Anda di halaman 1dari 25

LOGBOOK

DISKUSI KELOMPOK PEMICU 1

MODUL KULIT DAN JARINGAN PENUNJANG

Fasilitator :

Elvira Yunita, S.Si, M. Biomed

Disusun Oleh :

Rofifah Dinda Ghanayyah (H1A020044)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS BENGKULU

2021
PEMICU 1

Diskusi Kelompok 1

Fasilitator : Elvira Yunita, S.Si, M. Biomed

Tanggal : Senin, 04 Oktober 2021

Waktu/Tempat: : 09.40-11.20 WIB / Zoom Meeting

Ketua : Riza Trisaniya

Sekretaris : 1. Rofifah Dinda Ghanayyah

2. Fitri Aulia

Sasaran pembelajaran : Mahasiswa mampu menjelaskan embriogenesis, struktur


penyusun kulit dan jaringan penunjangnya, histopatologi dan patogenesis pada
luka bakar serta peran nutrisi, hormonal dan genetik terhadap melanogenesis.

Kiano, bayi laki-laki berusia 4 bulan yang berkulit putih, dibawa ibunya ke dokter
karena tampak makula eritematosa dan edema ringan di area wajah dan leher Kiano.
Lesi tersebut menutupi hampir setengah kepala, wajah, dan leher. Pada bagian parietal
kanan Kiano juga tampak bula yang telah pecah dengan dasar dermis berwarna merah
muda dan ditemukan eksudat jernih. Saat ini Kiano menjadi sangat rewel. Ibunya
mengatakan tak sengaja meninggalkan Kiano di halaman rumah diatas stroller saat
Kiano tertidur pulas, sehingga ia sibuk mengangkat jemuran di siang hari dan ia baru
teringat 1 jam kemudian setelah Kiano yang terbangun dari tidurnya menangis. Ibunya
ingin mengobati sendiri dengan ramuan herbal namun keluarganya memaksa agar Kiano
segera dibawa ke dokter karena ditakutkan akan menyebabkan luka sukar sembuh dan
dikhawatirkan luka bakar tersebut akan mengalami infeksi sekunder dan menjadi keloid
setelah sembuh.

A. Terminologi
 Makula : Secara anatomi, suatu bercak, bintik, atau penebalan suatu area yang
dapat dibedakan dengan warna atau lainnya dari sekitarnya (Dorland, ed30)
 Edema : pengumpulan cairan secara abnormal di ruang interselular tubuh
(Dorland, ed 30)
 Keloid : Jaringan parut irregular yang meninggi dan membesar secara progresif,
akibat pembehtukan kolagen berlebihan di lapisan dermis selama perbaikan
jaringan ikat (Dorland Edisi 30)
 Eritematosa : kemerahan pada kulit yang dihasilkan oleh kongesti pembuluh
kapiler (dorland, 30)
 Eksudat : Cairan tinggi protein dan debris sel yang keluar dari pembuluh darah
serta diendapkan didalam jaringan atau pada permukaan jaringan, biasanya
merupakan basil peradangan (Dorland, ed30)
 Bula : Lepuhan besar:disebut juga bleb. 2. Pada anatomi, suatu struktur bundar
dan menonjol(Dorland edisi 31)
 Lesi : Diskontinuitas jaringan patologis atau traumatis atau hilangnya fungsi
suatu bagian (Dorland, edisi 30)
 Dermis : lapisan kulit jauh ke epidermis, terdiri dari lapisan padat jaringan ikat
vaskular(Dorland edisi-32)
 Parietal : dari atau yang berhubungan dengan dinding rongga (Dorland edisi 30)
B. Keyword
 Laki-laki 4 bulan
 Makula eritematosa di wajah dan leher
 edema di wajah dan leher
 Bula yang telah pecah
 Dasar dermis bewarna merah muda
 Eksudat jernih
 Keloid
 Luka bakar
C. Identifikasi Masalah
 Luka bakar : sistem kulit dan integumen
 Sistem Kulit dan Integumen: Perubahan warna kulit (bercak putih, merah, hitam,
kuning)
 Kulit merah dan nyeri – Sistem kulit dan integumen
D. Analisis Masalah
E. Hipotesis
 Laki-laki pada pemicu mengalami luka bakar derajat 1
 Kiano mengalami luka bakar Mayor
 Pigmen pada kulit mempengaruhi kerentanan terjadinya luka bakar akibat
pajanan matahari
DK 2

