkasan Jurnal 3


Pendahuluan
Saat ini, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dalam matematika bagi
siswa adalah fokus dari ahli pendidikan di beberapa negara. Menurut Leong (2011),
"Pemecahan masalah adalah jantung dari kurikulum Singapura Matematika." Pemecahan
masalah juga tercermin dalam kurikulum yang diterapkan di Indonesia. Kurikulum
Matematika saat ini diterapkan di Indonesia mengatakan bahwa pemecahan masalah
merupakan fokus dalammatematika yang mencakup ditutup masalah dengan solusi
tunggal, membuka masalah dengan solusi tidak ada tunggal, dan masalah dengan
12
berbagai carapenyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah,
maka perlu mengembangkan keterampilan untuk memahami masalah, membuat model
matematika, memecahkan masalah, dan menafsirkan solusinya.
Dari sekian banyak teknik yang baik belajar dan dapat dipilih, maka dalam kegiatan
kolaboratif antara dosen dari Universitas Negeri Semarang dengan guru Matematika di
SMA Negeri 1 Temanggung telah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam
kegiatan CAR ini, salah satu teknik pembelajaran yang diharapkan untuk meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah bagi siswa SHS adalah melalui penerapan belajar
teknik Think-Pair Share (TPS) berdasarkan penggunaan media interaktif.Salah satu media
interaktif adalah Tikus Mischief.media interaktif menggunakan program tikus kenakalan
adalah alat untuk membangun komunikasi antara siswa, guru, dan bahan ajar lainnya
yang dapat memungkinkan siswa untuk memberikan umpan balik.

1. Kemampuan untuk Memecahkan Masalah Matematika


Matematika adalah universal, termasuk dalam pemecahan masalah nya. Torner
(2007) menulis bahwa matematika bersifat universal: teorema yang teorema, di mana pun
mereka terbukti. Demikian pula, aspek kognisi manusia hampir secara universal: otak
manusia, memori, dan pemecahan masalah bekerja dalam banyak cara yang sama di
seluruh dunia.
Masalah dapat digunakan sebagai sarana untuk belajar keterampilan pemecahan
masalah.Ada empat kondisi masalah dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran yang
menekankan pada keterampilan pemecahan masalah.Keempat kondisi (1) prasyarat bahan
yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal yang telah dijelaskan oleh guru; (2) algoritma
untuk memecahkan masalah belum diberikan kepada siswa; (3) solusi dari masalah
terjangkau oleh siswa; (4) siswabersedia untuk menyelesaikan masalah. Hal ini juga
dikonfirmasi oleh Rigelman (2007) yang menulis bahwa:Kebiasaan pemecahan masalah
pikiran mempersiapkan individu untuk real masalah-Situasi yang membutuhkan usaha
dan pemikiran, kurang memiliki jelas Segera strategi atau solusi.

Penerapan Pembelajaran menggunakan Think Pair Share (TPS)


TPS merupakan salah satu jenis teknik pembelajaran kooperatif. Jika guru akan
menerapkan TPS maka langkah-langkah adalah sebagai berikut. (1) Guru membentuk
kelompok belajar yang terdiri dari 4 -5 siswa yang heterogen. (2) Guru

13
memberikanpertanyaan dengan karakteristik pemecahan masalah kepada siswa, masalah
yang algoritma ini tidak diketahui oleh para siswa. Siswa bekerja dalam kelompok. (3)
Guru meminta siswa secara individu untuk mencoba untuk memikirkan solusi dari
pertanyaan guru (tahap Think). (4) Setelah itu, guru meminta siswa untuk berpasangan (2
atau 3 siswa) dalam kelompok, dalam rangka untuk melanjutkan upaya untuk menemukan
solusi dari masalah (tahap Pair). (5) Selanjutnya, kedua pasangan dalam kelompok,
berbagi pendapat mereka (bersama dalam kelompok), diteruskan dengan berbagi di antara
kelompok, dipandu oleh guru.

