Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

MODUL GINJAL DAN CAIRAN TUBUH

Dosen Pembimbing: dr. Lala Foresta VG, M.Biomed

Disusun Oleh:

Rofifah Dinda Ghanayyah

H1A020044

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BENGKULU

MARET 2022
➢ Tujuan Praktikum
Mengenal berbagai parasit yang menyebabkan kelainan pada ginjal dan cairan
tubuh, serta memahami cara diagnosis laboratoriumnya.
➢ Penjelasan :

1. Wuchereria bancrofti Stadium Mikrofilaria (dalam darah atau cairan)

Morfologi :

❖ Ukuran : 8 x 250 – 310 mikron


❖ Ruang kepala: panjang = lebar
❖ Inti badan: teratur
❖ Ujung ekor: tidak ada inti tambahan
❖ Sarung badan: pucat
❖ mempunyai selubung (sheath) hialin, dengan inti atau sel somatik
berbentuk granul yang susunannya tidak mencapai ujung ekor.
❖ Berwarna putih kekuningan dengan bentuk seperti benang dan
mempunyai lapisan kutikula yang halus
❖ Ukuran cacing betina lebih panjang dibandingkan ukuran cacing jantan
❖ Memiliki lapisan kutikula yang halus

2. Schistosoma Haematobium stadium telur


Morfologi :
❖ Ukuran: 112 – 170 x 40 – 70 m
❖ Bentuk Oval berisi mirasidium
❖ Terdapat duri lancip di salah satu posterior
❖ Spina telur berada di terminal
❖ telurnya tidak mempunyai operkulum, tetapi memiliki spina yang khas
bentuknya untuk masing-masing spesies.
❖ Telur cacing pada waktu dikeluarkan dari tubuh induknya sudah berisi
embrio yang sempurna berupa larva stadium pertama (mirasidium)
yang berambut getar (cilia).

3. Schistosoma Haematobium stadium cacing dewasa


Morfologi :
❖ Ukuran: 12 – 26 mm x 0.3 - 0.5 mm
Jantan : 10-15 mm
Betina : 20 mm
❖ Cacing jantan lebih besar daripada cacing betina
❖ Cacing betina menempel di canalis gynecophorus cacing jantan
❖ Badan berduri
❖ Cacing jantan mempunyai testis berjumlah antara 4 sampai 9 buah yang
terletak di bagian dorsal di belakang ventral sucker.
❖ Cacing jantan tidak memiliki alat kopulasi.
❖ Di dalam uterus cacing betina tampak berisi beberapa buah telur yang
mempunyai spina atau duri yang khas bentuknya.

4. Plasmodium falciparum stadium trofozoit (sediaan darah tipis)


Trofozoit awal Trofozoit berkembang

Morfologi :
Pada trofozoit awal:
❖ Ukurannya 1/3 dari sel darah merah
❖ Sitoplasma halus
❖ Bentuknya cincin sangat halus atau tipis
❖ Kromatinnya berupa titik halus atau tipis dan biasanya berjumlah 2
❖ Eritrosit: Tidak membesar dan kadang eritrosit dapat mengkerut dengan
bagian tepinya lebih gelap
❖ Terdapat titik Maurer
❖ Pigmennya belum terlihat pada fase ini
❖ Beberapa sel parasit sering terlihat dengan parasitemia tinggi

Pada tropozoit berkembang:


❖ Ukurannya kecil
❖ Cincin agak besar
❖ Sitoplasma lebih tebal
❖ Bentuknya padat dengan vakuoloasi sitoplasma
❖ Kromatinnya berupa titik-titik atau benang-benang
❖ Pigmennya terbagi menjadi:
o Teksturnya kasar
o Warnanya hitam
o Kuantitasnya sedang
o Penyebarannya terkumpul dalam satu atau dua gumpalan

