Anda di halaman 1dari 17

LOGBOOK

DISKUSI KELOMPOK PEMICU 2

(MODUL INFEKSI DAN IMUNOLOGI)

Fasilitator :

Oktoviani, S.Farm, M.Farm, Apt

Disusun Oleh :

Rofifah Dinda Ghanayyah (H1A020044)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS BENGKULU

2021
PEMICU 2

Diskusi Kelompok 1

Fasilitator : Oktiviani, S.Farm, M.Farm, Apt

Tanggal : Selasa, 6 April 2021

Waktu/Tempat: : 08.50-10.30 WIB / Zoom Meeting

Ketua : Cindy Ernica Putri

Sekretaris : 1. Afrizal Rais

2. Desna Amanda Dahlia

Pemicu 2 : Ada Apa dengan Janinku?

Tujuan Pembelajaran :

1. Mampu Menjelaskan kompone sisitem imun dan respon terhadap infeksi


berbagai mikroorganisme (C2)
2. Mampu Mejelaska pathogenesis terkait infeksi da imunologi (C3)

Seorang wanita berusia 25 tahun, saat ini sedang hamil bayi pertamanya setelah
menikah 6 bulan yang lalu. Ia dirawat di klinik pada minggu ke-15 kehamilannya
dengan keluhan utamademam dan sakit kepala. Selain itu, tenyata pasien juga
mengalami pembesaran kelenjar getah bening, batuk dan pilek. Pasien adalah
seorang pembantu rumah tangga dan biasa makan daging, terutama kebab. Ia juga
sering melakukan kontak dengan kucing serta tinggal di area pertanian. Pasien
kemudian diminta untuk tes serologi toksoplasma dengan teknik ELISA dan
ditemukan kadar IgG 98 IU/mL dan IgM 44 IU/mL. Hasil pemeriksaan serum
pasien menunjukan C-reaktif protein (CRP) dan mono negatif, terlihat adanya
peningkatan sedimentasi eritrosit. Pemeriksaan parameter biokimia dan indeks
hematologi normal. Pasien kemudian diberikan spiramisin dengan dosis 1g per oral,
setiap 8 jam, diikuti dengan pirimetamin (50 mg / harisecara oral) dan sulfadiazine
(3 g / harisecara oral dalam 2-3 dosisterbagi). Pada minggu ke 24 kehamilan, hasil
pemeriksaan janin memperlihatkan hidrosefali ringan dan menurunnya cairan
amnion.

A. Terminologi
1. Pirimetamin: antagonisasamfolat, digunaansebagaiobat malaria dan
toksoplasmosis (Dorland ed 30)
2. Hydrocephalus : kelainan congenital atau didapat yang ditandai dengan
dilatasi ventrikel otak, biasanya terjadi sekunder akibat obstruksi pada
lintasan aliran cairan serebrospinal, disertai penimbunan, cairan
serebrospinal di dalam cranium. (Dorland, ed 30)
3. Hematologi : Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari darah dan jaringan
pembentuk darah, termasuk morfologinya, fisiologinya, dan patologinya.
(Dorland, ed.30)
4. Spiramisin : suatu antibiotic makrolid yang dihasilkan oleh Streptomyces
ambofaciens dan digunakan sebagai obat alternative dalam pengobatan
toksoplasmosis selama kehamilan (dorland 31)
5. Sulfadiazine : sulfonamide yang sering digunakan dalam kombinasi dengan
sulfonamide lainnya dalam pengobatanin feksi yang disebabkan oleh
organisme yang rentan, termasuk toksoplasmolisis (Doeland, ed 31)
6. Amnion : kantong air ( dorland ed.30 )
7. Tesserologi :Pengukuran titer antibody serum pada penyakit menular
(Dorland, Ed.31)
8. Serologi : kajian mengenaireaksi antigen-antibodi in vitro
9. Toxoplasma : genus sporozoa yang merupakan parasit intraseluler pada
banyak organ dan jaringan burung dan mamalia termasuk manusia
10. ELISA : Teknik ELISA adalah salah satu teknik serologi yang digunakan
untuk mendeteksi Patogen dengan memanfaatkan reaksi antigen-antibodi
(Taufik, M., Khaeruni, A., &Rombe, W. S. (2011). Penggunaan ELISA
untukmendeteksi Cucumber mosaic virus dan Tobacco mosaic virus)
11. IgM :Imunoglobulin yang memiliki fungsi sebagai aktivasi jalur komplemen
klasik dan opsonisasi. (dorland, 30)

