Jawab :
menyusun sistem rangka dan menggerakkan rangka tubuh manusia
berkontraksi untuk menggerakkan bagian-bagian tubuh lebih dekat ke tulang
yang melekat pada otot.
otot rangka juga dapat mencegah pergerakan tulang dan sendi yang
berlebihan. Tujuannya untuk menjaga stabilitas tulang dan mencegah
terjadinya kerusakan pada struktur tulang itu sendiri.
untuk melindungi organ dalam, khususnya yang berlokasi di area perut, serta
membantu menopang berat dari organ-organ tersebut.
Jaringan otot ini juga membantu untuk bisa mengendalikan secara sadar
fungsi-fungsi tertentu di dalam tubuh, seperti mengunyah dan buang kecil
maupun besar.
Sumber :
Hapsari,A. https://hellosehat.com/muskuloskeletal/sistem-otot-manusia/.2020
10. Jelaskan mekanisme terjadinya rupture ligament serta gejala dan tanda rupture ligament!
Jawab :
Hampir seluruh ruptur ligamen lutut terjadi saat lutut sedang dalam posisi fleksi, dimana
kapsul sendi dan ligamen dalam keadaan rileks dan femur dapat dengan bebas berotasi pada
tibia. Dorongan dari femur dapat mengakibatkan tibia terdesak dan menghasilkan tekanan
yang dapat menyebabkan cidera pada ligamen pada sendi lutut.
Cedera ligamen cruciatum dapat terjadi tersendiri maupun bersamaan dengan cedera pada
bagian yang lain. Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah yang lebih sering terkena cedera
Tanda dan Gejala
Pasien selalunya merasa atau mendengar bunyi "pop" di lutut pada saat cedera yang sering
terjadi saat mengganti arah, pemotongan, atau pendaratan dari melompat (biasanya kombinasi
hiperekstensi/poros). Ketidakstabilan mendadak di lutut (lutut terasa goyah). Hal ini bisa
terjadi setelah lompatan atau perubahan arah atau setelah pukulan langsung ke sisi lutut.
Nyeri di bagian luar dan belakang lutut.
Lutut bengkak dalam beberapa jam pertama dari cedera. Ini mungkin merupakan tanda
perdarahan dalam sendi. Pembengkakan yang terjadi tiba-tiba biasanya merupakan tanda
cedera lutut serius. Gerakan lutut terbatas karena pembengkakan atau rasa sakit.
Sumber:
Candramonika.2019.Ruptur Ligamen.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/19608/6.%20BAB%202.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
RICE merupakan singkatan dari Rest, Ice, Compression dan Elevation. Metode pengobatan
ini biasanya dilakukan untuk cedera akut, khususnya cedera jaringan lunak (sprain maupun
strain). Metode terapi RICE ini dilakukan secepat mungkin sesaat setelah terjadinya cedera
sampai dengan ±48 jam setelah cedera terjadi. Metode RICE dapat membantu penyembuhan
jaringan setelah mengalami cedera dan mencegah cidera lebih lanjut.
Rest artinya mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera, sedangkan bagian tubuh yang tidak
cedera boleh tetap melakukan aktivitas. Tjuan mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera
adalah untuk mencegah cedera lebih lanjut dan membantu proses penyembuhan luka lebih
optimal.
Ice artinya memberikan efek dingin untuk membantu menurunkan suhu di sekitar jaringan
yang mengalami cedera. Secara umum, tujuan pemberian es pada jaringan yang cedera adalah
mengatasi pembengkakan dengan membuat penyempitan pembuluh darah, mengurangi nyeri,
melalui efek sedative deingin dan selanjutnya mengurangi spasme otot. Pemberian es
sesegera mungkin setelah cedera selama 15 – 20 menit secara berkala.
Elevasi adalah meninggikan bagian yang mengalami cedera melebihi ketinggian jantung
sehingga dapat membantu mendorong cairan keluar dari daerah pembengkakan. Pada
tindakan elevasi, sebisa mungkin harus mengangkat bagian tinggi di atas jantung, misalnya
jika yang cedera pergelangan kaki, pasien dalam posisi tidur kemudian pergelangan kaki
diangkat atau ditopang dengan alat lebih tinggi dari jantung. Bagian yang mengalami cedera
diangkat sehingga berada 15 – 25 cm di atas ketinggian jantung. Elevasi sebaiknya dilakukan
hingga pembengkakan menghilang.
Sumber :