Fasilitator : Elvira Yunita, S.Si, M. Biomed

Tanggal : Rabu, 06 Oktober 2021

Waktu/Tempat: : 09.40-12.10 WIB / Zoom Meeting

1. Jelaskan tahapan embryogenesis kulit dan jaringan penunjangnya!

Jawab :

 Kulit merupakan organ kompleks yang berasal dari ektoderm embrionik (yang
menyusun epidermis) dan mesoderm embrionik (yang menyusun dermis).

 Sel kulit yang berasal dari ektoderm adalah keratinosit. Melanosit berasal dari
neural crest yang merupakan bagian dari ektoderm.

 Sedangkan yang berasal dari mesoderm meliputi fibroblas, endotel pembuluh


darah dan adiposit. Sel Langerhans berasal dari sumsum tulang belakang yang
terbentuk dari mesoderm.

PERIODE PERKEMBANGAN KULIT

a. Tahap spesifikasi atau organogenesis


Masa embrional (0 - 60 hari). Tahap spesifikasi berkaitan erat dengan proses
bagian ektoderm yang terletak lateral dari cakram saraf (neural plate) menjadi
epidermis dan sel mesenkim serta rigi saraf (neural crest) membentuk dermis.
b. Tahap diferensiasi atau maturase
Masa fetal akhir (5 – 9 bulan). Tahap diferensiasi berkaitan erat dengan proses
pematangan berbagai komponen kulit yang telah terbentuk.
c. Tahap morfogenesis atau histogenesis
Masa fetal awal (60 hari – 5 bulan). Tahap morfogenesis adalah suatu proses
terbentuknya struktur kulit, termasuk stratifikasi epidermis, pembentukan
adneksa kulit, pembagian antara dermis dan subkutis serta pembentukan
vaskular

EPIDERMIS

a. Perkembangan epidermis pada masa embryonal


Setelah gastrulasi, ektoderm akan mengalami pembagian berdasarkan sinyal
yang diterima, menjadi neuroektoderm (garis median yang pararel dengan
sumbu panjang embrio yang sedang berkembang) dan epidermis presumsi
b. Perkembangan epidermis pada masa fetal awal
Karakteristik utama masa transisi embrio-fetus adalah stratifikasi epidermis dari
2 lapis menjadi 3 lapis, yaitu terbentuknya lapisan tengah (intermediate) sebagai
hasil mitosis sel basal..
c. Perkembangan epidermis pada fetal akhir
Pada masa ini kematangan epidermis ditandai dengan pembentukan lapisan
granular dan stratum korneum serta pelepasan lapisan periderm pada usia 23
minggu

DERMIS DAN SUBKUTIS

a. Perkembangan dermis dan subkutis pada masa embryonal


Pada usia 6-8 minggu sel dermis sudah berada di bawah lapisan epidermis. Asal
sel dermis bergantung pada lokas anatomi. Dermis pada daerah wajah berasal
dari neural crest. Namun demikian, dermis dari punggung bukan berasal dari
neural crest melainkan dari somite terutama dari dermatomiotom. Dermis pada
ekstremitas berasal dari lempeng lateral mesoderm (somatik).
b. Perkembangan dermis dan subkutis pada masa fetal awal
Pada usia 60 hari dermis sudah terlihat jelas. Pada usia 12-15 minggu, terjadi
perubahan progresif dalam organisasi matriks dan morfologi sel yaitu dermis
papilaris yang terjalin dengan halus, dapat dibedakan dengan dermis retikularis
yang lebih dalam dan fibrillar.
c. Perkembangan dermis dan subkutis pada fetal akhir
Pada masa ini dermis lebih tebal dan terorganisasi dengan baik, namun bila
dibandingkan dengan dermis dewasa lebih tipis dan lebih banyak mengandung
air.