B. Keywords
1. Wanitahamil 25 tahun
2. Riwayatdi rawatpadakehamilan 15 minggu
3. Pasienseringkontakdengankucing
4. Pembesarankelenjargetahbening
5. Biasamakandaging
6. Penurunancairan amnion
7. Tinggaldi lingkunganpertanian
8. Tesserologi toxoplasma IgM
9. Batukdanpilek
10. Hidrosefaliringan
11. Peningkatansedimentasieritrosit
12. Pemeriksaan serum C-reaktif protein (CRP)
13. Pasiendiberikanspirimisin, pirimetamindan sulfadiazine
14. Demamdansakitkepala
C. Identifikasi Masalah
Wanita hamil, 25 tahun dengan riwayat pada minggu ke 15 kehamilannya
dengan keluhan demam dan sakit kepala disertai pembesaran kelenjar getah
bening, batuk dan pilek. Dan ditemukan hidrosefali ringan pada janin dan
penurunan cairan amnion pada minggu ke-24 pasien biasa makan daging, sering
kontak dengan kucing dan tinggal di area pertanian.
D. Analisis Masalah
E. Hipotesis
1. Pasien pada pemicu mengalami penyakit Toksoplasmosis
2. Etiologi penyakit yang dialami pasien pada pemicu disebabkan oleh
kebiasaan memakan daging
3. Etiologi penyakit yang dialami pasien pada pemicu disebabkan oleh
kebiasaan kontak dengan kucing.
4. Hidrosefali ringan pada janin disebabkan oleh parasite toxoplasma gondii
5. Penurunan cairan amnion pada janin disebabkan oleh parasite toxoplasma
gondii
F. Pertanyaan Terjaring
1. Jelaskan komponen sistem imun dan respon imun terhadap berbagai
mikroorganisme!
a. Parasit
b. Virus
c. Bakteri
2. Jelaskan pathogenesis penyakit toxoplasmosis!
3. Jelaskan dampak apa saja yang dapat terjadi pada janin yang terinfeksi
parasite toksoplasmo gondii !
4. Jelaskan manifestasi klinis dari toxoplasmosis !
5. Jelaskan faktor-faktor yang memperparah toxoplasmosis !
6. Bagaimana siklus hidup dari toxoplasmosis gondii ?
7. Jelaskan faktor resiko pada penyakit toksopalsmosis !
8. Jelaskan tindakan preventiv pasien pada pemicu !
9. Jelaskan bagaimana tatalaksana untuk penyakit pada pemicu !
10. Pemeriksaan penunjang dan gold standar dalam pendiagnosisan
toxoplasmosis !
11. Jelaskan farmakodinamik dan farmakokinestik dari
a. Spiramisin
b. Pirimeatmine
c. Sulfadiazine
DK 2

Fasilitator : Oktiviani, S.Farm, M.Farm, Apt

Tanggal : Kamis, 8 April 2021

Waktu/Tempat: : 08.00-10.30 WIB / Zoom Meeting

1. Jelaskan komponen sistem imun dan respon imun terhadap berbagai


mikroorganisme!
a. Parasit
- Respon Imun Non Spesifik :
Sel Natural Killer dan makrofag adalah dua populasi sel yang berperan utama
pada awal infeksi. Aktivasi dan kerjasama antara Sel NK dan makrofag terjalin
melalui berbagai jenis sitokin antara lain interferon γ (INF-γ), interleukin 12
(IL-12), dan tumor necrosis factor α (TNF- α).
- Respon Imun Spesifik :
Respon imun spesifik akan melibatkan Limfosit T dan Limfosit B. Limfosit T
meliputi 2 golongan besar populasi limfosit, yaitu Limfosit T CD4+ dan CD8+,
Sedangkan Limfosit B akan mensintesis antibody setelah menjadi sel plasma.
Antibodi juga berperan dalam resistensi terhadap parasite. Antibodi dapat
membunuh parasite ekstraseluler yang lepas dari sel hospes dengan cara
opsonisasi dan lisis melalui komplemen, menghambat multiplikasi, dan dapat
mencegah invasi parasite ke dalam sel inang. (IgM, IgG, IgA, IgE)
b. Virus
Respon imun terhadap protein virus melibatkan respon imun secara nonspesifik
yaitu makrofag, sel NK, interferon, interleukin (IL)- 1, dan IL-6, sedangkan
peningkatan respon imun secara spesifik melibatkan limfosit T, limfosit B dan
IL-2.
- Respon Imun Non Spesifik :
 Makrofag
Fungsi utama makrofag dalam imunitas nonspesifik adalah memfagosit
partikel asing yang masuk tubuh seperti kuman, virus, parasit, dan sel tumor
 Sel Natural Killer
Sel NK merupakan sumber interferon γ (INF-γ) yang mengaktifkan
makrofag dan berfungsi dalam imunitas nonspesifik terhadap virus dan sel
tumor. Sel NK mengenal dan membunuh sel terinfeksi atau sel yang
menunjukkaan transformasi ganas, tetapi tidak membunuh sel sendiri yang
normal oleh karena dapat membedakan sel sendiri dari sel yang potensial
berbahaya, akibat adanya reseptor inhibitori dan reseptor aktivasi.
 Interferon γ (INF-γ)
Interferon γ adalah sitokin yang mengaktifkan makrofag untuk membunuh
virus. INF-γ merangsang ekspresi Major Histocompatibility Complex
(MHC-I) , MHC-II dan konstimulator APC. INF- γ meningkatkan
diferensiasi sel CD4+ naif kesubset sel Th1 dan mencegah proliferasi sel
Th2. INF-γ bekerja terhadap sel B dalam pengalihan subkelas IgG yang
mengikat Fcγ-R pada fagosit dan mengaktifkan komplemen.
 Interleukin 6 (IL-6)
IL-6 merupakan polipeptida yang dihasilkan oleh sel imun dan sel non
imun, berperan dalam mengendalikan respon imun dan respon inflamasi.
IL–6 diproduksi oleh sejumlah sel seperti : monosit, makrofag, sel T dan sel
B, leukosit polimorfonuklear dan sel Mast.
- Respon Imun Spesifik :
 Limfosit T
Progenitor limfosit T berasal dari sumsum tulang yang bermigrasi ke timus,
berdiferensiasi menjadi sel T. Sel T yang non aktif disirkulasikan melalui
kelenjar getah bening (KGB) dan limfa yang dikonsentrasikan dalam folikel
dan zona marginal sekitar folikel. Sel T imatur dipersiapkan dalam timus
untuk memperoleh reseptor
c. Bakteri

