Anda di halaman 1dari 29

LOGBOOK

DISKUSI KELOMPOK PEMICU 3

MODUL MUSKULOSKELETAL

Fasilitator :

Elvira Yunita, S.Si, M. Biomed

Disusun Oleh :

Rofifah Dinda Ghanayyah (H1A020044)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS BENGKULU

2021
PEMICU 3

Diskusi Kelompok 1

Fasilitator : Elvira Yunita, S.Si, M. Biomed

Tanggal : Senin, 29 November 2021

Waktu/Tempat: : 13.10-14.00 WIB / Zoom Meeting

Ketua : Nadisya Dhafi

Sekretaris : 1. Ramadha Aulia

2. Riza Trisaniyah

PEMICU 3 : Nyeri lutut tak kunjung hilang

Tujuan pembelajaran:

Mahasiswa mampu menjelaskan penyakit terkait muskuloskeletal pada dewasa beserta


tatalaksana farmakologi

Nyeri lutut tak kunjung hilang

Seorang pasien wanita, 62 tahun datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan
nyeri pada kedua lutut sejak 2 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan terus menerus,
tumpul, tidak menjalar, dan tidak disertai baal dan kesemutan. Nyeri juga disertai kaku
sendiri > 30 menit setiap pagi hari. Nyeri meningkat saat berdiri setelah duduk lama dan
berjalan lebih dari 100 meter, sedangkan nyeri hanya menurun jika diberikan obat
paracetamol 1000 mg dan oles voltaren gel. Tidak ada bengkak dan nyeri pada sendi
lainny dan tidak ada demam. Pasien sudah mengalami nyeri pada kedua lutut sejak 3
tahun yang lalu. Pasien sudah berobat berulang kali, diberikan obat NSAID dan injeksi
hyaluronat acid namun belum kunjung sembuh. Pasien sudah diajurkan operasi ganti
sendi palsu namun masih pikir-pikir dahulu karena tidak ada yang merawat. Saat ini,
pasien berjalan dibantu dengan cane. Pasien hanya bisa sholat dengan posisi duduk.
Tidak ada riwayat trauma, darah tinggi, sakit gula, penyakit jantung dan paru. Pasien
seorang pensiunan ASN, hanya tinggal sendirian di rumah dua tingkat. Pasien
mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri.
A. Terminologi
‐ Cane : tongkat kayu atau batang logam yang digunakan untuk menopang dalam
berjalan (Dorland, Edisi 32)
‐ NSAID : Non-Steroid Anti-Inflammatory Drug : setiap golongan obat besar
yang heterogan secara kimia, yang menghambat siklooksigenase, menyebabkan
penurunan sintesis prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam
arakidonat. Semua NSAID mempunyai kerja analgetic, antipiretik, dan
antiinflamasi. (Dorland, Edisi 31)
‐ Paracetamol : bentuk amida asam asetat dan p-aminofenol, mempunyai efek
analgesic dan antipiretik mirip aspirin, tetapi mempunyai efek antiinflamasi
yang lemah. Diberikan per oral dan perrek (Dorland, Edisi 31)
‐ Hyaluronant acid : suatu glikosaminoglikan yang terdapat dalam proteoglikan
lubrikasi pada cairan sinovial, cairan vitreus dll. sebagai suplemen untuk
memanipulasi dan memisahkan jaringan-jaringan dengan tekanan hidrofilik dan
untuk melindungi struktur intraokuler dari trauma (Dorland, Edisi 30)
‐ Trauma : kerusakan emosional maupun psikologis; keadaan fisik atau psikis
yang disebabkan oleh cedera atau luka (Dorland, Edisi 30)
‐ Diabetes/sakit gula : setiap kelainan yang ditandai dengan eksresi urine yang
berlebihan (Dorland, Edisi 30)
‐ Injeksi: Tindakan memasukkan cairan ke dalam suatu bagian seperti ke dalam
jaringan subkutan, percabangan vaskular, atau suatu organ (Dorland, Edisi 30).
‐ Hypertensi / darah tinggi : tingginya tekanan darah arteri secra persistensi
(Dorland, Edisi 30)
‐ Baal : kebal (tentang rasa) karena kedinginan, disuntik, dan sebagainya sehingga
tidak lagi merasa dingin, sakit, dan sebagainya; mati rasa (KBBI)
‐ Sendi : tempat penyatuan atau pertemuan antara dua atau lebih tulang kerangka,
terutama tulang yang memungkinkan gerak satu atau lebih tulang (Dorland,
Edisi 32 )
‐ Voltaren : merek dagang untuk preparat diklofenak sodium (Dorland, Edisi 31)
‐ Bengkak : pembesaran abnormal sementara pada bagian atau daerah tubuh
tertentu, bukan karna proliferasi sel (Dorland, Edisi 30)
B. Keyword
‐ Wanita usia 62 tahun
‐ Nyeri kedua lutut sejak 3 tahun
‐ Nyeri terus menerus sejak 2 minggu
‐ Nyeri tumpul sejak 2 minggu
‐ Nyeri tidak menjalar sejak 2 minggu
‐ Nyeri tidak disertai baal sejak 2 minggu
‐ Kaku sendi > 30 menit setiap pagi hari
‐ Nyeri menurun jika diberikan obat paracetamol 1000 mg
‐ Nyeri menurun jika diberikan obat oles voltaren gel
‐ Nyeri meningkat ketika berdiri setalah duduk lama
‐ Nyeri meningkat ketika berjalan >100 meter
‐ Injeksi hyaluronat acid
‐ Tidak ada riwayat trauma
‐ Tidak ada riwayat darah tinggi
‐ Tidak ada riwayat sakit gula
‐ Tidak ada riwayat penyakit jantung dan paru
C. Identifikasi Masalah
‐ Sistem Muskuloskeletal : Gangguan sendi (nyeri, kaku, bengkak, kelainan
bentuk)
‐ Sistem Muskuloskeletal : Gangguan jalan (sakit, pincang, tidak bisa jalan)
‐ Sistem Muskuloskeletal : Gerakan terbatas
D. Analisis Masalah