2. Jelaskan struktur dan fungsi normal penyusun kulit dan jaringan penunjangnya!

Jawab :

Struktur:

Terdiri atas 2 lapisan utama:

‐ Epidermis (ektoderm)

‐ Dermis (mesoderm)

Kulit direkatkan ke jaringan di bawahnya oleh hipodermis/subkutis yang terdiri atas


jaringan ikat longgar dan jaringan lemak

A. EPIDERMIS

‐ Merupakan jar. epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk


‐ Hanya terdiri atas sel epitel, tidak mengandung pembuluh darah maupun
pembuluh limfa

Fungsi Epidermis:

‐ Sawar  yang mencegah kehilangan air dan masuknya zat-zat kimiawi dan


mikroorganism

‐ Mencegah abrasi dan radiasi sinar UV

‐ Sintesa Vit D

‐ berkembang menjadi rambut, kuku dan kelenjar

Lapisan-lapisan epidermis (dari dalam ke luar)

 Stratum Basale

 Stratum spinosum

 Stratum granulosum

 Stratum lusidum

 Stratum korneum

B. Dermis
 Berasal dari lapisan mesoderm embrional.
 Terdiri atas jaringan penyambung dengan serat kolagen dan elastin
 Epidermis dilekatkan ke dermis melalui lamina basal
 Tonjolan-tonjolan dermis ke epidermis →memperkuat ikatan dermis-
epidermis
 Tonjolan tsb disebut papila dermis

Fungsi Demis :

 Memberikan kekuatan dan fleksibilitas kulit

 Pertukaran gas, nutrisi, dan produk sisa pada epidermis dengan pembuluh
darah didermis
3. Jelaskan bagaimana flora normal kulit dan perannya mempertahankan fungsi
tubuh!

Jawab :

Flora normal yaitu mikroorganisme yang menempati suatu daerah tanpa


menimbulkan penyakit pada inang yang ditempati.

Flora normal yang menempati kulit terdiri dari dua jenis yaitu

1. flora normal atau mikroorganisme sementara (transient microorganism)

 tinggal di kulit atau mukosa

 terdiri atas mikroorganisme non patogen atau potensial patogen

 umumnya tidak menimbulkan penyakit

 jumlahnya lebih sedikit dibandingkan flora tetap

 flora transien dapat menimbulkan penyakit. mikroorganisme transien adalah


mikroorganisme yang diisolasi dari kulit, tetapi tidak selalu ada atau menetap
di kulit.

 Flora transien akan mati atau dapat dihilangkan dengan cuci tangan

2. mikroorganisme tetap (resident microorganism)

 ditemukan di lapisan epidermis dan di celah kulit

 flora tetap terdiri atas mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya dijumpai
pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu

 Flora tetap tidak bersifat patogen


 sulit dihilangkan. Flora tetap akan selalu ada dan bertahan hidup (survive),
apalagi tempat tersebut menyediakan lingkungan yang mendukung
pertumbuhan mikroba.

Peran :

Pada kulit dan membran mukosa mencegah kolonisasi kuman patogen melalui
mekanisme bacterial interference, dengan cara kompetisi untuk mendapatkan reseptor
pada sel hospes, kompetisi untuk makanan, pengeluaran zat-zat toksik yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain.

4. Jelaskan peran genetik terhadap melanogenesis!

Jawab :

Melanogenesis menurut definisi adalah proses produksi pigmen melanin;


diproduksi oleh sel yang disebut melanosit

5. Jelaskan peran hormonal terhadap melaogenesis!

Jawab :
Hormon yang berperan dalam melanogenesis

1. MSH (Melanosit Stimulating Hormone)  α-MSH berperan besar pada


melanogenesis
2. ACTH (Adrenocorticotropic Hormone)  penentuan warna rambut
3. Estrogen
4. Progesteron

6. Jelaskan peran nutrisi terhadap melanogenesis!

Jawab :