2. Jelaskan pathogenesis penyakit toxoplasmosis!


Jawaban : Manusia dapat terinfeksi T. gondii melalui

1. Pada Toksoplasmosis Kongenital transmisi toksoplasma kepada Janine terjadi


melalui Plasenta bila ibunya mendapat infeksi primer waktu hamil. Infeksi primer
pada janin diawali dengan masuknya darah ibu yang mengandung parasit tersebut
ke dalam plasenta, sehingga terjadi keadaan plasentitis yang terbukti dengan
adanya gambaran plasenta dengan reaksi inflamasi menahun pada desidua
kapsularis dan fokal reaksi pada vili. Kemudian parasit ini akan menimbulkan
keadaan patologik yang manifestasinya sangat tergantung pada usia kehamilan. 
2. Pada Toksoplasmosis akuista; infeksi dapat terjadi bila makan daging mentah
atau kurang matang ketika daging tersebut mengandung kista atau Trophozoites
T. gondii
3. Tercemarnya alat alat untuk masak dan tangan oleh bentuk infektif parasit ini
pada waktu pengolahan makanan merupakan sumber lain untuk penyebaran.
4. Pada orang yang tidak makan daging bila ookista yang dikeluarkan dari tinja
kucing tertelan.
5. Transplantasi organ tubuh dari penderita.
6. Pada saat autopsi. Hal ini sangat berisiko kepada orang-orang yang sering
berkontak dengan hewan terutama kucing.

Setelah terjadi infeksi T. gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses yang terdiri
dari tiga tahap yaitu sebagai berikut.
a) Parasitemia, parasit menyerang organ dan jaringan serta memperbanyak diri dan
menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakan diri ini paling nyata terjadi pada
jaringan retikuloendotelial (sistem fagosit mononuklear) dan otak, di mana
parasit mempunyai afinitas paling besar. 
b) Pembentukan antibodi. 
c) Fase kronik, terbentuknya kista-kista yang menyebar di jaringan otot dan saraf
yang sifatnya menetap tanpa menimbulkan peradangan lokal. 

3. Jelaskan dampak apa saja yang terjadi janin yang terinfeksi parasit toksoplasma
gondi?
- sebelum kehamilan memberikan sedikit atau bahkan tidak ada risiko pada janin
- awal kehamilan : hidrosefalus, mikrosefali, kalsifikasi intrakranial,
retinochoroiditis, strabismus, kebutaan, epilepsi, psikomotor dan retardasi
mental, petekie akibat trombositopenia, dan anemia
- trimester ketiga sering menyebabkan bayi baru lahir tanpa gejala. Namun, jika
tidak ditangani dengan tepat, bayi baru lahir ini dapat mengalami
retinochoroiditis dan defisit neurologis di masa kanak-kanak atau dewasa awal
- Komplikasi kehamilan yang meliputi:
Kelahiran prematur. Kelahiran sebelum 37 minggu kehamilan

Infeksi parasit toxoplasmosis ini pada ibu hamil seakan-akan tanpa menimbulkan
gejala yang nyata atau tidak berpengaruh terhadap ibu sendiri, tetapi mempunyai
dampak yang serius terhadap janin yang dikandungnya, dapat terjadi keguguran
atau seandainya berhasil lahir kemungkinan anak menjadi cacat fisik maupun
mental di kemudian hari, dan biasanya akan tetap disandang untuk selamanya.
Cacat kongenital ini dapat melanda semua jaringan organ tubuh termasuk organ
sistem syaraf pusat dan perifer yang mengendalikan fungsi-fungsi gerak,
penglihatan, pendengaran, sistem kardiovaskuler serta metabolisme tubuh 