5. Plasmodium falciparum stadium trofozoit (sediaan darah tebal)


Trofozoit awal Trofozoit berkembang
Morfologi :
Pada trofozoit awal:
a. Ukuran kecil 1/3 dari sel darah merah
b. Berbentuk cincin yang sangat halus (berupa cincin, cincin terbuka,
koma, tanda seru, dan sayap burung)
c. Kromatinnya berupa titik halus dengan benang yang berjumlah 2
d. Gambaran uniform
e. Sering berbentuk accole

Pada tropozoit berkembang:


a. Bentuknya padat dengan vakuoloasi sitoplasma
b. Penyebaran pigmennya terkumpul dalam satu atau dua gumpalan

6. Plasmodium falciparum stadium skizon (sediaan darah tipis)

Morfologi :
(Pulasan Giemsa)(tidak ditemukan padasediaan darah tepi, kecuali pada
infeksi berat)
Perhatikan:
❖ Eritrosit tidak membesar, titik Maurer
❖ Parasit: terdiri dari 2 – 24 merozoit (mengisi 2/3eritrosit, terdapat pigmen
berwarna hitam
❖ mengandung merozoit yang tidak teratur susunannya dengan eritrosit
yang terinfeksi plasmodium ini tidak membesar ukurannya.
❖ Bentuknya ujung runcing atau bulat tajam
❖ Sitoplasmanya berwarna biru tua
❖ Kromatinnya berupa massa kompak di dekat pusat
❖ Pigmennya berwarna hitam dan granula seperti bulat inti

7. Plasmodium falciparum Stadium gametosit

Gametosit berbentuk seperti pisang

Morfologi :
❖ Eritrosit tidak membesar
❖ Parasit Bentuk pisang agak lonjong atau seperti sosis (mikrogametosist)
❖ Plasma biru atau merah muda (mikrogametosist)
❖ Inti padat
❖ Pigmen di sekitar inti atau tersebar (mikrogametosit)
❖ Dengan ukuran panjang gametosit lebih besar dari ukuran diameter
eritrosit.

8. Plasmodium vivax Stadium Trofozoit


Morfologi :
❖ Eritrosit membesar
❖ Bentuk cincin (besarnya 1/3 eritrosit)
❖ Bentuk ameboid (sitoplasma tidak beraturan)
❖ Tampak titik Schuffner
❖ Pigmennya belum terlihat
❖ Bentuk accolenya kadang terlihat
❖ Beberapa sel parasit kadang terlihat pada fase ini
❖ Mula-mula berbentuk cincin yang mengandung bintik-bintik basofil,
kemudian berkembang menjadi trofozoit yang berbentuk amuboid yang
mengandung bintik-bintik Schuffner (Schuffner dots).

9. Plasmodium vivax stadium skizon


Skizon (sediaan tipis, pewarnaan giemsa)

Skizon (sediaan tebal, pewarnaan giemsa )


Morfologi :
❖ Titik Schuffner
❖ Skizon:2 - 24 merozoit
❖ Pigmen berwarna coklat, dan pigmennya tersebar
❖ Skizon berukuran antara 9-10 mikron yang
❖ Berisi penuh eritrosit yang tampak membesar ukurannya
❖ Susunan merozoit yang tampak tidak teratur.
❖ Bentuknya agak amoeboid
❖ Kromatinnya berupa massa yang banyak dan tidak teratur

10. Plasmodium malariae stadium tropozoit


(sediaan tipis, pewarnaan giemsa)

Morfologi :
Pada sediaan darah tipis pewarnaan giemsa, didapatkan:
❖ Eritrosit tidak membesar dan tidak tampak titik-titik
❖ Parasit: Sitoplasma melintang seperti pita dengan inti merah dan
memanjang
❖ Tidak dijumpai bintik Schuffner pada parasit ini
Pada tropozoit awal, didapatkan:
❖ Berukuran sampai 1/3 RBC
❖ berbentuk cincin dan eritrosit yang terinfeksi parasit ini tidak membesar
ukurannya.
❖ Kromatinya berupa suatu massa seperti ring
❖ Bentuk accolenya tidak ada
❖ Jarang terdapat multiple parasitized cells
Pada tropozoit yang sudah berkembang, didapatkan:
❖ Ukuran kecil tetapi munculnya relatif lebih besar daripada RBC
❖ yang khas bentuknya seperti pita (band-form).
❖ Kromatinnya prominent
❖ Warna pigmennya coklat tua