E. Hipotesis
‐ Pasien pada pemicu mengalami osteoarthritis
‐ Usia merupakan salah satu faktor penyebab nyeri pada lutut pasien
‐ Aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab nyeri lutut yang tidak kunjung
hilang
DK 2

Fasilitator : Elvira Yunita, S.Si, M. Biomed

Tanggal : Rabu, 01 Desember 2021

Waktu/Tempat: : 13.10-15.40 WIB / Zoom Meeting

1. Jelaskan etiologi dan epidemiologi osteoarthritis! (faktor usia bahas lebih dalam)!

Jawab :

Etilogi

• Berdasarkan etiologinya OA dibagi menjadi dua yaitu :

• Osteoartritis primer disebabkan oleh faktor degenerasi artikular tanpa


adanya kelainan bawaan yang mendasari,

• Osteoartritis sekunder disebabkan oleh trauma atau kelainan bawaan


yang mendasari, seperti adanya kelainan metabolik, endokrin, inflamasi,
pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu lama dan
lain-lain

• Etiologi OA bersifat multifaktorial dan kompleks, dengan perkembangan OA


tergantung pada interaksi antara faktor-faktor seperti predisposisi genetik dan
cedera sendi.

• Banyak pasien mengalami lebih dari satu faktor risiko untuk pengembangan OA.

• Faktor risiko paling umum untuk perkembangan OA termasuk

• usia,

• obesitas,

• jenis kelamin,

• pekerjaan,

• partisipasi dalam olahraga tertentu,

• sejarah cedera sendi atau operasi,

• predisposisi genetik.

• Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif sendi dengan pravalensi tertinggi


pada usia lanjut.
Epidemiologi :

• Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004, prevalensi pasien


osteoarthritis di dunia mencapai 151,4 juta jiwa, dan 27,4 juta jiwa berada di
Asia Tenggara 13 .

• Di Amerika Serikat, OA terjadi pada lebih dari 30 juta populasi,dimana terjadi


10% pada pria dan 18% pada wanita pada kelompok usia diatas 60 tahun.

• OA yang terjadi pada kelompok usia sebelum 50 tahun, memiliki insidensi yang
sama pada pria dan wanita.

• Sedangkan OA yang terjadi setelah usia 50 tahun, lebih banyak dialami wanita
dibandingkan pria.

• Di Amerika, 1 dari 7 penduduk menderita OA.

• Di Inggris dan Wales, sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang mengalami gejala
osteoarthritis

• Berdasarkan data dari Cina prevalensi OA lutut sekitar 13,8%, ada


kecenderungan peningkatan prevalensi dengan usia lanjut.

• Di Indonesia menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), penduduk yang


mengalami gangguan OA tercatat 8,1% dari total penduduk. Sebanyak 29%
melakukan pemeriksaan dokter dan 71% mengonsumsi obat bebas pereda nyeri.

• Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit sendi berdasarkan


diagnosis tenaga kesehatan di Indonesia 11,9%. Prevalensi berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Bali (19,3%), diikuti Aceh (18,3), Jawa
Barat (17.5%) dan Papua (15,4%). Sedangkan di provinsi Sulawesi Selatan
terdapat 10,6% diagnosis kasus penyakit sendi.

• Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskular sebagai


penyebab ketidak mampuan fisik.

• Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat


karena OA

2. Jelaskan patofisiologi dan faktor risiko dari osteoarthritis! (faktor risiko usia bahas
lebih dalam)!

Jawab :

Patofisiologi Osteoarthritis
- Gangguan cairan sinovial, tulang, dan kartilago → kondrosit dan sel
synovial hasilkan sitokin inflamasi→ ↓sintesis kolagen dan ↑ zat inflamatori
dan mediator katabolik → apoptosis kondrosit → penebalan dan efusi synovial
serta sinovium.

Faktor Resiko

• Usia

Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya dapat
memperparah kejadian osteoarthritis

• Genetik

Hal ini berhubungan abnormalitas kode genetic untuk sintesis kolagen yang bersifat
diturunkan.
• Obesitas

Pada orang yang mengalami obesitas berat badan akan lebih bertumpu dan
mengakibatkan peningkatan beban pada sendi lutut saat berjalan.