4. Jelaskan manifestasi klinis dari toxoplasmosis

Sistem imun baik : asimptomatik


•Sistem imun menurun : berakibat fatal
•Pada lebih dari 10% pasien dewasa , infeksi biasanya tidak menyebabkan  gejala
spesifik
•Manifestasi yang paling sering : limfadenopati pada individu hamil atau tidak
hamil, menyebabkan 3‐7% kasus klinis yang signifikan
•Mononucleosis‐like syndrome, dapat diamati : demam, malaise, faringitis, sakit
kepala dan limfositosis
•Toksoplasmosis dikelompokkan  menjadi : 
1. toksoplasmosis  akuisita  (dapatan)  
2. toksoplasmosis kongenital 
•Toksoplasmosis kongenital : infeksi Toksoplasma gondii yang terjadi dengan cara
penularan melalui plasenta dari ibu kepada janin

Toksoplasmosis Kongenital

 Tanda dan gejala yang  sering timbul pada  ibu  hamil : demam, sakit  kepala,

dan kelelahan
 Penularan pada janin : 
 awal  kehamilan transmisi  ke  fetus jarang
 risiko  penularan  meningkat seiring dengan meningkat nya usia  kehamilan
 derajat kelainan yang timbul tergantung pada saat terjadinya infeksi selama
masa  kehamilan dan daya tahan tubuh penderita

 Pada ibu  hamil yang mengalami  infeksi  primer


Klasifikasi toksoplasmosis kongenital
 Anak dengan kelainan neurologis : Hidrosefalus, mikrosefalus, makroftalmus
dengan atau tanpa retinokoroiditis. Gejala mungkin timbul saat dilahirkan atau
di kemudian hari
 Anak dengan kelainan berat, penyakit generalisata, seperti : pneumonia, uveitis,
pembesaran ventrikuler. 
 Anak dengan kelainan sedang dan tanda infeksi pre-natal, seperti :
Hepatosplenomegali dan jaundice dengan atau tanpa trombositopenia atau gejala
non-spesifik 
 Anak dengan infeksi subklinis
 Manifestasi klinis penderita toksoplasmosis kongenital juga dipengaruhi oleh
faktor lain seperti virulensi Toxoplasma dan daya tahan tubuh ibu dan bayi :
 Bayi lahir prematur : kelainan sistem saraf pusat dan mata yang berat pada umur
3 bulan
 Bayi lahir cukup bulan : gejala yang lebih ringan disertai tanda-tanda umum
infeksi seperti hepatosplenomegali dan limfadenopati pada umur beberapa bulan

5. Jelaskan faktor-faktor yang memperparah toxoplasmolisis!

1. kehamilan
Toksoplasmosis pada wanita hamil menyebabkan terjadinya abortus, lahir mati,
dan kelainan kongenital. Penyebab abortus pada umumnya terbagi atas faktor janin
dan faktor ibu. Abortus dari faktor janin disebabkan karena terdapat kelainan pada
perkembangan genetik pada triwulan pertama, sedangkan abortus dari faktor ibu
yang berperan dalam kelainan genetik yaitu infeksi pada kehamilan, salah satunya
toksoplasmosis. Pada ibu hamil yang terinfeksi T. gondii akan ditularkan ke fetus
secara langsung melalui plasenta. Takizoit yang terlepas akan berproliferasi dan
menyebabkan nekrosis plasenta serta jaringan sekitarnya, sehingga membahayakan
janin dimana dapat terjadi abortus.

Infeksi dari T. gondii bermanifestasi berat pada janin dan kadang bersifat
asimptomatis pada ibu, sehingga perlu dideteksi lebih dini. Jika ibu hamil positif
terinfeksi Toxoplasma maka diperlukan pengobatan untuk mencegah penularan
dari ibu ke janin. Obat anti-Toxoplasma yang aman untuk ibu hamil, yaitu
spiramisin. Untuk ibu hamil yang memiliki kemungkinan infeksi tinggi atau infeksi
janin telah terjadi, pengobatan dengan spiramisin harus ditambahkan pirimetamin,
sulfadiazin, dan asam folat setelah usia kehamilan 18 minggu.

2. Menderita HIV/AIDS

Toksoplasmosis penyebabnya adalah protozoa Toxoplasma gondii.Umumnya


toksoplasmosis pada penderita HIV/AIDS berasal dari reaktivasi infeksi laten.
Manifestasi klinikyang timbul biasanya berhubungan dengan tingkat imunitas
tubuh penderita. Gejala yang dapat munculkorioretinitis bila mengenai mata atau
pnemonitis bila mengenai paru, lesi di otak umumnya mengenai ganglia basalis
atau pada sambungankortikomedularis. Gejala klinikyang menyertai pada
toksoplasmosis ensefalitis adalah demam, sakit kepala, gangguan visual, ataxia,
tremor, hemiparesis, kejang-kejang bahkan sampai koma.