Nutrisi sumber makanan (kedelai,bayam,dan lainnya)

tirosin (asam amino)

Pada proses melanogenesis, tirosin mengalami proses oksidasi menjadi L-DOPA


oleh aktivitas enzim tirosinase dan kemudian dioksidasi lagi menjadi bentuk
DOPAquinone. Enzim tirosinase juga mengubah DOPAquinone menjadi
DOPAchrome yang selanjutnya akan menjadi 5.6-dihydroxyindole (DHI) dan DHI-
2-Carboxyl acid (DHICA) sehingga membentuk eumelanin yaitu melanin berwarna
hitam dan coklat.

7. Faktor apa saja yang mempengaruhi jenis kulit seseorang!

Jawab :

1. Paparan Sinar Matahari

2. Kosmetik

3. Hormon

4. Obat-obatan

5. Riwayat penyakit

6. Riwayat keluarga

7. Ras

8. Jelaskan mengenai klasifikasi dan derajat pada luka bakar!

Jawab :

1. Berdasarkan derajat kedalaman luka bakar

A. Luka Bakar Derajat I – Epidermis – Erytema

‐ Sangat ringan, sembuh tanpa perawatan khusus

‐ Klinis: kulit kemerahan dan nyeri hebat

‐ Terapi: analgetik

‐ Sering disebabkan oleh sengatan matahari

B. Luka Bakar Derajat II – Dermis – Bullosa

‐ Klinis: terdapat lepuh/bulla

‐ IIA : superficial : penyembuhan ± 2 minggu tanpa sikatrik jika tidak ada


infeksi

‐ IIB : deep : penyembuhan agak lama, jika lukanya luas mungkin memerlukan
skin graft

C. Luka Bakar Derajat III – Subdermis

‐ Mengenai seluruh lapisan kulit sampai ke otot dan tulang


‐ Klinis: kulit tampak hitam dan kering

2. Berdasarkan tingkat keseriusan luka

A. Luka bakar ringan/ minor

‐ Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa

‐ Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut

‐ Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan,
kaki, dan perineum.

B. Luka bakar sedang (moderate burn)

‐ Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III
kurang dari 10 %

‐ Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40
tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %

‐ Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.

C. Luka bakar berat (major burn)

‐ Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50
tahun

‐ Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama

‐ Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum

‐ Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas
luka bakar

‐ Luka bakar listrik tegangan tinggi

‐ Disertai trauma lainnya

‐ Pasien-pasien dengan resiko tinggi.


Dewasa

Anak-anak

9. Jelaskan patogenesis pada luka bakar!


Jawab :
Reaksi inflamasi , peningkatan permeabilitas mikrovaskular, vasodilatasi +
peningkatan aktivitas osmotik ekstravaskular edema

pelepasan histamin  vasodilatasi + peningkatan permeabilitas vena

Kerusakan membran sel yang sebagian disebabkan oleh radikal bebas oksigen yang
dilepaskan dari leukosit polimorfonuklear akan mengaktifkan enzim yang
mengkatalisis hidrolisis prekursor prostaglandin (asam arakidonat) dengan hasil
pembentukan prostaglandin yang cepat. Selanjutnya perubahan jaringan interstisial
setelah trauma luka bakar  Kehilangan cairan  peningkatan kadar hematokrit
dan penurunan volume plasma yang cepat, dengan penurunan curah jantung dan
hipoperfusi pada tingkat sel.

10. Jelaskan histopatologi pada luka bakar!

Jawab :

11. Jelaskan pengaruh dari warna kulit terhadap keparahan luka bakar!
Jawab :

Orang berkulit gelap memiliki lebih banyak melanin sehingga lebih tahan terhadap
efek matahari yang berbaya (termasuk luka bakar karena matahari, penuan kulit
dini, dan kanker kulit). Orang kulit memiliki sedikit melanin di dalam kulitnya dan
bisa mengalami luka bakar yang sering meskipun hanya mengalami sedikit
pemaparan sinar matahari.