Menggunakan Program Tikus Mischief


Penggunaan komputer dalam belajar dan mencari bahan ajar dari internet telah
mengubah cara pandang dan berpikir praktis dan efisien dalam masyarakat Indonesia
pada khususnya dan pendidikan pada umumnya. Siswa dan guru dihadapkan dengan
ambang pintu gerbangtransisi, berbasis teknologi, dimana kecepatan pengiriman dan
menangkap informasi menjadi sangat penting dalam rangka memajukan pendidikan.
Penggunaan teknik yang tepat pembelajaran, metode, dan strategi yang optimal
didukung oleh media interaktif telah dikembangkan untuk meningkatkan motivasi siswa
dalam proses pembelajaran. Salah satu media interaktif adalah Tikus Mischief.media
interaktif menggunakan program kenakalan tikus sebagai alat untuk mengevaluasi
seberapa jauh pemahaman siswa tentang materi matematika untuk membangun proses
komunikasi antara siswa, pendidik, dan bahan pengajaran yang dapat memungkinkan

siswa untuk memberikan respon dan umpan balik. Melalui program Microsoft Mouse
Mischief memungkinkan guru untuk menciptakan dan beroperasi beberapa mouse yang
memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan layar tunggal (LCD), baik secara
individual maupun dalam tim, menggunakan mouse itu sendiri.
The Microsoft Mouse Mischief juga sering disebut sebagai program Tikus Mischief
dapat digunakan untuk membuat slide dari pertanyaan benar atau salah dan slide soal
pilihan ganda bagi siswa. Siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan mengklik

14
jawaban yang benar menggunakan mouse mereka.Menjawab atau hasil juga bisa langsung
ditampilkan sehingga siswa segera mengetahui hasil / pekerjaannya.

Penerapan TPS Berdasarkan Program Mouse Mischief


Aplikasi TPS berbasis pada teknologi komputer banyak diadopsi oleh para ahli
pendidikan, misalnya, Slone dan Mitchell (2014) dan Othman (2012). Oleh karena itu,
penerapan TPS berdasarkan penggunaan program mouse Mischief untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dianggap cocok.Alasannya
adalah sebagai berikut. (1) Pada saat siswa diberi tugas / masalah yang memecahkan
masalah, siswa diberi kesempatan untuk berpikir pertama secara individual, kemudian
berpasangan, dan diskusi dalam kelompok (berbagi dalam kelompok). (2) Siswa yang
lemah dapat dibantu oleh siswa yang baik, dan siswa cerdas dilatih untuk dapat
menyajikan / nya temuannya ke / teman-temannya. (3) Dengan menggunakan program
Tikus Mischief, guru dapat mengkondisikan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil di
mana masing-masing kelompok harus setuju pada jawaban yang benar dan mereka
mengedepankan cepat dibandingkan kelompok lain untuk menjawab pertanyaan yang ada
di layar.

Keuntungan dan Kerugian dari Program Mouse MischiefDikombinasikan


dengan TPS keuntungan sebagai Alat Pendidikan untuk Meningkatkan
Kegiatan Belajar
a. Meningkatkan aktivitas siswa. Seorang siswa dapat berpartisipasi aktif dan sopan
dengan siswa lain, tidak hanya di meja mereka, tetapi juga dapat bekerja secara
bersamaan pada layar, baik individu yang dapat mendorong minat yang sehat dalam
berkompetisi secara individu maupun kelompok untuk memecahkan masalah /
pertanyaan yang dapat membantu siswa belajar berkolaborasi dengan siswa lain.
b. Untuk membantu guru menghubungkan siswa di kelas besar. Dalam sebuah kelas yang
memiliki rasio atau beberapa siswa, beberapa mouse dapat dikoordinasikan untuk
membantu guru untuk melibatkan setiap siswa dengan / mouse-nya masing-masing
sehingga dapat memberikan guru untuk mendapatkan umpan balik pada pemahaman
masing-masing siswa dari materi pelajaran matematika disajikan selama
prosespembelajaran.
c. Mouse kerusakan dapat memberikan siswa lebih banyak akses ke teknologi, bahkan

15
ketika sumber daya yang terbatas. Sebuah teknologi multipoint seperti mouse Mischief
memungkinkan kelompok besar siswa untuk mendapatkan komputer praktis dengan
menggunakan komputer yang ada di dalam kelas.
Kekurangan sebagai Alat Pendidikan untuk Meningkatkan Kegiatan Belajar
Berdasarkan pengamatan pada saat siswa menggunakan program MouseMischief,
kerugian yang telah dicatat adalah sebagai berikut.
a. Dalam pembelajaran awal siswa cenderung bermain-main kerusakan tikus. Oleh
karena itu, guru perlu mendisiplinkan kelas untuk kembali suasana belajar yang
kondusif.
b. Program Mouse Mischief perlu dilengkapi dengan kemampuan pelaporan untuk
menyoroti dan menilai mana siswa menjawab pertanyaan.
c. Selain itu, jika ada gangguan pada LCD atau kabel LCD kemudian menggunakan
Mouse Mischief dapat terganggu.