3. menjalani kemoterapi

Status imunologismerupakan faktorpenting dalam perjalanan infeksiparasit


Toxoplasma gondii.Penyakit inisering menjadi masalah pada individu dengan
immunocompromised. Infeksi Toxoplasma gondii juga menjadipenyebabinfeksi
oportunistik yang dapat mengancam jiwa pasien immunocompromised.Pada pasien
keganasan dengan immunocompromisedrisiko terinfeksi parasit Toxoplasma
gondiilebih tinggi dibandingkan dengan individu yang immunocompetent. Risiko
infeksiikut meningkat apabila pasien keganasanjuga menjalani pengobatan
kemoterapiyang membuat status imun pasien tersebut semakin menurun.

6. Bagaimana siklus hidup dari Toxoplasmosis gondii ?

Siklus hidup Toksoplasma gondii terdiri dari 2 fase :


1.     Fase seksual terjadi dalam tubuh hospes definitif. Pada fase ini terjadi
pembentukan ookista dalam mukosa usus halus kucing yang akan dikeluarkan lewat
tinja. Ookista yang keluar bersama tinja kucing belum bersifat infektif. Setelah
beberapa minggu, tergantung kondisi lingkungan, ookista akan mengalami sporulasi
dan menjadi bentuk infektif. Ookista sangat stabil pada lingkungan yang lembab dan
hangat, tetapi tidak mampu bertahan terhadap iklim dingin dan kering. Ookista
dapat menyebar ke lingkungan dan mengkontaminasi air, tanah, buah-buahan, dan
sayur-sayuran, sehingga dapat tertelan oleh binatang lain dan manusia. Babi, sapi,
atau kambing yang terinfeksi dapat menyebabkan infeksi sekunder pada manusia
yang memakan daging yang tidak dimasak.

2.     Fase aseksual terjadi dalam tubuh hospes perantara. Pada fase ini terbentuk
takizoit yang masuk dalam peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh
sehingga menyebabkan infeksi akut. Daya tahan tubuh akan menghambat proses
infeksi dan takizoit berubah menjadi bentuk kista yang mengandung bradizoit, yang
dapat bertahan seumur hidup.

7. Jelaskan faktor resiko pada penyakit toksoplasmosis?

Faktor Risiko
Penyebaran toxoplasmosis terjadi melalui dua jalur, yaitu secara horizontal dan
vertikal (transmisi ibu hamil dengan janinnya). Faktor risiko dari infeksi
toksoplasma yang ditularkan secara horizontal antara lain: 
•    Konsumsi makanan yang tidak matang dan/atau terkontaminasi, contoh: daging
babi, daging sapi, daging ayam dan makanan laut seperti golongan kerang-kerangan
•    Konsumsi air yang terkontaminasi dan susu yang tidak melewati proses
pasteurisasi
•    Pekerjaan yang berhubungan dengan daging mentah
•    Kontak dengan kucing, khususnya feses dari kucing.
8. Jelaskan tindakan preventif pasien pada pemicu!
Pencegahan primer: 
a. Memberi makanan dengan makanan yang matang 
b. Menjaga sanitasi kandang 
c. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Karena tangan selalu kontak
dengan lingkungan luar sehingga harus selalu di bersihkan terutama saat makan
untuk menghindari masuknya zat zat kecil yang tak terlihat oleh mata masuk
kedalam tubuh 
d. Memasak daging dengan baik dan benar 
e. Memasak daging benar-benar matang jangan warnanya masih merah muda
(pink), termasuk daging yang diasap atau daging yang sudah dikemas
kemungkinan masih terinfeksi parasite 
f. Menghindari kontak dengan lendir atau cairan dari daging tanpa pelindung
tangan, 
g. Mencuci tangan dengan hati-hati setelah kontak tanpa pelindung dengan daging
h. Membersihkan atau mencuci semua peralatan masak dengan menggunakan
pelindung setelah kontak dengan daging mentah
i. Menghindari untuk memotong hewan 
j. Menghindari kontak dengan semua yang berhubungan dengan feces kucing
khususnya yang memelihara kucing ataupun ketika berkebun 
k. Mencuci buah-buahan dan sayuran sebelum di makan, 
l. Menghindari minum air yang beresiko terkontaminasi dengan oocysts.  