12. Jelaskan proses dari penyembuhan luka bakar dan faktor yang
mempengaruhinya!

Jawab :

Pemecahan sel-sel mati -> pembentukan sel-sel baru

faktor yang mempengaruhi Penyembuhan Luka

a. Peradangan
Peradangan sangat penting untuk keberhasilan penyembuhan luka bakar, dan
mediator inflamasi memberikan sinyal imun untuk merekrut leukosit dan
makrofag yang memulai fase proliferasi
b. Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan perkembangan respon imun yang nyata, disertai
dengan sepsis atau syok septik, yang mengakibatkan hipotensi dan gangguan
perfusi organ akhir, termasuk kulit – semua proses yang menunda penyembuhan
luka.
c. Nutrisi
Hipermetabolisme berkelanjutan, peningkatan hormon, dan pengecilan otot
setelah cedera luka bakar parah semua berkontribusi terhadap hasil klinis,
dengan magnitude dan durasi yang unik untuk luka bakar.
d. Resusitasi
Sebuah meta-analisis baru-baru ini menunjukkan hubungan positif antara jumlah
prosedur pencangkokan dan hipernatremia, menunjukkan bahwa kadar natrium
serum yang tinggi dapat menghambat pengambilan cangkok
e. Penutupan luka dan pencangkokan
Standar untuk penutupan luka bakar full-thickness yang cepat dan permanen
adalah cangkok kulit split-thickness dari tempat donor yang tidak terluka pada
pasien yang sama (autograft)
f. Keratinocytes dan stem cells
Keratinosit memainkan peran penting dalam penutupan luka. Aktivasi sitokin
menyebabkan migrasi keratinosit pada fase proliferasi, yang menyebabkan
penutupan dan pemulihan jaringan vaskular

13. Jelaskan mengenai tatalaksana luka bakar!

Jawab :

Pertolongan Pertama Pada Pasien Dengan Luka Bakar

‐ Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh

‐ Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket

‐ Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit.

Tata laksana luka bakar 24 jam pertama

Primary survei

Segera identifikasi kondisi-kondisi mengancam jiwa dan lakukan manajemen


emergensi.

 (Airway) : Penalataksanaan jalan nafas dan manajemen trauma


cervical

 (Breathing) : Pernapasan dan ventilasi

 (Circulation) : Sirkulasi dengan kontrol perdarahan

 (Disability) : Status neurogenik

 (Exposure) : Pajanan dan Pengendalian lingkungan


Secondary survei

a. Riwayat penyakit

‐ A (Allergies) : Riwayat alergi

‐ M (Medications) : Obat – obat yang di konsums

‐ P (Past illness) : Penyakit sebelum terjadi trauma

‐ L (Last meal) : Makan terakhir

‐ E (Events) : Peristiwa yang terjadi saat trauma

b. Mekanisme trauma

Informasi yang harus didapatkan mengenai interaksi antara


pasien dengan lingkungan:

1) Luka bakar:

a) Durasi paparan

b) Jenis pakaian yang digunakan

c) Suhu dan Kondisi air, jika penyebab luka bakar adalah air panas

d) Kecukupan tindakan pertolongan pertama

2) Trauma tajam:

a) Kecepatan proyektil

b) Jarak

c) Arah gerakan pasien saat terjadi trauma

d) Panjang pisau, jarak dimasukkan, arah

3) Trauma tumpul:

a) Kecepatan dan arah benturan

b) Penggunaan sabuk pengaman

c) Jumlah kerusakan kompartemen penumpang

d) Ejeksi (terlontar)

e) Jatuh dari ketinggian


f) Jenis letupan atau ledakan dan jarak terhempas

14. Jelaskan bagaimana cara merawat kulit dengan benar dan hubungan antara tabir
surya dengan luka bakar!

Jawab :

‐ Batasi waktu terkena sinar matahari secara langsung

‐ Menggunakkan tabir surya setiap hari, terutama pada saat keluar rumah

‐ Kenakan pakaian yang melindungi kulit seperti topi dengan bibir topi yang
lebar, kaca
mata hitam dengan lensa pelindung anti UV, celana panjang, pakaian lengan
panjang, ataupun jaket.