Kesimpulan
Penelitian dalam makalah ini, kita dapat menyimpulkan hal-hal berikut.
1) Penerapan TPS berdasarkan penggunaan program Mouse Mischief diuji melalui CAR,
bisa meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah matematika untuk siswa
SHS.
2) Penerapan TPS berdasarkan penggunaan program Mouse Mischief dapat
meningkatkan siswa SHS dalam kegiatan belajar. Kegiatan yang disertai dengan
kesopanan, disiplin siswa, dan tanggung jawab untuk tugas-tugas untuk memecahkan
masalah terjaga.
Keuntungan dan kerugian dari penggunaan program Mouse Mischief dalam
pembelajaran matematika di SMA 1 Temanggung - Indonesia adalah:
Keuntungan, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, membantu guru
menghubungkan siswa di kelas besar, sehingga memberikan guru untuk mendapatkan
umpan balik pada pemahaman masing-masing siswa dari materi pelajaran matematika
disajikan selama proses pembelajaran, dan teknologi multipoint seperti mouse Mischief
memungkinkan kelompok besar siswa untuk mendapatkan praktek komputer dengan
memanfaatkan komputer yang ada di dalam kelas.
Kerugian, Program Mouse Mischief perlu dilengkapi dengan kemampuan pelaporan

16
untuk menyoroti dan menilai mana siswa menjawab pertanyaan, selain jika ada
gangguan pada LCD atau kabel LCD kemudian menggunakan Mouse Mischief dapat
terganggu.

Rekomendasi
Rekomendasi dapat diberikan berdasarkan makalah ini adalah sebagai berikut.
Perlu program pelatihan Mouse Mischief sebagai media interaktifpembelajaran bagi
guru dan siswa.Penerapan teknik pembelajaran TPS berdasarkan penggunaan dari
program Mouse Mischief sebagai media interaktif untuk belajar matematika dapat
diterapkan untuk kelas-kelas lain.

17
BAB III
PEMBAHASAN ANALISIS
3.1. Kritik Jurnal
a. Perbandingan jurnal 1, jurnal 2 dan jurnal 3
Jurnal 1
Judul jurnal pertama membahas tentang Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair ShareUntuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Matematis PadaMateri Aritmatika Sosial Siswa Kelas Vii Smp Negeri 9 Palu.
Pembahasan dari jurnal ini sudah termasuk bagus terlihat dari keahlian penulis dalam
menulis hasil karya ilmiahnya yang sudah bervoleme 4. Hasil penelitian menunjukan
pengaruh Penerapan model kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan komunikasi
matematis siswa pada materi Aritmatika Sosial di kelas VIIF SMP Negeri 9 Palu. Hal ini
dilakukan dengan cara melaksanakan tindakan sesuai dengan fase model kooperatif tipe
TPS.
Komunikasi matematis siswa kelas VIIF SMP Negeri 9 Palu pada materi aritmatika
siswa menjadi meningkat dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
karena membantu melatih siswa untuk menentukan ide/argumen mengenai solusi
pemecahan berdasarkan pemahaman mereka terhadap masalah yang diberikan, kemudian
mengkomunikasikan ke dalam bahasa matematis baik secara lisan maupun tertulis.
Penelitian dalam jurnal ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK ini
dilakukan secara kolaborasi antara guru dengan peneliti dalam rangka meningkatkan
komunikasi matematis siswa pada sub pokok bahasan aritmatika sosial dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
Walaupun secara keseluruhan jurnal ini sudah baik, tetapi menurut sudut pandang
reviewer masih ditemukan beberapa kekurangan dalam penulisan ini .Isi jurnal pertama
sangat detail dan mudah untuk dipahami oleh pembaca. Isi juga sangat detail dari
hasil penilitiannya dari siklus I sampai siklus II ditunjukan dalam bentul tabel
lengkap dengan nama semua siswanya, sehingga pembaca mudah untuk memahami
letak perbedaan hasil dari kedua siklus yang dilakukan. Tetapi Jurnal ini memiliki
sedikit kekurangan didalam pembahasannya tidak melampirkan sintaks/fase dari
model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Sehingga pembaca merasa agak
bingung gimana cara langkah-langkah penerapan model kooperatif tipe Think Pair