Pencegahan sekunder (serological screening): 


Penting mengidentifikasi wanita selama hamil dari terinfeksi Toxoplasma gondii
dan jika fetal terinfeksi dengan pemeriksaan selama prenatal, kemungkinan therapi,
termasuk mengakhiri kehamilan dan pemberian antibiotik terhadap janin yang
dikandung perlu didiskusikan dengan pasien. 
Pencegahan yang harus dilakukan:  
a. Melakukan pemeriksaan sebelum kehamilan.  
Ada baiknya memeriksakan tubuh sebelum merencanakan kehamilan, apakah
dalam tubuh terdapat virus atau bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
TORCH. 
b. Melakukan vaksinasi 
Vaksinasi bertujuan untuk mencegah masuknya parasit penyebab TORCH.
Seperti vaksin rubella dapat dilakukan sebelum kehamilan. Setelah vaksin ini
tidak boleh hamil dahulu sampai 2 bulan kemudian.
c. Mengkonsumsi makanan yang matang 
Menghindari memakan makanan tidak matang atau setengah matang. Virus
atau parasit penyebab TORCH bisa terdapat pada makanan dan tidak akan mati
apabila makanan tidak dimasak sampai matang. 
d. Memeriksakan kandungan secara teratur
Selama masa kehamilan, pastikan juga agar memeriksakan kandungan secara
rutin dan teratur. Maksudnya adalah agar dapat dilakukan tindakan secepatnya
apabila di dalam tubuh Anda ternyata terinfeksi TORCH. 
e. Menjaga kebersihan tubuh. 
Menjaga higiene tubuh, prosedur higiene dasar, seperti mencuci tangan,
sangatlah penting.

9. Tatalaksana penyakit pada pemicu


- Spiramisine
Spiramisin menghambat pergerakan mRNA pada bakteri/parasit dengan cara
menghambat 50s ribosom, sehingga sintesis protein bakteri/parasit akan
terhambat dan kemudian mati. Penggunaan antibiotik spiramisin selama
kehamilan dengan infeksi T. gondii akut dilaporkan menurunkan frekuensi
transmisi vertikal. Proteksi ini terlihat lebih nyata pada wanita yang terinfeksi
selama trimester pertama. Spiramisin diberikan hingga persalinan, juga pada
pasien dengan hasil pemeriksaan cairan amnion negatif, karena secara teoritis
kemungkinan infeksi janin dapat terjadi pada kehamilan lanjut dari plasenta
yang terinfeksi pada awal kehamilan. Untuk ibu hamil yang memiliki ke-
mungkinan infeksi tinggi atau infeksi janin telah terjadi, pengobatan dengan
spiramisin harus ditambahkan pirimetamin, sulfadiazin, dan asam folat setelah
usia kehamilan 18 minggu. Pada beberapa pusat pengobatan, penggantian obat
dilakukan lebih awal (usia kehamilan 12-14 minggu). Spiramisin sebaiknya
tidak diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap antibiotik makrolid. 
- Pirimetamine
pirimetamin bersifat teratogenik dan penggunaannya dikontra- indikasikan pada
trimester pertama. Pirimetamin dapat menyebabkan depresi sum- sum tulang
belakang sehingga perlu dilakukan perhitungan jumlah sel darah leng- kap untuk
mencegah toksisitas hematologi. Pirimetamin merupakan anti parasit yang
secara kimiawi dan farmakologi menyerupai trimetroprim. Didalamnya terdapat
zat aktif diaminopirimidin yang bekerja sebagai inhibitor poten dari dihidrofolat
reduktase dan bekerja secara sinergis dengan sulfonamid. 
- Sulfadiazine
Sulfadiazin merupakan golongan sul- fonamida dengan masa kerja sedang.
Mekanisme kerjanya bersifat bakteriostatik dengan menghambat sintesis asam
folat, serta menghambat enzim yang membentuk asam folat dan para amino
benzoic acid (PABA). Sebagian bahan ini menginaktiva- si enzim seperti
dehidrogenase atau kar- boksilase yang berperan pada respirasi bakteri. 
Apabila obat-obat ini tidak tersedia, maka dapat diberikan kombinasi obat
trimetoprim dan sulfametoksasol. Pemberian semua ini dilanjutkan dengan
evaluasi kondisi penderita 
10. Pemeriksaan penunjang dan gold standar dalam pendiagnosisan toxoplasmosis!

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Maternal serologic screening, pemeriksaan penapis serologi secara luas pada ibu
hamil yang diikuti dengan pemeriksaan USG untuk menentukan adanya kelainan
pada janin yang dikandungnya (misalnya  hidrosefalus dan gangguan
pertumbuhan janin) yang sudah menguat telah terjadinya infeksi toksoplasmosis
pada ibu.
 Uji laboratorium toxoplasmolisis deteksi IgG dan IgM
 PCR, dengan menggunakan antigen dan antibodi, cairan serebrospinal, cairan
vitreous dan aqueous, cairan ketuban (amniocentesis), dan bronchoalveolar
lavage (BAL). 
 Biopsi jaringan otak, Isolasi parasit dari cairan tubuh dan biopsi jaringan dapat
dilakukan namun membutuhkan kultur yang memakan waktu lama (kurang lebih
6 bulan).