‐ Membersihkan kulit dengan lembut

‐ Menjaga pola makan sehat

Hubungan Penggunaan tabir surya dengan luka bakar

• Radiasi sinar matahari berupa sinar ultraviolet (UV) dapat menembus lapisan
ozon dan
berpenetrasi ke dalam lapisan kulit. Dampak paparan sinar UVB jangka panjang
adalah
pigmentasi kulit, penuaan dini, kulit terbakar, dan juga kanker.

• Untuk mengurangi pengaruh buruk dari sinar matahari, Salah satunya dengan
tabir surya yang diformulasikan khusus untuk menyerap atau membelokkan
sinar ultraviolet.

15. Jelaskan Bagaimana edukasi kepada ibu pasien dengan luka bakar!

Jawab :

-Penanganan Pre Hospital

-Edukasi Pasien

Keluarga pasien perlu mendapatkan edukasi yang lengkap mengenai kondisi medis
pasien. Kemungkinan prognosis yang buruk pada pasien dengan luka bakar yang
luas, dalam, atau disertai trauma inhalasi harus disampaikan sejak awal.

Selain itu perlu juga dijelaskan bahwa kondisi medis pada pasien luka bakar sangat
dinamis sehingga perburukan kondisi bisa saja terjadi sepanjang masa perawatan.
Pada fase rehabilitasi atau rawat jalan, keluarga pasien perlu diedukasi hal-hal
berikut :

‐ Teknik perawatan luka di rumah, bila masih ada area yang belum epitelisasi
sempurna

‐ Rencana serta target perawatan luka, termasuk jadwal follow-up di poliklinik

‐ Keluarga harus memahami bahwa luka yang sudah epitelisasi masih menjalani
fase penyembuhan luka

‐ Melakukan tindakan-tindakan pencegahan terhadap komplikasi seperti


pemasangan bidai pada malam hari untuk mencegah terjadinya kontraktur

‐ Keluhan rasa gatal pada luka dapat dikurangi dengan pemberian krim pelembab,
masase pada bekas luka, serta dapat diberikan obat antihistamin untuk
meredakan rasa gatal yang hebat.

DAFTAR PUSTAKA

Padang, C., Soebaryo, R. W., Suriadiredja, A. S., Budiardja, S. A., Soeharso, P.,
Wardhani, T., & Agustin, T. PERKEMBANGAN KULIT MASA EMBRIONAL DAN
FETAL.

J.R.Kalangi.2013.Histofisiologi kulit. Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3,


Suplemen, November 2013, hlm. S12-20
Rachmawati,F.J. dan Triyana,S.Y. 2008. Perbandingan Angka Kuman Pada Cuci
Tangan Dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja Di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Jurnal Logika. 5(1) : 3-
13

Yasir,Y.2015. Bakteri dan Kesehatan Manusia. Prosiding Seminar Nasional


Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan. Hal.8

Putri,M.H., dkk. 2017. Mikrobiologi. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia.

D’Mello, S.A.N., dkk.2016. Signaling Pathways in Melanogenesis. MDPI. 17(7): 1141.

Suryaningsih, B. E., dan Hardyanto S. 2016.Biologi Melanosit. MDVI. 43(2): 78-82.

Jennifer Y Lin, David E Fisher. Melanocyte biology and skin pigmentation. Nature.
2007; 445: 843-50

Im S, Lee ES, Kim W, On W, Kim J, Lee M, et al. Donor specific response of estrogen
and progesterone on cultured human melanocytes. J Korean Med Sci. 2002; 17: 58-64.

Cestari TF, Andrade CB. Hyperpigmentation and melasma: a physiopathologic review


for the clinical dermatologist. Cosmetic Dermatology. 2010; vol.18 no.10

Thornton MJ. The biological actions of estrogens on skin. Exp Dermatol 2002: 11: 487–
502. 34. Thornton MJ. Estrogen and aging skin. Dermato-Endocrinology. 2013; 5(2):
264–70. doi: 10.4161/derm.23872.