• Aktivitas fisik

Gerakan sendi berulang dapat menjadi predisposisi OA; namun gerakan sendi lutut
dan otot di sekitar lutut yang tepat dapat memperkuat dan menstabilkan sendi,
sehingga mengurangi risiko OA.

• Kekuatan otot

Kelemahan dan atrofi otot dapat disebabkan karena berkurangnya aktivitas sendi
akibat rasa nyeri OA.

• Keselarasan lutut

Lutut yang tidak selaras akan menyebabkan kelainan gait dan berisiko OA lutut di
masa mendatang.

3. Jelaskan klasifikasi dari osteoarthritis!

Jawab :

Berdasarkan penyebab :

a. Osteoarthritis Primer (idiopatik)

‐ Proses degeneratif
‐ Genetik, overuse sendi-sendi, obesitas, dll.
‐ Dapat terlokalisir di sendi-sendi tertentu
‐ Banyak sendi  OA generalisata primer

b. Osteoarthiritis Sekunder

Akibat  penyakit, deformitas, trauma


Berdasarkan lokasi :

Untuk tatalaksana secara menyeluruh

a. Osteoarthritis Tangan

b. Osteoarthritis Lutut

c. Osteoarthritis Panggul

d. Osteoarthritis Vertebra

e. Osteoarthritis Kaki dan Pergelangan Kaki

f. Osteoarthritis Bahu

g. Osteoarthritis Siku

h. Osteoarthritis Temporomandibular
Berdasarkan hasil radiologi :

Dilhat dari : penyempitan celah sendi, peningkatan densitas, kista, osteofit, dan
perubahan struktur sendi.

Berdasarkan hasil radiologi :

Menurut Kellgren dan Lawrance :

a. Grade 0  normal

b. Grade 1  ragu-ragu

c. Grade 2  ringan
d. Grade 3  sedang

e. Grade 4  berat atau parah

4. Bagaimana mekanisme beban pada sendi mempengaruhi osteoartritis?

Jawab :

Pada saat berjalan beban berat badan dipindahkan ke sendi lutut 3-6 kali lipat berat
badan. kerja sendi pun akan semakin berat. pada keadaan obesitas resultan tersebut
akan bergeser ke medial sehingga beban yang diterima sendi lutut akan tidak
seimbang Hal ini dapat menyebabkan ausnya tulang rawan karena bergesernya titik
tumpu badan. Oleh karena itu kelebihan beban (berat badan lebih dan obesitas)
membuat satu faktor risiko bagi Osteoarthritis. Sehingga osteoartritis semakin
parah.
5. Kenapa kondisi berdiri dari duduk yang lama memperberat nyeri?

Jawab :

Nyeri sendi OA biasanya digambarkan sebagai diperburuk oleh aktivitas dan


berkurang dengan istirahat. OA yang lebih lanjut dapat menyebabkan nyeri saat
istirahat dan malam yang menyebabkan kurang tidur yang selanjutnya
memperburuk rasa sakit.

6. Jelaskan gejala dan manifestasi klinis dari osteoartritis! (Kenapa bisa terjadi kaku
sendi pada pemicu)!

Jawab :

Gejala :

 nyeri

 fungsi berkurang

 kekakuan (durasi pendek, juga disebut "gelling" yaitu kekakuan berumur pendek
setelah tidak aktif)

 ketidakstabilan sendi, tekuk atau menyerah


 pasien mungkin juga mengeluhkan berkurangnya gerakan, deformitas,
pembengkakan, krepitasi, dan bertambahnya usia (OA jarang terjadi sebelum
usia 40 tahun) tanpa adanya gejala sistemik (seperti demam),

 ketika rasa sakit berlanjut, tekanan psikologis yang berhubungan dengan rasa
sakit.

Manifestasi Klinis

lutut yang onsetnya bertahap dan memburuk dengan aktivitas, kekakuan dan
pembengkakan lutut, nyeri setelah duduk atau istirahat dalam waktu lama, dan
nyeri yang memburuk seiring waktu.

7. Jelaskan mekanisme genovarum!

Jawab :

Mekanisme genu varum berkaitan dengan keseimbangan panjang kedua


ekstremitas dan aksis mekanisnya.

Pada posisi normal, panjang kedua tungkai adalah sama dan pada posisi berdiri.

aksis mekanis akan membagi dua lutut dengan menempatkan patella ke depan.

Pada anak-anak di bawah 2 tahun, genu varum dapat terjadi secara fisiologis tetapi
akan mengalami resolusi spontan dan tidak berbahaya. Pada kondisi patologis, lutut
akan tergeser ke lateral, sehingga aksis mekanis jatuh di kuadran dalam lutut.

Akibatnya, kondilus femoralis media dan tibial plateau media dapat mengalami
pembebanan patologis. Efek Heuter-Volkmann akan menekan fisis dan kartilago,
sehingga menghambat proses osifikasi epifisis. Hal ini akan menyebabkan
perubahan struktur tulang.
8. Jelaskan komplikasi dan edukasi dari osteoarthritis! (cara pencegahan terjadinya
penyakit pada pemicu)!