“GOLD STANDART” diagnosa toxoplasmolisis


 ELISA (the enzyme-linked immunosorbent assay), ELISA memiliki sensitivitas
yang cukup tinggi dalam mendeteksi antibodi yang dibentuk akibat infeksi
toksoplasma. Namun teknik ini memiliki kelemahan karena membutuhkan
beberapa peralatan dan bahan khusus serta keahlian yang tidak selalu tersedia di
lapangan. ELISA juga membutuhkan waktu lama dalam pengujiannya, baik
untuk jumlah sampel yang sedikit maupun banyak. 
11. Jelaskan farmakodinamik dan farmakokinestik dari Spiramisin, Pirimetamine, dan
Sulfadiazine !
a. Spiramisin
Spiramisin merupakan antibiotik makrolid paling aktif terhadap toksoplasmosis
di bandingkan dengan antibiotika lainnya, dengan mekanisme kerja yang serupa
dengan klindamisin. Spiramisin menghambat pergerakan mRNA pada
bakteri/parasit dengan cara menghambat 50s ribosom, sehingga sintesis protein
bakteri/parasit akan terhambat dan kemudian mati.
b. Pirimetamine
Pirimetamin bersifat teratogenik dan penggunaannya dikontraindikasikan pada
trimester pertama. Pirimetamin dapat menyebabkan depresi sumsum tulang
belakang sehingga perlu dilakukan perhitungan jumlah sel darah lengkap untuk
mencegah toksisitas hematologi. Pirimetamin merupakan anti parasit yang
secara kimiawi dan farmakologi menyerupai trimetroprim. Didalamnya terdapat
zat aktif diaminopirimidin yang bekerja sebagai inhibitor poten dari
dihidrofolat reduktase dan bekerja secara sinergis dengan sulfonamide.
c. Sulfadiazine
Sulfadiazin merupakan golongan sulfonamida dengan masa kerja sedang.
Mekanisme kerjanya bersifat bakteriostatik dengan menghambat sintesis asam
folat, serta menghambat enzim yang membentuk asam folat dan para amino
benzoic acid (PABA)
Daftar Pustaka

Dharmana, Edi. 2007. Toxoplasma Gondii Musuh Dalam Selimut.


http://eprints.undip.ac.id/318/1/Edi_Dharmana.pdf. 7 April 2021

Arjana, AAG, dan Ketut Budiasa. 2016. Peran Immunomodulator dalam Mengaktifkan
Respon Imun Terhadap Infeksi Virus.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/97dcf66cc368fb6295cdcd1b2de
86ba0.pdf. 7 April 2021

Stricker R, Sitavanc R, Liassine N, Marval F. Toxoplasmosis during Pregnancy and


Infancy. Swiss Med Wkly. 2009; 139(43-44): 643-644.

South Australian Perinatal Practice Gudelines workgroup.   Toxoplasmosis   in  


pregnancy. 2 0 1 0 .

Aryani I. G. A. D. 2017. Toksoplasmosis Kongenital. Continuing Medical Education.


Vol. 44. No. 8.

Basri, S. 2017. Toksoplasmosis Okular  Kongenital. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.


Vol .17. No. 8: 133-139

Hamdan, A. B. TOXOPLASMOSIS DALAM KEHAMILAN. Intisari Sains Medis .


Vol .2. No. 1: 13-18

Laksemi, D. A. A. S. Wayan, T. A. Mahardika, A. W. 2014. Seroprevalensi yang Tinggi


dan Faktor-Faktor Risiko Toksoplasmosis pada Darah Donor dan Wanita di Bali. Jurnal
Veteriner. Vol. 14 No. 2: 204-212.

Suparman, E. 2012. Toksoplasmolisis dalam Kehamilan. Jurnal Biomedik.  Vol. 4. No.


1:13-19.

Serranti D, Buonsenso D, Valentini P. Congenital toxoplasmosis treatment. European


Rev. 2011;15:193-8

Suparman, E. 2012. Toksoplasmosis Dalam Kehamilan. Jurnal Biomedik.4(1): 13-19.

Kurniawan, A., R. Wahyuningsih, dan L. Susanto. 2008. Ifeksi Parasit Jamur pada
PasienTerinveksi HIV. Jakarta: Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran
Uiversitas Indonesia dan Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia

Aryani I. G. A. D. 2017. Toksoplasmosis Kongenital. Continuing Medical Education.


Vol. 44. No. 8.

Basri, S. 2017. Toksoplasmosis Okular  Kongenital. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.