11. Plasmodium malariae stadium skizon

(Sediaan tipis, pewarnaan giemsa)

Morfologi :
❖ Eritrosit: tidak membesar & tidak tampak titik-titik
❖ Mengisi seluruh eritrosit
❖ Pigmen kasar ditengah
❖ berukuran sekitar 7 mikron
❖ bentuknya teratur dan mengisi penuh eritrosit yang terinfeksi.
❖ Skizon mempunyai merozoit berjumlah 8 buah yang tersusun seperti
bunga mawar (bentuk roset).

12. Rapid Antigen Detection Test (RDT) : ICT (Immuno Chromatographic Test)
untuk malaria
Keterangan alat:
a. Spesimen yang dicek dapat berupa darah atau serum
b. Target:
o Histidine-rich protein II (HRPII) antigen spesifik untuk Plasmodium
falciparum (P.f.)
o A pan-malarial antigen umum untuk semua spesies yang dapat
menginfeksi manusia
c. Sensifisitas pengecekan untuk P. falciparum: 99.7%
d. Sensifisitas pengecekan untuk P. falciparum: 94.2%
e. Sensifisitas pengecekan untuk P. vivax: 93.5%
f. Sensifisitas pengecekan untuk P. vivax: 99.8%

Langkah-langkah pada tes prosedur, yaitu:


1. Oleskan 15 μL darah ke bagian bawah pad ungu
2. Oleskan 2 tetes reagen ke bantalan putih tepat di bawah tempat darah
dioleskan
3. Oleskan 4 tetes reagen ke pad yang terletak di bagian atas sisi kiri kartu
tes
4. Ketika sampel darah mencapai dasar bantalan penyerap putih di bagian
atas strip tes, tutup perangkat dan akan terbaca pada 15 menit

Pembacaan hasil:

= Negatif
= Positif
= Positif

= Positif

13. Rapid Test (ICT Immunochromatograpic test) untuk diagnosis antigen Wuchereria
bancrofti

Sedimen yang digunakan berupa darah, serum, dan plasma. Marker


infeksinya adalah antigen Wuchereria bancrofti.

Langkah-langkah pada tes prosedur:


1. Keluarkan kartu dari kantong sesaat sebelum digunakan
2. Kumpulkan 100μL darah dengan menusuk jari menggunakan tabung
kapiler yang telah dikalibrasi atau ukur 100μL darah dari tabung
microcentrifuge menggunakan mikropipettor
3. Tambahkan sampel darah secara perlahan ke bagian putih pad sampel
4. Lepaskan lapisan perekat dan tutup kartu. Mulai menghitung waktu
5. Baca hasil tes 10 menit setelah penutupan kartu
Pembacaan hasil: = Positif

= Positif lemah

= Negatif

= Negatif

= Tidak valid (tidak ada garis yang terlihat)

= Tidak valid (tidak ada garis kontrol)


Daftar Pustaka

Prof.dr.Soedarto. 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Handbook of Medical


Parasitology.

Azizah, A. W., Iswara, A., & Ariyadi, T. 2019. Hubungan Morfologi Eritrosit
dengan Derajat Infeksi Malaria pada Pasien Penderita Malaria di Kabupaten
Kuala Kapuas Kalimantan Tengah pada Tahun 2019 (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Semarang).

BinaxNOW Malaria. 2013. Alere. URL:


https://www.lagaay.com/Catalogus/Product%20information/250500/Binax%20M
alaria%20Leaflet.pdf. Diakses pada 6 April.

Anda mungkin juga menyukai