Jawab :

Komplikasi Osteoaartritis

‐ Bergantung pada lokasi sendi dan proses perbaikan


‐ Kerusakan sendi  malalignment dan subluksasi
‐ Penyempitan celah sendi  varus dan valgus

Osteoarthritis pada Lutut

a. Komplikasi Kronis

b. Komplikasi Akut

Edukasi Osteoartritis

Penjelasan perjalanan dan karakteristik OA yang tidak dapat sembuh

Edukasi mengenai efek samping obat, terutama NSAID dan Tramadol

Edukasi mengenai pilihan terapi

Edukasi mengenai penggunaan alat bantu gerak


Modifikasi gaya hidup

Kontrol rutin

Mengurangi beban

9. Jelaskan diagnosis dan diagnosis banding dari osteoarthritis !

Jawab :

A. Anamnesis
 Nyeri dirasakan berangsur-angsur (onset gradual)
 Tidak disertai adanya inflamasi (kaku sendi dirasakan < 30 menit, bila disertai
inflamasi, umumnya dengan perabaan hangat, bengkak yang minimal, dan tidak
disertai kemerahan pada kulit)
 Tidak disertai gejala sistemik
 Nyeri sendi saat beraktivitas
B. Pemeriksaan Fisik

 Tentukan BMI
 Perhatikan gaya berjalan/pincang?
 Adakah kelemahan/atrofi otoT
 Tanda-tanda inflamasi/efusi sendi?
 Lingkup gerak sendi (ROM)
 Nyeri saat pergerakan atau nyeri di akhir gerakan.
 Krepitus
 Deformitas/bentuk sendi berubah
 Gangguan fungsi/keterbatasan gerak sendi
C. Pendekatan untuk menyingkirkan diagnosis penyakit lain.

D. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk klasifikasi diagnosis atau untuk merujuk


ke ortopaedi.
Diagnosis Banding :

10. Jelaskan tatalaksana farmakologi dan non farmakologi osteoartritis!

Jawab :

Tatalaksana Farmakologi :

• Obat analgesik berbagai jenis seperti obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS),


opiat, dan analgesik lain non-opiat.

• OAINS menghambat biosintesis prostaglandin yang terbentuk saat proses


radang.

• Contoh penghambat nonspesifik adalah ibuprofen, diklofenak,


meloxicam, dan aspirin,

• Contoh penghambat spesifik selektif, celecoxib.

• Analgesik lain bukan turunan opiat dan sering digunakan adalah


acetaminophen/ paracetamol. Obat ini efektif meredakan nyeri OA lutut tetapi
masih kurang efisien dibandingkan OAINS. Namun, efek sampingnya lebih
sedikit dibandingkan OAINS.

• Opiat merupakan turunan opium yang memiliki kemampuan analgesik dengan


menghambat langsung transmisi nosiseptif. Opiat efektif meredakan nyeri OA
lutut, namun tidak ada perbedaan signifikan antara efikasi opiat- parasetamol
dan OAINS.

• Kombinasi OAINS dengan opiat- parasetamol terbukti efektif jika terapi tunggal
OAINS tidak berhasil. Jika pasien menunjukkan respons positif, terapi
kombinasi opiat – parasetamol dan OAINS dapat digunakan untuk
mempertahankan kondisi tanpa nyeri.

Terapi non farmakologi :

Latihan Fisik dan terapi manual

• Latihan dan aktivitas fisik sangat direkomendasikan untuk mengurangi nyeri dan
memperbaiki fungsi sendi. Latihan penguatan otot quadriceps dan hamstring
menjadi pilihan utama karena dapat memperkuat otot-otot di sekitar sendi lutut,
sehingga dapat menstabilkan sendi lutut.

• Latihan fisik dapat berupa latihan aerobik . Contohnya berupa bersepeda,


berjalan, berenang.

• Latihan fisik sering dikombinasi dengan terapi manual yang terdiri dari
mobilisasi aktif dan pasif sendi, peregangan (stretching), dan masase jaringan
lunak. Tujuan terapi manual adalah mengurangi nyeri, menormalisasi
biomekanik sendi dan jaringan, dan meningkatkan fungsi sendi.

Penurunan berat badan

• Pasien dengan indeks massa tubuh lebih dari 25 kg/m2 harus didorong untuk
menurunkan berat badannya. Hal ini dilakukan dengan membatasi diet tinggi
kalori yang dikombinasikan dengan latihan fisik.

Braces dan orthosis

• Dapat digunakan untuk memperbaiki gait dan membantu meringankan beban


lutut sehingga mengurangi nyeri. Jenis yang sering digunakan adalah valgus
brace dan lateral wedge insoles. Penggunaan valgus knee brace dan lateral
wedge insoles sama-sama dapat mengurangi nyeri dan memperbaiki gambaran
radiologis pada pasien OA, di mana valgus knee brace hasilnya lebih baik.