Vol .17. No. 8: 133-139
Laksemi, D. A. A. S. Wayan, T. A. Mahardika, A. W. 2014. Seroprevalensi yang Tinggi
dan Faktor-Faktor Risiko Toksoplasmosis pada Darah Donor dan Wanita di Bali. Jurnal
Veteriner. Vol. 14 No. 2: 204-212

Montoya JG, Liesenfeld O. Toxoplasmosis. Lancet. 2004;363:1965-76

Sutisna, Nathania S.  2020,  penyakit-infeksi toxoplasmosis etiologi , URL :


www.alomedika.com ,diakses pada 7 maret 2021

Avin, F. A. A. dan Melaniani, S. 2018. Identifikasi Infeksi Toxoplasma gondii Stadium


Kista pada Ayam Ras sebagai Potensi Penularan Toxoplasmosis. Jurnal Kesehatan
Nasional. 10 (3): 336-342. 

Marthalia, W., & Sulistyorini, L. 2020. Infeksi Toksoplasmosis Kronis pada Anggota
Organisasi Pembiak Kucing di Surabaya. Jurnal Kesehatan Nasional. 12 (1): 48-58.

Wahyuni, S. 2013. Toxoplasmosis Dalam Kehamilan. Jurnal Litbang Pengendalian


Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara. 9(1): 27-32.

Montoya, J. G. (2002). Laboratory diagnosis of Toxoplasma gondii infection and


toxoplasmosis. The Journal of infectious diseases, 185(Supplement_1), S73-S82.

Suparman, Erna. 2012. Toksoplasmosis dalam Kehamilan. Jurnal Biomedik. 4 (1). 13-
19.
PLENO PEMICU 2

Hari /Tanggal : Jumat, 09/04/2021

Narasumber : dr. Dessy Triana, M.Biomed dan dr. Bestly Sinuaji, Sp.PK.

Presentan : Kelompok 3 dan 12

1. Apakah ada hos definitif lain untuk toxoplasma gondii?


Jawaban : host definitif untuk toxoplasma gondii tidak hanya
kucing,seperti unggas,domba,sapid an lainnya itu juga dapat menjadi
host definitive
2. Apa hubungan penurunan cairan amnion pada janin dengan toxoplasma
gondii?
Jawaban: Jadi, toxoplasma gondii memasuki tubuh sel inang dan
menginfeksi sel serta jaringan sel inangnya, toxoplasma gondii juga
dapat melalui plasenta untuk menularkan kepada janin. Sehingga,
toxoplasma gondii juga turut menginfeksi jaringan plasenta sehingga
terganggu lah penyaluran zat gizi dan oksigen dari ibu ke. Menyebabkan
hipoksia pada janin karena kekurangan suplai oksigen, Oleh karena itu
ketika janin terinfeksi toxoplasma terjadilah penurunan cairan amnion
pada janin.
3. Mengapa ELISA tidak menjadi gold standart pada pemeriksaan? jadi
pemeriksaan apa yang menjadi gold standart pada toksoplasmosis ?
Jawaban: Dalam mengelola yang efektif tosokplasmosis adalah diagnosis
yang cepat dan akurat. Diagnosisnya dengan deteksi parasite
menggunakan mikroskop dan bioassays adalah sebagai gold standar.
Sedangkan Elisa memang terkenal paling banyak digunakan karena
hasilnya cepat keluar biayanya murah namun gold standart itu
merupakan pemeriksaan yang memiliki keakuratan tinggi, saat ini yang
menjadi gold standart untuk pemeriksaan adalah Sabin feldman dye test
yang memiliki prinsipnya neutralisasi organisme hidup di lisis
komplemen dan IgG > kemampuan sitoplamsa T gondii berguna
mengikat cat methylen blue setelah melakukan kontak dengan antibodi
IgG anti toxo hilang.
4. Bagaimana interaksi obat pada pemicu dapat memengaruhi efek pada
penyakit toksoplasmosis?
Jawaban; Menurut, WHO dan CDC menyarankan protokol terapi
terhadap wanita hamil yang terinfeksi toksoplasmosis berupa kombinasi
pirimetamin, sulfadiazin, dan asam folat untuk mencegah terjadinya
depresi sumsum tulan. Namun Pirimetamin tidak dapat diberikan pada
trimester pertama dan kedua kehamilan karena memiliki efek
teratogeniknya. Terdapat obat yang dapat diberikan untuk wanita padaa
kehamilan trimester pertama dan kedua yaitu sulfadiazine.

Feedback Narasumber :
- hipotesis harus disesuaikan dengan tujuan dan dibuat dengan kalimat yang
jelas., untuk sumber-sumber jurnal ditingkatkan lagi
- Diagnosis toksoplasma perlu ditingkatkan, untuk sekarang tekinik ELISA
yang sering digunakan - Gold standarnya dapat berubah. Dapat berubah
apabila ada pemeriksaan lainnya yang memiliki sensitivitas dan spesitivitas
yang lebih baik.
- Pemeriksaan TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cyto, Herpes) kenapa sama
karena sama
- sama termasuk virus dan sehingga untuk pemeriksaan dibuat empat serial
dari TORCH.

Anda mungkin juga menyukai