18
Share (TPS) didalam pembelajaran.

Jurnal 2
Jurnal kedua membahas tentang Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif TipeThink Pair Share (Tps) Untuk Meningkatkan KepercayaanDiri Dan Komunikasi
Matematis Siswa Sman 9 Makassar. Sama halnya dengan dengan jurnal pertama, jurnal
kedua juga cukup bagus terlihat dari dari hasil karya ilmiahnya penulis yang bervolume 2.
Pengalaman penulis kedua belum terlalu banyak berbeda dengan penulis pertama. Dari
sudut pandang reviewer masih ditemukan beberapa kekurangan dalam penulisan ini guna
membangun kualitas penulis agar lebih baik untuk hasil karya selanjutnya mengurangi
kekurangan dalam penulisan yang berikutnya. Pembahasan jurnal kedua memiliki
beberapa kekurangan. Hasil dari penelitian jurnal kedua menunjukkan bahwa ada
perbedaan peningkatan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan model
kooperatif tipe TPS dengan modelkonvensional dan tidak terdapat perbedaan peningkatan
skor kepercayaan diri siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe TPS dengan model
konvensional.
Pembahasan dalam jurnal tidak menjelaskan secara rinci indikator dari kemampuan
komunikasi siswa dan indikator kepercayaan siswa yang ingin diukur dari penelitian
tersebut. Sample yang digunakan dalam penelitian kurang akurat dikarenakan banyak
siswa yang merupakan anggota pengurus OSIS, sehingga kita bisa menimbulkan beberapa
kemungkinan yang terjadi dengan sample yang berbeda akan menghasilakn hasil nilai
penelitian yang mungkin sangat berbeda. Sehingga hasilnyaakan terdapat perbedaan
peningkatan skor kepercayaan diri siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe TPS
dengan model konvensional. Pembaca lebih merasa sulit untuk memahami hasil dari
penelitian tersebut karna hasil perhitungan tidak disajikan secara akurat di dalam jurnal.
Sehingga jika pembaca bukan dari kalangan pendidikan akan merasa bingung mana bukti
perhitungan dari penelitian tersebut. Penjelasan teori masih sangat kurang untuk
memperkuat landasan teori. Indikator yang akan dinilai dan istrument penelitian
kemampuan komunikasi dan kepercayaan diri siswa tidak dijabarkan dengan jelas.

Jurnal 3
Jurnal ketiga membahas tentang “Tps Application Based On Mouse Mischief For
Improving The Ability To Solve Mathematics Problem For Senior High School Students

19
In Temanggung - Indonesia” yang artinya adalah Aplikasi TPS Berbasis Mouse
MischiefUntuk Meningkatkan Kemampuan MemecahkanMasalah Matematika Untuk
Siswa SMADi Temanggung - Indonesia. Sama halnya dengan dengan jurnal pertama dan
jurnal kedua , jurnal ketiga ini juga cukup bagus terlihat dari dari hasil karya ilmiahnya
penulis yang bervolume 3. Pengalaman penulis ketiga lebih banyak dibanding dari
penulis kedua. Dari sudut pandang reviewer masih ditemukan beberapa kekurangan
dalam penulisan ini guna membangun kualitas penulis agar lebih baik untuk hasil karya
berikutnya.
Pembahasan jurnal ketiga sudah lumayan bagus karena setiap pembahasan dari
keyword jurnal dijelaskan, walaupun masih memiliki beberapa kekurangan.Hasil dari
penelitian jurnal ketiga penerapan TPS berdasarkan penggunaan program Mouse Mischief
diuji melalui CAR, bisa meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah
matematika untuk siswa SHS. Dapat meningkatkan siswa SHS dalam kegiatan belajar.
Kegiatan yang disertai dengan kesopanan, disiplin siswa, dan tanggung jawab untuk
tugas-tugas untuk memecahkan masalah terjaga.
Hasil penelitian penerapan TPS tidak ditunjukan didalam jurnal. Penulis hanya
memaparkan dokumentasi berupa foto didalam jurnal dan instrumen untuk tes pemecahan
masalah tidak diberikan untuk siswa agar hasil penilitian bisa terlihat jelas dalam proses
penghitungan untuk melihat meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah
matematika untuk siswa SHS dengan tipe TPS.Pembaca lebih merasa sulit terlebih lagi
untuk pembaca yang bukan berasal dari orang pendidikan untuk memahami hasil dari
penelitian tersebut karna tidak disajikan.