Elektroterapi
• Modalitas eletroterapi meliputi TENS (transcutaneous electrical nerve
stimulation) dan neuromuscular electrical stimulation (NEMS). Pada OA lutut,
modalitas ini dapat menstimulasi otot quadriceps, sehingga meredakan nyeri dan
memperkuat otot tersebut. Chen, et al,15 menunjukkan TENS lebih superior
dibandingkan injeksi hyaluronic acid.

Pembedahan

• Tindakan pembedahan dapat dipertimbangkan jika pasien tidak membaik dengan


tatalaksana konservatif dan modalitas nonfarmakologi. Pertimbangan kualitas
hidup pasien yang makin menurun juga dapat menjadi indikasi. Pilihan operasi
pada OA lutut meliputi artroskopi, perbaikan kartilago, dan artroplasti.

11. Jelaskan farmakodinamik dan farmakokinetik NSAID!

Jawab :

Farmakokinetik :

• Absorbsi : NSAID yang diberikan secara peroral sangat cepat diabsorpsi

• Distribusi :Setelah diabsorpsi, 90% obat akan berikatan dengan albumin dan
beredar bersamanya.

• Metabolisme : Hati

• Eksresi : ginjal atau empedu

Farmakodinamik:

NSAID terutama bekerja dengan menghambat jalur COX. Pada jalur ini,
kebanyakan NSAID bekerja secara reversibel dengan mencegah pertemuan asam
arakidonat dengan tempat aktif enzim COX sehingga biosintesis prostaglandin
dapat dihambat

• Berikut adalah efek farmakodinamik dari NSAID :

a) Efek analgesik

b) Efek antipiretik

c) Efek anti-inflamasi

d) Efek Samping NSAID

12. Jelaskan farmakokinetik dan farmakodinamik obat injeksi hyaluronat acid serta
dosisnya!

Jawab :
Farmakodinamik:

- Glikosaminoglikan; unsur dari cairan synovial dan matriks kartilago

- OA; asam hialuronat

- Untuk mengembalikan viskoelastisitas dan memberi perlindungan bagi articular

- cartilage dan jaringan pada permukaan sendi.

- Penggunaan glukosamin sulfat / hidroklorida dan kondroitin tidak menghasilkan

- manfaat yang relevan secara klinis untuk pasien dengan osteoarthrosis lutut dan
pinggul

Farmakokinetik

 Absorpsi : Reseptor AH-CD44

 Distribusi : peredaran darah

• Dosis

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu minggu @ 2 sampai


2,5 ml Hyaluronan untuk jenis low molecular weight, 1 kali untuk jenis high
molecular weight, dan 2 kali pemberian dengan interval 1 minggu untuk jenis tipe
campuran.

13. Jelaskan mekanisme kerja Asam Hyaluronat pada osteoartritis!

Jawab :
14. Bagaimana mekanisme kerja obat paracetamol dan voltaren dalam menurunkan
rasa nyeri pada pasien?

Jawab :

a. Parasetamol

Parasetamol adalah penghambat lemah siklooksigenase (COX), enzim yang terlibat


dalam metabolisme prostaglandin. Dalam sistem saraf pusat, penghambatan COX
tampaknya meningkatkan ambang nyeri

b. Voltaren

Ragam produk Voltaren yang tersedia di jual bebas, mengandung NSAID yang
disebut diklofenak. Diklofenak bekerja untuk menghambat prostaglandin, zat dalam
tubuh yang menyebabkan rasa sakit dan peradangan. Dengan mengurangi efeknya,
diklofenak membantu meredakan nyeri dan mengurangi peradangan.

15. Jelaskan farmakodinamik dan farmakokinetik Analgetik!

Jawab :

Farmakodinamik
• Obat ini adalah menghambat sintesis prostaglandi di otak sehingga efek analgesi
dan antipiretik yang lebih baik

• Penghambatan sintesis prostaglandin oleh parasetamol terjadi karena


penghambatan proses perubahan asam arakidonat (AA) oleh enzim
siklooksigenasi

• Sel yang mengalami jejas akan mensintesis asam arakidonat dan peroksida untuk
masuk dalam proses inflamasi

• Asam arakidonat dimetabolisme oleh dua enzim yaitu enzim lipooksigenase


(LOX) dan enzim siklooksigenase (COX).

• Enzim lipooksigenase (LOX) merubah asam arakidonat menjadi leukotrin yang


bersifat bronkokonstriktor dan kemotaksis.

• Enzim siklooksigenase (COX) merubah asam arakidonat menjadi


prostaglandin, tromboksan dan prostasiklin.

• Prostaglandin inilah metabolit asam arakidonat yang meningkatkan sensitivitas


nosiseptor sehingga impuls nyeri dapat tercetus.

• Prostaglandin juga memiliki sifat lain yaitu hepatoprotektor dan vasodilator.

• Semua obat golongan NSAID termasuk parasetamol bekerja menghambat


perubahan asam arakidonat (AA) dengan cara menghambat enzim
siklooksigenase (COX).

• Penghambatan kerja enzim siklooksigenase (COX) menyebabkan prostaglandin,


tromboksan, dan prostasiklin tidak terbentuk.