Jang YH, Lee JY, Kang HY, Lee ES, Kim YC. Oestrogen and progesterone receptor
expression in melasma: an immunohistochemical analysis. Journal of the European
Academy of Dermatology and Venereology. 2010; 24: 1312–16. doi: 10.1111/j.1468-
3083.2010.03638.

Tamega AA, Miot HA, Moco NP, Silva MG, Marques ME, Miot LD. Gene and protein
expression of oestrogen-b and progesterone receptors in facial melasma and adjacent
healthy skin in women. International Journal of Cosmetic Science. 2015; 37: 222–28.
doi: 10.1111/ics.12186.

Famenini S, Gharavi NM, Beynet DP. Finasteride associated melasma in a caucasian


male. Jounal of Drugs in Dermatology. 2014; 13: 484–86.

Mamoto,N.F.E., dkk.2009. Peran Melanokortin Pada Melanosit. Jurnal biomedik. 1(1) :


1-11

Apriani, Henny. 2017. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN


MELASMA PADA WANITA USIA 20-50 TAHUN DI KEL. ULUALE KEC.
WATANG PULU KAB. SIDENRENG RAPPANG. Skripsi. Universitas Hasanudin.
Makassar.

Purwanto,H.2016. Keperawatan Medical Bedah II. Jakarta : Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan RI. 2019. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/555/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana Luka Bakar. Jakarta.

Yulia Ratna Sintia Dewi, 2010. LUKA BAKAR: KONSEP UMUM DAN
INVESTIGASI BERBASIS KLINIS LUKA ANTEMORTEM DAN POSTMORTEM.
Journal Unud. Ojs.unud.ac.id

G Arturson. Pathophysiology of the burn wound.


https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/6162412/

Karim, A.S., dkk. 2020. determinate-Depth Burn Injury Exploring the Uncertainty.
ScienceDirect. 2020(245):183- 197.

Jeschke, M. G.,dkk. 2020. Burn Injury. Nature. (2020) 6:11 .

Rowan, M. P., Cancio, L. C., Elster, E. A., Burmeister, D. M., Rose, L. F., Natesan,
S., ... & Chung, K. K. (2015). Burn wound healing and treatment: review and
advancements. Critical care, 19(1), 1-12.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Buku


PKB.2014

H.Siti.2014.Pentingnya Melindungi Kulit Dari Sinar Ultraviolet Dan Cara Melindungi


Kulit Dengan Sunblock Buatan Sendiri. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan.3(2):126-
133

Carlsson A, Bramhagen A-C, Jansson A, Dykes A-K. Precautions taken by mothers to


prevent burn and scald injuries to young children at home: An intervention
study. Scandinavian Journal of Public Health. 2011;39(5):471-478.
doi:10.1177/1403494811405094

SETIAJIPUTRI, V. V. Determinan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penanganan Pre


Hospital Luka Bakar pada Balita.
PLENO 1

Hari/Taggal : Jumat, 08/10/2021


Narasumber : Elvira Yunita, S.Si, M.Biomed
Dr. Amalia Rizkha Malini, Sp. KK

Presentan : Kelompok 4
1. Sebelumnya sudah dijelaskan mengenai hubungan tabir surya dengan luka
bakar, dan seperti yang kita sering lihat dikemasan pada tabir surya itu ada spf,
maksud dari spf itu apa dan untuk apa ? (kelompok 1)
Jawab :
Efektivitas tabir surya ditentukan oleh perlindungan UVB, yang diukur dengan
faktor perlindungan matahari (SPF) dan substantifitas. SPF adalah rasio dosis
radiasi UVB terkecil yang diperlukan untuk menghasilkan eritema minimal
pada kulit yang dilindungi tabir surya dibandingkan dengan dosis UVB yang
diperlukan untuk menghasilkan jumlah eritema yang sama pada kulit yang
tidak dilindungi. SPF adalah prediktor perlindungan yang lebih baik terhadap
UVB karena 1000 kali lebih eritegenik daripada UVA. SPF-15 dapat
memblokir 94% radiasi UVB, sedangkan SPF-30 dapat memblokir 97% radiasi
UVB.