3.2. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal


Jurnal 1
Kelebihan jurnal pertama:
1. Jurnal pertama pembahasannya sangat mudah untuk dipahami oleh pembaca, teori
pembahasannya juga sudah sangat jelas untuk dijadikan landasan toeri.
2. Hasil penelitian jurnal pertama mudah untuk dilihat oleh pembaca karna disajikan oleh
penulis dalam bentuk tabeldari hasil penilitiannya dari siklus I sampai siklus II
ditunjukan dalam bentul tabel lengkap dengan nama semua siswanya, sehingga
pembaca mudah untuk memahami letak perbedaan hasil dari kedua siklus yang dilakukan .
Kelemahan jurnal pertama :

20
Didalam jurnal pembahasan tidak melampirkan sintaks/fase dari model kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS). Sehingga pembaca merasa agak bingung gimana cara langkah-
langkah penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) didalam pembelajaran .

Jurnal 2
Kelebihan jurnal kedua :
Penjelasan hasil penelitian dijabar dengan baik agar pembaca mudah memahaminya dalam
setiap arti kata.
Kelemahan jurnal kedua :
1. Pembahasan dalam jurnal tidak menjelaskan secara rinci indikator dari kemampuan
komunikasi siswa dan indikator kepercayaan siswa yang ingin diukur dari penelitian
tersebut.
2. Sample yang digunakan dalam penelitian kurang akurat dikarenakan banyak siswa
yang merupakan anggota pengurus OSIS,
3. Dalam jurnal pada hasil penitian tidak menujukkan hasilnya penilitian dalam bentuk
yang spesifik karna hasil perhitungan tidak disajikan secara akurat di dalam jurnal

Jurnal 3
Kelebihan jurnal ketiga :
Pembahasan jurnal kedua setiap keyword dijelaskan dengan rinci. Teori pendukung
didalam jurnal ketiga lebih spesifik dan jelas sehingga pembaca lebih mudah memahami
kemampuan yang ingin diukur oleh peneliti.
Kelemahan jurnal ketiga :
1. Dalam jurnal hasil penelitian dan perhitungan secara rinci penerapan TPS tidak
ditunjukan.
2. Instrumen untuk tes pemecahan masalah tidak diberikan untuk siswa agar hasil
penilitian bisa terlihat jelas dalam proses penghitungan untuk melihat meningkatkan
kemampuan untuk memecahkan masalah matematika untuk siswa SHS dengan tipe
TPS.
3. Indikator kemampuan pemecahan masalah tidak di jabarkan di dalam jurnal.

21
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Jurnal pertama, kedua dan ketiga ini sudah bisa menjadi referensi bagi pembaca
yang mempelajari tentang penerapan model kooperetif tipe Think Pair Share (TPS)
didalam pembelajaran metematika. Kelebihan dari jurnal pertama hasil penelitian dan
nilai dari siklus I sampai siklus II dijabarkan dalam bentuk tabel sehingga mempermudah
pembaca untuk lebih memahami hasil penilitian
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

4.2. Saran
Penulisan jurnal pertama, kedua dan ketiga sudah baik, terlihat dari identitas jurnal yang
sudah bervolume 4, 2 dan 3 artinya penulis jurnal ini memang sudah terbiasa dalam penulis
karya ilmiah.Meskipun begitu bahkan seorang ahli pun tetap memerlukan kritik dan saran
yang membangun untuk kepenulisan jurnal berikutnya. Menurut saya sebagai pembaca,
jurnal ini akan lebih bagus lagi jika setiap hasil penelitian dicantumkan dengan jelas, lebih
baik lagi jika disajikan dalam bentuk tabel agar lebih mudah dalam memahami dan
membacanya. Sehingga jika menemukan persoalan yang sama, pembaca bisa menjadikan
jurnal ini sebagai referensi yang kuat.Begitu juga dengan jurnal yang kedua dan ketiga.

22
DAFTAR PUSTAKA
Nurhikmah, Bennu. S,&Rochaminah.S. Oktober 2016. Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Matematis PadaMateri Aritmatika Sosial Siswa Kelas Vii Smp Negeri 9 Palu. e-
Jurnal Mitra Sains. Volume 4 Nomor 4.hlm 92-101. ISSN : 2302-2027
Salam Reskiwati. Desember 2014. Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
TipeThink Pair Share (Tps) Untuk Meningkatkan KepercayaanDiri Dan Komunikasi
Matematis Siswa Sman 9 Makassar. Jurnal Nalar Pendidikan. Volume 2, Nomor 2.ISSN
: 2339-0794
Rochmad & Sugiharti,E. Maret 2015. Tps Application Based On Mouse Mischief For
Improving The Ability To Solve Mathematics Problem For Senior High School
Students In Temanggung – Indonesia. International Journal of Education and
Research. Vol. 3 No. 3. ISSN : 2201-6333 (Print) ISSN: 2201-6740 (Online)

23

Anda mungkin juga menyukai