Faramakokinetik :

Absorpsi

• Paracetamol diabsorbsi dengan baik di usus halus melalui transport pasif


pada pemberian oral. Pemberian dengan makanan akan sedikit
memperlambat absorpsi paracetamol.

Distribusi

• Setelah pemberian oral, konsentrasi puncak pada plasma akan dicapai


dalam waktu 10 – 60 menit pada tablet biasa dan 60 – 120 menit untuk
tablet lepas-lambat. Konsentrasi rata-rata di plasma adalah 2,1 μg/mL
dalam 6 jam dan kadarnya hanya dideteksi dalam jumlah kecil setelah 8
jam. Paracetamol memiliki waktu paruh 1 – 3 jam.
• Paracetamol memiliki bioavailabilitas yang tinggi. Sekitar 25%
paracetamol dalam darah diikat oleh protein.

Metabolisme

• Metabolisme paracetamol terutama berada di hati melalui proses


glukoronidasi dan sulfasi menjadi konjugat non toksik. Sebagian kecil
paracetamol juga dioksidasi melalui enzim sitokrom P450 menjadi
metabolit toksik berupa N-acetyl-p-benzo-quinone imine  (NAPQI).

• Pada kondisi normal, NAPQI akan dikonjugasi oleh glutation menjadi


sistein dan konjugat asam merkapturat. Ketika diberikan dosis dalam
jumlah yang besar atau terdapat defisiensi glutation, maka NAPQI tidak
dapat terdetoksifikasi dan menyebabkan nekrosis hepar akut.

Eliminasi

• Sekitar 85% paracetamol diekskresi dalam bentuk terkonjugasi dan bebas


melalui urin dalam waktu 24 jam. Pada paracetamol oral, ekskresi
melalui renal berlangsung dalam laju 0,16 – 0,2 mL/menit/kg. Eliminasi
ini akan berkurang pada individu berusia > 65 tahun atau dengan
gangguan ginjal.

• Selain ginjal, sekitar 2,6% akan diekskresikan melalui bilier.


Paracetamol juga dapat diekskresikan dengan hemodialisa.
DAFTAR PUSTAKA

Ramadhani, A. A. S. (2019). Pemberian Proloterapi Terhadap Keluaran Fungsional


Pada Penderita Osteoartritis Genu (Doctoral Dissertation, Universitas Hasanuddin).

Sari, I. P. (2019). Perbandingan Penilaian Skor Womac Yang Diterapi Ekstrak Sidaguri
(Sida Rhobifolia L) Dan Meloksikam Dibanding Meloksikam Pada Pasien Osteoartritis.

PAMUNGKAS, A. (2019). KAJIAN KESESUAIAN DOSIS DAN POTENSI


INTERAKSI OBAT PADA PASIEN OSTEOARTRITIS DI INSTALASI RAWAT
JALAN RSAU. DR. M. SALAMUN BANDUNG.

Arofah. N. I, Fisioterapi dan Terapi Latihan pada Osteoarthritis, Medikora, Vol III, No
1, April 2007,:20-21

Wijaya sandy. 2018. osteoartritis lutut. Jurnal CDK. 45(6)

Gustina, et.al. 2017. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


OSTEOARTRITIS STUDI KASUS KONTROL DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI
HIJAU MEDAN TAHUN 2017 . Jurnal Mitra Husada..

Michael, J. W. P., Schlüter-Brust, K. U., & Eysel, P. (2010). The epidemiology,


etiology, diagnosis, and treatment of osteoarthritis of the knee. Deutsches Arzteblatt
International, 107(9), 152.

Wijaya, S. (2018). Osteoartritis Lutut. Cermin Dunia Kedokteran, 45(6), 424-429.

Wieland HA, Michaelis M, Kirschbaum BJ, Rudolphi KA. Osteoarthritis-an untreatable


disease? Nat Rev Drug Discov. 2005;4(4):331-344.

Salter, Robert B. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System. 3rd
Ed. Lippincott Williams & Wilkins, 1999.

Helmi, Zairin N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba


medika.

Kohn, M. D., Sassoon, A. A., & Fernando, N. D. (2016). Classifications in Brief:


Kellgren-Lawrence Classification of Osteoarthritis. Clinical Orthopaedics and Related
Research, 474(8), 1886–1893. https://doi.org/10.1007/s11999-016-4732-4

Indonesian Rheumatologist Association. (2014). Rekomendasi IRA untuk Diagnosis


dan Penatalaksanaan Osteoarthritis.ISBN 978-979-3730-24-0.
Aldila, Y., Dwi Rosella, K., & Rahayu, U. B. 2014. Hubungan indeks massa tubuh
dengan osteoarthritis lutut pada ibu rumah tangga. Doctoral dissertation. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Anggraini, N. E., & Hendrati, L. Y. 2014. Hubungan Obesitas dan Faktor-Faktor Pada
Individu dengan Kejadian Osteoarthritis Genu. Jurnal Berkala Epidemiologi. 2(1): 93-
104.