(Sumber: Gabros S, Nessel TA, Zito PM. 2021. Sunscreens And


Photoprotection.Treasure Island (FL). StatPearls Publishing.)
2. Kalo kita perhatikan lingkungan kita, kita sering banget ketemu ibu-ibu yang
kulit wajahnya itu ada bercak-bercak hitam gitu (melasma), dan biasanya ibu-
ibu yang punya anak kecil gitu, Sebenarnya ada atau engga ya cara
ngehilangkannya? (kelompok 2)
Jawab :
Ada, yaitu monoterapi hidrokuinon dan 3 kombinasi krim yang menjadi

pengobatan
Maddaleno,A.S., et.al. 2021. Melanogenesis and Melasma Treatment. Cosmetics,
8(82) :1- 11 https://doi.org/10.3390/cosmetics8030082

3. Kita kan sama-sama tau ya sekarang tabir Surya itu banyak jenisnya, ada yang
krim, gel, bahkan spray, sebenarnya mana sih yang lebih efektif untuk
digunakan untuk melindungi kulit dari radiasi UV ( kelompok 2)
Jawab :
Umumnya, tabir surya tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel, salep, pasta,
minyak, mentega, stik, dan semprotan, yang dianggap sebagai produk over-the-
counter (OTC). Produk yang jarang digunakan termasuk tisu basah, handuk
kecil, bedak, sabun mandi, dan sampo, yang dianggap sebagai produk non-OTC
oleh FDA. Belakangan, produk-produk jenis ini telah dipasarkan sebagai
formulasi kosmetik multifungsi yang dimasukkan ke dalam kosmetik lain,
seperti pelembab, alas bedak wajah, dan alas bedak busa (mousse). Tabir surya
berbasis semprot atau gel lebih disukai pada kulit berminyak dan berjerawat.
Tabir surya baru dengan partikel mikro ditemukan aman dan efektif pada
pasien dengan jerawat dan rosacea. Filter tabir surya juga ditambahkan ke
produk perawatan rambut, seperti sampo, untuk meminimalkan kerusakan
akibat sinar matahari pada rambut.

Pelembab yang mengandung tabir surya biasanya memiliki SPF antara 15 dan
30. Alas bedak yang menutupi adalah formulasi transparan yang mengandung
titanium dioksida dengan SPF 2 sedangkan alas bedak dengan cakupan sedang
biasanya tembus pandang dengan SPF 4 hingga 5.

Gogna dkk. mengamati bahwa penggunaan mikrosfer polimetil-metakrilat


(PMMA) dari etilheksil metoksisinamat (EHM) meningkatkan kemanjuran
yang terakhir sebanyak empat kali dan juga meningkatkan fotostabilitas
sediaan. Semprotan yang mengandung agen tabir surya dengan konsentrasi
tinggi telah ditemukan untuk mempertahankan obat pada lapisan atas kulit,
meminimalkan penetrasi lebih dalam.

Penelitian telah menunjukkan bahwa mikrosfer meningkatkan kemanjuran agen


tabir surya. Penggabungan nanopartikel telah terbukti meningkatkan
kemanjuran agen tabir surya dalam hal perlindungan UV yang unggul dan
mengurangi pemutihan pada kulit dibandingkan dengan generasi tabir surya
yang lebih tua. Saat ini, formulasi yang mengandung nanopartikel TiO 2 dan
ZnO tersedia. Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa nanopartikel dari
kedua senyawa ini menyebabkan sitotoksisitas, genotoksisitas, dan potensi
fotokarsinogenitas.Selain itu, nanopartikel ZnO, bahkan pada konsentrasi yang
jauh lebih rendah, dapat menginduksi inflamasi dengan melepaskan mediator
inflamasi, seperti sitokin interleukin (IL)-6 dan tumor necrosis factor (TNF)-
α.Sunspheres dan mikroenkapsulasi adalah teknologi baru dalam persiapan
formulasi tabir surya. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3543289

Anda mungkin juga menyukai