Azizah, U. 2019. Analisis Faktor Risiko Penderita Osteoartritis Sendi Lutut Di Poli
Ortopedi Rsd Dr. Soebandi Jember Periode April-September 2018. Doctoral
dissertation. Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

Hasan, M. 2010. Clinical features and pathogenetic mechanisms of osteoarthritis of the


hip and knee. BCMJ. 52(8): 393-398.

N. Kapitan, J., Rante, S., & Tallo, S. 2020. Hubungan Obesitas Dengan Derajat
Osteoartritis Genu Pada Lansia Di Rsud Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Cendana
Medical Journal (CMJ). 8(1): 506-511

Rizaldy, M. B. 2014. Karakteristik Penderita Osteoartritis Lutut Departemen Orthopaedi


& Traumatologi di Rsup Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2011–Desember
2013.Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

Annett, E., dkk. 2017. Mechanisms of Osteoarthritic Pain. Studies in Humans and
Experimental Models. Frontiers in Molecular Neuroscience. 10:349.

Hsu H dan Siwiec RM. Knee Osteoarthritis. [Updated 2021 Jul 25]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. URL:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507884/. Diakses pada 12 Desember 2021.

Hunter, D. J., dkk. 2008. The symptoms of osteoarthritis and the genesis of
pain. Rheumatic diseases clinics of North America, 34(3), 623–643.

Rerucha CM, Dickison C, Baird DC.2017. Lower extremity abnormalities in children.


American family physician. 96(4):226-33.

Ballal MS, Bruce CE, Nayagam S.2010. Correcting genu varum and genu valgum in
children by guided growth: temporary hemiepiphysiodesis using tension band plates.
The Journal of bone and joint surgery. British volume. 92(2):273-6

O’Neill, T. W., dan Fekson, D. T. (2018). Mechanisms of Osteoarthritis (OA) Pain.


Current Osteoporosis Reports Lespasio, M. J. (2017). Knee Osteoarthritis: A Primer.
The Permanente Journal.
Azizah, Umi. 2019. ANALISIS FAKTOR RISIKO PENDERITA OSTEOARTRITIS
SENDI LUTUT DI POLI ORTOPEDI RSD DR. SOEBANDI JEMBER PERIODE
APRIL-SEPTEMBER 2018. Skripsi. Universitas Jember.

Altman RD, Hochberg MC, Moskowitz RW, Schmitzer TJ. Recommendations for the
Medical Management of Osteoarthritis of the Hip and Knee.Arthritis Rheum
2000;43:1905-15.

Hadi S. 2002. diagnosis dan tatalaksana komprehensif osteoartritis. Naskah pertmeuan


Ilmiah tahunan VI FK Undipo ( Ed). Padmomartono FS. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.Semarang 2002: 277-289.

Wijaya, S. (2018). Osteoartritis Lutut. Cermin Dunia Kedokteran, 45(6), 424-429.

Winangun, W. (2019). DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA KOMPREHENSIF


OSTEOARTRITIS. JURNAL KEDOKTERAN, 5(1), 125-142.)

R. K. Verbeeck, dkk. 1983. Clinical Pharmacokinetics of Non-steroidal Anti-


inflammatory Drugs College of Pharmacy, University of Saskatchewan. 8(4) : 297-331.

Zahra AP.et.al. 2017. Obat Anti-inflamasi Non-steroid (OAINS): Gastroprotektif vs


Kardiotoksik. Jumal majority. 6(3)

Júnior, O. V. L., & Inácio, A. M. (2013). Use of glucosamine and chondroitin to treat
osteoarthritis: a review of the literature. Revista Brasileira de Ortopedia (English
Edition), 48(4), 300-306.

Indonesia Reumatologi Association. REKOMENDASI IRA UNTUK DIAGNOSIS


DAN PENATALAKSANAAN OSTEOARTRITIS .

Altman, R., dkk. 2016. Review of the Mechanism of Action for Supartz FX in Knee
Osteoarthritis. Cartilage..Reasearch Gate.

Altman, R., dkk. 2015. The mechanism of action for hyaluronic acid treatment in the
osteoarthritic knee: A systematic review. BMC Musculoskeletal Disorders. 16.

Depkes RI, 2006, Pharmaceutical care Untuk Pasien Penyakit Arthritis Rematik,
Menteri Kesehatan RI, Jakarta.

Dewi SK. Osteoarthritis: Diagnosis, Penanganan dan Perawatan di Rumah. Yogyakarta:


Fitramaya; 2009.

Payan DG, dan Katzung BG. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC; 1998.

Hardjasaputra SLP, Budipratono G, Sembiring SU, dan Kamil I. Data Obat di


Indonesia. Jakarta: Grafidian Medipress; 2002.
Tjay TH, dan Rahardja K. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek
Sampingnya. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2002.

Utomo, NP (2016). Efek Analgesik Kombinasi Kurkumin dan Parasetamol pada Mencit


yang Diinduksi Asam Aset Menggunakan Analisis Isobologra.

PLENO PEMICU 3

Hari/ tanggal : 3 Desember 2021

Presentan : Kelompok 2 dan kelompok 3

Narasumber : Oktoviani, S. Farm., M. Farm

dr. Annelin Kurniati, Sp. PD,

Kelompok 2

1. Obat NSAID kan ada yang selektif dan non selektif, untuk kasus pada pemicu,
sebaiknya diberikan obat NSAID yang mana? Dan apa alasannya?
Jawaban :

 Dikasi paracet (non selektif)=ga mempan krn dah kronik


 Hrs dikasi golongan cox 2= biar terhambat inflamasinya (ex : meloxicam)

2. Mengapa pasien pada pemicu didiagnosis osteoarthritis padahal kaku yang


dirasakan >30 menit?
Jawaban :

 Krn berdasarkan gejala klinis dari OA


a. nyeri diperberat oleh aktivitas sendi, pada pemicu dikatakan bahwa pasien merasa
nyeri meningkat berjalan lebih dari 100 m
 berdasarkan faktor risiko dari OA
a. berat badan berlebih, pada data tambahan di pemicu diketahui pada imt pasien
tersebut 26.5 (overweight)
 berdasarkan pemeriksaan radiologi d
a. itemukan adanya tanda kardinal dari OA, salah satunya yaitu penyempitan celah
sendi
 pada data tambahan jg diketahui bahwa Rheumatoid faktornya negative

3. Apa olahraga yang tepat untuk penderita osteoarthritis yang tidak


memberatkan sendinya?
Jawaban :

 Olahraga aerobik yang tidak memberatkan sendi tumpuan, seperti


a. Jogging
b. Senam
c. Bersepeda
d. Berenang, dll

4. Apa akibat jika pasien dg perdarahan gantrointestinal dan gangguan fungsi


ginjal diberikan obat analgesik COX 1?
Jawaban :

 Cox 1 : bisa bermanfaat bagi manusia, tapi kalo ada perdarahan jan dikasi Cox
1 karena termasuk kontraindikasi obat gol. Cox 1

5. Pada kasus pasien di pemicu kan tidak mengalami demam. kenapa harus
tetep dikasi paracetamol?
Jawaban :

 Paraset : bisa sebagai anti-infalamasi & analgesic (kerja hambat cox),


 Jadi lini pertama obat OA karena
a. Murah,
b. Aman
c. tidak menyebabkan iritasi pada lambung

6. Apakah benar di pemicu tidak disebutkan secara spesik kandungan


NSAID apa yang telah diberikan kepada pasien?
Jawaban :

 Sebenernya voltaren termasuk ke NSAID yang isinya natrium diklofenak


 Cuma kata “NSAID” di kalimat selanjutnya itu tidak secara langsung merujuk
ke voltaren.
Kelompok 3
1. Mengapa kelompok 3 memilih hipotesis
nomor 2? Jawaban :
 Karena biasanya ada hubungan kejadian antara suatu penyakit sama genetik,
seperti seseorang dengan riwayat keluarga yang punya OA, punya reisko 3x
lebih besar untuk terkena OA.
 Apakah pasien pada pemicu mengalami OA primer/sekunder? Jelaskan! OA
primer : karena ga prnh ada riwayat trauma, penyakit artritis lain + umur beliau
(pasien) sudah cukup tua . Terlebih lagi pasien pada pemicu mengalami
obesitas.

2. Bagaimana cara BB pasien pada


pemicu? Jawaban :
 Diet
a. Intensif→ 0-4 bulan
Untuk sadarin turun pentingnya turun BB, asupan kalori, restruktur kognitif, edukasi
b. Transisi → bulan 5-6
c. Pemeliharaan → bulan 7-18
 Latihan
a. Fase aerobic→ 15 menit
dr. Annelin K.
 OA menjadi penyalit sejuta umat yang sekarang didominasi dengan pasien
muda akibat gaya hidup (obesitas, diet, aktivitas)
 Terkait pemilihan hipotesis kelompok 3
 Kaitkan hipotesis dengan factor resiko utama dan paling dominan
 Kalau dilihat dari kondisi pasien pada pemicu : obesitas
 Tapi kalo dilihat secara umum : umur, gaya hidup
 Pendekatan diagnosisnya kurang
dibahas
 Pahami lagi pendekatan diagnosis
OA
 Secara klinis, dari anamnesis dan keterangan pasien sudah
bisa ditegakkan diagnosisnya
 Pemeriksaan penunjang itu bantu perkuat penegakan diagnosis
 Pelajari kembali terkait edukasi untuk pasien OA (apabila belum lengkap
materinya, tolong dilengkapi lagi)
 Kemungkinan komplikasi pada pasien akibat OA bisa saja berefek pada
hasil pembedahan (seperti kelemahan otot) sehingga masih perlu banyak
pertimbangan lagi.
Ibu Okoviani
 Ketika berpendapat dalam forum, biasakan berbicara dengan sumber yang
jelas dan dapat dipertanggung jawabkan, seperti “menurut jurnal…. Atau
menurut sumber …..” dan ketika ditanya pendapat kelompok silahkan
dijawab “menurut kami…”
 Penggunaan obat selama 2 minggu itu sudah termasuk jangka panjang.
 Pikirkan kembali terkait operasi tindakan ganti sendi

Anda mungkin juga menyukai